Anda di halaman 1dari 9

Adaara, Volume. 2, No.

1, September 2018

STRATEGI MANAJEMEN KELAS DALAM MENGHADAPI


KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DI SMPN 2 DUA BOCCOE
Haslinda
IAIN Bone, Jl. HOS.Cokroaminoto Watampone, Indonesia
e-mail: haslinda250202@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the action of classroom management strategies in dealing with the
independent learning curriculum, the performance of classroom management strategies, and the results of the
independent learning curriculum. The research method used is descriptive with a qualitative approach. The
results found in this study are: (1) Class management strategy action in dealing with the independent learning
curriculum at SMPN 2 Dua Boccoe, namely by preparing teaching materials in advance that are in accordance
with the material to be taught. There is a learning reflection that aims to remind the previous material so that
learning is not missed. (2) The performance of the teacher's strategy at SMPN 2 Dua Boccoe is to create an
atmosphere that is not stressful so that the teacher is able to be friendly with students, such as by providing
stimulus or inducement in the form of questions so that students can provide feedback. (3) The results of the
independent learning curriculum with the freedom of learning for students will show every ability possessed
by students so that by implementing this independent learning curriculum, of course, it will provide
opportunities for each student to improve their abilities.

Keywords: Strategy, Class Management, Free Learning Curriculum

PENDAHULUAN
Kurikulum dapat dikatakan inti dari sebuah proses pembelajaran atau pendidikan.
Sukmadinata menyatakan bahwa kurikulum memberikan pengaruh langsung pada hasil pendidikan.
Hasil pembelajaran pun juga ditentukan oleh kurikulum. Lebih dari itu, Arifin menjelaskan bahwa
kurikulum berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran dan media untuk mencapai tujuan
pembelajaran pada satuan pendidikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
kurikulum sangat menentukan proses pendidikan dan hasil pendidik di Indonesia.
Kurikulum di Indonesia mengalami dua belas kali perubahan yang di mulai pada tahun 1947
hingga 2022. Meskipun demikian, pada dasarnya perubahan kurikulum tersebut merupakan
penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Perubahan tersebut juga dapat dipertanggung jawab kan
oleh pemerintah terkait yakni Kementerian Pendidikan Indonesia. Hingga saat ini berlakunya
kurikulum terbaru yakni kurikulum merdeka belajar (Alatas, Romadhon, Efendi, & Zahroh, 2023).
Kurikulum merdeka adalah sebuah kurikulum yang merombak dan menata ulang pendidikan
di Indonesia. Yamin & Syahrir menjelaskan bahwa perubahan kurikulum merdeka belajar dibuat
demi menyambut kemajuan bangsa dan perubahan zaman. Menteri pendidikan pun juga mengatakan
bahwa Indonesia tidak hanya membutuhkan reformasi pendidikan dalam bidang admistrasi
approach, tetapi juga culture transformation (Satriawan et al., 2021). Tujuan kurikulum merdeka
adalah untuk menciptakan manusia yang dapat bersaing dan berkualitas . Selain itu juga mampu
mengembngkan potensi manusia secara maksimal (Surahman, Rahmani, Radiana, & Saputra, 2022).
Adaara, Vol. 2, No.1, September 2018

