Kelompok 6 Pengantar Studi Hadis - Kelompok-6-Pengantar-Studi-Hadis
Kelompok 6 Pengantar Studi Hadis - Kelompok-6-Pengantar-Studi-Hadis
Oleh :
Kelompok 6
KELAS MBS 1B
TAHUN 2022
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah swt yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang telah kami susun
dengan judul “PENGANTAR STUDI HADIST”. Dan tak lupa sholawat serta salam
kita haturkan kepada sang baginda Nabi Agung Muhammad saw yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyyah menuju zaman islamiyah, dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang hingga saat ini. Beberapa pihak
telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu,
kami menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyusun makalah ini. Rasa terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak berikut
ini :
Makalah ini akan menjelaskan tentang Pengantar Studi Hadist yang telah kami
rangkum baik dari sumber buku penunjang atau dari sumber-sumber lainnya. Kami
menyadari bahwa makalah ini belum ke titik sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar menyempurnakan makalah
ini.
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ------------------------------------------------------------------------1
1.2 Rumusan Masalah --------------------------------------------------------------------1
1.3 Tujuan ----------------------------------------------------------------------------------1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hadist dan Ilmu Hadist ---------------------------------------------------2
2.2 Kedudukan Hadist Dalam Islam ---------------------------------------------------7
2.3 Sejarah Hadist dan Ilmu Hadist ---------------------------------------------------- 12
2.4 Pembagian Hadist dan Ilmu Hadist ------------------------------------------------19
ii
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Secara etimologi, hadis adalah kata benda (isim) dari kata al-Tahdis yang
berarti pembicaraan. Kata hadits mempunyai beberapa arti; yaitu
1
Subhi As-shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, (Jakarta, Pustaka Firdaus, 1995), 22
2
Muh. Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis, (Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya, 2003), 2
3
Shubhi al-Shalih, Ulum al-Hadis wa Musthalahuh, (Beirut, Dar al-‘Ilm li al- Malayin, 1969), 4
4
M. Hasby As Shidiqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, (Semarang : Thoha Putra, 1994), 4
5
Jalal al-Din al Suyuthi, Tadrib al-Rawi fiy Syarh Taqrib al-Nawawi. Jilid I Dar al-Fikrr, Beirut, 1998,
hlm. 5-6.
6
Muhammad Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits, Ulumuh wa Mushtholahuh, Dar al-Fikr, Beirut, 1990,
hlm. 7.
7
Al-Suyuthi, op. cit., hlm. 40
8
Ibid., hlm. 40-41.
9
Ibid.
10
Al-Nu`man al-Qadli, al-Hadis al Syarif Riwayah wa Dirayah, Jumhuriyah al-Arabiyah, Mesir, tt,
hlm. 77
11
Nur al-Din `Atar op.cit., hlm. 92.
12
Subhi al-Shaleh op. cit., hlm. 109.
13
jjaj al-Khatib, op.cit.. hlm. 253, dan Mahmud al-Tahhan, Taisir Mustholah al-Hadis Dar al-Quran
al-Karim, Beirut, 1979, hlm. 224
14
Subhi al-Shaheh op. cit., hlm. 112.
15
Abu Hasan Ali bin Abi Ali bin Muhammad al-Amidi al-Ihkam fi al-
Ahkam, Muhammad ali Sabih wa Auladuhu, Mesir, 1968, hlm. 257-258.
16
Al-Tirmizi, op. cit., hlm. 202
17
Ibid., hlm. 204.
Dalam Islam kedudukan hadis sebagai sumber ajaran Islam berada di posisi
kedua, yaitu setelah Al-Qur'an. Dalam kalangan Islam ada kelompok di
Mesir dan Irak yang mengingkari eksistensi hadis yang disebut dengan inkar
as-sunah. Mereka tidak menjadikan hadis sebagai sumber ajaran Islam.
Bahkan mereka membuat metodologi ilmu hadis sendiri untuk
mempertahankan pendapatnya secara ilmiah, seperti rijal al-hadis, takhrij al-
hadis, mushtalah hadis dan sebagainya.
