Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BAHASA INDONESIA

" Dapat menerapkan diksi (pilihan kata) yang tepat dalam kalimat "

Dianjurkan untuk memenuhi tugas mata ku liah bahasa Indonesia

Dosen pengampu: Andri Astuti S.PD.I., M.PD.I

Disusun oleh:

M ROBY AFRILIANSYAH(231531680)

MAWADDAH WAROHMAH (231531681)

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NUSANTARA BATANGHARI

FAKULTAS PENDIDIKAN ISLAM DAN KEGURUAN

TAHUN 2023
1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................... 1

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................ 2

B. Rumusan Masalah ...................................................2

C. Tujuan ...................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Diksi .......................................................3

B. Fungsi Diksi ............................................................. 3

C. Syarat – syarat Ketepatan Pilihan Kata .................4

D. Kesesuaian Kata ..................................................... 5

E. Jenis Mak na Kata ....................................................6

F. Bentuk Penggunaan Konjungsi ...............................7

BAB III : PENUTUP

. A.Kesimpulan .............................................................. 8

Daftar Pustaka ............................................................ 9

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diksi merupakan pemilihan kata yang tepat untuk menyampaikan suatu maksud tertentu .

Pemilihan kata yang tepat ini bertujuan agar suatu maksudbisa tersampaikan dengan baik
danbenar seh ingga tidak terjadi salah paham diantara be berapa pihak yang nantinya akan
terlibat.

Pemilihan diksi merupakan suatu hal yang penting karena jika suatu maksud
tidakbisa dipahami oleh salah satu pihak, nantinya akan menimbulkan perpecahan.

Oleh karena itu pembahasan ini sangat penting untuk kita selaku mahasiswa agar bisa
menyampaikan suatu maksud tertentu tanpa adanya kesalahan dan tentunya dipahami
oleh semua pihak yang terlibat

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksuddengan diksi?

2 . Apa fungsi diksi?

3. Apa saja syarat – syarat ketepatan pilihan kata?

4. Apa saja jenis mak na dalam d iksi?

5. Bagaimana bentuk penggunaan konjungsi dalam diksi?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian diksi

2. Menje laskan apa saja fungsi dari diksi

3. Mengetahui syarat – syarat dalam ketepatan pemilihan kata

4. Menje laskan jenis mak na yang ada dalam diksi

5. Memahami bentuk penggunaan konjungsi dan Diksi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Diksi

Diksi ada lah pilihan kata. Pilihan kata merupakan kegiatan untuk memilih kata secara
tepat dan sesuai dalam mengungkapkan maksuddan tujuan kepada penyimak atau pembaca
baik secara lisan maupun tulisan. Ketepatan dan kesesuaian sangat penting da lam rangka
mengekspersikan maksuddan tujuan.

Diksi sangat menentukan gaya bahasa. Gaya bahasa ditentukan oleh ketepatan dan kesesuaian
pilihan kata. Kata, kalimat, paragraf, atau wacana menjadi efe ktif jika diungkapkan dengan
gaya bahasa yang tepat. Gaya bahasa mempengaruhi terbentuk nya suasana, kejujuran,
kesopanan, kemenarikan, tingkat keresmian, atau realita.

Selain itu, pilihan dan kesesuaian kata yang didukung dengan tanda baca pula yang tepat
dapa menimbulkan nada kebahasaan , yaitu sugesti yang terekspresi mela lui rangkaian kata
yang
dsiertai penekanan mampu menghasilkan daya persuasi yang tinggi.

Pemakaian diksi yang baik akan membantu pembicara dan pendengar da lam menyelesaikan
masalah, begitu pula sebaik nya, gagasan atau ide akan sulit berterima jika diksi yang
digunakan salah sasaran atau tidak sesuai kontek pembicara dan pendengar.