Dengan demikian perubahan kurikulum merdeka ini diharapkan mampu membentuk siswa yang
berkualitas dan berkarakter dengan lebih kritis, kreatif, ekspresif, aplikatid, variative, dan progresif
Agustinus yang dikutip dari Suyanto, merdeka belajar adalah kebijakan yang dirancang oleh
pemerintah untuk membuat kemajuan besar pada aspek kualitas pendidikan agar menghasilkan siswa
dan lulusan unggul untuk menghadapi tantangan masa depan yang lebih kompleks (Daga, 2021). Inti
dari merdeka belajar adalah kemerdekaan berpikir bagi siswa dan guru. Merdeka belajar mendorong
terbentuknya karakter jiwa merdeka di mana guru dan siswa dapat secara bebas dan menyenangkan
mengeksplorasi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dari lingkungan. Merdeka belajar dapat
mendorong siswa belajar dan mengembangkan dirinya, membentuk sikap peduli terhadap
lingkungan siswa belajar, mendorong kepercayaan diri dan keterampilan siswa serta mudah
beradaptasi dengan lingkungan masyarakat (Ainia, 2020). Karena itu keberadaan merdeka belajar
sangat relevan dengan kebutuhan siswa dan tuntutan pendidikan abad 21. Karena esensi merdeka
belajar adalah melaksanakan pendidikan yang memerdekakan dan otonom baik guru maupun sekolah
untuk menginterpretasi kompetensi dasar dalam kurikulum menjadi penilaian guru (Daga, 2021).
Salah faktor penentu keberhasilan dalam pembelajaran kurikulum merdeka adalah Guru.
Seorang guru perlu membuat perencanaan dan pengelolaan kelas yang efektif dan efisien dalam
proses pembelajaran di kelas (Isnanto, Pomalingo, & Harun, 2020). Alatas dalam Islam dkk.
menjelaskan bahwa guru memiliki hak dan kewajiban dalam mengelola kelas dengan memperhatikan
situasi dan kondisi siswa, serta materi yang akan diajarkan. Tidak hanya itu, guru juga sebaiknya
memberikan semangat belajar kepada siswa agar pembelajaran berjalan dengan menyenangkan.
Dengan demikian, pengelolaan kelas dalam pembelajaran merupakan suatu yang penting dalam
proses kegiatan belajar mengajar (Alatas et al., 2023).
Dalam menghadapi kurikulum merdeka belajar ini tentunya seorang guru harus mampu
menyiapkan strategi dalam mengelola kelas atau memanajemen kelas menjadi lebih baik agar
mampu beradaptasi dengan kurikulum merdeka belajar ini. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui bagaimana strategi yang disiapkan pengajar yang ada di SMPN 2 Dua Boccoe dalam
menghadapi kurikulum merdeka belajar.
METODE
Penelitian ini mendeskripsikan tentang strategi manajemen kelas dalam menghadapi
kurikulum merdeka belajar di SMPN 2 Dua Boccoe. Penelitian dilakukan pada 8 Juli 2023 dengan
cara wawancara. Metode penelitian yang digunakan adalah berbentuk deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Creswel menyatakan bahwa “penelitian kualitatif berarti proses eksplorasi dan memahami
makna perilaku individu dan kelompok, menggambarkan masalah sosial atau masalah kemanusiaan”
(Sugiyono, 2013).
Adaara, Vol. 2, No.1, September 2018

Dalam penelitian ini penulis menetapkan responden yang dianggap relevan dan mampu
memberikan informasi yang akurat. Untuk maksud tersebut penulis menemuai dan mewawancarai
guru SMPN 2 Dua Boccoe yang merupakan subjek utama.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Aksi Strategi Manajemen Kelas dalam Menghadapi Kurikulum Merdeka Belajar
Dalam Wawancara dengan guru SMPN 2 Dua Boccoe menyatakan bahwa strategi yang
disiapkan dalam manajemen kelas untuk menghadapi kurikulum merdeka belajar ini adalah dengan
menyiapkan bahan ajar terlebih dahulu yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan seperti
menyiapkan modul dan didalam modul tersebut tertera penggunaan media pembelajaran berupa
LCD, maka semua harus dipersiapkan terlebih dahulu agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan efektif.
Pada proses pembelajaran akan diadakan yang namanya refleksi pembelajaran yang
bertujuan untuk mengingatkan kembali materi sebelumnya agar pembelajaran tidak terlewatkan
begitu saja. Diberikan pertanyaan terkait materi yang sudah dipelajari sebelumnya yang juga
berkaitan dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Hal ini tentunya merupakan strategi yang
digunakan oleh guru untuk menghadapi kurikulum merdeka belajar.
Pada proses pembelajaran di SMP 2 Dua Boccoe juga dibentuk kelompok-kelompok kecil
untuk memberikan kebebasan kepada peserta didik berdiskusi dengan temannya dan melakukan kerja
sama untuk mengerjakan kegiatan serta menyelesaikan tugas yang diberikan. Hal itu tentunya
bertujuan agar peserta didik dapat terus bekerja pada proses pembelajaran.
Strategi pengelolaan kelas yang efektif dapat dibedakan menjadi tiga langkah diantara yaitu:
kegiatan pembukaan, menggunakan strategi pengelolaan kelas yang menunjang kegiatan inti
pembelajaran. Beberapa strategi pengelolaan kelas yang dapat digunakan ialah dengan strategi
bertanya, strategi umpan balik, dan juga strategi belajar kelompok. Strategi bertanya bertujuan untuk
menggali skema pengalaman belajar sebelumnya. Sehingga siswa lebih siap dalam memasuki
pembelajaran inti. Mujianto dan Sudjalil mengemukakan bahwa strategi umpan balik memiliki
tujuan untukm mempersiapkan siswa agar lebih fokus dalam memasuki kegiatan inti. Selain itu, guru
juga menggunakan strategi kelompok. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dikelas
(Mujianto & Sudjalil, 2021). Hal lain yang perlu disiapkan adalah media pembelajaran yang dapat
menunjang proses kegiatan pembelajaran.
Kegiatan inti, Menggunakan strategi pembelajaran yang lebih bervariasi dan
dikolaborasikan. Strategi yang digunakan pada kegiatan inti ini sama dengan strategi yang digunakan
pada kegiatan pembukaan yaitu strategi bertanya, umpan balik, dan strategi kelompok. Hal ini
bertujuan untuk memberikan arahan kepada siswa. Selain itu, juga untuk meningkatkan jawaban
siswa agar lebih fokus agar tercapai tujuan pembelajaran.
Adaara, Vol. 2, No.1, September 2018

