Proposal Penelitian - Galih Ginanjar

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 35

PENGARUH MEDIA KARTU CARAKAN TERHADAP KETRAMPILAN

MEMBACA AKSARA JAWA SISWA KELAS III DI MI SAFINDA

SURABAYA

GALIH GINANJAR

06010720005

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

TAHUN AJARAN 2023/2024

1
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................3
B. Identifikasi Masalah....................................................................................10
C. Fokus Penelitian..........................................................................................11
D. Rumusan Masalah.......................................................................................11
E. Tujuan Penelitian........................................................................................11
F. Manfaat Penelitian......................................................................................12
BAB II....................................................................................................................14
A. Pengertian Media Pembelajaran..................................................................14
B. Fungsi Media Pembelajaran........................................................................16
C. Pengertian Media Kartu Carakan................................................................17
D. Langkah-langkah Penggunaan Kartu Huruf...............................................18
E. Tujuan Penggunaan Media Kartu Carakan.................................................19
F. Kelebihan Media Kartu Carakan.................................................................20
2. Hakikat Keterampilan.....................................................................................21
A. Pengertian Keterampilan...............................................................................21
B. Pengertian Keterampilan Membaca............................................................23
BAB III..................................................................................................................24
A. Metode Penelitian.......................................................................................24
B. Tempat dan Waktu Penelitian.....................................................................24
C. Data dan Sumber Data................................................................................25
D. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................26
E. Teknik Analisis Data...................................................................................27
A. Uji Normalitas................................................................................................31
B. Uji Homogenitas.............................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi saat ini, banyaknya budaya asing yang masuk

dan berkembang secara pesat sehingga menjadikan lunturnya budaya

lokal salah satunya kultural yang sangat dikenal karena keistimewaan

dari turun temurun yaitu budaya Jawa. Khususnya pada sisi Bahasa yang

dijadikan sebagai komunikasi utama di daerah masyarakat Jawa timur

maupun Jawa tengah.1 Bahasa ini salah satu warisan yang dimiliki

dengan bercirikhaskan identitas adat dan budaya jawa dalam

memberikan makna kehidupan mereka. Namun banyak ditengah mereka

khususnya di tingkat Pelajar SD/MI dan Sederajat sering menganggap

remeh dan cenderung kurang mengerti dan mengenal secara keseluruhan

terkait pentingnya Bahasa Jawa yang diterapkan di kehidupan sehari-

hari. Bahasa Jawa dijadikan mata pelajaran muatan lokal karena hanya

dititikfokuskan pada masyarakat suku Jawa yang berada di daerah Jawa

timur, Jawa tengah dan sekitarnya. Sesuai UU No. 20 Tahun 2003, pasal

37 ayat 1 menyatakan bahwa di setiap kurikulum terbagi dari muatan

dasar dan muatan menengah yang sering dikenal dengan muatan lokal.2

1
Dewi Rahma Ardiyani, Keterampilan Membaca Aksara Jawa Melalui Model Quantum Learning
Dengan Media Kartu Kata Siswa Kelas Iiia Sdn Petompon 02 Semarang, 2013,
http://lib.unnes.ac.id/17683/1/1401409149.pdf.
2
F Genjek & Deni Setiawan Susilowati, “Pengembangan Media Flash Card Aksara Jawa Untuk
Meningkatkan Keterampilan Membaca Dan Menulis,” Joyful Learning Journal 8, no. 3 (2019):
149–153.

3
Adanya mata pelajaran Bahasa Jawa di setiap satuan Pendidikan

menjadikan solusi dalam melestarikan tradisi dan budaya yang

dimiliki oleh masyarakat suku jawa dan sekitarnya. Pembelajaran

Bahasa tentu tidak lepas dari praktik berkomunikasi salah satunya dalam

pengimplementasiannya di kehidupan sehari-hari. Pelaksanaannya dapat

dilakukan melalui kegiatan belajar mengajar secara langsung bersama

guru dan siswa dengan menggunakan fasilitas yang mendukung siswa

dalam proses pembelajaran. Sebagai penunjang alat bantu dalam

pembelajaran biasanya dilakukan dengan bantuan media pembelajaran

yang berlangsung secara efektif. Media adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima

sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta

perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga terjadi proses

pembelajaran.

Pada Mata Pelajaran Bahasa Jawa terdapat media khusus

penerapannya salah satunya dalam melatih ketrampilan membaca

Aksara Jawa yaitu dengan Media “Kartu Carakan”. Media pembelajaran

ini merupakan “kartu kecil yang berisi gambar, teks, tanda 1etera yang

mengingatkan atau menuntun peserta didik kepada sesuatu yang

berhubungan dengan gambar”,3 Media Kartu Carakan adalah

pengembangan dari media Flash Card yang di modifikasi sesuai

dengan tujuan pembelajaran materi aksara jawa. Kartu carakan

diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan Keterampilan


3
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta, 2013).

4
membaca aksara jawa dengan baik. Dalam penggunaan kartu carakan

sebagai media pembelajaran, siswa dapat memahami dan membaca serta

menulis. Sehingga siswa tidak hanya sekedar membaca materi pada

Rancangan Perencanaan Pembelajaran (RPP).

Media Kartu Carakan merupakan salah satu media pembelajaran

berbasis visual yang berupa sebuah kartu kecil berbentuk gunungan

wayang bertuliskan huruf-huruf aksara jawa. Kartu carakan juga

memberikan tampilan berbentuk tiga dimensi. Papan Flanel atau Flanel

Board merupakan media grafis atau visual dua dimensi yang terbuat dari

kain flannel dengan ditempelkan pada sebuah papan atau tripleks.

