Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 2

PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK


BERKEBUTUHAN KHUSUS

Disusun oleh :

Nama : MARATIL IZZATI


Nim : 856272665
Semester : VI (ENAM)
Prodi : 118/PGSD-S1
Masa registrasi : 2023.2
Referensi : Modul PDGK4407

UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ-UT PADANG
POKJAR BUKITTINGGI
TUGAS TUTORIAL ONLINE KE-1/❷/3
PDGK4407/PENGANTAR PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS/3 SKS
PROGRAM STUDI S1 PGSD
Skor
No Uraian Tugas Tutorial
Maksimal
1 Jelaskan definisi anak berbakat versi amerika (francoya 20
gangen) dan versi indonesia !
2 Jelaskan disain pembelajaran anak berbakat menurut 25
Renzulli!
3 Jelaskan dua jenis definisi sebuhubungan dengan 15
kehilangan penglihatan!
4 Jelaskan strategi WHO untuk memerangi kebutaan dan 25
kurang waras!
5 Jelaskan pengertian dari tunarungu menurut beberapa 15
ahli!
* coret yang tidak sesuai

Jawaban:
1. Definisi formal yang dikemukakan oleh Francoya Gagne tentang anak berbakat adalah
sebagai berikut. Giftedness berhubungan dengan kecakapan yang secara jelas berada di atas
rata-rata dalam satu atau lebih ranah (domains) bakat manusia. Talented berhubungan
dengan penampilan (performance) yang secara jelas berbeda di atas rata-rata dalam satu atau
lebih bidang aktivitas manusia" (Gagne dalam Calongelo dan Davis, 1991:65)
Sedangkan definisi berbakat versi Indonesia, seperti dirumuskan dalam seminar/ lokakarya
Program alternatives for the gifted and talented yang diselenggarakan di Jakarta (1982)
bahwa yang disebut anak berbakat, adalah mereka yang didefinisikan oleh orang-orang
profesional mampu mencapai prestasi yang tinggi karena memiliki kemampuan-kemampuan
luar biasa. Mereka menonjol secara konsisten dalam salah satu atau beberapa bidang,
meliputi bidang intelektual umum, bidang kreativitas, bidang seni/kinetik, dan bidang
psikososial/kepemimpinan. Mereka memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi
dan/atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat merealisasikan
urusan mereka terhadap masyarakat maupun terhadap diri sendiri(Utami Munandar,
1995:41).
Rumusan di atas mengandung implikasi bahwa (a) bakat merupakan potensi yang
memungkinkan seseorang berpartisipasi tinggi, (b) terdapat perbedaan antara bakat sebagai
potensi yang belum terwujud dengan bakat yang sudah terwujud dan nyata dalam prestasi
yang unggul, ini berarti anak berbakat yang underachiever juga diidentifikasi sebagai anak
berbakat, (c) terdapat keragaman dalam bakat, (d) ada kecenderungan bahwa bakat hanya
akan muncul dalam salah satu bidang kemampuan, dan (e) perlunya layanan pendidikan
khusus di luar jangkauan pendidikan biasa.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa anak berbakat adalah anak
yang mempunyai kemampuan yang unggul dari anak rata-rata/normal, baik dalam
kemampuan intelektual maupun nonintelektual sehingga mereka membutuhkan layanan
pendidikan secara khusus. Moh. Amin (1996) menyimpulkan bahwa keberbakatan
merupakan istilah yang berdimensi banyak. Keberbakatan bukan semata-mata karena
seseorang memiliki inteligensia tinggi melainkan ditentukan oleh banyak faktor.

