Anda di halaman 1dari 18

ARTIKEL

“ANALISIS PEMUNGUTAN DAN PELAPORAN PPN PADA


INDUSTRI REKAMAN SUARA”

Pertemuan Kelima Mata Kuliah Perpajakan Lanjutan

Dosen: Nunuk Novianti, S.E., M.Ak

Disusun oleh:

Prima Rito Manik 2022220018

Mela Nur Fitria 2022220026

Murniwati Ndruru 2022220042

Rana Rahmadania 2022220004

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS BISNIS

UNIVERSITAS BINA INSANI

BEKASI

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam kami
haturkan kepada junjungan Nabi Agung kita Muhammad SAW, semoga di hari kiamat nanti kita
akan mendapatkan Syafaat darinya. Aamin ya Rabbal 'ala miin.
Kami mengucapkan terima kasih kepada orang tua kami yang telah memberikan kesempatan
kami untuk belajar kembali. Dan untuk pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan
artikel ini. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari akan keterbatasan dan kemampuan
kami dalam menyusun kata, sehingga artikel ini jauh dari sempurna dan masih memerlukan
penyempurnaan, untuk itu saran dan masukannya kami harapkan.
Akhir kata, semoga artikel ini bermanfaat bagi kami dan para pembaca untuk memberikan
tambahan pengetahuan, dan wawasan khususnya dalam bidang yang telah kami bahas ini.

Bekasi, 01 November 2023


Hormat Kami,
Kelompok 3

PERPAJAKAN LANJUTAN | BINA INSANI UNIVERSITY ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2. Landasan Teori.....................................................................................................................2
1.2.1. Teori Asas Daya Beli.....................................................................................................2
1.2.2. Teori Prestise.................................................................................................................2
1.3. Kerangka Pemikiran.............................................................................................................4
1.4. Metode Penelitian.................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................7
2.1. Hasil.....................................................................................................................................7
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................9
3.1. Simpulan..............................................................................................................................9
3.2. Saran...................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11

PERPAJAKAN LANJUTAN | BINA INSANI UNIVERSITY iii


BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan ekonomi global yang semakin kompetitif menuntut iklim investasi
yang semakin kondusif untuk menarik investasi. Pajak, sebagai salah satu komponen yang
menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan investor, memerlukan perbaikan yang
berorientasi pada mendukung berkembangnya dunia usaha dan pelaku usaha. Ini berarti
sistem perpajakan yang business friendly dibutuhkan dalam menunjang iklim investasi yang
kondusif yang pada gilirannya akan berdampak pada perekonomian secara nasional.
Sebagaimana dinyatakan oleh Adam Smith bahwa pemungutan pajak harus
memperhatikan aspek keadilan maupun kepastian hukum maka dalam rangka perbaikan
peraturan pajak pertimbangan-pertimbangan seperti penggunaan konsep yang konsisten,
pengurangan beban administrasi, memaksimalkan potensi pertumbuhan merupakan pokok
pikiran yang seharusnya mendasari perubahan peraturan pajak dalam menunjang
berkembangnya dunia usaha. Oleh karena itu PPN sebagai bagian dari penerimaan pajak
pusat agar dalam pemungutannya mempertimbangkan aspek-aspek yang dapat mengurangi
distorsi serta dapat memaksimalkan netralitas dalam ekonomi
Selain itu, terdapat hal yang menarik yaitu tentang pengenaan PPN terhadap
Industri Rekaman Suara yang merupakan hal yang baru dan bisa menjadi sarana penghasil
PPN yang cukup besar mengingat semakin hari semakin banyaknya berbagai macam
aktivitas bisnis di Industri Rekaman Suara.

