PENDAHULUAN
diperlukan suatu perencanaan terpadu yang berbasis wilayah sungai guna menentukanlangkah dan
tindakan yang harus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut
dengan mengoptimalkan potensi pengembangan sumber daya air,
melindungi/melestarikan serta meningkatkan nilai sumber daya air dan lahan.
Dalam proyek pengembangan sumber daya air kita harus bisa menentukan
prioritas utama dalam proyek pengembangan tersebut. Sehingga
proyek pengembangan sumber daya air tersebut dapat berjalan sesuai dengan apa yang
telah direncanakan sebelumnya, dan proyek tersebut dapat berfungsi dengan sebaik –
baiknya sesuai dengan tujuan awal proyek pengembangan tersebut.
Untuk pengambilan keputusan untuk menentukan prioritas dalam
proyek pengembangan sumber daya air digunakan berbagai macam metode. Tentu saja
metode yang digunakan merupakan metode yang tepat dan sesuai dengan
proyek pengembangan sumber daya air. Pada makalah ini metode yang akan dibahas
dan
1
digunakan adalah metode Multi objektif
1.2. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Metode Multi Objektif
b. Untuk mengetahui manfaat dari penggunaan metode Multi Objektif dalam
menentukan prioritas dalam proyek pengembangan sumber daya air (SDA)
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Kebijakan pengelolaan sumber daya air diperlukan guna arahan strategis yang
menjadi dasar dalam mengintegrasikan kepentingan pengembangan wilayah
administrasi dengan pengelolaan sumber daya air yang berbasis wilayah sungai.
Penyusunan kebijakan pengelolaan sumber daya air harus memperhatikan kondisi wilayah
administratif seperti pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi, sosial budaya,
serta kebutuhan air. Untuk dapat mengelola sumber daya air secara terpadu dan
berkesinambungan perlu adanya kebijakan pengelolaan sumber daya air tingkat nasional,
tingkat provinsi, dan kabupaten/kota. Kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat
nasional menjadi acuan dalam penyusunan kebijakan pengelolaan sumber daya air pada
tingkat provinsi dan pada tingkat kabupaten/kota secara berjenjang. Sumber daya air
merupakan sumber daya alam yang terbaharui dan secara alami keberadaaannya di dalam
wilayah hidrografis yang disebut daerah aliran sungai (DAS) mengikuti siklus hidrologis.
Ketersediaan sumber daya air dalam
3
setiap DAS sangat dipengaruhi kondisi cuaca dan hidrogeologi setempat, sehingga
mengakibatkan adanya DAS dengan ketersediaan air melimpah dan DAS yang sangat
kekurangan air. Untuk mewujudkan asas keseimbangan dan asas keadilan dalam
pengelolaan sumber daya air maka untuk efektifitas dan efisiensi pengelolaannya perlu
dilakukan penyatuan beberapa DAS dalam satu wilayah pengelolaan yang disebut wilayah
sungai. Namun demikian, dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan
suatu DAS dapat merupakan satu wilayah pengelolaan apabila mampu mencukupi
kebutuhan sumber daya air di wilayahnya. Selain itu, dengan pertimbangan yang sama,
kumpulan pulau-pulau kecil dapat pula menjadi satu
wilayah pengelolaan.
Mengingat sumber daya air adalah sumber daya alam yang mempunyai sifat
mengalir sehingga membentuk suatu sistem yang meliputi berbagai komponen sumber
daya yang akan terkait satu sama lain. Dengan demikian, pengelolaan sumber daya air akan
berdampak terhadap kondisi sumber daya lainnya dan sebaliknya pengelolaan sumber daya
lainnya dapat berpengaruh terhadap kondisi sumber daya air. Oleh karena itu, agar
pengelolaan berbagai sumber daya tersebut dapat
4
dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit, mengatasi antara
nasionalitas dan intuisi, memilih yang terbaik dari sejumlah alternatif yang telah dievaluasi
dengan memperhatikan beberapa kriteria.
Proses hierarki adalah suatu model yang memberikan kesempatan bagi perorangan
atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan
cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang
diinginkan darinya. Ada dua alasan utama untuk menyatakan suatu tindakan akan lebih
baik dibanding tindakan lain. Alasan yang pertama adalah pengaruh-pengaruh tindakan
tersebut kadang-kadang tidak dapat dibandingkan
karena sutu ukuran atau bidang yang berbeda dan kedua, menyatakan bahwa pengaruh
tindakan tersebut kadang-kadang saling bentrok, artinya perbaikan pengaruh tindakan
tersebut yang satu dapat dicapai dengan pemburukan lainnya. Kedua alasan tersebut akan
menyulitkan dalam membuat ekuivalensi antar pengaruh
sehingga diperlukan suatu skala luwes yang disebut prioritas.
Prioritas merupakan suatu ukuran abstrak yang berlaku untuk semua skala.Penentuan
prioritas ini dilakukan menggunakan proses analisis hierarki. Kelebihan
5
BAB
III PEMBAHASAN
3.1. Metode MULTI OBJEKTIF
Metode “ pairwise comparison” MULTI OBJEKTIF mempunyai kemampuan
untuk memecahkan masalah yang diteliti multi obyek dan multi kriteria yang berdasar
pada perbandingan preferensi dari tiap elemen dalam hierarki. Jadi model ini merupakan
model yang komperehensif. Pembuat keputusan menetukan pilihan atas pasangan
perbandingan yang sederhana, membengun semua prioritas untuk urutan alternatif. “
Pairwaise comparison” MULTI OBJEKTIF mwenggunakan data yang ada bersifat
kualitatif
berdasarkan pada persepsi, pengalaman, intuisi sehigga dirasakan dan diamati, namunkelengkapan
data numerik tidak menunjang untuk memodelkan secara kuantitatif.
Langkah-langkah MULTI OBJEKTIF
Langkah – langkah dan proses Multi Objektif adalah sebagaiberikut:
1. Memdefinisikan permasalahan dan penentuan tujuan. Jika MULTI OBJEKTIF
digunakan untuk memilih alternatif atau menyusun prioriras alternatif,
6
Sedangkan langkah-langkah “ pairwise comparison” MULTI
OBJEKTIF adalah 1. Pengambilan data dari obyek
yang diteliti.
2. Menghitung data dari bobot perbandingan berpasangan responden dengan
metode “ pairwise comparison” MULTI OBJEKTIF berdasar hasil
kuisioner.
3. Menghitung rata-rata rasio konsistensi dari masing-masing
responden.
4. Menghitung rata-rata geometric
5. Pengolahan dengan metode “ pairwise comparison” MULTI OBJEKTIF.
6. Setelah dilakukan pengolahan tersebut, maka dapat disimpulkan adanya
konsitensi dengan tidak, bila data tidak konsisten maka
diulangi lagi dengan pengambilan data seperti semula, namun bila
sebaliknya maka digolongkan data terbobot yang selanjutnya dapat dicari
nilai beta (b).
Penentuan susunan prioritas elemen adalah dengan menyusun perbandingan
berpasangan yaitu dalam bentuk berpasangan seluruh elemen untuk tiap sub system
hierarki. Perbandingan tingkat kepentingan antar variabel dapat dilihat pada tabelberikut ini:
Tabel 1
Skala perbandingan tingkat kepentingan antar variabel
7
kepentingannya dibanding variabel lainnya
5 yang lain Pengalaman atau judgment
secara kuat memihak pada
Sebuah variabel adalah sebuah variabel dibandingkan
essensial atau mempunyai variabel lainnya
7 tingkat kepentingan yang Sebuah variabel secara kuat
kuat dibanding variabel disukai dan dominasinya
yang lainnya tampak dalam praktek
9 Menentukan jelasnya Bukti bahwa suatu variabel
adalah lebih penting dari pada
tingkat kepentingan suatu
variabel dibandingkan variabel lainnya adalah sangat
8
Pengujian Konsistensi Penilaian
MULTI OBJEKTIF mengukur konsistensi pertimbangan dengan menghitung rasio
inkonsistensi. Rasio inkonsistensi harus lebih kecil dari 10%. Jika kenyataan beda yakni
lebih besar dari 10% berarti penilaian yang telah dilakukan bersifat random dan perlu
diperbaiki. Simbol S adalah penjumlahan dari komponen technoware, humanware,
infoware dan orgaware , sedangkan X adalah hasil bagi dari keempat komponen teknologi
tersebut.
RI adalah random consitency index yang diperoleh dari tabel 2. JIka CR > 0.1 maka
data jelek atau perlu dilakukan pengulangan dalam pengisian kuisioner.
Tabel 2
Random consitency index (RI)
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0 0 0.6 0.9 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.5
Sumber : Saaty, 1988
Rata-rata ukur
Rata-rata (average) adalah nialai yang mewakili sehimpunan atau sekelompok
9
dipergunakan untuk menyatukan dari beberapa alternatif tersebut, karena pada dasarnya
sebuah kelompok pasti mempunyai perbedaan pertimbangan dalam memilih alternatif. Bila
dua alternatif dipangkatkan, akan mempengaruhi pertimbangan yang diambil, tetapi masih
tetap mempunyai kesamaan kepentingan hingga akhirnya akan memberikan satu
kesepakatan yang disebut rata-rata kelompok. Pendekataan yang paling tepat dalam hal ini
adalah rata-rata geometrik.
Guna memperoleh pertimbangan yang sama fungsi mengikuti kondisi: 1.
Kondisi terpisah (separability condition / S)
= g (X1) O g (X2) O……O g (Xn) untuk semua X1, X2,……Xn didalam
interval P dengan anggota bilangan positif, g adalah suatu fungsi
pemetaan P dalam suatu interval j dan O yang selalu kontinyu. (S) adalah rata-
rata yang dipengaruhi oleh pertimbangan individu.
2. Kondisi kebulatan (Unanimity condition / U)
= x untuk semua x di P. (U) rata-rata jika semua individu memberikan
pertimbangan yang sama sebesar x, dengan demikian pertimbangan ini
juga dapat disebut dengan satu pertimbangan.
10
Rata-rata hitung digunakan untuk dasar melakukan perbandingan antara dua
kelompok atau lebih. Rata-rata ukur diperlukan data untuk mengikuti rata-rata persentase
tingkat perubahan sepanjang waktu (average percentage rates of change over time).
Jadi rata-rata ukur suatu kelompok nilai X1, X2, ............................................... Xn
merupakan akar pangkat n dari hasil kali masing-masing nilai dari kelompok tersebut.
Dalam metode MULTI OBJEKTIF dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (Kadarsyah
Suryadi dan Ali Ramdhani, 1998) :
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan
secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi
yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih
dari satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjutdalam tahap berikutnya.
2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.
Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level Multi
Objektif yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk
relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat
di atasnya.
Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk
kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua
perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara
keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan
aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan
berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan
suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk
11
memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas
Multi Objektif misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang
akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5.
4. Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh
elemen dibandingkan elemen yang lainnya 5 = Elemen yang satu lebih penting daripada
yang lainnya, Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu
elemen dibandingkan elemen yang lainnya 7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting
daripada elemen lainnya, Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam
praktek. 9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti yang mendukung
elemen yang satu terhadap elemen lain memeliki tingkat penegasan tertinggi yang
mungkin menguatkan. 2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-
pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2
pilihan Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas
j , maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i.
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya.
Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.
12
6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat Multi Objektif.
Yang diukur dalam MULTI OBJEKTIF adalah rasio konsistensi dengan melihat
index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar
menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang
sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 %.
13
pemerintah, unsur swasta, dan masyarakat yang mempunyai peran sama sebagai pelaku dan
penentu kebijakan dalam kerangka pemberdayaan dan partisipasi. Kelompok stakeholders
yang terdiri dari berbagai unsure pengelola digunakan sebagai acuan untuk mencerminkan
sifat – sifat multi objective, multi criteria, multi decision makers, and multi component.
Tahap kedua adalah pengumpulan data primer dan sekunder. Dari identifikasi
gambaran permasalahan dan rencana program pengembangan SDA yang akan dinilai
prioritasnya berdasarkan persepsi stakeholders pengelolaan SDA. Semua responden dalam
penelitian dianggap berkompeten dengan tujuan dan “ahli” dalam artian
menguasai hubungan antar elemen pengelolaan sesuai dengan kapasitasnya. Pengolahan
data (persepsi responden) untuk mengisi elemen pada matriks perbandingan menggunakan
purata geometrik (geometric mean) dan rata-rata aljabar (average). Perhitungan penentuan
prioritas masing – masing kelompok terdiri atas 2
(dua) seri, berdasarkan purata geometri (seri 1) dan rata-rata aljabar (seri 2). Pada
tahap kedua ini akan ditemukan hasil akhir berupa keputusan prioritas dalam
pengembangan SDA setelah melalui pengolahan data dengan cara dan mekanisme
14
BAB IV
KESIMPULAN
15
5/16/2018 Makalah PSDA (AHP) - slidepdf.com
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/11898/1/2001MTS889.pdf
http://people.revoledu.com/kardi/publication/Dimensi1.pdf
http://myshowroom.wordpress.com
http://republikbm.blogspot.com
http://syaifullah08.files.wordpress.com/2010/02/pengenalan-analytical-hierarchy- process.pdf
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/6308152160.pdf
16
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-psda-ahp 17/17