Anda di halaman 1dari 14

lOMoARcPSD|30396645

Epistimologi Bayani, Burhani, DAN Irfani

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah (Universitas Wahid Hasyim)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Sandi Rambe (rambesandi058@gmail.com)
lOMoARcPSD|30396645

EPISTIMOLOGI BAYANI, BURHANI, DAN IRFANI

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam

Dosen Pengampu: AKHMAD NURASIKIN, S.E.I., M.H.

Disusun Oleh Kelompok 6:

Nama: 1. Azza Aghisnia (22106011381)

2. Durrotul Baricha ( 22106011328)

3. Kunny Lailatul Izzati (22106011330)

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

2023

Downloaded by Sandi Rambe (rambesandi058@gmail.com)


lOMoARcPSD|30396645

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw
beserta keluarga dan para sahabatnya.

Dalam makalah ini penulis akan membahas “Epistimologi Bayani,


Burhani, dan Irfani”. Adapun penulisan makalah ini tak lepas dari berbagai
hambatan yang penulis alami. Oleh karena itu, terselesaikannya makalah ini
tentusaja bukan karena kemampuan penulis semata-mata. Namun karena adanya
dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait.

Penulis juga berterima kasih kepada Bapak Akhmad Nurasikin, M.E.I,


M.H. selaku dosen pengampu yang sudah memberikan dukungan dan kesempatan
dalam proses pengerjaan tugas ini. Penulis menyadari dalam penulisan dan
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena pengetahuan
danpengalaman penulismasih sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini
menjadi lebih baik dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca.

Semarang, Mei 2023

Downloaded by Sandi Rambe (rambesandi058@gmail.com)


lOMoARcPSD|30396645

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
A. Pengertian Epistimologi Hukum Islam: Bayani, Irfani dan Burhani......................3
1. Epistimologi Bayani (Penalaran Berdasarkan Teks).............................................3
2. Epistimologi Burhani ( Pengetahuan Berdasarkan Prinsip Logika)......................5
3. Epistimologi Irfani (Penalaran Berdasarkan Intuisi)............................................5
B. Prinsip atau Jalan yang ditempuh dalam Epistimologi Bayani, Burhani, dan Irfani. 7
1. Epistimologi Bayani..............................................................................................7
2. Epistimologi Burhani............................................................................................8
3. Episrimologi Irfani................................................................................................8
BAB III PENUTUP...............................................................................................................9
A. Kesimpulan................................................................................................................9
B. Saran.........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................10

ii

Downloaded by Sandi Rambe (rambesandi058@gmail.com)


lOMoARcPSD|30396645

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat ilmu merupakan kajian atau telaah secara mendalam terhadap
hakekat ilmu.1 Oleh sebab itu, filsafat ilmu ingin menjawab beberapa pertanyaan
mengenai hakekat ilmu tersebut, antara lain obyek apa yang ditelaah ilmu,
bagaimana memperoleh ilmu, dan untuk apa ilmu digunakan.

Ketiga kelompok pertanyaan tersebut merupakan landasan-landasan ilmu,


yakni landasan ontologi, landasan epistimologi, dan yang terakhir merupakan
landasan aksiologis. Proses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itulah dikenal
dengan istilah epistemologis. Setidaknya ada tiga model sistem berpikir dalam
Islam, yakni bayani, irfani dan burhani yang masing-masing mempunyai
pandangan yang berbeda tentang pengetahuan.
Dalam dunia pemikiran, epistemologi menempati posisi penting, sebab
menentukan corak pemikiran dan pernyataan kebenaran yang di hasilkannya.
Bangunan dasar epistemologi berbeda dari satu peradaban dengan yang lain.
Perbedaan titik tekan dalam epistemologi memang sangat besar pengaruhnya
dalam konstruksi bangunan pemikiran manusia secara utuh. Oleh karena itu, perlu
pengembangan empirisme dalam satu keutuhan dimensi yang bermuatan
spiritualitas dan moralitas.
Secara etimologi kata epistemologi berasal dari bahasa
Yunani episteme yang berarti knowledge (pengetahuan) dan logos berarti the
study of atau teory of. Secara terminologi epistemologi bearti study atau teori
tentang pengetahuan dan cara memperolehnya. Namun dalam diskursus filsafat
epistemologi merupakan cabang dari filsafat yang membahas asal-usul, struktur,
metode-metode dan kebenaran pengetahuan. Selain itu dapat pula dikatakan