1.2. Landasan Teori


Berdasarkan yang dimaksud dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak No KEP
81/PJ/2004 yang menyatakan bahwa produk rekaman suara adalah semua jenis produk
rekamanan suara yang dibuat di atas media rekaman seperti pita kaset, compact disk, video
compact disk, laser disk, digital versatile disk, dan media rekaman lainnya yang berisi baik
rekaman suara ataupun rekaman suara beserta tayangan gambarnya. Selain itu aturan
mengenai hal ini juga tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan No.174/KMK.03/2004
dan Peraturan Dirjen Pajak No PER 4/PJ/2008. Produk rekaman suara juga memiliki arti
bahwa orang pribadi atau badan yang memproduksi atau menghasilkan produk rekaman
PERPAJAKAN LANJUTAN | BINA INSANI UNIVERSITY 4
suara dimana produsen dari rekaman suara baik orang pribadi maupun badan wajib
melaporkan usahanya ke kantor pelayanan pajak (KPP) yang wilayah kerjanya meliputi
tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha produsen rekaman suara tersebut untuk
dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak.
Atas penyerahan produk rekaman suara tersebut Pengusaha kena pajak baik orang
pribadi maupun badan akan terutang pajak pertambahan Nilai yang pemungutan dan
pelunasan pajak terutangnya akan dilaksanakan dengan menggunakan stiker lunas PPN.
Dimana stiker lunas PPN ini merupakan pita yang terbuat dari kertas atau bahan lain yang
digunakan sebagai bukti pemungutan dan pelunasan pajak pertambahan nilai.
Dalam pemungutannya, PPN yang terutang atas penyerahan produk rekaman suara
ini terbagi atas 2 kelompok yaitu dimana dalam kelompok pertama terdiri dari kaset isi jenis
A, B, dan C; compact disk jenis CD1 dan CD2; serta Video compact disk jenis VCD 1, 2, dan
ekonomis. dalam kelompok kedua terdiri dari produk rekaman suara yang berisi materi buku
pelajaran umum, bahasa, dan agama ; laser disk karaoke; dan digital versatile disk karaoke.

Dalam perhitungan PPN pada kelompok pertama dan kelompok kedua dihitung
dengan rumus :
PPN terutang = 10% x Harga jual Rata-rata
maka akan terhitung seperti contoh PPN terutang = 10% x Rp 10.00 = Rp 1.000

PPN terutang dalam hal ini diartikan sebagai pajak keluaran yang dibayarkan oleh
PKP produk rekaman suara dengan menebus stiker lunasnya yang kemudian setelah itu PKP
yang berkaitan melampirkan faktur pajak masukan dan setoran tunai dalam bentuk SSP.
Pengkreditan pajak masukan menjadi salah satu diperhitungkan untuk menebus stiker lunas
PPN ketika adanya pembayaran royalti, pembayaran percetakan label , pembayaran biaya
perekaman, pembelian kaset kosong, pembelian atau pembuatan master rekaman suara, serta
pembayaran jasa periklanan televisi di radio, majalah, dan surat kabar.
Pajak masukan yang belum dimasukan dalam perhitungan untuk menebus stiker
lunas PPN ini dapat diperhitungkan kembali untuk menebus stiker lunas pada PPN pada masa
pajak berikutnya paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan
sepanjang belum adanya pengkreditan atau dibebankan sebagai bentuk dari biaya. Namun

PERPAJAKAN LANJUTAN | BINA INSANI UNIVERSITY 5


pajak masukan yang telah dikreditkan dalam surat pemberitahuan masa PPN maka tidak akan
dapat diperhitungkan kembali untuk menebus stiker lunas dari PPN walaupun melalui
mekanisme dan tata cara pembetulan surat pemberitahuan masa PPN yang bersangkutan.
Dalam hal ini saat jumlah nilai stiker lunas PPN yang diminta lebih besar dari jumlah pajak
masukan yang diperhitungkan maka jumlah dari pajak pertambahan nilai yang kurang bayar
harus disetor kekas negara secara tunai.