18
Ajjaj al-Khatib, op. cit., hlm. 283.
Artinya: "Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa
yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah".
تن إ نك ر ور يعو ايعو نو ذ ه
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang
sesuatu, maka kembalilah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunah)."19
دد ي ذ مة قر ذ ذ ذ
Ayat ini diperkuat dengan hadis riwayat Abu Musa yang maknanya
hampir sama, bahwa Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah akan
19
Dr. KH. Nawawi, M. Ag. Pengantar studi hadis (Batu: Literasi Nusantara, 2020), hal.31-32
Ayat tersebut masih bersifat umum, ditujukan pada orang tua untuk
mewariskan hartanya kepada anak-anak mereka. Tetapi Nabi saw.
mengkhususkan bahwa warisan itu hanya berlaku pada sesama
muslim.
و ق مد )و خي ي خي ك تبي ت( ز م
ُغد ستبي ل ي ظر جع ح تهمجع ي ق
ا ﷺو
20
Dr. KH. Nawawi, M. Ag. Pengantar studi hadis (Batu: Literasi Nusantara, 2020), hal.32-34
10
11
21
Dr. KH. Nawawi, M. Ag. Pengantar studi hadis (Batu: Literasi Nusantara, 2020), hal.34-36
12
22
Muhamam Musthaha Azami, Metodologi Penelitian Hadis, Terjemahan, Lentera, Jakarta, 1999,
hlm. 28.
13
23
Muhammad Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits Ulumuhu wa Musthalahuh, dar al-Fikr, Beirut,
1991, hlm. 67
24
Mustafa al-Siba’iy, al-Sunnah Wa Makanatuha Fiy al-Tasyri alIslamiy, Dar al-Qolam, Beirut,
1991, hlm. 62.
14
25
Ibid.
26
Yusuf Qardhawi, khalmadkal li Dirasat al-Sunnah al-Nabawiyyah, Terj. Oleh Najibullah Islamuna
Press, Jakarta, 1994, hlm. 90
15
27
Abu Husayn Muslim bin Hajjaj al- Qusairiy (Muslim), al-Jami` alShaheh ( Shaheh Muslim), Juz IV.
Isa al-Baby al-Halaby wa Syurakah, ttp. 1955, hlm. 130
28
Muhammad Syuyuti Ismail, Kaedah Kesahehan Sanad Hadis; Tela`ah Kritis dan Tinjaun
Pendekatan Sejarah, Bulan Bintang, Jakarta, 1988, hlm. 32.
16
Akan tetapi sebaliknya, jika pembawa berita itu orang fasik, tidak
objektif, pembohong dan lain lain, maka tidak diterima karena akan
menimpakan musibah terhadap orang lain yang menyebabkan penyesalan
dan merugikan. Setelah Rasulullah SAW wafat, para sahabat sangat berhati-
hati dalam meriwayatkan hadis karena konsentrasi mereka kepada Alquran
yang baru dikodifikasi pada masa Abu Bakar
Tahap awal, khalifah Abu Bakar tidak mau menerima suatu hadis
yang disampaikan oleh seseorang, kecuali orang tersebut mampu
17
18
نا
29
Rozali, Ilmu Hadis, (Medan: Azhar Centre, 2019) hal. 60
30
Nawir Yuslem, Ulumul Hadis, (Jakarta: Batavia dvertisin, 2001 )hal.200
19
رتو
31
Ibid. hal. 62
32
Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: Rajagrafido,2010) hal. 110
20
2.Hadits Aziz
Aziz menurut bahasa berarti mulia, kuat, atau sedikit. Secara
terminologis, aziz didefinisikan sebagai Hadis yang diriwayatkan oleh
sedikitnya dua orang diperawi diterima dari dua orang pula.
3.Hadits Gharib
Gharib menurut bahasa berarti al-Munfarid artinya menyendiri atau al
Ba’id an Aqaribihi artinya jauh dari kerabatnya. Sedangkan Secara
terminologis, gharib didefinisikan :
“Hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang menyendiri
dalam meriwayatkannya”
B. Pembagian hadis berdasarkan kualitas sanad
1. Hadist Shahih
Dari segi bahasa Shahih berarti dhiddus saqim, yaitu lawan kata dari
sakit. Sedangkan dari segi istilahnya, hadis shahih adalah hadis yang
sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit
dari sejak awalhingga akhir sanad, tanpa adanya syadz dan illat.