2. Renzulli mengemukakan bahwa langkah-langkah penting untuk diperhatikan dalam


mendesain pembelajaran untuk anak berbakat adalah sebagai berikut: Seleksi dan latihan
guru, pengembangan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan belajar dalam segi akademik
maupun seni, prosedur identifikasi jamak, pematokan sasaran program, orientasi kerja sama
antarpersonil, rencana evaluasi, dan peningkatan administratif.
Hal-hal tersebut dapat dikelompokkan menjadi karakteristik dan kebutuhan belajar anak,
persiapan tenaga guru, pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak,
adanya kerja sama antarpersonel, pola administrasi, dan rencana evaluasi yang digunakan.
Selanjutnya, dalam menentukan alternatif pembelajaran M. Soleh (1996) mengemukakan
bahwa ada pilihan khusus, seperti (1) mengemas materi bidang studi tertentu agar sesuai
dengan kebutuhan belajar anak berbakat, kemudian berangsur- angsur ke bidang studi lain;
(2) melatih teknik mengajar tertentu kepada guru bidang studi seperti teknik pembelajaran
pengembangan kreativitas; dan (3) mencobakan beberapa model pembelajaran di sekolah
atau daerah tertentu dan jika diperoleh hasil yang baik, kemudian menyebarluaskannya ke
sekolah lain.
3. Terdapat dua jenis definisi sehubungan dengan kehilangan penglihatan, yaitu:
a. Definisi Legal
Definisi legal terutama dipergunakan oleh profesi medis untuk menentukan apakah
seseorang berhak memperoleh akses terhadap keuntungan-keuntungan tertentu
sebagaimana diatur oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti jenis
asuransi tertentu, bebas bea transportasi, atau untuk menentukan perangkat alat bantu
yang sesuai dengan kebutuhannya, dan sebagainya. Dalam definisi legal ini, ada dua
aspek yang diukur: ketajaman penglihatan (visual acuity) dan medan pandang (visual
field).
Untuk mengukur ketajaman penglihatan adalah dengan menggunakan Snellen Chart
yang terdiri dari huruf-huruf atau angka-angka atau gambar-gambar yang disusun
berbaris berdasarkan ukuran besarnya (lihat Gambar 4.1). Setiap baris huruf pada tabel
Snellen ini dapat dikenali dari jarak tertentu oleh orang yang berpenglihatan normal,
misalnya dari jarak 60, 36, 24, 18, 12, 9 atau 6 meter. Anak berdiri 6 meter dari tabel itu,
dan jika dia dapat membaca tabel itu sejauh baris yang berisi huruf-huruf untuk jarak 6
meter, berarti ketajaman penglihatannya adalah 6/6 atau "normal". Jika dia dapat
membaca hanya sejauh baris yang berisi huruf- huruf untuk jarak 24 meter maka
ketajaman penglihatannya adalah 6/24. Angka yang di atas (pembilang) selalu
menunjukkan jarak dari tabel, dan angka bawah (penyebut) menunjukkan jarak mata
normal dapat membaca huruf-huruf itu. Dengan kata lain, bila ketajaman penglihatan
seorang anak adalah 6/24, ini berarti bahwa huruf-huruf yang dapat dibaca oleh mata
normal dari jarak 24 meter hanya dapat dibaca dari jarak 6 meter oleh anak itu. Bilangan
ini tidak menunjukkan pecahan dari penglihatan normal. Bukan sesuatu yang luar biasa
jika kedua belah mata mempunyai ketajaman penglihatan yang sangat berbeda, misalnya
6/6 dan 6/24.
Medan pandang (visual field) adalah luasnya wilayah yang dapat dilihat orang tanpa
menggerakkan matanya. (Dalam beberapa literatur, visual field diterjemahkan sebagai
"lantang pandang"). Mata dengan penglihatan normal mempunyai medan pandang 180
derajat. Ini berarti jika Anda merentangkan kedua belah lengan Anda ke kiri dan kanan
sementara Anda melihat ke depan, Anda akan dapat melihat tangan kiri dan tangan
kanan Anda tanpa harus menoleh. Orang yang medan pandangnya sangat sempit ibarat
melihat melalui sebuah cerobong, dia harus menolehkan wajahnya ke kiri kanan untuk
dapat melihat lebih banyak.
b. Definisi Edukasional
Dua orang yang mempunyai tingkat ketajaman penglihatan yang sama dan bidang
pandang yang sama belum tentu menunjukkan keberfungsian yang sama. Pengalaman
telah menunjukkan bahwa pengetahuan tentang ketajaman penglihatan saja tidak cukup
untuk memprediksikan bagaimana orang akan berfungsi, baik secara penglihatannya
maupun pada umumnya. Pengetahuan tersebut juga tidak cukup mengungkapkan tentang
bagaimana orang akan menggunakan penglihatannya yang mungkin masih tersisa. Bila
seseorang masih memiliki sisa penglihatan, betapapun kecilnya, akan penting bagi orang
tersebut untuk belajar mempergunakannya. Hal tersebut biasanya akan mempermudah
baginya untuk mengembangkan kemandirian dan pada gilirannya akan membantu
meningkatkan kualitas kehidupannya.
Definisi edukasional mengenai ketunanetraan lebih dapat memenuhi persyaratan tersebut
daripada definisi legal, dan oleh karenanya dapat menunjukkan:
 metode membaca dan metode pembelajaran membaca yang mana yang sebaiknya
dipergunakan;
 alat bantu serta bahan ajar yang sebaiknya dipergunakan;
 kebutuhan yang berkaitan dengan orientasi dan mobilitas.
Secara edukasional, seseorang dikatakan tunanetra apabila untuk kegiatan
pembelajarannya dia memerlukan alat bantu khusus, metode khusus atau teknik-teknik
tertentu sehingga dia dapat belajar tanpa penglihatan atau dengan penglihatan yang
terbatas.
Berdasarkan cara pembelajarannya, ketunanetraan dapat dibagi ke dalam dua kelompok,
yaitu:
 buta (blind) atau tunanetra berat
Seseorang dikatakan tunanetra berat (blind) apabila dia sama sekali tidak
memiliki penglihatan atau hanya memiliki persepsi cahaya (Barraga & Erin,
1991) sehingga untuk keperluan belajarnya dia menggunakan indra-indra
nonpenglihatan. Misalnya, untuk membaca dia menggunakan tulisan Braille
yang dibaca melalui ujung-ujung jari, atau rekaman audio yang "dibaca" melalui
pendengaran.
 kurang awas (low vision) atau tunanetra ringan.
eseorang dikatakan tunanetra ringan (low vision) apabila setelah dikoreksi
penglihatannya masih sedemikian buruk tetapi fungsi penglihatannya dapat
ditingkatkan melalui penggunaan alat-alat bantu optik dan modifikasi
lingkungan (Corn & Ryser, 1989). Siswa kurang awas belajar melalui
penglihatan dan indra-indra lainnya. Dia mungkin akan membaca tulisan yang
diperbesar (large print) dengan atau tanpa kaca pembesar, tetapi dia juga akan
terbantu apabila belajar Braille atau menggunakan rekaman audio.
Keberfungsian penglihatannya akan tergantung pada faktor-faktor seperti
pencahayaan, alat bantu optik yang dipergunakannya, tugas yang dihadapinya,
dan karakteristik pribadinya.
Definisi edukasional, meskipun tidak sempurna, namun dapat memberikan pandangan
yang lebih holistik (menyeluruh) mengenai kebutuhan anak serta orang dewasa
penyandang ketunanetraan, baik tunanetra sejak lahir maupun yang ketunanetraannya
didapat setelah kelahiran.