Gambar-gambar yang akan disajikan dapat dipasang dan dicopot dengan

mudah sehingga dapat dipakai berkali-kali. Selain gambar, papan Flanel

juga dapat digunakan untuk menempelkan huruf dan angka.4 Selain

menarik perhatian peserta didik, penggunaan papan flannel dapat

membuat sajian pesan lebih efisisen. Dari keterangan tersebut penulis

melakukan inovasi baru terhadap media pembelajaran papan leteram,

yaitu dengan membuat media Kartu Carakan (kartu Aksara Jawa).

Media kartu carakan ini dapat membantu siswa menunjukkan

huruf-huruf aksara jawa. Dalam hal ini model dalam kartu carakan

berupa tulisan huruf carakan atau Hanacaraka. Penggunaan media ini

selain dapat mempermudah siswa juga untuk meningkatkan

keterampilan membaca dan menulis serta menghafal huruf carakan

4
Arief S Sadiman, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, Dan Pemanfaatannya
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014).

5
atau Hanacaraka.5 Penggunaan media dengan metode permainan seperti

ini dapat meningkatkan keterampilan peserta didik dalam membaca

aksara Jawa. Semua peserta didik terlebih kelas rendah lebih

menggemari pembelajaran yang bersifat permainan. Karena sejatinya

bermain adalah dunia mereka. Peserta didik tidak akan merasa tertekan

dengan tuntutan dan kewajiban mereka untuk belajar. Sehingga mereka

akan menjadi lebih semangat dalam belajar dan tercapailah

pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan6

Bentuk Media Kartu ini dibentuk seperti Flash Card dan

sejenisnya dengan diberikan Karakter dan model yang bervariasi.

Adanya media ini, peneliti berharap penuh memiliki pengaruh terhadap

kelancaran siswa untuk terampil membaca sekaligus menulis Aksara

Jawa. Media Kartu Carakan dibentuk secara edukatif yang dirancang

dengan variasi Karakter dan Tulisan Aksara Jawa didalamnya sehingga

siswa seneng dan lebih tertarik dalam pembelajaran khususnya dalam

membaca Aksara Jawa pada Siswa kelas III SD.7 Pada Hari Senin, 8

Mei 2023, peneliti melakukan pengamatan secara langsung di MI

Safinda Kelas III dalam mata pelajaran Bahasa Jawa dapat dinyatakan

dengan fasilitas yang dijadikan media pembelajaran sangat terbatas

bahkan hanya sebatas buku siswa sebagai sumber pembelajaran siswa.

Adanya keterbatasan media menjadikan siswa kurang terampil dalam

5
B A B Ii, “Penggunaan Media Flash Card,” no. 449 (2007): 22–31.
6
Ibid.
7
Susilowati, “Pengembangan Media Flash Card Aksara Jawa Untuk Meningkatkan Keterampilan
Membaca Dan Menulis.”

6
membaca khususnya pada tulisan Aksara Jawa dasar terdiri dari 20 yang

dirangkai menjadi sebuah kata. Sehingga pembelajaran masih bersifat

monoton dan kurang menumbuhkan antusias siwa dikarenakan kesulitan

dalam membaca tulisan aksara jawa. Hal ini menyatakan bahwa Sulitnya

membaca memengaruhi pada aspek kemampuan mereka dalam

membaca Hanacaraka. Berdasarkan data yang didapatkan saat

melakukan pengamatan, siswa masih minim dalam aspek ketrampilan

membaca Aksara Jawa dan hanya mampu membaca kata dasar seperti

Jaka, Lala, Jaya, dll.

Sehingga peneliti berkeinginan menggunakan Media

pembelajaran Kartu Carakan dikarenakan belum digunakan di MI

Safinda Surabaya pada pembelajaran Bahasa jawa khususnya materi

aksara jawa. Ketika menyampaikan materi aksara jawa guru masih

menggunakan media buku siswa dan penjelasan hanya dengan

menggambarkan di papan tulis. Media pembelajaran kartu carakan yang

peneliti ujikan akan dijadikan media pembelajaran untuk membantu

siswa kelas 3 dalam meningkatkan Keterampilan membaca aksara jawa.

Kartu carakan akan digunakan oleh seluruh siswa di kelas 3 tersebut.

Dengan adanya kartu carakan diharapkan siswa MI Safinda Surabaya

kelas 3 akan lebih tertarik belajar dan meningkatkan Keterampilan

membaca serta menulis aksara jawa atau Hanacaraka. Media pembelajan

kartu carakan dirasa cocok digunakan sebagai media pembelajaran

Bahasa jawa pada materi aksara jawa atau Hanacaraka. Berdasarkan

7
keterangan guru yakni siswa kurang bahkan tidak menyukai pelajaran

Bahasa jawa karena dianggap pelajaran yang membosankan dan sulit

untuk dipahami. Media pembelajaran kartu carakan di desain

sedemikian rupa sehingga memiliki tampilan yang menarik yang mana

akan mempermudah siswa dalam memahaminya.

Ketrampilan Membaca merupakan bagian dari keterampilan

berbahasa yang berada pada tataran ketiga, setelah menyimak dan

berbicara. Membaca merupakan bentuk tindakan yang tidak sekadar

menafsirkan tulisan, tetapi juga melibatkan banyak hal, antara lain:

aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Kegiatan

Membaca memiliki sifat yang reseptif. karena dengan membaca

seseorang akan memperoleh informasi, ilmu, pengetahuan, dan

pengalaman-pengalaman baru, serta memungkinkan seseorang mampu

mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan

memperluas wawasannya. 8Membaca merupakan proses memperoleh

informasi dengan menggunakan teknik tertentu. Sebelum melakukan

kegiatan membaca, seorang pembaca harus menentukan tujuan

membaca agar informasi yang diperoleh sesuai dengan tujuan membaca.

Oleh karena itu, membaca harus sesuai dengan tujuan membaca.

