UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS HUKUM
ILMU HUKUM
2023
Sungai Siak adalah salah satu sungai besar yang mengalir melalui provinsi di Riau.
Dibandingkan dengan sungai-sungai lain di Indonesia, Sungai Siak juga merupakan sungai
terdalam. Di sebelah sungai Siak secara administratif, Pekanbaru merupakan salah satu
sungai yang melewati kota ini sungai ini memiliki panjang 345 km, lebar dan dalam 100-150
meter sekitar 20-29 meter.
Sungai Siak di Provinsi Riau merupakan sungai yang tercemar. Salah satu penyebaB
pencemaran sungai Siak khususnya di kota Pekanbaru disebabkan oleh industri, terutama di
daerah aliran sungai Siak. Pencemaran sungai Siak semakin parah. Alhasil, selain warna air
berubah, puing-puing juga terlihat mengambang di permukaan sungai. Banyak Pemerintah
harus mencegah pencemaran sungai Siak. Khususnya pencemaran sudah meluas dan harus
segera ditangani dan Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Negara Bagian/Pemerintah
Kota. Karena kalau tidak dikendalikan, menimbulkan ancaman terhadap lingkungan sekitar
dan semakin meningkat penderitaan manusia. Pencemaran Sungai Siak meningkat sejak
ledakan industri di Sungai Siak yang mencapai puncaknya pada 8 Juni 2004, ketika lebih
dari 1,5 ton ikan mati hanyut. Pencemaran Sungai Siak disebabkan oleh limbah industri
yang berada di sepanjang aliran sungai, perkapalan dan limbah domestik di sekitarnya.
Tingkat polusi saat ini telah mencapai tingkat tertentu yang membahayakan.
Pencemaran Sungai Siak merupakan salah satu contoh dari beberapa pencemaran sungai yang
pernah terjadi di Indonesia. Seperti yang kita tahu mencemari sungai termasuk hal ilegal. Hal
ini terlihat dari Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 32
Tahun 2009, yaitu. Pasal 1 ayat (14) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, yaitu. Pasal
1 ayat (11) yang menjelaskan bahwa pencemaran air/sungai merusak lingkungan, karena
pencemaran sungai menyebabkan penurunan kualitas lingkungan atau setidak-tidaknya
kualitas air sungai dapat turun sampai tingkat tertentu dimana sungai tidak dapat bertahan
lama dan menyebabkan terhambatnya kelestarian. Selain itu, undang-undang dan peraturan
pemerintah mewajibkan setiap orang untuk menahan, mencegah, dan menangani pencemaran
sungai. Pelanggar atau pelaku kegiatan yang menyebabkan pencemaran sungai dapat
dipidana sesuai dengan peraturan yang ada karena kegiatan tersebut melanggar hukum.
Seperti yang diketahui, pelaku peristiwa pencemaran sungai dapat dijerat dengan Undang-
Undang Perlindungan dan Pengelolaan LIngkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2009, khususnya pasal 98, 99, dan 100, namun pencemaran sungai siak masih sering
terjadi. Pembangunan yang dilakukan secara besar-besaran dapat menimbulkan pencemaran
air sungai. Maka dari ituu dibutuhkan upaya hukum seperti pengaturan yang dapat
melindungi sungai dari pencemaran. Pengaturan ini dapat dibagi menjadi dua yakni
pengaturan secara umum dan pengaturan secara khusus.
Pasal 2: “Peruntukkan dan baku mutu air sungai merupakan satu kesatuan
dengan program pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran di
sungai siak” Peruntukan air sungai adalah status pemanfaatan dan fungsi dari
suatu badan air. Sedangkan baku mutu air sungai adalah batas atau kadar
makhluk hidup, zat energi atau komponen lain yang ada atau harus ada dan
atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air pada sumber
air tertentu sesuai dengan peruntukannya.
Pasal 6: “Setiap orang wajib melakukan perlindungan mutu air sungai Siak
sebagaimana ditetapkan dalam pasal 5.” Setiap orang yang dimaksud adalah
siapa saja yang berkedudukan sebagai anggota masyarakat yang
mencerminkan harkat manusia yang merupakan makhluk individu dan sosial.
Adapun perlindungan terhadap mutu air Sungai Siak dimaksudkan agar air
Sungai Siak tetap terjaga kelestariannya (tidak tercemar). Dalam hal
pelaksanaan misalnya tidak membuang limbah baik berupa sampah ataupun
limbah cair dan sejenisnya yang dapat menurunkan baku mutu air Sungai Siak.
Selain itu, dapat juga dalam bentuk wujud memberikan laporan terhadap
segala sesuatu kegiatan yang dicurigai dapat menimbulkan pencemaran
terhadap sungai Siak tersebut.
Pasal 7 ayat (1): “Pengawasan dan pemantauan mutu air sungai Siak
dilakukan oleh BAPEDAL dan BAPEDALDA secara berkoordinasi dan
pelaksanaannya mengacu kepada Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air”.
Dalam pelaksanaan pengawasan tersebut maka BAPEDAL dan
BAPEDALDA berkoordinasi dengan instansi terkait dan melaporkan hasil
pengawasan kepada Gubernur. Adapun tugas pengawasannya yaitu meliputi
pemantauan dan evaluasi baku mutu air sungai pada tempat yang ditentukan
serta pengumpulan dan evaluasi data yang berhubungan dengan pencemaran
air. Untuk pelaksanaan pengawasannya dilakukan secara berkala dan sewaktu-
waktu apabila dibutuhkan.