Anda di halaman 1dari 4

Siti Nailah Farafisah

02220220207
B9

1. Carilah artikel di media massa baik online maupun ofline kemudian teliti penggunaan
PUEBI cantumkan sumber artikel tersebut !

Komunikasi yang Efektif bagi Penolak Vaksin


Setelah pertemuan mingguan, sesuatu mengganjal di pikiran saya. Ini bukan tentang masalah
atau keluhan pelanggan yang sering terjadi akhir-akhir ini. Tetapi pertanyaan dari bos saya,
mengapa anggota tim saya tidak divaksinasi Covid-19.

Saya baru menyadari ada orang lain di tim saya yang tidak mau divaksinasi. Karena saya
sudah menerima pengingat, saya mencoba menanyakan alasannya secara langsung. Setelah
ngobrol sebentar, akhirnya saya mendapatkan alasan mengapa anggota tim saya ini enggan
divaksin.

Tempat permasalahannya adalah keraguan tentang keamanan acara pasca vaksinasi (KIPI),
status halal dari segi agama, dan tidak ada tekanan dari administrasi kantor. Contoh dari tim
saya ini menunjukkan bahwa ada kesenjangan pengetahuan yang tidak sampai kepada
mereka, bahwa mereka tetap tidak mau divaksinasi.

Padahal, kisah di atas hanyalah puncak gunung es. Terlihat kecil di atas, namun masih banyak
kasus penolakan vaksin di masyarakat. Dasarnya adalah rendahnya cakupan program
vaksinasi Covid-19. Ada kemajuan tapi tidak signifikan. Namun, jika ingin pandemi ini cepat
berakhir, hanya ada satu solusi yaitu mempercepat vaksinasi masyarakat.

Menurut Departemen Kesehatan, hingga 31 Juli 2021, 47 juta orang telah menerima vaksin
tahap pertama atau sekitar 22,75 persen dari target 208 juta orang. Sementara itu, yang
menerima vaksin tahap kedua lebih sedikit lagi, yakni hanya 20 juta orang. Inilah yang
dibutuhkan pemerintah untuk terus memvaksinasi lebih banyak orang dan lebih cepat karena
berpacu dengan waktu.

Untuk mencapai hal ini, setiap upaya resistensi vaksin harus segera ditolak. Yakni dengan
menyusun strategi komunikasi yang tepat bagi kelompok oposisi vaksin. Pengembangan
strategi ini harus melibatkan pihak swasta, lembaga pendidikan dan tokoh agama.
Kedengarannya klise, tapi percayalah, ini adalah cara yang efektif jika dilakukan secara massal
dan konsisten.

Untuk karyawan swasta seperti saya, salah satu langkah yang mungkin dilakukan adalah
mengamanatkan agar semua pekerja divaksinasi. Tentu saja, masih ada pengecualian bagi
orang yang memiliki gangguan kesehatan dan kondisi tertentu yang menyebabkan kegagalan
vaksinasi. Hal ini juga harus sesuai dengan anjuran dokter. Bagi yang tidak ada hambatan wajib
vaksinasi, kalau tidak mau bisa kena sanksi.
Namun, kelemahannya selama ini adalah pemerintah gagal mengendalikan perusahaan.
Sedangkan opsi ini dapat memastikan bahwa semua karyawan telah menerima vaksin tersebut.
Selain itu, perusahaan memiliki negosiasi yang cukup untuk melaksanakan pesanan.

Strategi komunikasi lainnya adalah dengan melibatkan pemuka agama dengan mengatakan
bahwa vaksin ini halal. MUI memang memutuskan bahwa vaksin Covid-19 itu halal. Namun
nyatanya, masih ada beberapa kelompok yang melarang vaksinasi. Apalagi dengan dalih
paksaan.