غذ ضا عضد تقب ناتمل ذ مسند خبي هو صحي حد ا
لع شاكو نتحا إ ضا
2. Hadist Hasan
ع ير شأ بط ذ نق ند ص إذ حد و حس ح
21
Dengan kata lain bahwa syarat-syarat hadist hasan dapat dirinci sebagai
berikut :
Sanadnya bersambung
Perawinya adil
Dengan kata lain bahwa syarat-syarat hadist hasan dapat dirinci sebagai
berikut :
Sanadnya bersambung
Perawinya adil
3. Hadist Dhaif
Dhaif, kata dhaif menurut bahasa bararti lemah, sebagai lawan dari kata
dhaif adalah kuat. Maka sebutan hadist dhaif dari segi bahasa berarti
hadist yang lemah atau hadist yang tidak kuat. Secara istilah, diantara
para ulama terdapat perbedaan rumusan dalam mendefinisikan hadist
22
Hadis ini merupakan hadis dha'if. Karena perawinya tidak adil, tidak
dhabit, dan ada kejanggalan dalam matan.
ّ ض
ٓ ق ّ ع ّ ْ ً ّ ٙ ى
ٔ ٙ وْ ٓ
يق ٚ ع
عنتّ صح
٘ ى ً
ّ
٘
َ ف ض
َ بّ َ ٓ
ٓ تّ ط ّ ّ ُ عّ ّ ٙ ْ ىق
ٔ ٙ ٓؾتن
23
هر ر هك هو هر ةر قيقة ن عر
24
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hadis atau al-hadist menurut al-jadid yang artinya sesuatu yang baru,
menurut Qarib yang berarti dekat, hadis sering disebut dengan al-Khabar yang
berarti berita, yaitu sesuatu yang di percakapkan dan di pindahkan dari
seseorang kepada orang lain. Dalam istilah ilmu hadis, yang dimaksud dengan
riwayah al-hadis atau alriawayah adalah kegiatan penerimaan dan penyampaian
hadis, serta penyandaran hadis itu kepada mata-rantai para periwayatnya
dengan bentuk bentuk tertentu. Ada tiga unsur yang harus di penuhi dalam
periwayatan hadis yaitu: kegiatan menerima hadis dari periwayat hadis,
kegiatan menyampaikan hadis itu kepada orang lain, dan Ketika hadis itu
disampaikan maka susunan mata rantai periwayatan disebutkan. Dalam Islam
kedudukan hadis sebagai sumber ajaran Islam berada di posisi kedua, yaitu
setelah Al-Qur'an. Penetapan hadis sebagai sumber kedua ditunjukan oleh tiga
hal, yaitu Al-Qur'an sendiri, kesepakatan (ijma) ulama, dan penalaran rasio
(ma'qu Kehujjahan hadis dapat diketahui berdasarkan Al-Qur'an, Hadis dan Al-
Qur'an memiliki hubungan fungsional, yaitu sebagai penjelas (bayan). Hadis
dapat dibagi berdasarkan kualitas dan kuantitas sanadnya. Pembagian hadis
berdasarkan kuantitas sandanya yaitu secara garis besar menjadi dua macam,
yaitu hadis mutawatir dan hadis ahad, di samping pembagian lain yang diikuti
oleh sebagian para ulama yaitu pembagian menjadi tiga macam yaitu: hadis
mutawatir, hadis masyhur dan hadis ahad. Sedangkan berdasarkan kualitas
sanadnya, hadis dibagi menjadi tiga yaitu hadis shahih, hadis hasan, dan hadis
dhaif.
25
Alfiah, Fitriadi, Suja’i. 2016. Studi Ilmu Hadis. Jl. Swadaya Kom. Rindu Serumpun
4 Blok B-06: Kreasi Edukasi Publishing and Consulting Company
26