Membaca adalah kegiatan yang penting. Selain memperoleh informasi,

kita juga dapat meningkatkan skemata kita., sehingga wawasan dan

pengalaman kita bertambah. Oleh karena itu, jadikanlah membaca

8
Elvi Susanti, Keterampilan Membaca (Bogor: IN MEDIA, 2022).

8
sebagai kebutuhan kita, sehingga kita memiliki minat baca yang tinggi.9

Membaca memegang peranan yang sangat penting dalam

kehidupan umat manusia, baik dalam konteks individual maupun

komunal, tampaknya sudah kita pahami bersama. Secara singkat dan

sederhana mencoba mendefinisikan membaca sebagai proses kegiatan

mencocokkan huruf atau melafalkan lambang-lambang yang ditulis.10

Disisi lain peneliti ingin menunjang kegiatan membaca dengan

menggunakan Media berikut, dikarenakan awalnya Guru hanya

menyampaikan materi Hanacaraka dengan menggambarkannya dipapan

tulis agar siswa dapat membaca dan menulis Hanacaraka tersebut.

Namun dilihat dari hasil belajar siswa pada pembelajaran Bahasa jawa

materi aksara jawa masih rendah karena hampir semua siswa belum

memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi hal tersebut adalah media pembelajaran yang

digunakan oleh guru. Media pembelajaran yang tidak melibatkan peran

siswa secara aktif juga dapat membuat siswa merasa bosan dan tidak

paham terkait materi pelajaran dan hasilnya hanya sedikit materi yang

dipelajari siswa diwaktu mendatang.

Media pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil

Keterampilan dan pemahaman siswa. Maka dari itu guru harus kreatif

dan inovatif dalam membuat dan memfasilitasi media pembelajaran

guna menunjang keberhasilan tujuan pembelajaran. Peneliti memilih


9
Ria Kristia Fatmasari and Husniyatul Fitriyah, Ketrampilan Membaca, 2018.
10
Anderson R. C, Language Skills in Elementary Education (New York: Macmillan Publishing
Co, Inc., n.d.).

9
subjek Siswa kelas III MI dikarenakan menyesuaikan kebutuhan

mereka dalam ketrampilan membaca, menulis dan berkomunikasi

khususnya pada mata pelajaran Bahasa Jawa. Hal ini juga didorong

dengan Teori Dasar dalam membaca dan menulis Aksara jawa agar

lebih mampu mempraktikkan secara langsung baik dari Aksara HA,

NA, CA, RA, KA, DA, TA, SA, WA, LA, PA, DHA, JA, YA,

NYA, MA, GA, BA, THA, NGA dari keduapuluh tersebut nantinya kita

dilatih dalam mencerna maksud dari Aksara Jawa tersebut. Sehingga

adanya pernyataan tersebut, peneliti memutuskan untuk menyusun

Pembuatan proposal penelitian dengan berjudul “Pengaruh

Penggunaan Media Kartu Carakan Terhadap Keterampilan

Membaca Aksara Jawa Siswa Kelas III MI Safinda Surabaya”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pernyataan latar belakang dan hasil pengamatan pada

guru kelas III di MI Safinda Surabaya, sehingga dalam penelitian ini

dapat dijabarkan beberapa permasalahan yang akan diteliti oleh peneliti

antara lain :

1. Penyampaian guru yang masih menggunakan metode

ceramah saat pembelajaran berlangsung pada materi Aksara

Jawa.

2. Peserta didik kurang adanya antusias dan cenderung ramai

sendiri karena pembelajaran bersifat monoton.

3. Lemahnya keterampilan membaca dikarenakan peserta didik

10
cenderung bingung dan kurang memahami materi Aksara Jawa.

C. Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, permasalahan yang akan

diteleiti dibatasi pada hal- hal sebagai berikut :

1. Penelitian ini dilaksanakan di kelas III MI Safinda Surabaya.

2. Media pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini yakni

kartu carakan pada kelas III MI Safinda Surabaya.

3. Penelitian ini meneliti tentang Keterampilan membaca aksara

jawa peserta didik kelas III MI Safinda Surabaya.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas

maka peneliti merumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah :

1. Bagaimana pengaruh penggunaan media Kartu Carakan terhadap

keterampilan membaca pada Materi Aksara Jawa Siswa kelas III

di SDI Al-Mufidah Surabaya ?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan media

Kartu Carakan terhadap keterampilan membaca Aksara Jawa

siswa kelas III SDI Al-Mufidah Surabaya.”

11
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian penggunaan Kartu Carakan sebagai media

pembelajaran Bahasa Jawa materi Aksara Jawa ini diharapkan

memperoleh manfaat:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bisa memberi informasi dan kontribusi ilmiah bagi

para guru ataupun calon guru mengenai media Kartu Carakan dalam

meningkatkan mutu 7eterampil dan mengembangkan penelitian ketika

pembelajaran. Penggunaan Kartu Carakan sebagai media pembelajaran

memiliki tujuan untuk meningkatkan Keterampilan membaca dan

meningkatkan belajar siswa dalam mempelajari materi Aksara Jawa atau

Hanacaraka.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi peneliti Dengan penelitian ini diharapkan agar 7eterampilan

siswa meningkat dibandingkan dengan sebelumnya, dan menjadikan

siswa berubah anggapan akan materi aksara jawa yang sulit menjadi

menyenangkan melalui diterapkannya media Kartu Carakan.

b) Bagi guru

 Sebagai satu diantara bahan pertimbangan guru yang

mengajar pembelajaran Bahasa jawa dalam menentukan

media pembelajaran yang tepat untuk dipakai dalam

mengajar materi aksara jawa.

 Dapat memberi kemudahan kepada guru dalam kegiatan

12
pembelajaran dengan menyamapaikan materi aksara jawa.

 Sebagai bahan referensi dan masukan mengenai media

pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan Keterampilan

siswa.

C. Bagi peserta didik

Dengan penelitian ini diharapkan agar Keterampilan siswa

meningkat dibandingkan dengan sebelumnya, dan menjadikan siswa

berubah anggapan akan materi aksara jawa yang sulit menjadi

menyenangkan melalui diterapkannya media kartu carakan.

D. Bagi sekolah

Peserta didik mencapai hasil KKM yang ditentukan oleh sekolah

terutama dalam pembelajaran akan mempengaruhi Keterampilan,

prestasi dan hasil belajar peserta didik di sekolah.

13
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara

harfiah berarti „tengah‟, perantara‟ atau „pengantar‟. Dalam bahasa

Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
11
penerima pesan. Menurut pendapat ahli lain Media dijadikan sebagai

pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan, dengan demikian

media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur

pesan.12 Berdasarkan Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education

Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah

bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta

peralatannya. Pada umumnya Media hendaknya dapat digunakan,

dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca.13 Sedangkan menurut

Association of Education and Communication Technology (AECT),

media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk

menyalurkan pesan atau informasi.14

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa

Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata “instruction” yang dalam

bahasa Yunani disebut instructus atau “intruere” yang berarti


11
Nina Indriani et al., “IMPLEMENTASI MEDIA PEMBELAJARAN FLASHCARD UNTUK
MENINGKATKAN IMPLEMENTATION OF FLASHCARD LEARNING MEDIA TO
IMPROVE MATHEMATICS LEARNING OUTCOMES OF CLASS II MADRASAH
IBTIDAIYAH” 6 (2023).
12
Deni Kurniawan dan Cepi Riyana Rusman, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan
Komunikasi (Jakarta, n.d.).
13
Dkk Arief Sadiman, Media Pendidikan (Jakarta, 2012).
14
Nina Lamatenggo Hamzah, Teknologi Komunikasi & Informasi Pembelajaran (Jakarta, 2011).

14
menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional adalah

menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui

pembelajaran.15 Kata pembelajaran mengandung makna yang lebih pro-

aktif dalam melaksanakan kegiatan belajar, sebab di dalamnya bukan

hanya pendidik atau instruktur yang aktif, tetapi peserta didik merupakan
16
subjek yang aktif dalam belajar. Pembelajaran bukan hanya

menyampaikan informasi atau pengetahuan saja, melainkan

mengkondisikan pembelajar untuk belajar, karena tujuan utama

pembelajaran adalah pembelajar itu sendiri.17

Sehingga dapat diartikan Media pembelajaran merupakan suatu

teknologi pembawa pesan yang dapat digunakan untuk keperluan

pembelajaran, media pembelajaran merupakan sarana fisik untuk

menyampaikan materi pelajaran. Media pembelajaran merupakan sarana

komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dan dengar termasuk

teknologi perangkat keras.18 Kesimpulannya media pembelajaran adalah

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau

informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang

perhatian dan minat peserta didik dalam belajar.19 Berdasarkan pendapat di

atas dapat disimpulkan, media pembelajaran adalah alat bantu yang

berisikan materi pelajaran yang digunakan oleh pendidik dalam proses

belajar sehingga pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik.

15
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, Landasan Dan Aplikasinya (Jakarta, 2008).
16
Hamzah, Teknologi Komunikasi & Informasi Pembelajaran.
17
Munir, Pembelajaran Jarak Jauh (Bandung, 2012).
18
Rusman, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi.
19
Arsyad, Media Pembelajaran.

15
B. Fungsi Media Pembelajaran

Dua unsur yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, yaitu

metode dan media pembelajaran. Kedua hal ini saling berkaitan satu sama

lain. Pemilihan suatu metode akan menentukan media pembelajaran yang

akan dipergunakan dalam pembelajaran tersebut.20 Dalam proses

pembelajaran, media memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu dan

kualitas pembelajaran. Kehadiran media tidak saja membantu pendidik

dalam menyampaikan materi ajarnya, tetapi memberikan nilai tambah

kepada kegiatan pembelajaran. Levie dan Lentz mengemukakan empat

fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu:

a. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan

mengarahkan perhatian peserta didik untuk berkonsentrasi pada

pelajaran yang berkaitan dengan makna yang ditampilkan atau

menyertai teks materi pelajaran.

b. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari kenikmatan peserta

didik ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar.

c. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian

yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar

memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat

atau pesan yang terkandung dalam gambar.

d. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil

penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk


20
Rusman, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi.

16
memahami teks membantu peserta didik yang lemah dalam

membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan

mengingatnya kembali.21Berdasarkan pendapat di atas dapat

disimpulkan fungsi media pembelajaran dapat membantu

memudahkan belajar bagi peserta didik dan pendidik, memberikan

pengalaman lebih nyata (abstrak menjadi konkret), menarik

perhatian dan minat belajar peserta didik, dan dapat

membangkitkan menyamakan antara teori dengan realitanya.

C. Pengertian Media Kartu Carakan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kartu adalah sebuah

kertas tebal berbentuk Persegi panjang, untuk berbagai keperluan,

sedangkan huruf adalah lambang bunyi,22 Seperti telah dijelaskan

sebelumnya, bahwa media kartu huruf termasuk jenis media visual

dan media grafis. Sumantri & Permana mengemukakan bahwa

“Media visual, yaitu yang dapat ditangkap dengan indera

penglihatan”.23 Media grafis disebut juga media dua dimensi, yaitu

media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar.24 Jadi kartu

huruf adalah objek datar terbuat dari kertas yang mempunyai

ukuran panjang dan lebar yang dapat ditangkap dengan indera

penglihatan, dan didalamnya terdapat huruf/bentuk visual dari

21
Ii, “Penggunaan Media Flash Card.”
22
D Hariyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Solo, 2003).
23
J Sumantri, M. dan Permana, Strategi Belajar Mengajar (Bandung, 2001).
24
A Sudjana, N. dan Rivai, Media Pengajaran (Bandung, 2009).

17
sebuah bahasa atau lambang bunyi.

Kartu Carakan merupakan media yang digunakan sebagai

alat bantu dalam proses pembelajaran yang berupa kartu-kartu

yang pada satu sisinya terdapat huruf, dan huruf yang digunakan

adalah huruf Jawa/aksara Jawa. Satu paket kartu huruf berjumlah

20, sesuai dengan jumlah huruf pada aksara Jawa. Kartu huruf ini

terbuat dari kertas karton yang mempunyai ukuran panjang 10 cm

dan lebar 12 cm. Setiap kartu memiliki warna yang berbeda-beda.

Untuk lebih jelasnya, di bawah akan ditampilkan gambar dari

media kartu huruf. Gambar di bawah ini bukan dalam ukuran yang

sebenarnya.

D. Langkah-langkah Penggunaan Kartu Huruf

Susilana & Riyana menjelaskan cara menggunakan media

flash card adalah sebagai berikut:

(a) guru memegang kartu-kartu yang sudah disusun dan

ditunjukkan kepada siswa,

(b) guru mengambil satu persatu kartu tersebut setelah guru selesai

menerangkan,

(c) guru memberikan kartu-kartu yang telah diterangkan tersebut

kepada siswa yang duduk di dekat guru. Mintalah siswa untuk

mengamati kartu tersebut satu persatu, kemudian teruskan kepada

siswa yang lain,

18
(d) jika disajikan dalam suatu permainan, letakkan kartu-kartu

tersebut di dalam sebuah kotak secara acak dan tidak perlu

disusun.25

Jadi, langkah-langkah atau penggunaan media kartu huruf

dalam proses pembelajaran membaca dan menulis aksara Jawa

adalah sebagai berikut:

a) Guru menunjukkan semua kartu huruf yang sudah ditata setinggi

dada.

b) Guru mengambil satu persatu dari kartu huruf tersebut,

kemudian menunjukkannya kepada siswa.

c) Guru menempelkan kartu huruf yang telah ditunjukkan kepada

siswa di papan flanel.

d) Guru menggunakan kartu huruf untuk permainan. Perlu

diketahui bahwa langkah-langkah yang lebih rinci terdapat pada

skenario dan RPP.

E.Tujuan Penggunaan Media Kartu Carakan

Penggunaan berasal dari kata dasar “guna” yang berarti

faedah, manfaat, dan sesuatu yang memberi pengaruh, sedangkan

penggunaan berarti hal atau perbuatan mempergunakan sesuatu.26

Jadi, penggunaan media kartu huruf adalah perbuatan yang

mempergunakan kartu huruf dalam pembelajaran, khususnya

25
C Susilana, R. dan Riyana, Media Pembelajaran Hakikat, 2009.
26
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta, 1984).

19
membaca dan menulia aksara Jawa.

F. Kelebihan Media Kartu Carakan

Susilana dan Riyana mengemukakan bahwa “Flashcard

adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar ” (hlm.

94).27 Jadi, media kartu huruf hampir sama dengan media flash

card, karena sama-sama berupa sebuah kartu, hanya saja pada kartu

huruf berupa sebuah huruf, sedangkan dalam flash card adalah

berupa gambar. Kelebihan flash card dalam Susilana & Riyana

adalah yang pertama mudah dibawa-bawa, karena dengan ukuran

yang tidak terlalu besar, dapat disimpan di tas dan saku, sehingga

tidak membutuhkan ruang yang luas, dan dapat digunakan di mana

saja. Kedua adalah praktis, karena guru tidak perlu memiliki

keahlian khusus untuk menggunakan media ini. Ketiga adalah

gampang diingat, karena media ini menyajikan pesan-pesan

pendek pada setiap kartu yang disajikan, seperti mengenal huruf,

mengenal angka, mengenal nama binatang, dll. Yang terakhir

adalah menyenangkan, media flash card dalam penggunaannya

bisa melalui permainan, dengan permainan dapat mengasah

kemampuan kognitif dan melatih ketangkasan.

Kelebihan penggunaan media kartu huruf dalam

pembelajaran Bahasa Jawa khususnya membaca dan menilis aksara

Jawa adalah sebagai berikut: a) Mendorong minat dan motifasi


27
Susilana, R. dan Riyana, Media Pembelajaran Hakikat.

20
siswa untuk belajar, karena media kartu huruf ini sangat menarik

dengan warna yang beragam, hal ini akan memberikan semangat

dan gairah kepada siswaa untuk mengikuti pembelajaran, sehingga

proses pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. b) Karena

ukurannya yang kecil, maka media kartu huruf mudah dibawa-

bawa. c) Media kartu huruf mudah digunakan dan mudah

didapatkan, media kartu huruf juga dapat dibuat sendiri sesuai

dengan kebutuhan.

2. Hakikat Keterampilan

A. Pengertian Keterampilan

Keterampilan dapat menunjukkan pada aksi khusus yang

ditampilkan atau pada sifat dimana keterampilan itu dilaksanakan. Banyak

kegiatan dianggap sebagai suatu keterampilan, terdiri dari beberapa

keterampilan dan derajat penguasaan yang dicapai oleh seseorang

menggambarkan tingkat keterampilannya. Hal ini terjadi karena kebiasaan

yang sudah diterima umum untuk menyatakan bahwa satu atau beberapa

pola gerak atau perilaku yang diperluas bisa disebut keterampilan,

misalnya menulis, memainkan gitar atau piano, menyetel mesin, berjalan,

berlari, melompat dan sebagainya. Jika ini yang digunakan, maka kata

“keterampilan” yang dimaksud adalah kata benda.28Istilah terampil

biasanya digunakan untuk menggambarkan tingkat kemampuan seseorang

28
Ahmad Fauzi, “Pengaruh Kepemimpinan, Kecerdasan Emosional Dan Motivasi Kerja Terhadap
Kepuasan Kerja Guru Di SMA Negeri Kota Cirobon,” Jurnal Pendidikan (2010).

21
yang bervariasi. Keterampilan (skill) merupakan kemampuan untuk

mengoperasikan pekerjaan secara mudah dan cermat.29 Menurut Hottinger

keterampilan gerak berdasarkan faktor-faktor genetik dan lingkungan

dapat dibagi dua yaitu: (a) keterampilan phylogenetic, adalah keterampilan

yang dibawa sejak lahir, yang dapat berkembang seiring dengan

bertambahnya usia anak tersebut. (b) keterampilan ontogenetic,

merupakan keterampilan yang dihasilkan dari latihan dan pengalaman

sebagai hasil dari pengaruh lingkungan.30

Dengan demikian dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

untuk mencapai suatu tingkat keterampilan yang baik, perlu

memperhatikan hal sebagai berikut: Pertama, faktor individu/pribadi yaitu

kemauan serta keseriusan dari individu itu sendiri berupa motivasi yang

besar untuk menguasai keterampilan yang diajarkan. Kedua, faktor proses

belajar mengajar menunjuk kepada bagaimana kondisi belajar dapat

disesuaikan dengan potensi individu, dan lingkungan sangat berperan dalm

penguasaan keterampilan. Ketiga, faktor situasional menunjuk pada

metode dan teknik dari latihan atau praktek yang dilakukan.

B. Pengertian Keterampilan Membaca

Membaca sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa

merupakan suatu masalah yang mendapat banyak perhatian dalam

29
Sri Widiastuti dan Nur Rohmah Muktiani, “Peningkatan Motivasi Dan Keterampilan
Menggiring Bola Dalam Pembelajaran Sepakbola Melalui Kucing Tikus Pada Siswa Kelas 4 SD
Glagahombo 2 Tempel,” Pendidikan Jasmani Indonesia 7 (2010): 47–59.
30
Amirullah, “Alat Evaluasi Keterampilan,” Jurnal Nasional Pendidikan Jasmani dan Ilmu
Keolahragaan (2003).

22
kehidupan manusia. Perhatian ini berakar kepada kesadaran akan pentingnya

arti, nilai, dan fungsi membaca dalam kehidupan bermasyarakat. Hal inilah

yang menyebabkan beraneka ragamnya pengertian membaca. Membaca

adalah pengucapan kata-kata dan perolehan kata dari bahan cetakan.

Kegiatan ini melibatkan analisis dan pengorganisasian berbagai keterampilan

yang kompleks, termasuk di dalamnya pelajaran, pemikiran, pertimbangan,

perpaduan, dan pemecahan masalah yang berarti menimbulkan penjelasan

informasi bagi pembaca. Menurut Tarigan membaca adalah suatu proses

yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan

yang hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata/bahan tulis atau

memetik serta memahami arti yang terkandung di dalam bahan yang

tertulis.31

Selanjutnya Soedarsono mengemukakan bahwa membaca adalah

“aktivitas yang kompleks dengan mengarahkan sejumlah besar tindakan yang

terpisah-pisah, meliputi: orang harus menggunakan pengertian, khayalan, dan

mengamati dan mengingat-ingat.”32 Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa membaca adalah proses berpikir yang termasuk di

dalamnya memahami, menceritakan menafsirkan arti dari lambang-lambang

tertulis dengan melibatkan penglihatan, gerak mata, pembicaraan batin, dan

ingatan

31
H.G Tarigan, Djago dan Tarigan, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa (Bandung:
Angkasa, 1990).
32
Soedarsono, Sistem Membaca Cepat Dan Efektif (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993).

23
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mencari bagaimana pengaruh dari

penggunaan media pembelajaran Kartu Carakan terhadap kemampuan

keterampilan membaca Aksara Jawa. Maka peneliti ini dimasukkan dalam

jenis metode penelitian kuantitatif jenis eksprimen dengan Teknik

pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,

pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif atau statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah

ditetapkan.

Alasan peneliti menggunakan metode eksperimen pada penelitian ini

karena metode ini sesuai dengan apa yang akan diteliti. Metode eksperimen

cocok untuk penelitian ini karena digunakan untuk mengetahui hubungan

antara dua variabel. Dalam hal ini, variabel yang ingin diketahui

hubungannya adalah media pembelajaran Kartu Carakan dan Keterampilan

membaca Aksara Jawa. Dengan menggunakan metode ini, peneliti dapat

mengetahui adakah pengaruh media pembelajaran Kartu Carakan terhadap

kemampuan Keterampilan membaca Aksara Jawa.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di MI Safinda yang berada di Gg. III

No. 33, Rungkut Tengah, Kec. Gn. Anyar, Jawa Timur

24
2. Waktu penelitian Pelakasanaan penelitian direncanakan pada semester

genap tahun ajaran 2022/2023.

Alasan Penelitian ini dilakukan di MI Safinda karena pada mata

pelajaran Bahasa Jawa sebagian besar siswa belum bisa membaca Aksara

Jawa. Kemudian guru masih menggunakan media visual yang kurang

maksimal. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan eksperimen

dengan menggunakan media Kartu Carakan untuk meningkatkan

kemampuan Keterampilan membaca.