B. Fungsi Diksi

1. Melambangkan ide yang diungkapkan secara verbal.

2. Membentuk wujud ungkapan gagasan yang tepat seh ingga menyenangkan penyimak
atau pembaca.

3. Mewujudkan komunikasi yang berterima.

4. Menciptakan atmosfir yang kondusif.

5. Menghindari dan mencegah perbedaan persepsi.

6. Mencegah salah pemahaman.

7. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi

3
C. Syarat – syarat Ketepatan Pilihan Kata

1. Membedakan secara cermat mak na kata yang hampir bersinonim misalnya: ialah,
adalah, da lam pemakaian berbeda beda. Kata ialah harus diikuti sinonim, bukan def inisi
formal. Jika menggunakan kata ialah maka harus disertai sinonim. Manusia ialah orang. (
benar dan
cermat) Manusia ialah makhluk yang berakalbudi ( salah, tidak cermaat) Manusia adalah
makhluk yang berakalbudi. ( benar dan cermat)

2. Membedakan mak na denotasi dan konotasi dengan cermat. Denotasi yaitu kata yang
bermakna lugas dan tidak bermak na ganda. Sedangkan konotasi dapat menimbulkan mak
na yang bermacam macam , lazim digunakan dalam pergaulan, untuk tujuan estetika dan
kesopanan.

3. Membedakan mak na kata secara cermat kata yang mirip ejaannya, misalnya :
interferensi (saling mempengaruhi) dan inferensi ( kesimpulan), sarat (penuh,bunting) dan
syarat
(ketentuan).

4. Menggunakan kata abstrak dan konkret secara cermat, kata abstrak (konseptual, misalnya:
pendidikan, wirausaha, dan pengobatan modern) dan kata konkret atau kata khusus (misalnya:
mangga, sarapan, berenang)

5. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim (misalnya pria dan laki laki, saya dan aku,
serta buk u dan kitab) berhomofon ( misalnya: bang dan bank) berhomograf (misalnya:
apel( buah) dan apel (upacara) teras ( serambi) dan teras (pejabat) berhomonim ( misalnya
buk u (tulang) dan buk u (kitab).

6. Menggunakan kata yang berubah mak na dengan cermat, misalnya:isu (dalam


bahasa Indonesia berarti kabar yang tidakjelas asal usulnya,kabar angin, desas desus).

7. Menggunakan kata umum dan kata khusus secara cermat. Untuk mendapatkan pemahaman
yang spesif ikkarangan ilmiah sebaik nya menggunakan kata khusus, misalnya: mobil (kata
umum) fortuner (kata khusus).

8. Menggunakan kata – kata idiomatik berdasarkan susunan (pasangan) yang benar,


misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.

9. Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya secara tepat,
misalnya dilegalisir seharusnya di legalisasi, koord inir seharusnya koordinasi.

4
10. Tidak menafsirkan mak na kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika

pemahaman belum dapat dipastikan, pemakai kata harus menemukan mak na yang tepat
dalam kamus, misalnya modern sering diartikan secara subjektif canggih menurut kamus
modern
berarti terbaru atau mutakhir; canggih berarti banyak cakap, suka mengganggu, rewel,bergaya
intelektual.

D. Kesesuaian Kata

Syarat kesesuaian kata :

1. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak

mencampuradukkan penggunaannya dengan kata tidak baku yang

hanya digunakan dalam pergaulan,misalnya: hak ikat (baku),hake

kat (tidak baku), konduite (baku),kondite (tidak baku).

2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosialdengan

cermat,misalnya: kencing (kurang sopan),buang air kecil (lebih sopan),

pelacur (kasar),tunasusila (lebih halus).

3. Menggunakan kata berpasangan (idiomatik) dan berlawanan mak


na dengan cermat, misalnya: sesuai bagi (salah), sesuai dengan

(benar),bukan hanya … melainkan juga (benar), bukan hanya … tetapi

juga ( salah) , tidakhanya … tetapi juga ( benar) .

4. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya: berjalan lambat,mengesot,dan


merangkak; merahdarah, merah hati.

5. Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiahdan

komunikasi nonilmiah (surat-menyurat, disk usi umum)


menggunakan kata popular, misalnya: argumentasi
(ilmiah),pembuktian

5
(populer),psiko logi (ilmiah),ilmu jiwa (populer).

5
6. Menghindari penggunaan ragam lisan (pergaulan) da lam bahasa tulis,

misalnya tulis, bahasa kerja,(bahasa lisan), menulis, menuliskan,

membaca, membacakan, be kerja, mengerjakan, dikerjakan, (bahasa

tulis).

E. Jenis Mak na Kata

1. Mak na Leksika ldan Mak na Gramatikal Mak na leksika l ada lah mak na yangsesuai
denganreferennya, mak na yang sesuai dengan hasil observasi alat indera atau makna yang
sungguh sungguh nyata dalam ke hidupan kita, mak na leksem. ( Chaer 1994: 60),contoh Tik
us itu mati diterkam kucing. Kata tik us makna le ksikalnya adalah sebangsa binatang

pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya tifus.

Mak na gramatikal adalah mak na yang timbulkarena proses gramatikal

atau tata bahasa, mak na ini sering juga d isebut maakna kontekstual atau mak

na situasional. Proses gramatikal seperti proses afiksasi, proses reduplikasi,

dan

proses komposisi. Proses afiksasi awalan ter- pada kata angkat dalam kalimat

batu seberat itu terangkat juga ole h adik melahirkan mak na “dapat” . Kalimat

berikut ini juga menunjukkan contoh makna gramatikal , Ketika ba lok itu

ditarik, papan itu terangkat ke atas melahirkan mak na gramatikal ”tidak

sengaja” .

2. Mak na Denotatif dan Makna Konotatif.

Pembeda mak na denotatif dengan konotatif didasarkan pada ada atau tidak

adanya “nilai rasa” pada sebuahkata.

Mak na denotatif (sering juga disebut denotasional, makna konseptual,

makna kognitif, mak na referensial) adalah mak na yang sesuai dengan hasil

observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau

6
pengalaman lainnya, atau dengan kata lain mak na sebenarnya. Misalnya wanita

6
dan perempuan secara denotatif bermakna “manusia dewasa bukan laki laki” .

Sekalipun kata wanita dan perempuan juga bisa punya nilai rasa yang

melahirkan makna konotasi

Makna konotatif adalah makna k iasan, atau mak na tambahan, atau yang muncul karena nilai
rasa. Contohkata merah putih bermakna denotasi adalah secarikkain yang berwarna merah
dan putih.Tetapi bila makna konotasi dapat diartikan merah berarti berani dan putih berarti suci.

3. Makna Konseptual dan Mak na Asosiatif

Makna konseptual ada lah mak na yang sesuai dengan konsepnya, mak na yang sesuai
dengan referennya, mak na yang bebas dari asosiasi atau hub ungan apapun. ( Chaer, 1994:
72). Mak na konseptual ini sama dengan mak na referensial,mak na le ksikal, dan mak na
denotatif.

Mak na asosiatif adalah mak na yang dimilik i sebuahkata berkenaan dengan

adanya hubungan kata itu dengan keadaan di luar bahasa. Misalnya kata melati

berasosiasi dengan mak na suci atau kesucian. Karena mak na asosiasi ini

berhubungan dengan nilai moral dan pandangan hidup yang berlak u dalam

suatu masyarakat bahasa yang berarti juga berurusan dengan nilai rasa

bahasa, maka ke dalam mak na asosiatif ini termasuk juga makna konotatif

seperti yang

sudahdibicarakan sebelumnya. Di samping itu ke dalamnya termasuk juga

mak na mak na lain seperti makna stilistika, mak na afe ktif, dan makna ko lokatif.

(Leech dalam Chaer, 1994:72).

Mak na stilistika berkenaan dengan gaya pemilihan kata sehub ungan

dengan adanya perbedaan sosial dan bidang kegiatan di dalam masyarakat.

