P5 - PERPAJAKAN LANJUTAN - Artikel Tentang PPN Atar Industri Rekaman - Tugas Kelompok 3
P5 - PERPAJAKAN LANJUTAN - Artikel Tentang PPN Atar Industri Rekaman - Tugas Kelompok 3
Disusun oleh:
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS BISNIS
BEKASI
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam kami
haturkan kepada junjungan Nabi Agung kita Muhammad SAW, semoga di hari kiamat nanti kita
akan mendapatkan Syafaat darinya. Aamin ya Rabbal 'ala miin.
Kami mengucapkan terima kasih kepada orang tua kami yang telah memberikan kesempatan
kami untuk belajar kembali. Dan untuk pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan
artikel ini. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari akan keterbatasan dan kemampuan
kami dalam menyusun kata, sehingga artikel ini jauh dari sempurna dan masih memerlukan
penyempurnaan, untuk itu saran dan masukannya kami harapkan.
Akhir kata, semoga artikel ini bermanfaat bagi kami dan para pembaca untuk memberikan
tambahan pengetahuan, dan wawasan khususnya dalam bidang yang telah kami bahas ini.
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2. Landasan Teori.....................................................................................................................2
1.2.1. Teori Asas Daya Beli.....................................................................................................2
1.2.2. Teori Prestise.................................................................................................................2
1.3. Kerangka Pemikiran.............................................................................................................4
1.4. Metode Penelitian.................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................7
2.1. Hasil.....................................................................................................................................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................9
3.1. Simpulan..............................................................................................................................9
3.2. Saran...................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11
Dalam perhitungan PPN pada kelompok pertama dan kelompok kedua dihitung
dengan rumus :
PPN terutang = 10% x Harga jual Rata-rata
maka akan terhitung seperti contoh PPN terutang = 10% x Rp 10.00 = Rp 1.000
PPN terutang dalam hal ini diartikan sebagai pajak keluaran yang dibayarkan oleh
PKP produk rekaman suara dengan menebus stiker lunasnya yang kemudian setelah itu PKP
yang berkaitan melampirkan faktur pajak masukan dan setoran tunai dalam bentuk SSP.
Pengkreditan pajak masukan menjadi salah satu diperhitungkan untuk menebus stiker lunas
PPN ketika adanya pembayaran royalti, pembayaran percetakan label , pembayaran biaya
perekaman, pembelian kaset kosong, pembelian atau pembuatan master rekaman suara, serta
pembayaran jasa periklanan televisi di radio, majalah, dan surat kabar.
Pajak masukan yang belum dimasukan dalam perhitungan untuk menebus stiker
lunas PPN ini dapat diperhitungkan kembali untuk menebus stiker lunas pada PPN pada masa
pajak berikutnya paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan
sepanjang belum adanya pengkreditan atau dibebankan sebagai bentuk dari biaya. Namun
2.1. Hasil
Menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 81/PJ./2004 Pasal 1
angka 2, Produk Rekaman Suara adalah semua produk rekaman suara yang dibuat di atas
media rekaman seperti pita kaset, Compact Disc (CD), dan Video Compact Disc (VCD),
Laser Disc (LD), Digital Versatile Disc (DVD) dan media rekaman lain, yang berisi rekaman
suara atau rekaman suara beserta tayangan gambar.
Produsen Produk Rekaman Suara adalah orang pribadi atau badan yang
memproduksi atau menghasilkan produk rekaman suara. Produsen produk rekaman suara
wajib melaporkan usahanya ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha produsen rekaman suara untuk dikukuhkan
menjadi Pengusaha Kena Pajak.
Produsen Produk Rekaman Suara adalah orang pribadi atau badan yang
memproduksi atau menghasilkan produk rekaman suara. Stiker Lunas Pajak Pertambahan
Nilai yang selanjutnya disebut Stiker Lunas PPN adalah pita yang terbuat dari kertas atau
bahan lain yang digunakan sebagai bukti pemungutan dan pelunasan Pajak Pertambahan
Nilai.
