Anda di halaman 1dari 5

Nama : Eva Karmilah

Kelas : KPI B

NIM : 43010230057

Tugas : UTS Pancasila

1. Mengapa pancasila harus dipelajari hingga perguruan tinggi?


Menurut Ketut Rindjin (2012).
“ Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar NKRI, maka sangat
ideal apabila tiap warga negara Indonesia memahami dan menghayati Pancasila,
mempelajari dan mengamalkannya serta memecahkan masalah yang dihadapi dari
sudut pandang Pancasila.”
 Pembelajaran pancasila bertujuan untuk mengembangkan potensi akademik
para pelajar, dengan mempelajari pancasila kita mampu menciptakan karakter
individu yang paham tentang hak dan kewajibannya sebagai warga Negara.
Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai pancasila
kepada mahasiswa sebagai warga Negara Republik Indonesia, serta
membimbing untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
 Selain itu dengan adanya pembelajaran pancasila para pelajar atau mahasiswa
diharapkan dapat membentuk sikap atau karakter yang mampu mengapresiasi
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila seperti nilai Ketuhanan,
kemanusiaan, kecintaan terhadap Tanah Air dan kesatuan bangsa, menerapkan
sikap demokrasi, bermusyawarah, selalu mendukung kerakyartan dan
mengutamakan kepentinngan orang banyak diatas kepentingan individu atau
golongan, berkeadilan serta selalu mendukung upaya untuk mewujudkan rasa
keadilan bagi seluruh warga Negara Republik Indonesia yang berlandaskan
pancasila, serta nantinya nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dikehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
 Selanjutnya dengan mempelajari pancasila yaitu untuk menanamkan nilai-nilai
moral kepada generasi penerus bangsa, dengan demikian pembelajaran
pancasila diharapkan mampu memperkuat rasa persatuan dan kesatuan atau
solidaritas nasional, kesadaran pentingnya norma-norma dalam pergaulan,
kedasaran tentang pentingnya kesehatan mental bangsa, serta menanamkan
pentingnya kesadaran terhadap ideology pancasila.
 Dan kita juga dapat mengetahui peristiwa-peristiwa sejarah Indonesia pada
masa lalu, dan dapat mengambil hikmah dengan menanamkan nilai-nilai moral
yang terkandung didalammya serta agar menambah rasa kecintaan kita
terhadap Tanah Air.

2. Mengapa para pendiri bangsa dulu menerima dengan baik kekuasaan kolonial
Jepang?
 Jepang masuk ke Indonesia pada Januari 1942 melalui Ambon dan menguasai
seluruh Maluku. Saat itu tentara Jepang dapat dengan mudah menguasai
berbagai daerah di Indonesia, kekuatan Jepang mulai berkembang sejak
menjadi Negara industri hingga imperialis.
 Jepang diterima dengan baik oleh bangsa Indonesia karena pada saat ini
Jepang mengeluarkan doktrin Hakko Ichiu yaitu alat propaganda atau alat
politik untuk mencapai tujuan pemerintahan Jepang. Slogan Hakko Ichiu ini
menyatakan bahwa bangsa Jepang dan Indonesia segolongan atau satu
keturunan.
 Selain itu Jepang juga melakukan propaganda lainnya yang bertujuan agar
mendapat dukungan dari bangsa Indonesia, seperti :
• Memperdengarkan lagu Indonesia Raya selain lagu Kimigayo yang
menjadi lagu kebangsaan Jepang melalui radio di Tokyo.
• Memperbolehkan mengibarkan bendera merah putih berdampingan
dengan bendera hinomaru milik Jepang.
 Alasan lainnya Jepang diterima baik di Indonesia yaitu Jepang mendirikan
atau membentuk gerakan 3A, yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung
Asia dan Nippon Pemimpin Asia.
 Diangkatnya penduduk Indonesia sebagai pegawai administrasi di
pemerintahan Jepang. Jepang berhasil membebaskan tokoh-tokoh nasional
yang diasingkan oleh Belanda seperti Soekarno, Moh.Hatta dan Sultan
Syahrir.
 Pelarangan bahasa Belanda dan lebih mengutamakan penggunaan bahasa
Indonesia dalam urusan formal maupun informal. Selain itu bangsa Indonesia
memiliki simpatik terhadap Jepang karena adanya pengaruh dari Jayabaya.
Dikutip dari Kemdikbud, “Pindah tangan penjajahan atas Indonesia dari
Belanda kepada Jepang disepakati dalam perjanjian Kalijati. Setelah
penyerahan kekuasaan itu, Jepang dapat menarik hati rakyat Indonesia, bahkan
disambut gembira”.
3. Mengapa penghapusan tujuh kata Piagam Jakarta pada naskah Pancasila
menimbulkan kontroversi?
Dalam sidang BPUPKI yang dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 1945
Ir.Soekarno menjelaskan tentang kesepakatan Piagam Jakarta. Ir. Soekarno
juga menyampaikan bahwa Panitia Sembilan telah berhasil merumuskan dasar
negara dan menerima Piagam Jakarta sebagai rumusan terbaik pembukaan
UUD 1945. Dan dalam pidato nya yang paling menonjol atau menjadi
perhatian yaitu termuatnya tujuh kata yang berbunyi “…dengan kewajiban
menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Yang kemudian
menjadi perdebatan dikalangan anggota BPUPKI pada sidang-sidang
selanjutnya.Seorang anggota BPUPKI yang beragama Kristen menyatakan
keberatannya atas kata-kata tersebut. Karena dikhawatirkan akibatnya akan
besar terhadap agama lain, juga menimbulkan kekacauan.
Piagam Jakarta memang dijadikan pembukaan UUD 1945. Namun ada tujuh
kata yang dihapus. Tujuh kata itu yakni, “…dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya “.
Penghapusan tujuh kata itu terjadi setelah proklamasi kemerdekaan, yaitu pada
sore hari tanggal 17 Agustus 1945, Moh.Hatta didatangi oleh Maeda seorang
angkatan laut Jepang. Maeda menyampaikan keberatan para tokoh Indonesia
bagian Timur atas pemakaian kata-kata tersebut, sebab berarti rumusan itu
tidak berlaku bagi pemeluk agama lain. Untuk mengindari perpecahan,
esoknya sebelum sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI),
Hatta berbincang dengan tokoh-tokoh Islam.