C. Data dan Sumber Data

Informasi tentang sebuah gejala yang harus dicatat, lebih tepatnya data,

merupakan “rasion d’entre” seluruh proses pencatatan.33 Persyaratan yang

paling utama dan paling jelas adalah bahwa informasi harus dapat dicatat

oleh para pengamat dengan mudah, dapat dibaca dengan mudah oleh

mereka yang memprosesnya, tetapi tidak begitu mudah diubah oleh tipu

daya berbagai maksud yang tidak jujur. Berikut pembagian beberapa

sumber data yang harus didapatkan sebagai penunjang data diantaranya

yaitu :

1. Sumber data primer Data dalam penelitian ini dikumpulkan sendiri

oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek

penelitian dilakukan melalui observasi, dokumentasi, wawan cara,

dan tes untuk menghimpun data.

33
Ahmad Tanzeh, Metode Penelitian Praktis, (Jakarta : PT Bina Ilmu, 2004), hal. 25

25
2. Sumber data sekunder Dalam penelitian ini yang menjadi sumber

data sekunder adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet

yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi secara langsung pada siswa maupun guru di kelas III MI

Safinda saat proses pembelajaran dengan pengamatan dan

pencatatan terhadap objek ditempat kejadian atau berlangsungnya

peristiwa, sehingga observasi berada bersama obyek yang diselidiki

dan mencatat segala permasalahan yang diteliti dapat memberikan

informasi tentang interaksi siswa dan guru selama kegiatan belajar-

mengajar dengan menggunakan media Kartu Carakan.

2. Tes Praktik Unjuk Kerja. Jenis tes ini mengarah ke aspek

psikomotorik dalam ranah ketrampilan siswa salah satunya

membaca Aksara Jawa dengan tepat dan lancar. Sehingga nantinya

diperlukan rubrik dan instrumen penilaian bagi siswa dalam

melakukan unjuk kerja tentang membaca Aksara Jawa dengan

menggunakan media Kartu Carakan.

3. Wawancara. Jenis Wawancara yang dilaksanakan terstruktur melalui

Pembuatan naskah Pertanyaan bagi para responden. Salah saunya

Peneliti mempersiapkan butir-butir instrument pertanyaan yang akan

diajukan kepada objek yang bersangkutan yaitu siswa kelas III dan

guru MI Safinda sebagai seorang resonden. Hal ini bisa dibuat

26
melalui Angket yang nantinya disosialisasikan kepada sasaran

responden yang telah ditentukan. Dengan angket berupa pernyataam

dan Pertanyaan yang bersifat tertutup serta mengarahkan pada

identifikasi seputar materi Aksara Jawa beserta hambatan dan solusi.

4. Dokumentasi. Hal ini bisa dijadikan sebagai bukti pada pelaksanaan

penelitian ini dapat berupa foto terkait objek penelitian, data siswa,

hasil test siswa, data rombel, rancangan evaluasi. Data dokumentasi

ini digunakan sebagai data penguat dari hasil wawancara dan

observasi.

E. Teknik Analisis Data

1. Uji coba instrumen bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas

dari instrumen yang nanti akan digunakan dalam penelitian sehingga

akan diketahui apakah alat pengumpul data tersebut layak untuk

digunakan atau mesti diperbaiki. Dalam penelitian ini, uji coba instrumen

dilakukan di kelas III MI Safinda.

A. Uji Validitas

Langkah yang harus dilakukan agar instrument memiliki validitas yang

tinggi adalah dengan cara uji coba instrument. Teknik yang digunakan

untuk uji validitas instrumen terdiri dari dua jenis yaitu validitas eksternal

dan validitas internal. validitas eksternal bersandar pada standar

pengukuran yang berada diluar instrument, sedangkan validitas internal

dapat menunjukkan bahwa sebuah instrumen itu valid. Cirinya adalah

27
setiap bagian instrumen mendukung maksud dari instrument secara

keseluruhan sehingga data dari variabel yang dimaksud dapat terungkap,

artinya instrumen memiliki validitas internal apabila terdapat

kesesuaian antara butir-butir soal tes atau butir angket dengan

keseluruhan instrument. Untuk menguji validitas instrument digunakan

software SPSS 25 for windows. Setelah menghitung r hitung, hal yang

harus dilakukan adalah dengan membandingkan rhitung dengan rtabel

dengan taraf signifikan 5%. Jika r hitung ≥ r tabel maka dinyatakan valid,

sebaliknya jika rhitung ≤ rtebel maka dinyatakan tidak valid.

B. Uji Reabilitas

Instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut konsisten

atau ajek dalam hasil ukurnya sehingga dapat dipercaya. Instrumen yang

reliabel tidak bersifat tendensius yang mengarahkan responden untuk

memilih jawabanjawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya

juga apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka

berapa kali diambil hasilnya akan tetap sama, datanya ajek karena

instrumennya dapat dipercaya, reliabilitas juga menunjuk pada suatu

tingkat kerandalan sesuatu. Untuk menguji reliabilitas digunakan bantuan

softaware SPSS 25 for windows. Jika nilai alpha ≥ 0,7 artinya reliabilitas

mencukupi, sementara jika alpha ≥ 0, 80 ini mensugestikan seluruh item

reliabel dan seluruh tes secara konsisten memiliki reliabilitas yang kuat

25 .

C. Uji tingkat kesukaran butir soal

28
Tingkat Kesukaran diukur melalui bobot setiap tes yang dilakukan

melalui praktik unjuk kerja dalam ranah ketrampilan membaca

Aksara Jawa. Hal-hal lain yang perlu pula dipertimbangkan dalam

pembobotan tes praktik yang dibuat adalah skala penskoran yang

hendak digunakan, misalnya skala 90-100 (Sangat Baik), skala 80-90

(Baik), dst.

D. Uji daya pembeda

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal

untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi)

dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan

besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D.

Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Uji daya

pembeda dalam penelitian ini menggunakan software SPSS 25 for

windows. Penggambaran Titik pada Daya Pembeda, yaitu :

29
Rumus Mencari D (Diskriminan) :

30
1. Uji prasyarat

A. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang

diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilihat dari data

hasil pretest dan posttest dengan menggunakan sofware SPSS 25 for

windows.Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan normal apabila nilai signifikan

lebih besar 0,05. Sebaliknya apabila nilai signifikan lebih kecil dari 0,05

maka data dikatakan tidak normal. Nilai signifikan pada uji normlaitas

data dapat dihitung berdasarkan 3 pendekatan yaitu sebagai berikut26 .

1) Pendekatan Asymptotic, yaitu pendekatan yang umum

digunakan untuk

menghitung data yang cukup besar namun kurang akurat.

2) Pendekatan Exact, yaitu pendekatan yang digunakan untuk

menghitung data dengan sampel yang kecil.

3) Pendekatan Monte Carlo, yaitu pendekatan yang digunakan jika data

yang dimiliki besar dan dapat menghasilkan data yang lebih akurat

daripada menggunakan pendekatan asymptotic dan pendekatan exact.

B. Uji Homogenitas

Uji homogenitas merupakan pengujian asumsi dengan tujuan

untuk membuktikan data yang dianalisis berasal dari populasi yang tidak

jauh berbeda keragamannya (Kasmadi dan Sunariah, 2016: 118).

31
Populasi dari masing-masing variabel dimaksudkan untuk memberi

keyakinan apakah varians variabel terikat (Y) pada setiap skor variabel

bebas (X) bersifat homogen atau tidak. Kriteria homogenitas varians

yaitu apabila harga sig > 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa instrument

variabel bersifat homogen, Kasmadi dan Sunariah (dalam Yustina, 2019:

67).

C. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk membuktikan ada tidaknya

perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan siswa dalam memahami

konsep bangun ruang pada saat belum menggunakan media 3D Book

(pretest) dan pada saat sudah diberikan posttest yang sudah menggunakan

media 3D Book pada saat kegiatan pembelajaran. Uji hipotesis pada

penelitian ini menggunakan sofware SPSS 25 for windows. Adapun

kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

a) Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima,

berarti penggunaan media 3D Book berpengaruh terhadap kemampuan

memahami konsep bangun ruang di kelas V MI.

b) Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima, berarti penggunaan

media 3D Book tidak berpengaruh terhadap kemampuan memahami

konsep bangun ruang di kelas V MI.

c) Menentukan nilai t tabel dengan mencari t tabel menggunakan

tabel distribusi t dengan taraf signifikan α = 0,05 dan db = N-1.

32
DAFTAR PUSTAKA

Amirullah. “Alat Evaluasi Keterampilan.” Jurnal Nasional

Pendidikan Jasmani dan Ilmu Keolahragaan (2003).

Ardiyani, Dewi Rahma. Keterampilan Membaca Aksara Jawa Melalui

Model Quantum Learning Dengan Media Kartu Kata Siswa Kelas Iiia Sdn

Petompon 02 Semarang, 2013.

http://lib.unnes.ac.id/17683/1/1401409149.pdf.

Arief Sadiman, Dkk. Media Pendidikan. Jakarta, 2012.

Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta, 2013.

Fatmasari, Ria Kristia, and Husniyatul Fitriyah. Ketrampilan

Membaca, 2018.

Fauzi, Ahmad. “Pengaruh Kepemimpinan, Kecerdasan Emosional

Dan Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Guru Di SMA Negeri Kota

Cirobon.” Jurnal Pendidikan (2010).

Hamzah, Nina Lamatenggo. Teknologi Komunikasi & Informasi

Pembelajaran. Jakarta, 2011.

Hariyanto, D. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Solo, 2003.

Ii, B A B. “Penggunaan Media Flash Card,” no. 449 (2007): 22–31.

Indriani, Nina, Siti Rodliyah, Eka Agustina, and Achmad Haqqul

Yaqin. “IMPLEMENTASI MEDIA PEMBELAJARAN FLASHCARD

UNTUK MENINGKATKAN IMPLEMENTATION OF FLASHCARD

LEARNING MEDIA TO IMPROVE MATHEMATICS LEARNING

OUTCOMES OF CLASS II MADRASAH IBTIDAIYAH” 6 (2023).

33
Muktiani, Sri Widiastuti dan Nur Rohmah. “Peningkatan Motivasi

Dan Keterampilan Menggiring Bola Dalam Pembelajaran Sepakbola Melalui

Kucing Tikus Pada Siswa Kelas 4 SD Glagahombo 2 Tempel.” Pendidikan

Jasmani Indonesia 7 (2010): 47–59.

Munir. Pembelajaran Jarak Jauh. Bandung, 2012.

Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta, 1984.

R. C, Anderson. Language Skills in Elementary Education. New

York: Macmillan Publishing Co, Inc., n.d.

Rusman, Deni Kurniawan dan Cepi Riyana. Pembelajaran Berbasis

Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Jakarta, n.d.

Sadiman, Arief S. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan,

Dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014.

Soedarsono. Sistem Membaca Cepat Dan Efektif. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 1993.

Sudjana, N. dan Rivai, A. Media Pengajaran. Bandung, 2009.

Sumantri, M. dan Permana, J. Strategi Belajar Mengajar. Bandung,

2001.

Susanti, Elvi. Keterampilan Membaca. Bogor: IN MEDIA, 2022.

Susilana, R. dan Riyana, C. Media Pembelajaran Hakikat, 2009.

Susilowati, F Genjek & Deni Setiawan. “Pengembangan Media Flash

Card Aksara Jawa Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Dan

Menulis.” Joyful Learning Journal 8, no. 3 (2019): 149–153.

Tarigan, Djago dan Tarigan, H.G. Teknik Pengajaran Keterampilan

34
Berbahasa. Bandung: Angkasa, 1990.

Warsita, Bambang. Teknologi Pembelajaran, Landasan Dan

Aplikasinya. Jakarta, 2008.

35

Anda mungkin juga menyukai