4. Secara internasional, WHO mempunyai satu strategi yang terdiri dari tiga langkah untuk
memerangi kebutaan dan kurang awas. Ketiga langkah tersebut adalah:
a. memperkuat program kesehatan dasar mata di dalam program pelayanan kesehatan
dasar untuk menghapuskan faktor-faktor penyebabnya yang dapat dicegah;
b. mengembangkan pelayanan terapi dan pembedahan untuk menangani secara efektif
gangguan mata yang "dapat disembuhkan";
c. mendirikan pusat pelayanan optik dan pelayanan bagi penyandang tunanetra.
Pada Tahun 1992, Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menyajikan sebuah laporan yang
berjudul "Prevention of childhood blindness" (Pencegahan kebutaan anak). Dalam
pendahuluannya laporan tersebut menekankan bahwa: "... Dengan meningkatnya
pengetahuan dan membaiknya terapi yang dihasilkan dari penelitian klinis dan dasar selama
satu dekade belakangan ini, kini telah memungkinkan untuk mencegah atau mengobati
secara efektif sejumlah kondisi yang berpotensi untuk menyebabkan kebutaan pada kanak-
kanak". Selama tahun-tahun terakhir ini, fokus perhatian telah bergeser dari pencegahan
ketunanetraan pada orang dewasa ke pencegahan ketunanetraan pada anak-anak dan
pencegahan kecacatan anak pada umumnya. Strategi untuk mencegah ketunanetraan pada
anak dikembangkan atas tiga tingkatan sebagai berikut:
a. Pencegahan primer: pencegahan berjangkitnya penyakit.
b. Pencegahan sekunder: pencegahan timbulnya komplikasi yang mengancam
penglihatan serta kehilangan penglihatan bila penyakit telah berjangkit.
c. Pencegahan tersier: minimalisasi ketunanetraan yang diakibatkan oleh penyakit atau
cedera yang telah dialami.