Alasan perubahan sila pertama dasar Negara dari Piagam Jakarta 22 Juni 1945
sebelum disahkan menjadi dasar Negara adalah karena adanya keberatan dari
wakil-wakil Katolik dan Protestan terhadap bunyi pasal “Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, mereka
menyatakan bahwa bagian kalimat tersebut tidak mengikat mereka, tapi hanya
mengenai rakyat yang beragam Islam saja, wakil-wakil Katolik dan Protestan
memandang ini sebagai bentuk diskriminasi terhadap mereka golongan
minoritas atau non-muslim.
Namun bagi sejumlah tokoh Islam penghapusan tujuh kata pada Piagam
Jakarta sulit untuk diterima. Keputusan dihapuskan kata “ Syariat Islam ”
akhirnya diprotes oleh sebagian kecil umat Islam. Sebagian kelompok masih
berjuang untuk mengembalikan tujuh kata dalam Piagam Jakarta itu. Ada
kelompok yang kemudian mengekspresikannya dengan bentuk pemberontakan
bersenjata.

4. Mengapa masalah toleransi antarumat beragama selalu mengemuka di


Indonesia?
Dikutip dari Jurnal Pedoman Dasar Hidup Beragama
 Karena Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk,
kemajemukannya ditandai dengan keanekaragaman agama. Keanekaragaman
tersebut mempunyai kecenderungan yang kuat terhadap identitas agama
masing-masing dan berpotensi terjadinya konflik.
 Indonesia merupakan salah satu contoh masyarakat yang multikultural.
Multikultural masyarakat Indonesia tidak hanya karena keanekaragaman suku,
budaya, bahasa, ras tetapi juga dalam hal agama. Ada enam agama yang diakui
oleh pemerintahan Indonesia saat era reformasi sekarang ini diantaranya yaitu
agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan yang terakhir Kong
Huchu. Dari keenam agama tersebut terjadilah perbedaan agama yang dianut
oleh masyarakat Indonesia. Dengan adanya perbedaan tersebut apabila tidak
terpelihara dengan baik bisa menimbulkan konflik antar umat beragama yang
nantinya bertentangan dengan nilai dasar agama itu sendiri yang mengajarkan
kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati satu sama lain, dan saling
tolong menolong antar sesama manusia. Oleh karena itu, untuk mewujudkan
kerukunan antar umat beragama harus menciptakan atau menerapkan sikap
toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan atau
perbedaan dalam pengalaman ajaran agama dan kerjasama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

5. Mengapa di Indonesia masih banyak kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia


(HAM) yang terjadi dan tidak pernah diselesaikan dengan tuntas? Dikutip dari
Liputan6.com
 Adanya kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) karena disebabkan oleh faktor
internal seperti adanya sikap egois, atau selalu mementingkan diri sendiri, adanya
sikap tidak toleran dan rendahnya akan kesadaran Hak Asasi Manusia (HAM).
 Selain itu ada juga beberapa faktor terjadinya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)
yang disebabkan oleh faktor eksternal seperti, karena kuatnya impunitas hukum,
kuatnya impunitas hukum ini disebabkan oleh kuatnya arus politik yang dapat
mempengaruhi aspek penegakan hukum. Pengaruh tersebut dapat mengontaminasi
berbagai macam proses penegakan hukum secara in abstracto yakni proses formulasi
kebijakan hukum.
 Lemahnya implementasi hukum, aturan yang ada saat ini tidak cukup memadai untuk
dapat memenuhi hak-hak terhadap korban pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
Dan aturan hukum belum diberlakukan secara efektif dan efisien. Seperti contoh pada
peristiwa 1965 korban atau keluarga korban tidak mendapatkan kepastian hukum.
Para korban masih harus menunggu keputusan pengadilan terlebih dahulu untuk
mendapatkan haknya. Tidak berjalannya proses peradilan inilah yang pada akhirnya
dapat menghambat proses pemulihan bagi para korban pelanggaran Hak Asasi
Manusia (HAM).
 Rendahnya kepatuhan hukum dan penghormatan perlindungan Hak Asasi Manusia
(HAM), serta minimnya pemahaman aparat Negara pada pendekatan dan prinsip Hak
Asasi Manusia (HAM).

Anda mungkin juga menyukai