Karena itu dibedakan mak na rumah, pondo k, keratin, kediaman, dan tempat

tinggal.

7
Mak na afe ktif berkenaan dengan perasaan pembicara pemakai bahasa

secara pribadi, baik terhadap lawan bicara maupun terhadap objek yang

dibicarakan. Mak na afektif lebih terasa secara lisan daripada secara tertulis. “

tutup mulut kalian!” bentak nya kepada kami bandingkan “ mohon diam

sebentar!” katanya kepada anak anak itu.

Makna Kolokatif berkenaan dengan mak na kata dalam kaitannya dengan

mak na kata lain yang mempunyai “tempat” yang sama da lam sebuah frase

(ko=sama, bersama; lokasi=tempat) Contohkata laju,cepat, deras. Kata kata ini

bermak na sama tetapi pasti mempunyai ko lokasi yang berbeda. Kita b isa

mengatakan hujan deras dan berlari cepat kosakata ini tidak boleh

dipertukarkan.

F. Bentuk Penggunaan Konjungsi

1. Konjungsi Relatif

Kasus 1: antara … dengan

Bentuk salah:

… diduga ada faktor yang menyebabkan ketidaktaatasasan hasil penelitian

hub ungan antara partisipasi dalam penyusunan anggaran dengan k inerja

Bentuk disunting ke-1:

… diduga ada faktor yang menyebabkan ketidaktaatasasan hasil penelitian

8
hubungan antara partisipasi dalam penyusunan anggaran dan k inerja

Kasus 2: baik … ataupun

Bentuk salah:

Baik pendekatan kontekstual ataupun pendekatan dapat digunakan untuk

mengumpulkan data yang berkaitan dengan …

Bentuk disunting ke-1:

Baik pendekatan kontekstual maupun pende katan historis dapat


digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan …

2. Konjungsi Subordinatif

Kasus 1: jika … maka

Bentuk salah:

Bentuk salah: Jika peningkatan kompetensi tidak signif ikan maka program ini di ahiri

Bentuk disunting ke-1:

Jika peningkatan kompetensi tidak signif ikan, program ini diakhiri.

Kasus 2: dihub ungi terpisah, dia …

Bentuk salah:

Dihub ungi terpisah, dia mengatakan rapat mendadak diberhentikan.

Bentuk disunting ke-1:

Ketika dihub ungi terpisah, dia mengatakan rapat mendadak diberhentikan.

9
3. Konjungsi Antarkalimat

Kasus 1: tapi, …

Bentuk salah:

Tapi, kemitraan demikian itu harus ditanggapi dengan serius supaya

menghasilkan hasil signif ikan.

Bentuk disunting ke-1:

Akan tetapi, kemitraan demikian itu harus ditanggapi dengan serius supaya

menghasilkan hasil signif ikan.

Bentuk disunting ke-2:

Namun, kemitraan demikian itu harus ditanggapi dengan serius supaya

menghasilkan hasil signif ikan.

Kasus 2: pasalnya, …

Bentuk salah:

Pasalnya, relasi antarkomponen sikap tersebut telah terbukti dapat

menje laskan …

Bentuk disunting ke-1:

… pasalnya, relasi antarkomponen sikap tersebut telah terbukti dapat

menje laskan …

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diksi adalah pilihan kata. Pilihan kata merupakan kegiatan untuk memilih

kata secara tepat dan sesuai dalam mengungkapkan maksuddan tujuan kepada

penyimak atau pembaca baik secara lisan maupun tulisan. Ketepatan dan

kesesuaian sangat penting dalam rangka mengekspersikan maksuddan tujuan.

Pemakaian diksi yang baik akan membantu pembicara dan pendengar dalam

menyelesaikan masalah, begitu pula sebaiknya, gagasan atau ide akan sulit

berterima jika diksi yang digunakan salah sasaran atau tidak sesuai kontek

pembicara dan pendengar.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-diksi.html

https://pendidikan.co.id/diksi/

12

Anda mungkin juga menyukai