Baca artikel detikedu, "10 Contoh Artikel Bahasa Indonesia Lengkap dengan Strukturnya"
selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6483166/10-contoh-artikel-bahasa-
indonesia-lengkap-dengan-strukturnya.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/


2. Perbaiki kesalahan yang anda temukan dalam artikel tersebut berdasarkan PEUBI !

Perbaikan berdasarkan PUEBI:

Komunikasi yang Efektif bagi Penolak Vaksin

Setelah pertemuan mingguan, ada hal yang mengganjal di pikiran saya. Ini bukan
masalah atau keluhan pelanggan yang sering terjadi akhir-akhir ini. Tetapi pertanyaan dari
bos saya, mengapa anggota tim saya tidak divaksinasi Covid-19.

Saya baru menyadari bahwa ada orang lain di tim saya yang tidak mau divaksinasi.
Karena saya sudah menerima pengingat, saya mencoba menanyakan alasannya secara
langsung. Setelah berbincang sebentar, akhirnya saya mendapatkan alasan mengapa
anggota tim saya ini enggan divaksinasi.

Permasalahannya terletak pada keraguan tentang keamanan acara pasca vaksinasi


(KIPI), status halal dari segi agama, dan kurangnya tekanan dari administrasi kantor.
Contoh dari tim saya ini menunjukkan bahwa ada kesenjangan pengetahuan yang belum
sampai kepada mereka, sehingga mereka tetap enggan divaksinasi.

Namun, kisah di atas hanyalah puncak gunung es. Terlihat kecil di atas, namun masih
banyak kasus penolakan vaksin di masyarakat. Dasarnya adalah rendahnya cakupan
program vaksinasi Covid-19. Ada kemajuan, tetapi tidak signifikan. Namun, jika ingin
pandemi ini cepat berakhir, hanya ada satu solusi, yaitu mempercepat vaksinasi
masyarakat.

Menurut Departemen Kesehatan, hingga 31 Juli 2021, 47 juta orang telah menerima
vaksin tahap pertama, atau sekitar 22,75 persen dari target 208 juta orang. Sementara itu,
yang menerima vaksin tahap kedua lebih sedikit lagi, yakni hanya 20 juta orang. Inilah yang
dibutuhkan pemerintah untuk terus memvaksinasi lebih banyak orang dan lebih cepat,
karena berpacu dengan waktu.

Untuk mencapai hal ini, setiap upaya resistensi vaksin harus segera ditolak. Yakni
dengan menyusun strategi komunikasi yang tepat bagi kelompok penolak vaksin.
Pengembangan strategi ini harus melibatkan pihak swasta, lembaga pendidikan, dan tokoh
agama. Terdengar klise, tapi percayalah, ini adalah cara yang efektif jika dilakukan secara
massal dan konsisten.

Bagi karyawan swasta seperti saya, salah satu langkah yang mungkin dilakukan adalah
mengamanatkan agar semua pekerja divaksinasi. Tentu saja, masih ada pengecualian bagi
orang yang memiliki gangguan kesehatan dan kondisi tertentu yang menyebabkan
kegagalan vaksinasi. Hal ini juga harus sesuai dengan anjuran dokter. Bagi yang tidak ada
hambatan, wajib divaksinasi, kalau tidak mau bisa kena sanksi.
Namun, kelemahan selama ini adalah pemerintah gagal mengendalikan perusahaan.
Sedangkan opsi ini dapat memastikan bahwa semua karyawan telah menerima vaksin
tersebut. Selain itu, perusahaan memiliki negosiasi yang cukup untuk melaksanakan
pesanan.

Strategi komunikasi lainnya adalah dengan melibatkan pemuka agama dan menyatakan
bahwa vaksin ini halal. Majelis Ulama Indonesia (MUI) memang memutuskan bahwa vaksin
Covid-19 itu halal. Namun, nyatanya, masih ada beberapa kelompok yang melarang
vaksinasi, terutama dengan dalih paksaan.

Baca artikel detikedu, "10 Contoh Artikel Bahasa Indonesia Lengkap dengan
Strukturnya" selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6483166/10-contoh-
artikel-bahasa-indonesia-lengkap-dengan-strukturnya.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Anda mungkin juga menyukai