1 Mohammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan (Surabaya: Pustaka Intelektual, 2009), hlm. 55

iii

Downloaded by Sandi Rambe (rambesandi058@gmail.com)


lOMoARcPSD|30396645

bahwa epistemologi adalah cabang dari filsafat yang secara khusus membahas
tentang teori pengetahuan.2

Selain itu, landasan epistimologi merupakan cara yang digunakan untuk


mengkaji atau menelaah sehingga diperolelah ilmu tersebut. Secara umum,
metode ilmiyah pada dasarnya untuk semua disiplin ilmu yaitu berupa proses
kegiatan induksi-deduksi-verifikasi.
Epistimologi bayani adalah metode pemikiran khas arab yang menekankan
otoritas teks (nash).3 Secara langsung atau tidak langsung dan di justifikasi oleh
akal kebahasaan yang di galih lewat infrensi (istidlal).
Epistimologi burhani, sebuah penyadaran diri pada kekuatan rasio atau akal
yang dilakukan lewat dalil-dalil logika. Prinsip prinsip logis inilah yang menjadi
acuan sehingga dalil-dalil agama sekalipun hanya dapat di terima sepanjang sesuai
dengan prinsip ini.
Epistimologi irfani adalah salah satu model penalaran yang di kenal dalam
tradisi keilmuan islam, di samping bayani dan burhani.4
Demikian sedikit gambaran mengenai epistimologi bayani, burhani, dan
irfani yang akan dijelaskan lebih mendetail dalam bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian secara rinci dan mendalam dari epistimologi bayani, burhani dan
irfani?
2. Bagaimana prinsip atau jalan yang ditempuh dalam epistimologi bayani, burhani,
dan irfani?

C. Tujuan
1. Mampu mengetahui pengertian secara rinci dan mendalam dari epistimologi
bayani, burhani dan irfani.
2. Untuk mengetahui prinsip atau jalan yang ditempuh dalam epistimologi bayani,
burhani, dan irfani

2 J. Sudarminta, Epistemologi Dasar Pengantar Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta, 2002, hlm.18

3 Muhammad Roy Purwanto, Dekonstruksi Teori Hukum Islam: Kritik terhadap Konsep Mashlahah
Najmuddin al-Thufi. (Yogyakarta: Kaukaba, 2014), hlm. 21
4 Ibid, hlm. 21

iv

Downloaded by Sandi Rambe (rambesandi058@gmail.com)


lOMoARcPSD|30396645

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Epistimologi Hukum Islam: Bayani, Irfani dan Burhani


Istilah “Epistimologi” berasal dari bahasa Yunani epesteme=pengetahuan
dan logos=perkataan, pikiran, ilmu. Epistimologi kadang juga disebut teori
pengetahuan (theory of knowledge; Erkenistheorie).5

Sementara itu, salah satu persoalan penting dalam epistimologi adalah


menyangkut sumber pengetahuan yang secara terperinci meliputi enam macam,
yaitu indera, wahyu, otoritas, akal, intuisi, dan saling melengkapi diantara sumber-
sumber pengetahuan tersebut. apabila dicermati secara seksama maka akan dapat
diketahui bahwa yang paling terlantar dalam sejarah panjang dunia islam adalah
sumber pengetahuan terakhir yang menegasakan watak saling melengkapi (tauhid
sumber pengetahuan). kenyataannya, wahyu dan otoritas telah sedemikian telah
diunggulkan oleh epistemologi bayani; indera dan akal diagungkan oleh
epistemologi burhani; sedangkan wahyu, diagungkan oleh epistimologi irfani.6

Masyarakat muslim mampu menyusun dan menawarakan tiga metodologi


yang mennadai lahirnya epistimologi keilmuan yang kompromistik pada cara
pengambilan pengetahuan yang murni berbasis empiris-rasional dengan intusi
wahyu. ketiga metodologi tersebut adalah bayani,burahni dan irfani.