PERPAJAKAN LANJUTAN | BINA INSANI UNIVERSITY 6


1.3. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Variabel bebas penelitian ini adalah PPN (X1) dan PPnBM (X2). Sedangkan
untuk variabel terikatnya yaitu daya beli Konsumen Kendaraan bermotor roda empat (Y).
Dari uraian diatas, terdapat Kerangka sebagai berikut.

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran

PERPAJAKAN LANJUTAN | BINA INSANI UNIVERSITY 7


1.4. Metode Penelitian
Teknik penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
adalah penelitian yang tidak ada hubungannya dengan kenyataan, sehingga peneliti tidak
berinteraksi pada apa yang sedang dipelajari (positivis). Jenis penelitian yang dilakukan
yaitu Penelitian Verifikatif atau Penelitian Eksplanasi yang bertujuan untuk menguji
kebenaran dengan menguji hipotesis tentang sebab dan akibat antara variabel yang diteliti.
Selain itu berdasarkan tempat pelaksanaannya, penelitian ini juga menggunakan penelitian
lapangan dan perpustakaan.
Terkait lebih jelas mengenai pengukurannya, kami menyiapkan 2 (dua) variabel
berikut sebagai acuan.
1. Variabel Independen (X)
a) Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak atas konsumsi Barang Kena Pajak (BKP) dan
atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dilakukan di dalam Daerah Pabean. Pajak
pertambahan nilai dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam
peredarannya dari produsen ke konsumen.
b) Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah pajak yang dipungut atas penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP) yang digolongkan sebagai barang mewah yang dilakukan
oleh pengusaha yang menghasilkan, mengimpor, atau mengekspor Barang Kena Pajak
yang tergolong mewah tersebut di dalam daerah pabean dalam lingkungan perusahaan
atau pekerjaannya.
c) Tarif Progresif Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak Kendaraan Bermotor merupakan pajak yang dibebankan kepada pemilik
kendaraan bermotor dan Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu jenis pajak
daerah. Pajak kendaraan dengan tarif progresif adalah tarif pemungutan pajak
kendaraan bermotor (PKB) dengan persentase yang naik dengan jumlah kendaraan
yang dimiliki sebagai dasar pengenaan pajak.
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Daya beli”, yaitu
merupakan kemampuan seseorang dalam membeli barang atau jasa yang dikehendaki

PERPAJAKAN LANJUTAN | BINA INSANI UNIVERSITY 8


atau

PERPAJAKAN LANJUTAN | BINA INSANI UNIVERSITY 9


diperlukan. Daya beli satu orang dengan yang lain tentu saja berbeda. Hal tersebut
disebabkan karena beberapa faktor, seperti perubahan pendapatan konsumen, perubahan
harga barang pengganti, perubahan harga barang komplementer, dan perubahan cita rasa
konsumen. Dengan asumsi bahwa daya beli konsumen terhadap pengenaan PPN, PPnBM
dan PKB dengan Tarif Progresif atas Kendaraan Roda Empat.

PERPAJAKAN LANJUTAN | BINA INSANI UNIVERSITY 10


BAB II PEMBAHASAN

2.1. Hasil
Menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 81/PJ./2004 Pasal 1
angka 2, Produk Rekaman Suara adalah semua produk rekaman suara yang dibuat di atas
media rekaman seperti pita kaset, Compact Disc (CD), dan Video Compact Disc (VCD),
Laser Disc (LD), Digital Versatile Disc (DVD) dan media rekaman lain, yang berisi rekaman
suara atau rekaman suara beserta tayangan gambar.
Produsen Produk Rekaman Suara adalah orang pribadi atau badan yang
memproduksi atau menghasilkan produk rekaman suara. Produsen produk rekaman suara
wajib melaporkan usahanya ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha produsen rekaman suara untuk dikukuhkan
menjadi Pengusaha Kena Pajak.
Produsen Produk Rekaman Suara adalah orang pribadi atau badan yang
memproduksi atau menghasilkan produk rekaman suara. Stiker Lunas Pajak Pertambahan
Nilai yang selanjutnya disebut Stiker Lunas PPN adalah pita yang terbuat dari kertas atau
bahan lain yang digunakan sebagai bukti pemungutan dan pelunasan Pajak Pertambahan
Nilai.

