Anda di halaman 1dari 2

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Panduan dan penerapan perilaku akuntabel bagi ASN di beberapa kabupaten di NTT
A. Alor
Kabupaten Alor merupakan salah satu kabupaten di Provinsi NTT yang
sampai saat ini masih belum terbebas dari masalah Stunting. Dalam menggalakkan
program pemerintah Kabupaten Alor dalam periode ini yaitu Alor Kenyang, Alor
Sehat, Alor Pintar. Dalam kaitannya dengan program Alor Sehat, Pemerintah telah
melibatkan kerja sama lintas sektor. Semua instansi dan lembaga termasuk
pemerintah desa dengan porsi tugasnya saling bersinergi dalam penanganan kasus
stunting tersebut.
Jumlah kasus stunting atau balita dengan pertumbuhan kekerdilan di
Kabupaten Alor mengalami penurunan sebesar 4 % lebih atau 18,9 % di Tahun 2021
dibandingkan tahun 2020 sebanyak 22,5 % atau berada pada angka 3.426 balita.
Meskipun mengalami penurunan, namun jumlah kasus stunting di Alor masih
di atas target dari RPJMD Kabupaten Alor yang dipatok 15 % dan tahun 2022
diupayakan untuk memenuhi target RPJMD.
Sebagai petugas gizi yang meneruskan program yang dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan menitikberatkan pada intervensi gizi spesifik yang terdiri dari pemberian
PMT pada ibu hamil, balita, pemberian zat besi pada remaja putri serta
memaksimalkan pelaksanaan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya
budaya hidup sehat.
Dalam melaksanakan strategi ini juga dilakukan berdasarkan komitmen
bersama dari berbagai pihak oleh pemerintah dan masyarakat. Kendala yang ditemui
di lapangan adalah meskipun tenaga kesehatan telah melakukan tugasnya semaksimal
mungkin namun kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya Posyandu
sehingga tidak membawa anak balita, kurang memperhatikan asupan gizi kepada anak
balita, kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat. Kurangnya kesadaran masyarakat
tentang 1000 hari pertama kehidupan pada anak.
Sebagai pelayan publik, kita terus memberikan motivasi dan edukasi kepada
masyarakat agar masalah stunting dapat teratasi.
B. Timor Tengah Selatan
C. Manggarai Barat
Kabupaten Manggarai Barat merupakan salah satu kabupaten di Nusa
Tenggara Timur yang sampai saat ini belum bebas dari penyakit rabies atau penyakit
anjing gila.
Berbagai upaya telah dilakukan sebagai langkah untuk menanggulangi
penyakit rabies ini, antara lain Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat melalui Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan secara runtin menjadwalkan vaksinasi rabies
keliling di seluruh wilayahnya, sosialisasi, KIE (komunikasi, informasi dan edukasi)
terkait penyakit rabies, melakukan monitoring dan surveillance baik itu post maupun
pre vaksinasi pada HPR. Selain itu adanya kerjasama lintas sektor seperti bersama
Dinas Kesehatan, pemerintah kecamatan maupun desa juga dlibatkan dalam upaya
mewujudkan Kabupaten Manggarai Barat khususnya dan NTT umumnya terbebas
dari penyakit rabies.
Pelaporan vaksinasi rabies pada HPR dilakukan secara fisik maupun melalui
aplikasi Kemetrian Pertanian yang bernama “isikhnas”, yang bertujuan untuk
memonitoring kegiatan vaksinasi yang telah dilakukan petugas Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan setempat.
Pada pelaksanaan kegiatan pemberantasan dan penanggulangan peyakit rabies
dijumpai berbagai kendala antara lain :
 SDM masyarakat yang belum memahami pentingya vaksinasi HPR
 Jumlah petugas vaksinator yang kurang memadai
 Kondisi topografi wilayah yang sulit
 Beberapa wilayah tidak memiliki akses listrik
 Kurang pedulinya pemilik pada hewan peliharaannya, khususnya HPR
 Rantai dingin penyimpanan vaksinasi yang tidak terjamin

Anda mungkin juga menyukai