5. Pengertian tunarungu menurut beberapa ahli:


a. Pendapat Hallahan dan Kauffman (1991:266)
Dari pernyataan tersebut di atas, dapat diartikan bahwa Tunarungu (hearing impairment)
merupakan satu istilah umum yang menunjukkan ketidakmampuan mendengar dari yang
ringan sampai yang berat sekali yang digolongkan kepada tali (deaf) dan kurang dengar
(hard of hearing).
Orang yang tuli (a deaf person) adalah seseorang yang mengalami ketidakmampuan
mendengar, sehingga mengalami hambatan di dalam memproses informasi bahasa
melalui pendengarannya dengan atau tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing
aid). Sedangkan orang yang kurang dengar (a hard of hearing person) adalah seseorang
yang biasanya dengan menggunakan alat bantu dengar, sisa pendengarannya cukup
memungkinkan untuk keberhasilan memproses informasi bahasa melalui
pendengarannya, artinya apabila orang yang kurang dengar tersebut menggunakan alat
bantu dengar, ia masih dapat menangkap pembicaraan melalui pendengarannya.
b. Frisina (Moores, 2001:11; Kirk, S. & Gallagher, J., 1989-300)
Orang yang tuli (a deaf person) adalah seseorang yang mengalami ketidakmampuan
mendengar sedemikian besar, yang menghambat pemahaman bicara melalui
pendengarannya dengan atau tanpa menggunakan alat bantu dengar. Sedangkan orang
yang kurang dengar (a hard of hearing person) adalah seseorang yang mengalami
ketidakmampuan mendengar sedemikian besar sehingga mengalami kesulitan, tetapi
tidak menghambat pemahaman pembicaraan melalui pendengarannya, tanpa atau dengan
menggunakan alat bantu dengar.
Berdasarkan kedua definisi tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa anak yang tergolong
tuli, sulit sekali/tidak dapat menangkap pembicaraan melalui pendengarannya baik
dengan memakai ataupun tidak memakai alat bantu dengar. Sedangkan pada anak yang
tergolong kurang dengar, apabila menggunakan alat bantu dengar yang tepat,
pendengarannya masih memungkinkan untuk menangkap pembicaraan melalui
pendengarannya. Bahkan untuk yang tergolong tunarungu ringan, pendengarannya masih
memungkinkan untuk dapat menangkap pembicaraan melalui pendengarannya meskipun
mengalami kesulitan, tanpa menggunakan alat bantu dengar.

Anda mungkin juga menyukai