1. Epistimologi Bayani (Penalaran Berdasarkan Teks)


Epistimologi bayani adalah metode pemikiran khas arab yang menekan kan
otoritas teks (nash) Secara langsung atau tidak langsung dan di justifikasi oleh
akal kebahasaan yang digalih lewat infrensi (istidlal).7 Bayani menggunakan
5 J. Sudarminta, Epistemologi Dasar Pengantar Filsafat Pengetahuan, Yogyakarta, 2002, hlm.18
6 Muhammad Roy Purwanto, Dekonstruksi Teori Hukum Islam: Kritik terhadap Konsep Mashlahah
Najmuddin al-Thufi. (Yogyakarta: Kaukaba, 2014), hlm. 345
7 Mohammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistimologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan
(Surabaya: Pustaka Intelektual, 2009), hlm. 55

Downloaded by Sandi Rambe (rambesandi058@gmail.com)


lOMoARcPSD|30396645

metode berfikir yang berdasarakan pada teks kitab suci (Al-quran). pendekatan
bayani melahirkan sejumlah produk hukum islam (fiqih islam) dan bagaimana
cara menghasilkan hukum dimaksud (ushul fiqih) dengan berbagai variasinya.
selain itu juga melahirkan sejumlah karya tafsir Al-quran.8
Dalam bayani rasio di anggap tidak mampu memberikan pengetahuan
kecuali disandarkan pada teks. Dalam perspektif keagamaan, sasaran bidik metode
bayani adalah aspek eksoterik atau syariat.
1. Perkembangan Bayani
Istilah bayani dari kata bahasa arab bayan berarti penjelasan (eksplanasi).
Sementara itu secara terminologi bayan mempunyai 2 arti yaitu:9
a. Sebagai aturan-aturan penafsiran wacana (kowanin tafsir al khitobih)
b. Syarat-syarat memproduksi wacana (syuruth intaj al khitob)
Berbeda dengan makna etimologi yang telah ada sejak awal peradapan
islam, makna-makna terminologis ini baru lahir belekangan yaitu pada masa
kodofikas (tadwin)
Dari segi metodologi, al syafi’i membagi bayan ini dalam 5 bagian dan
tingkatan:
a. Bayan yang tidak butuh penjelasan lanjut
b. Bayan yang beberapa bagiannya masih global sehingga butuh penjelasan sunnah
c. Bayan yang keseluruhannya masuh global sehingga butuh penjelasan sunnah
d. Bayan sunnah sebagai uraian sesuatu yang tidak terdapat pada al qur an.
e. Bayan ijtihat yang di lakukan dengan qiyas ataas sesuatu yang tidak terdapat
dalam al qur an maupun sunnah.
Dan 5 derajat bayan tersebut, al syafi’i kemudian menyatakan bahwa yang
pokok (shul) ada 3 yaitu al qur an, sunnah dan qiyas kemudian di tambah ijma’.
2. Sumber Pengetahuan
Dalam ushul al fiqih yang di maksud nash sebagai sumber pengetahuan
bayani adalah al qur an dan al hadist. Oleh karena itu epistimologi bayani
menaruh perhatian besar dan teliti pada proses transmisi teks dari generasi ke
generasi
Ini penting bagi bayani karna sebagai sumber pengetahuan benar tidaknya
transmisi teks menentukan benar salahnya ketentuan hukum yang diambil. Jika

8 Muhammad Roy Purwanto, Dekonstruksi Teori Hukum Islam: Kritik terhadap Konsep Mashlahah
Najmuddin al-Thufi. (Yogyakarta: Kaukaba, 2014), hlm. 21
9 http://hanumnursh.blogspot.com/2017/02/epistimologi-bayani-burhani-dan-irfani.html?m=1

vi

Downloaded by Sandi Rambe (rambesandi058@gmail.com)


lOMoARcPSD|30396645

transmisi bisa di pertanggung jawabkan berarti teks tersebut benar dan bisa
dijadikan dasar hukum.
Karena itu pada masa tadwin (kodifikasi) khususnya kodifikasi hadist, para
ilmuan begitu ketat dalam menyeleksi sebuah teks yang bisa di terima.