2.2. Pembahasan
Subjek PPN atas industri rekaman suara adalah produsen rekaman suara baik orang
pribadi maupun badan. Sedangkan, Objek PPN atas penyerahan Produk Rekaman Suara
terutang Pajak Pertambahan Nilai, yang pemungutan dan pelunasannya dilakukan dengan
menggunakan Stiker Lunas PPN. Produk Rekaman Suara yang beredar wajib dibubuhi Stiker
Lunas PPN.
Produk Rekaman yang diserahkan oleh pengusaha produk rekaman suara kepada
pihak lain dengan tujuan untuk disewakan wajib dibubuhi Stiker Lunas PPN. Atas
penggantian dalam bentuk apapun yang diberikan oleh pihak lain kepada pengusaha produk
rekaman suara dalam rangka penggunaan rekaman suara dengan tujuan untuk disewakan
terutang Pajak Pertambahan Nilai.

PERPAJAKAN LANJUTAN | BINA INSANI UNIVERSITY 11


Produsen produk rekaman suara wajib melaporkan usahanya ke KPP yang wilayah
kerjanya meliputi tempat kedudukan atau tempat kegiatan usaha produsen rekaman suara
untuk dikukuhkan menjadi PKP. Produk Rekaman Suara adalah semua produk rekaman suara
yang dibuat di atas media rekaman, seperti pita kaset, Compact Disc (CD), dan Video
Compact Disc (VCD), Laser Disc (LD), Digital Versatile Disc (DVD), dan Media rekaman
lain, yang berisi rekaman suara atau rekaman suara beserta tayangan gambar, meliputi:
Menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 81/PJ./2004 Pasal 2 ayat (2),
1. Kaset isi jenis A adalah produk rekaman suara di atas pita kaset yang berisi :
- lagu berbahasa Indonesia dan yang berisi lagu campuran yang berbahasa Indonesia dan
berbahasa daerah, yang seluruh pencipta dan penyanyinya warga negara Indonesia; atau
- lagu instrumentalia yang seluruh penciptanya warga negara Indonesia.
3. Kaset isi jenis B adalah produk rekaman suara di atas pita kaset yang berisi :
- lagu berbahasa asing dan yang berisi lagu campuran yang berbahasa asing dan
berbahasa Indonesia/Daerah, selain lagu keagamaan
- lagu yang satu atau lebih penciptanya atau penyanyinya warga negara asing
- lagu instrumentalia yang satu atau lebih penciptanya warga negara asing.
4. Kaset isi jenis C adalah produk rekaman suara di atas pita kaset yang berisi :
 lagu yang seluruhnya berbahasa daerah yang seluruh pencipta dan
penyanyinya warga negara Indonesia; atau
 rekaman cerita, lawak, wayang, dan rekaman yang sejenis lainnya dalam
bahasa Indonesia/Daerah; atau
 suara burung dan suara hewan lainnya; atau
 lagu keagamaan.
Compact Disc jenis CD.1 adalah produk rekaman suara di atas compact disc yang
berisi :
 lagu berbahasa Indonesia dan yang berisi lagu campuran yang berbahasa
Indonesia dan berbahasa daerah, yang seluruh pencipta dan penyanyinya warga negara
Indonesia; atau
 lagu instrumentalia yang seluruh penciptanya warga negara Indonesia; atau
 lagu keagamaan.