Kegiatan penutup, menggunakan strategi yang meliputi rangkuman, refleksi, dan tindak
lanjut. Rangkuman dilakukan dengan mengajak siswa untuk membuat rangkuman secara luas atau
garis besar yang meliputi materi pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk siswa dapat memberikan
gambaran jelas berkaitan dengan inti pembelajaran. Selanjutnya adalah refleksi yang berupa kegiatan
yang memberikan fokus dalam materi pokok yang telah dibahas bersama. Dan yang terakhir adalah
tindak lanjut (Alatas et al., 2023). Mujianto dan Sudjalil menjelaskan bahwa tindak lanjut ini
mengorganisasikan berbagai kegiatan menjadi satu kesatuan kegiatan pembelajaran (Mujianto &
Sudjalil, 2021). Tindak lanjut ini bertujuan untuk materi yang telah dipelajari dapat meningkatkan
minat dan kemampuan siswa yang dapat digunakan di kemudian hari (Alatas et al., 2023).
Kinerja Strategi Manajemen Kelas
Strategi guru yang ada di SMPN 2 Dua Boccoe dalam pengelolaan kelas sendiri dalam hal
ini agar kondusi kelas tetap kondusif adalah dengan terus berusaha mencipatakn suasana yang tidak
menegangkan. Artinya, guru harus mampu menempatkan dirinya pada setiap kondisi dengan siswa.
Harus mampu bersahabat dengan siswa seperti dengan memberikan stimulus atau pancingan berupa
pertanyaan agar siswa dapat memberikan feedback. Jawaban yang diberikan oleh siswa tidak perlu
selalu benar akan tetapi harus diberikan pengertian sedikit demi sedikit agar peserta didik mampu
memahami inti dari materi pembelajaran yang diberikan.
Menurut Sudirman, manajemen kelas adalah upaya dalam upaya dalam mendayagunakan
potensi kelas. Kelas memiliki peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses
interaksi pembelajaran. Kelas harus dikelola dengan sebaik-baiknya oleh pengajar agar memberikan
dorongan dan rangsangan terhadap siswa untuk belajar. Sedangkan Hadari Nawawi mengemukakan
bahwa manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan seorang guru atau
wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas dengan memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada setiap individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah,
sehingga waktu dan biaya yang ada bisa digunakan secara efisien untuk melakukan kegiatan kelas
yang berkaitan dengan perkembangan peserta didik dan sesuai dengan kurikulum.
Menurut Suyanto, pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan guru untuk
mengondisikan kelas dengan mengoptimalkan semua sumber yang ada (potensi yang dimiliki guru,
sarana, dan lingkungan belajar di kelas) yang ditujukan agar proses pembelajaran dapat berjalan
sesuai dengan perencanaan awal dengan tujuan yang akan dicapai (Widiasworo Erwin, 2018).
Mulyono mengungkapkan bahwa pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan
suasana pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya apabila terjadi masalah atau gangguan
dalam proses pembelajaran. Sementara Djamarah dan Aswan mendefinisikan pengelolaan kelas
sebagai keterampilan guru dalam menciptakan, mengendalikan, dan memelihara kondisi belajar yang
optimal. Masalah yang muncul dapat mengganggu pembelajaran dan hal itu dapat teratasi lewat
Adaara, Vol. 2, No.1, September 2018