2. Epistimologi Burhani ( Pengetahuan Berdasarkan Prinsip Logika)


Burhani menyadarkan diri pada kekuatan rasio atau akal, yang dilakukan
lewat dalil-dalil logika. kebenaran dalam spekulatif metodologi ini persis seperti
yang diperagakan oleh metode keilmuan yunani yang landasanya murni pada cara
kerja empirik. kebenaran harus dibuktikan secara empirik dan diakui menurut
penalaran logis. pendekatan burhani mampu menyusun cara kerja keilmuan dan
mampu melahirkan sejumlah teori dan praktis ilmu seperti : ilmu-lmu
biologi,fisika, astronomi, geologi dan bahkan ilmu ekonomi, pertanian dan
pertambangan.10

1. Perjalan Burhani
Al-Burhani (Demonstratif), secara sederhana bisa diartikan sebagai suatu
aktifitas berfikir untuk menetapkan kebenaran proposisi (qodhiyah) melalui
pendekatan deduktif (al istintaj) dengan mengaitkan proposisi yang satu dengan
proposisi yang lain yang telah terbukra aksiomatiti kebenarannya secara
aksiomatik (badhihi).
2. Bahasa dan Logika
Sumber pengetahuan burhani adalah rasio, bukan teks atau intuisi. Rasio
inilah yang dengan dalil-dalil logika memberikan penilaian dan keputusan
terhadap informasi-informasi yang masuk lewat indra yang dikenal dengan
istilah tasawur dan tashdiq.
Tasawur adalah proses pembentukan konsep berdasarkan data-data dan
indera, sedangkan tashdiq adalah proses pembuktian terhadap kebenaran konsep
tersebut.

3. Epistimologi Irfani (Penalaran Berdasarkan Intuisi)


1. Pengertian Epistimologi Irfani
Epistimologi irfani adalah salah satu model penalaran yang dikenal dalam
tradisi keilmuan islam. Epistimologi ini dikembangkan dan digunakan dalam

10 Abed al-Jabiri, Bunyah al-Aql al-Arabi, (Beirut: Markaz Dirasat al-Wihdah al-Arabiah), hlm. 21

vii

Downloaded by Sandi Rambe (rambesandi058@gmail.com)


lOMoARcPSD|30396645

masyarakat sufi, berbeda dengan epistimologi burhani yang dikembangkan dan


digunakan dalam keilmuan-keilmuan islam pada umumnya Irfani adalah model
penalaran yang berdasarakan atas pendekatan dan pengalaman spiritual langsung
atas realitas yang tampak. Bidik irfani adalah batin, oleh karena itu rasio yang
dugunakan hanya untuk menjelaskan pengalaman spritual. metodologi dan
pendekatan irfani mampu menyusun dan mengembangkan ilmu kesufian.11