PERPAJAKAN LANJUTAN | BINA INSANI UNIVERSITY 12


Compact Disc jenis CD.2 adalah produk rekaman suara di atas compact disc yang
berisi :
 lagu berbahasa asing dan yang berisi lagu campuran yang berbahasa asing
dan berbahasa Indonesia/Daerah, selain lagu keagamaan; atau
 lagu yang satu atau lebih penciptanya atau penyanyinya warga negara asing;
atau
 lagu instrumentalia yang satu atau lebih penciptanya warga negara asing.
Video Compact Disc jenis VCDK.1 adalah produk rekaman suara di atas, video
compact disc dengan harga jual eceran di atas Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) yang berisi :
 lagu berbahasa Indonesia dan yang berisi lagu campuran yang berbahasa
Indonesia dan berbahasa daerah beserta tayangan gambar (Video Compact Disc Karaoke),
yang seluruh pencipta dan penyanyinya warga negara Indonesia; atau
 lagu instrumentalia beserta tayangan gambar (Video Compact Disc Karaoke)
yang seluruh penciptanya warga negara Indonesia; atau
 lagu keagamaan beserta tayangan gambar (Video Compact Disc Karaoke).
Video Compact Disc jenis VCDK.2 adalah produk rekaman suara di atas video
compact disc yang berisi :
 lagu berbahasa asing dan yang berisi lagu campuran yang berbahasa asing
dan berbahasa Indonesia/daerah beserta tayangan gambar (Video Compact Disc Karaoke),
selain lagu keagamaan; atau
 lagu beserta tayangan gambar (Video Compact Disc Karaoke) yang satu atau
lebih penciptanya atau penyanyinya warga negara asing; atau
 lagu instrumentalia beserta tayangan gambar (Video Compact Disc Karaoke)
yang satu atau lebih penciptanya warga negara asing.
Video Compact Disk jenis VCDK. Ekonomis adalah produk rekaman suara di atas
video compact disc dengan harga jual eceran sampai dengan Rp. 10.000,- (sepuluh ribu
rupiah) yang berisi :
 lagu berbahasa Indonesia dan yang berisi lagu campuran yang berbahasa
Indonesia dan berbahasa daerah beserta tayangan gambar (Video Compact Disc Karaoke),
yang seluruh pencipta dan penyanyinya warga negara Indonesia; atau

PERPAJAKAN LANJUTAN | BINA INSANI UNIVERSITY 13


 lagu instrumentalia beserta tayangan gambar (Video Compact Disc Karaoke)
yang seluruh penciptanya warga negara Indonesia; atau
 lagu keagamaan beserta tayangan gambar (Video Compact Disc Karaoke).
Menurut Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 81/PJ./2004 Pasal 2 ayat
(3):
1. Produk rekaman suara yang berisi materi buku pelajaran umum, pelajaran
bahasa, atau pelajaran agama;
 Laser disc karaoke (LD.K);
 Digital versatile disc karaoke (DVD.K).

PERPAJAKAN LANJUTAN | BINA INSANI UNIVERSITY 14


BAB III PENUTUP

3.1. Simpulan
Berdasarkan pada seluruh data yang telah dijabarkan, pengujian terhadap permasalahan
analisis pengaruh Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
(PPnBM) terhadap daya beli konsumen ini dapat disimpulkan.
1. Besarnya pengaruh pajak pertambahan nilai sebesar 3.197 atau 31.97% dan
berpengaruh positif signifikan terhadap daya beli konsumen kendaraan bermotor roda
empat. Masyarakat secara tidak langsung dikenai PPN saat mengkonsumsi barang dan
jasa, dalam hal ini kendaraan roda empat. Memiliki kendaraan roda empat tentu
menambah gengsi pemiliknya. Saat membeli kendaraan roda empat, masyarakat
mengutamakan kualitas kendaraan yang dibeli. Semakin baik kualitas kendaraan,
semakin tinggi reputasi pemiliknya dan tentu saja semakin tinggi harga kendaraan.
Oleh karena itu, nilai PPN akan dibebankan ke kendaraan.
2. Besarnya pengaruh pajak penjualan atas barang mewah sebesar 6.169 atau 61.69%
dan berpengaruh positif signifikan terhadap daya beli konsumen kendaraan bermotor
roda empat. Semakin mewah kendaraan tersebut yang mana otomatis PPnBM nya
juga tinggi, maka akan berpengaruh positif signifikan terhadap daya beli konsumen
kendaraan bermotor. Prestise dan daya beli menentukan pembelian sebuah mobil.
Meski PPnBM tidak dipahami dengan baik oleh semua orang, hal itu tidak
mengurangi niat beli karena membutuhkan ketenaran sebagai penegasan status sosial.
3. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah secara simultan
berpengaruh positif signifikan terhadap Daya Beli Konsumen kendaraan bermotor
roda empat. variasi pada semua variabel independen dapat mempengaruhi perubahan
variabel dependen sebesar 0,649 (64,9%). Sisanya 35,1% dipengaruhi oleh variabel
selain penelitian ini. Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah
dikenakan terhadap suatu barang kena pajak. Dalam hal ini kendaraan bermotor roda
empat. Kendaraan motor merupakan barang kena pajak, yang pastinya dikenakan
pajak pertambahan nilai atas pembeliannya. Tidak hanya itu, kendaraan bermotor
juga termasuk barang mewah, dimana setiap barang kena pajak yang bersifat mewah
maka dikenakan pajak penjualan atas barang mewah. Semakin bagus kualitas barang

PERPAJAKAN LANJUTAN | BINA INSANI UNIVERSITY 15


maka

PERPAJAKAN LANJUTAN | BINA INSANI UNIVERSITY 16


semakin tinggi pula pajakpenjualan atas barang mewahnya. Semakin bagus kualitas
barangnya maka semakin tinggi pula daya beli konsumennya.
4. Pengenaan PPN tidak berpengaruh dan tidak signifikan pada daya beli konsumen
kendaraan roda empat, serta berpengaruh positif dan signifikan pada daya beli
konsumen. Pengenaan PKB dengan tarif progresif berengaruh positif tetapi tidak
signifikan daya beli konsumen kendaraan roda empat. Pengenaan PPN, PPnBM dan
PKB tarif progresif berpengaruh positif dan signifikan secara simultan terhadap daya
beli konsumen.

3.2. Saran
Karena Pengaruh Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
tersebut berpengaruh signifikan Terhadap Daya Beli Konsumen Kendaraan Bermotor, maka
pemerintah harus bisa mempertahankan hal tersebut guna menambah pendapatan negara dan
mengurangi kecurangan barang asing masuk ke Wilayah Indonesia bahkan kalau bisa
ditingkatkan lagi lebih baik dari sebelumnya.
Berdasarkan hasil penelitian masih ada pengaruh dari variabel di luar variabel yang
ada dalam penelitian ini yakni sebesar 28%. Hal ini dapat menjadi bahan untuk melakukan
penelitian lanjutan dalam waktu yang akan datang dengan memasukkan variabel diluar
variabel yang sudah ada dalam penelitian ini.

PERPAJAKAN LANJUTAN | BINA INSANI UNIVERSITY 17


DAFTAR PUSTAKA

Peraturan :

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Keputusan Menteri Keuangan No.197/PMK.03/2013 PMK. 38/PMK.011/2013

Delvia Aditia, Vina. 2018. Pengaruh Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah Terhadap Daya Beli Konsumen Kendaraan Bermotor Di Kota
Bekasi. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Buku Anshori, Muslich dan Sri Iswati (2017). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya:
Airlangga University Press

Djaali (2020). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara

Budi Prianto, 2015. Buku Pintar Pajak, Jakarta: Pratama Indomitra

Waluyo, 2011. Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba Empat.

PERPAJAKAN LANJUTAN | BINA INSANI UNIVERSITY 18

Anda mungkin juga menyukai