strategi yang efektif, maka itulah inti dari pengelolaan kelas yang baik dan optimal (Salmiah,
Rusman, & Abidin, 2021).
Dilihat dari beberapa definisi pengelolaan kelas menurut para ahli, maka dapat disimpulkan
bahwa pengelolaan kelas merupakan upaya yang dilakukan guru untuk terus mempertahankan
kondusi kelas yang kondusif agar memungkinkan proses pembelajaran dapat terlaksana sebagaimana
mestinya agar tercapai tujuan yang diinginkan.
Pentingnya pengelolaan kelas ialah sebagai usaha untuk mengatasi masalah siswa dan
memecahkan semua masalah yang hal itu menjadi kendala dalam proses pembelajaran sekaligus
membangun kondisi kelas yang kondusif secara terus-menerus dengan tujuan menciptakan dan
mempertahankan keadaan kelas yang menunjang proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Guru bertugas untuk menciptakan, memperbaiki dan memelihara kondisi kelas yang kondusif.
Kondisi kelas yang kondusif itulah yang akan mendukung siswa untuk terus mengembangkan dan
memelihara kemampuan, bakat, dan minatnya dalam rangka menjalankan tugas-tugas pembelajaran.
Cooper memandang urgensi pengelolaan kelas sebagai upaya mencapai pembelajaran efektif.
Manajemen kelas dipandang sebagai kegiatan mengontrol dan mengendalikan setiap perilaku siswa
dalam kelas. Pandangan ini masih berdasar pada pentingnya manajemen sebagai upaya otoratif. Hal
ini menjadikan siswa disiplin siswa dalam kelas sebagai tolak ukur keberhasilan manajemen kelas
(Mahmudah, 2018).
Manajemen kelas (pengelolaan kelas) pada umumnya memiliki tujuan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dalam proses menjapai tujuan pembelajaran. Selain itu, pengelolaan kelas
juga bertujuan untuk menghasilkan kondisi kelas yang nyaman untuk digunakan sebagai tempat
berlangsungnya proses pembelajaran. Sehingga proses tersebut akan terlaksana dengan efektif dan
terarah serta cita-cita pendidikan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dapat
tercapai.
A.C. Wraag mengemukakan tentang ketercapaian tujuan pengelolaan kelas dapat dilihat dari
anak-anak yang memberikan respon yang setimpal terhadap perilaku yang sopan dan diberi perhatian
oleh orang dewasa atau guru. Anak akan bekerja dengan rajin dan akan membertankan
konsentrasinya dalam mengerjakan tugas-tugasnya sesuai dengan kemampuannya.
Hasil Kurikulum Merdeka Belajar
Dilihat dari tujuan kurikulum merdeka belajar ini yaitu dengan memberikan kebebasan
belajar kepada peserta didik maka akan menunjukkan setiap kemampuan yang dimiliki oleh peserta
didik yang ada di SMPN 2 Dua Boccoe maupun sekolah-sekolah lain yang ada di Indonesia setelah
pengimplementasian kurikulum merdeka belajar ini.
Sebagaimana dengan hasil wawancara dengan guru yang ada di SMPN Dua Boccoe yang
menyatakan bahwa kurikulum merdeka belajar ini benar-benar memberikan kebebasan dengan
peserta didik dari segi kemampuannya yang dimana memang tidak semua anak pintar pada bidang
Adaara, Vol. 2, No.1, September 2018

akademik. Akan tetapi, banyak pula siswa yang memiliki kemampuan pada bidang yang lain
misalnya pada bidang seni, olahraga, dan lain sebagainya. Hal itu dilihat pada saat proses
pembelajaran dalam kelas maupun luar kelas. Dengan diterapkannya kurikulum merdeka belajar ini,
tentunya memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk meningkatkan kemampuannya
dibidang yang memang mereka senangi dan menjadi kelebihannya.
Keleluasaan belajar bagi guru ataupun siswalah yang ditekankan dalam merdeka belajar.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mendefinisikan merdeka belajar sebagai sebuah proses
pembelajaran yang memberikan keleluasaan dan wewenang kepada setiap institusi pendidikan agar
terbebas dari administrasi yang berbelit. Asumsi utama merdeka belajar adalah pemberian
kepercayaan kepada guru sehingga guru merasa merdeka dalam melaksanakan pembelajaran.
Suasana belajar lebih nyaman, guru dan murid bisa lebih santai berdiskusi, belajar bisa di luar kelas
yang tidak hanya mendengarkan penjelasan guru,tapi lebih membentuk keberanian, mandiri, cerdik
dalam bergaul, beradab, sopan, berkompetensi, dan tidak hanya mengandalkan sistem ranking yang
menurut beberapa survei hanya meresahkan anak dan orang tua (Rahayu, Rosita, Rahayuningsih,
Hernawan, & Prihantini, 2022).
Adapun konsep merdeka belajar menurut pendapat Sherly ialah mengembalikan sistem
pendidikan nasional kepada esensi undang-undang untuk memberikan kemerdekaan sekolah
menginterpretasi kompetensi dasar kurikulum menjadi penilaian mereka. Dengan menerapkan
kurikulum merdeka akan lebih relevan dan interaktif dimana pembelajaran berbasis proyek akan
memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk secara aktif menggali isu-isu yang faktual. Sekolah
diberi kebebasan untuk memilih tiga pilihan dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka.
Pertama, menerapkan sebagian serta prinsip kurikulum merdeka dengan tidak mengganti
kurikulum sekolah yang digunakan. Kedua, menggunakan kurikulum merdeka dengan memakai
sarana pembelajaran yang sudah disiapkan. Ketiga, menggunakan kurikulum merdeka dengan
mengembangkan sendiri perangkat ajar. Keunggulan dari adanya kurikulum merdeka pertama, lebih
sederhana dan mendalam. Karena fokus pada materi yang penting dan pengembangan kompetensi
peserta didik pada pasenya. Kedua, lebih merdeka dimana peserta didik tidak ada program peminatan
di SMA. Guru mengajar sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan siswa. Untuk
mengembangkan kurikulum dan pembelajaran sesuai karakteristiknya sekolah mempunyai kekuatan
(Sherly, Dharma, & Sihombing, 2020) .
Merdeka belajar berfokus pada kebebasan dan pemikiran kreatif. Salah satu program yang
dipaparkan oleh Kemendikbud dalam peluncuran merdeka belajar ialah dimulainya program sekolah
penggerak. Program sekolah ini dirancang untuk mendukung setiap sekolah dalam menciptakan
generasi pembelajar sepanjang hayat yang berkepribadian sebagai siswa pelajar pancasila. Untuk
keberhasilan semua itu dibutuhkan peran seorang guru. Di mana sejalan dengan pendapat Ainia yang
menyatakan bahwa guru sebagai subjek utama yang berperan diharapkan mampu menjadi penggerak
Adaara, Vol. 2, No.1, September 2018

untuk mengambil tindakan yang memberikan hal-hal positif kepada peserta didik (Ainia, 2020).
Dengan adanya kurikulum merdeka merupakan penataan ulang dalam sistem pendidikan nasional di
Indonesia yang mana Yamin & Syahrir mengemukakan bahwa pernyataan tersebut dalam rangka
menyongsong perubahan dan kemajuan bangsa agar dapat menyesuaikan perubahan zaman (Yamin
& Syahrir, 2020). Begitu juga apa yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan Nadiem Makarim
bahwa reformasi pendidikan tidak bisa dilakukan semata-mata menggunakan administrasi approach,
melainkan harus melakukan culture transformation (Satriawan et al., 2021). Sejalan juga dengan
pendapat bahwa konsep merdeka belajar ini kemudian dapat diterima mengingat visi misi Pendidikan
Indonesia kedepan demi terciptanya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di berbagai
bidang kehidupan .
Dengan adanya kurikulum merdeka diharapkan siswa dapat berkembang sesuai potensi dan
kemampuan yang dimiliki karena dengan kurikulum merdeka mendapatkan pembelajaran yang
kritis, berkualitas, ekspresif, aplikatif, variative dan progresif. Serta adanya perubahan kurikulum
baru ini diperlukan kerjasama, komitmen yang kuat, kesungguhan dan implementasi nyata dari
semua pihak, sehingga profil pelajar pancasila dapat tertanam pada peserta didik (Rahayu et al.,
2022).
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Aksi strategi manajemen kelas dalam menghadapi kurikulum merdeka belajar di SMPN 2 Dua
Boccoe yaitu dengan menyiapkan bahan ajar terlebih dahulu yang sesuai dengan materi yang
akan diajarkan. Adanya refleksi pembelajaran yang bertujuan untuk mengingatkan kembali
materi sebelumnya agar pembelajaran tidak terlewatkan begitu saja.
2. Kinerja strategi guru yang ada di SMPN 2 Dua Boccoe dalam pengelolaan kelas sendiri dalam
hal ini agar kondusi kelas tetap kondusif adalah dengan terus berusaha mencipatakn suasana
yang tidak menegangkan. Artinya, guru harus mampu menempatkan dirinya pada setiap kondisi
dengan siswa. Harus mampu bersahabat dengan siswa seperti dengan memberikan stimulus atau
pancingan berupa pertanyaan agar siswa dapat memberikan feedback. Jawaban yang diberikan
oleh siswa tidak perlu selalu benar akan tetapi harus diberikan pengertian sedikit demi sedikit
agar peserta didik mampu memahami inti dari materi pembelajaran yang diberikan.
3. Hasil kurikulum merdeka belajar dapat dilihat dari tujuan kurikulum merdeka belajar ini yaitu
dengan memberikan kebebasan belajar kepada peserta didik maka akan menunjukkan setiap
kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik yang ada di SMPN 2 Dua Boccoe maupun sekolah-
sekolah lain yang ada di Indonesia setelah pengimplementasian kurikulum merdeka belajar ini.
Dengan diterapkannya kurikulum merdeka belajar ini, tentunya memberikan kesempatan
kepada setiap peserta didik untuk meningkatkan kemampuannya dibidang yang.
Adaara, Vol. 2, No.1, September 2018

Demikianlah artikel ini dibuat, penulis sadar artikel ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan guna kesempurnaan artikel
penelitian selanjutnya. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR RUJUKAN
Ainia, D. K. (2020). Merdeka Belajar dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara dan Relevansinya bagi
Pengembangan Pendidikan Karakter. Jurnal Filsafat Indonesia, 3(3).
Alatas, M. A., Romadhon, S., Efendi, A. N., & Zahroh, F. (2023). Praktik Pengalaman Lapangan
(PPL) Mahasiswa IAIN Madura: Teknik dan Strategi Pengelolaan Kelas Praktik Platform
Merdeka Belajar. GHANCARAN: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 352–360.
https://doi.org/10.19105/ghancaran.vi.8175
Daga, A. T. (2021). Makna Merdeka Belajar dan Penguatan Peran Guru di Sekolah Dasar. Jurnal
Educatio FKIP UNMA, 7(3), 1075–1090. https://doi.org/10.31949/educatio.v7i3.1279
Isnanto, I., Pomalingo, S., & Harun, M. N. (2020). Strategi Pengelolaan Kelas Di Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan Glasser, 4(1), 7. https://doi.org/10.32529/glasser.v4i1.392
Mahmudah, M. (2018). Pengelolaan Kelas: Upaya Mengukur Keberhasilan Proses Pembelajaran.
Jurnal Kependidikan, 6(1), 53–70. https://doi.org/10.24090/jk.v6i1.1696
Mujianto, G., & Sudjalil, S. (2021). Pengelolaan kelas pada Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)
Pendidikan Profesi Guru (PPG) prajabatan bidang studi bahasa Indonesia di SMA Negeri 7
Malang. KEMBARA Journal of Scientific Language Literature and Teaching, 6(2), 255–265.
https://doi.org/10.22219/kembara.v6i2.14057
Rahayu, R., Rosita, R., Rahayuningsih, Y. S., Hernawan, A. H., & Prihantini, P. (2022).
Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak. Jurnal Basicedu, 6(4), 6313–
6319. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3237
Salmiah, M., Rusman, ِa. A., & Abidin, Z. (2021). Konsep Dasar Pengelolaan Kelas dalam Tinjauan
Psikologi Manajemen. ITQAN: Jurnal Ilmu-Ilmu Kependidikan, 13(1), 41–60.
https://doi.org/10.47766/itqan.v13i1.185
Satriawan, W., Santika, I. D., Naim, A., Tarbiyah, F., Raya, B., Selatan, L., … Panggung, P. (2021).
Guru Penggerak Dan Transformasi Sekolah. Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Volume,
11(1), 1–12.
Sherly, Dharma, E., & Sihombing, B. H. (2020). Merdeka Belajar di Era Pendidikan 4.0. Merdeka
Belajar: Kajian Literatur, 184–187.
Sugiyono. (2013). Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung: Alfabeta.
Surahman, Rahmani, R., Radiana, U., & Saputra, A. I. (2022). Peran Guru Penggerak dalam
Pendidikan Merdeka Belajar di Kubu Raya. 03(04), 376–387.
Widiasworo Erwin. (2018). Cerdas Pengelolaan Kelas.
Yamin, M., & Syahrir, S. (2020). Pembangunan Pendidikan Merdeka Belajar (Telaah Metode
Adaara, Vol. 2, No.1, September 2018

Pembelajaran). Jurnal Ilmiah Mandala Education, 6(1), 126–136.


https://doi.org/10.58258/jime.v6i1.1121

Anda mungkin juga menyukai