Istilah irfan sendiri berasal dari kata dasar bahasa arab ‘arofa, semakna
dengan ma’rifat, yang berarti pengetahuan, tetap berbeda dengan ilmu. Irfan atau
ma’rifat berkaitan daengan pengetauan yang diperoleh secara langsung dari
tuhan (kasyf) lewat olah rohani (riyadhah) yang dilakukan atas dasar hub (cinta)
dan iradah (kemauan yang kuat), sedangkan ilmu menunjuk pada pengetahuan
yang diperoleh lewat transformasi (naql) atau rasionalitas (‘aql).
2. Irfani, Etika, dan Filsafat
Menurut muthahari (1920-1979 M), irfani terdiri atas 2 aspek praktis dan
teoris. Aspek praktis adalah bagian yang mendiskusikan hubungan antara manusia
dengan alam dan hubungan antara manusia dan Tuhan. Sedangkan aspek teoritis,
mendiskusikan aspek semesta, manusia dan Tuhan sehingga irfani teoritis
mempunyai kesamaan dengan filsafat yang juga mendiskusikan tentang hakikat
semesta. Meski demikian irfani tetap tidak sama dengan filsafat.
Berikut beberapa perbedaan mendasar antara irfani dan filsafat:12
a. Pertama, filsafat mendasarkan argumentasinya pada postulat postulat atau
aksioma aksioma, sedang irfani mendasarkan argument argumenya pada visi dan
intuisi.
b. Kedua, dalam pandangan filsafat, eksintensi alam sama riilnya dengan eksitensi
tuhan, sedang pada pandanagn irfani, eksitensi Tuhan meliputi segala sesuatu dan
adalah ,manivestasi berbagai asma dan sifat sifat-Nya.
c. Ketiga, tujuan tertinggi dalam filsafat adalah memahami alam sedang capaian ahir
irfani adalah kembali kepada Tuhan, sedemikian rupa sehingga tidak ada jarak
antara arif dengan tuhan.
d. Keempat, sarana yang di gunakan dalam filsafat adalah rasio dan intelek, sedang
sarana yang dipakai dalam irfan adalah qalb (hati) dan kejernian jiwa yang
diperoleh lewat riyadhah secara terus menerus.

11 Ibid., hlm. 18
12 Nasution, Khoiruddin. 2009. “Pengantar Studi Islam”. Yogyakarta: Tazzaff dan Academia

viii

Downloaded by Sandi Rambe (rambesandi058@gmail.com)


lOMoARcPSD|30396645

Dalam epistimologi irfani, seseorang harus menempuh perjalanan spiritual


lewat tahapan tahapan tertentu (maqom) dan mengalami kondisi kondisi batin
tertentu sebagai sarana pencapaian pengetahuan irfan siap untuk menerimanya, di
antaranya adalah:
1. Taubat
2. Wara’
3. Zuhud
4. Faqir
5. Sabar
6. Tawakal
7. Ridho
B. Prinsip atau Jalan yang ditempuh dalam Epistimologi Bayani, Burhani, dan
Irfani13

1. Epistimologi Bayani
a. .Ijtihadiyah
Ijtihad yang berasal dari kata (asal mulanya) ijtihada artinya ialah:
Bersungguh-sungguh, rajin, giat. Sedang apabila kita meneliti makna kata ja-ha-
da artinya ialah mencurahkan segala kemampuan. Jadi dengan demikian menurut
bahasa ijtihad itu ialah berusaha atau berupaya yang bersungguh-sungguh. Imam
Al Ghazaliy mendefinisikan ijtihad itu dengan usaha sungguh-sungguh dari
seorang mujtahid di dalam rangka mengetahui tentang hukum-hukum syariat.
Adapula yang mengatakan ijtihad itu ialah qiyas, tetapi oleh Al Ghazaliy pendapat
itu lebih umum daripada qiyas, sebab kadang-kadang ijtihad itu memandang di
dalam keumuman dan lafadz-lafadz yang pelik dan semua jalan asillah (berdalil)
selain daripada qiyas. Imam Syafi’iy sendiri menyebutkan bahwa arti sempit qiyas
itu juga adalah ijtihad
b. Istinbatiyah.
Yaitu cara dan proses penentuan hukum dengan langkah langkah sebagai
berikut:
1. Memahami ayat dan hadis ahkam yang relevan atau terkait dengan perbuatan
manusia yang ingin di ketahui dengan ketentuan hukumnya
2. Menggunakan teori pemahaman ayat al-quran atau hadis, mulai kias,ijma',
istishab, istihsan, dan lain lain. untuk memahami hadis ahkam itu perlu sarana