2.2. Pembahasan
Subjek PPN atas industri rekaman suara adalah produsen rekaman suara baik orang
pribadi maupun badan. Sedangkan, Objek PPN atas penyerahan Produk Rekaman Suara
terutang Pajak Pertambahan Nilai, yang pemungutan dan pelunasannya dilakukan dengan
menggunakan Stiker Lunas PPN. Produk Rekaman Suara yang beredar wajib dibubuhi Stiker
Lunas PPN.
Produk Rekaman yang diserahkan oleh pengusaha produk rekaman suara kepada
pihak lain dengan tujuan untuk disewakan wajib dibubuhi Stiker Lunas PPN. Atas
penggantian dalam bentuk apapun yang diberikan oleh pihak lain kepada pengusaha produk
rekaman suara dalam rangka penggunaan rekaman suara dengan tujuan untuk disewakan
terutang Pajak Pertambahan Nilai.
3.1. Simpulan
Berdasarkan pada seluruh data yang telah dijabarkan, pengujian terhadap permasalahan
analisis pengaruh Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPnBM) terhadap daya beli konsumen ini dapat disimpulkan.
1. Besarnya pengaruh pajak pertambahan nilai sebesar 3.197 atau 31.97% dan
berpengaruh positif signifikan terhadap daya beli konsumen kendaraan bermotor roda
empat. Masyarakat secara tidak langsung dikenai PPN saat mengkonsumsi barang dan
jasa, dalam hal ini kendaraan roda empat. Memiliki kendaraan roda empat tentu
menambah gengsi pemiliknya. Saat membeli kendaraan roda empat, masyarakat
mengutamakan kualitas kendaraan yang dibeli. Semakin baik kualitas kendaraan,
semakin tinggi reputasi pemiliknya dan tentu saja semakin tinggi harga kendaraan.
Oleh karena itu, nilai PPN akan dibebankan ke kendaraan.
2. Besarnya pengaruh pajak penjualan atas barang mewah sebesar 6.169 atau 61.69%
dan berpengaruh positif signifikan terhadap daya beli konsumen kendaraan bermotor
roda empat. Semakin mewah kendaraan tersebut yang mana otomatis PPnBM nya
juga tinggi, maka akan berpengaruh positif signifikan terhadap daya beli konsumen
kendaraan bermotor. Prestise dan daya beli menentukan pembelian sebuah mobil.
Meski PPnBM tidak dipahami dengan baik oleh semua orang, hal itu tidak
mengurangi niat beli karena membutuhkan ketenaran sebagai penegasan status sosial.
3. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah secara simultan
berpengaruh positif signifikan terhadap Daya Beli Konsumen kendaraan bermotor
roda empat. variasi pada semua variabel independen dapat mempengaruhi perubahan
variabel dependen sebesar 0,649 (64,9%). Sisanya 35,1% dipengaruhi oleh variabel
selain penelitian ini. Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
dikenakan terhadap suatu barang kena pajak. Dalam hal ini kendaraan bermotor roda
empat. Kendaraan motor merupakan barang kena pajak, yang pastinya dikenakan
pajak pertambahan nilai atas pembeliannya. Tidak hanya itu, kendaraan bermotor
juga termasuk barang mewah, dimana setiap barang kena pajak yang bersifat mewah
maka dikenakan pajak penjualan atas barang mewah. Semakin bagus kualitas barang
3.2. Saran
Karena Pengaruh Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
tersebut berpengaruh signifikan Terhadap Daya Beli Konsumen Kendaraan Bermotor, maka
pemerintah harus bisa mempertahankan hal tersebut guna menambah pendapatan negara dan
mengurangi kecurangan barang asing masuk ke Wilayah Indonesia bahkan kalau bisa
ditingkatkan lagi lebih baik dari sebelumnya.
Berdasarkan hasil penelitian masih ada pengaruh dari variabel di luar variabel yang
ada dalam penelitian ini yakni sebesar 28%. Hal ini dapat menjadi bahan untuk melakukan
penelitian lanjutan dalam waktu yang akan datang dengan memasukkan variabel diluar
variabel yang sudah ada dalam penelitian ini.
Peraturan :
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Delvia Aditia, Vina. 2018. Pengaruh Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah Terhadap Daya Beli Konsumen Kendaraan Bermotor Di Kota
Bekasi. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Buku Anshori, Muslich dan Sri Iswati (2017). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya:
Airlangga University Press