13 file:///D:/back%20up/New%20folder/430-Article%20Text-1878-1-10-20221208.pdf

ix

Downloaded by Sandi Rambe (rambesandi058@gmail.com)


lOMoARcPSD|30396645

yang memadai di antaranya seorang fiqih harus mengerti bahasa arab,


mengumpulkan ayat dan hadis yang terkait, memahami asbabunnuzul dan asbabul
wurud, menggunakan qowaid usuliyah dan fiqhiyah
3. Mampu menilai hadis yang maqbul dan yang mardud (memahami mustholah
hadis secara praktis) membuat klasifikasi atau katagori antara ketentuan hukum
dan tujuan hukum (maqashid asyari'ah)
4. Mengambil kesimpulan sekaligus menentukan kepastian hukum.
c. Istintajiyah
d. Istidlaliyyah.
e. Qiyas (Qiyas al-Ghoib ‘ala al-Syahid)

2. Epistimologi Burhani
a. Abstraksi (al-Maujudah al-Barilah min al-Madah)
b. Bahtsiyyah
c. Tahliliyah
d. Tarkibiyyah
e. Naqdiyyah (al-Muhkamah al-’Aqliyah)

3. Episrimologi Irfani
a. Al-Dzauqiyah (al-Tajribah al-Bathiniyyah)
b. Al-Riyadhah
c. Al-Mujahadah
d. Al-Kasyfiyyah
e. Al-Isyraqiyyah
f. Al-Laduniyyah
g. Penghayatan bathin  Tasawuf

Downloaded by Sandi Rambe (rambesandi058@gmail.com)


lOMoARcPSD|30396645

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diperoleh kesimpulan, diantaranya:
Epistemologi merupakan cabang dari filsafat yang membahas asal-usul,
struktur, metode-metode dan kebenaran pengetahuan. Selain itu dapat pula
dikatakan bahwa epistemologi adalah cabang dari filsafat yang secara khusus
membahas tentang teori pengetahuan.
Perbandingan Epistemologi Bayani, Irfani, dan Burhani diantaranya:
Bayani Irfani Burhani
Sumber Teks Keagamaan/ Ilham/ Intuisi Rasio
Nash
Metode Istinbat/ Istidlal Kasyf Tahlili (analitik),
Diskursus
Pendekatan Linguistik Psikho-Gnostik logika
Tema sentral Ashl Furu’ Kata Zahir-Batin Essensi -Aksistensi
Makna Wilayah-Nubuwah Bahasa-Logika
Validitas Korespondensi Intersubjektif Koherensi
kebenaran Konsistensi
Pendukung Kaum Teolog, Kaum Sufi Para Filosof
Ahli Fiqh, Ahli
Bahasa

B. Saran
Dengan mengetahui landasan penelaahan ilmu berupa epistimologi yang
berfokus pada bayani, burhani, dan irfani diharapkan penggambaran hakikat
keberadaan ilmu akan terupayakan sesuai paradigma setiap aliran.

DAFTAR PUSTAKA

xi

Downloaded by Sandi Rambe (rambesandi058@gmail.com)


lOMoARcPSD|30396645

file:///D:/back%20up/New%20folder/430-Article%20Text-1878-1-10-
20221208.pdf
http://hanumnursh.blogspot.com/2017/02/epistimologi-bayani-burhani-dan-
irfani.html?m=1
Abed al-Jabiri. “Bunyah al-Aql al-Arabi”. Beirut: Markaz Dirasat al-Wihdah al-
Arabiah.
Adib, Mohammad. 2009. “Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistimologi, Aksiologi,
dan Logika Ilmu Pengetahuan”. Surabaya: Pustaka Intelektual
J. Sudarminta, “Epistemologi Dasar Pengantar Filsafat Pengetahuan”. Yogyakarta,
2002.
Nasution, Khoiruddin. 2009. “Pengantar Studi Islam”. Yogyakarta: Tazzaff dan
Academia
Roy Purwanto, Muhammad. 2014. “Dekonstruksi Teori Hukum Islam: Kritik
terhadap Konsep Mashlahah Najmuddin al-Thufi”. Yogyakarta: Kaukaba. 2014

xii

Downloaded by Sandi Rambe (rambesandi058@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai