Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH DAN FILSAFAT OLAHRAGA

DISUSUN OLEH:
NO. NAMA NIM
1. Delon Krena Adidarma 6223210041
2. Kelvin Zullal 6223210077
3. Janhavy Margogoh Damanik 6223210078
4. Agung Widiyantoro 6223210046
5. Mellani Sya Putri 6223210045
6. Suci Fitriani 6223210036

JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


mampu menjadi media untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan badan dalamarti
preventif dan juga kuratif.

Beberapa peristiwa keolahragaan yang terjadi pada masa pendidikan jasmani antara lain:

1. Implementasi kegiatan olahraga di sekolah telah dilaksanakan secara teratur.

2. Banyak dilaksanakan perlombaan dan pertandingan antar sekolah, baik lokal maupunantar
kota bahkan ada yang mencapai tingkat nasional. Untuk atletik misalnya telah
terlaksanaperlombaan pancalomba seIndonesia untuk putra dan putri SLTP dan SLTA
pertama di Semarang dan keduanya di Surabaya. Perkembangan berikutnya, kegiatankegiatan
olahragadihentikan karena anggarannya di alihkan ke pem bangunan gedung serta
penyelenggaraansekolah guru pendi dikan jasmani yang menghasilkan guru olahraga.

3. Secara struktural dibentuk inspeksi pendidikan jasmani, baik di tingkat, Daerah Tingkat I
ataupun II yang mengawasi olahraga di sekolah, dan urusan pendidikan jasmani pada
jawatanpendidikan masyarakat menangani kegiatan olahraga dalam masyarakat.

4. Pada tanggal 17 Agustus 1959 Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan


memberikaninstruksi untuk melaksana kan Sapta Usaha tama, di mana salah satu unsurnya
adalah penggiat kesenian dan olahraga.

5. Adapun untuk perkembangan sekolah-sekolah di mana para calon guru olahraga dididik,
dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut.

a. Pada tahun 1950 dan tahun-tahun berikutnya berturut-turut didirikan Sekolah Guru
PendidikanJasmani (SGPD) di Yogya-karta, di Bandung (1950), Surabaya (1951), Medan
(1954) danUjungPandang (1954). Di samping SGPD dan Akademi Pendidikan Jasmani
(APD) di Bandungdandi Yogyakarta, adapula Jurusan Pendidikan Jasmani di Fakultas Sastra,
Pedagogik dan Filsafat Universitas Gadjah Mada, yang kemudian berubah menjadi Fakultas
Ilmu Pendidikan (1955) danpada tahun 1962 Jurusan tersebut menjadi Fakultas Pendidikan
Jasmani.

b. Kursus-kursus B-1 Pendidikan jasmani dan lulusannya dapat ditugaskan untuk


meneruskanbelajar pada kursus B-11 Pendidikan Jasmani di Yogyakarta dan Jakarta. Untuk
penatarangurudan tenaga teknis pendidikan jasmani diadakan kursus ulangan (KUPD) dan
kursus instruktur (KIPD) di beberapa kota besar. Pada masa itu lulusan sekolah guru A
(sekarang SPG) jugamemiliki kemampuan cukup untuk mengajar olahraga di SD, sehingga
ada kegiatan yangcukupmenggembirakan. Antara lain dapat diselenggarakan kompetisi antar
sekolah dalampermainankasti kemudian di rounders di kalangan SD. Pada akhir masa ini
kursus BI dan BII PendidikanJasmani diintegrasikan ke Perguruan Tinggi yaitu ke Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan(FKIP).

3. Masa Olahraga (1961-1966)

Dipercayanya Jakarta menjadi tuan rumah Asian Games IV, menual perubahan
struktural Departemen Pendidikan dan Kebu dayaan, Biro Pendidikan Jasmani menjadi
Jawatan Pendidikan jasmani. Perubahan itu secara politis dirasa kurang tepat, karena Asian
Gamesdiharapkan menjadi forum tempat bangsa Indonesia membuktikan kemampuannya
denganmengukir prestasi tinggi. baik dalam cabang-cabang olahraga yang dipertandingkan
maupundalam organisasi penyelenggaraan. Dalam kegiatan itu dan disertai dengan keyakinan
penuh bahwa olahraga dapat menjadi sarana ampuh untuk menggem bleng bangsa menjadi
"Manusia Indonesia Baru", maka dibentuklah Departemen Olahraga melalui Keputusan
Presiden nomor 131 tahun 1962 yang menyatakan bahwa olahraga olahraga meliputi segala
kegiatan atau usaha untuk mendorong, membang kitkan, mengembangkan dan membina
kekuatan-kekuatan jasmani maupun rohaniahpada tiap manusia. Beberapa tugas pokok dari
Departemen Olahraga ini adalah mengatur, mengkoor dinasi, mengawasi, membimbing dan
di mana perlu menyeleng garakan semuakegiatan atau usaha olahraga, termasuk pendidik an
jasmani di sekolah rendah sampai Universitas, dan menyeleng garakan Pendidikan Tenaga
Ahli olahraga, seperti guru olahraga. pelatih olahraga, dan tenaga ahli olahraga lainnya yang
diperlukan oleh Departemen Olahraga.

Mempertimbangkan potensi pelajar sebagai bibit olahraga wan yang dapat


dijadikanladangkerja yang cepat memberikan hasil, maka dikeluarkanlah Surat Keputusan
Menteri OlahragadanMenteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan tentang keinginan untuk
memberikan bimbingandan pengawasan dalam melaksa nakan program olahraga pelajar.
Programtersebut terdiri dari program olahraga wajib dan program olahraga karya. Program
olahraga wajib adalah programolahraga yang diberikan kepada siswa sesuai dengan
kurikulum dan dilaksanakan menurut jadwal pelajaran sekolah. Sedangkan program olahraga
karya adalah programolahraga yangdiberikan di luar jam pelajaran, member kan kesempatan
kepada siswa yang berbakat untukmengembang kan bakatnya. Adanya kegiatan olahraga
karya ini sangat membantu dalampenyusunan regu untuk pertandingan antar sekolah. Dalam
perkembangan berikutnya dibentukPersatuan Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia (POPSI)
yang berjalan terus hingga kini Organisasi ini telah menyelenggarakan kejuaraan Indonesia
dalam berbagai cabang olahraga.

Hal penting lainnya yang terjadi pada masa ini adalah perubahan penting
dalampendidikanguru olahraga di bawah pengelolaan Departemen Olahraga, yakni SGPD
diubah menjadSekolahMenengah Olahraga tingkat atas, dan lamanya belajar hanya tiga tahun
setelah SLTP. SMOAdiharapkan mampu menyiapkan Pembina Olahraga yang diperlukan
oleh masyarakat dansekolah, menyiapkan calon mahasiswa Sekolah Tinggi Olahraga (STO),
dan menyiapkanolahragawan berprestasi. Untuk mencapai cita-cita tersebut SMOA
diperlengkapi denganasrama dan diberi peralatan yang memadai (sama dengan SGPD).
Perjuangan itu tidak mungkindipertahankan karena munculnya SMOA dalam jumlah yang
banyak (sekitar 50 sekolah). Di kalangan Pendidikan Tinggi Olahraga, pada bulan Agustus
tahun 1961 telah dilakukan pengintegrasian kursus BI dan BII (delapan buah) ke dalam
Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan. Belum lama pengintegrasian itu dilaksanakan dan
dalam kondisi sedang berbenahdiri tiba-tiba disusul oleh kebijaksanaan baru, yakni baik
Fakultas Pendidikan Jasmani UGMmaupun Jurusan Pendi dikan Jasmani FKIP diubah
menjadi Sekolah Tinggi Olahraga (STO) pada tahun 1963. Jumlahnya 11 buah yang tersebar
di Medan, Padang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya, Banjarmasin,
Ujung Pandang dan Manado. Jurusanyangdikembangkan di STO adalah Jurusan Pembina,
Pelatih, Penggerak Masa dan KesehatanOlahraga.

4. Masa Olahraga Pendidikan (1966-1977)

Pada masa olahraga pendidikan pengelolaan olahraga berada di bawah Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan. Mula mula penanggung jawabnya adalah Direktur Jenderal
Olahraga, kemudian beralih kepada Direktur Jenderal Pemuda dan Olahraga.

Beberapa direktorat yang ada di bawah naungannya adalah Direktorat olahraga


Pendidikan, Direktorat Keolahragaan, dan direktorat Pendidikan dan penataran berada di
bawahnya. Pada tahun 1975 terjadi perubahan struktur Departemen yang berdampak pada
pengelolaanolahraga yang diturunkan ke eselon yang lebih rendah. Dalam Direktorat Jendral
PendidikanLuar Sekolah dan olahraga hanya ada satu direktorat Jenderal Pendidikan dasar
dan Menengah. Sejak tahun 1963 sampai 1978 kedudukan pengelolaan olahraga merosot dari
sebuah Depar temen menjadi Direktorat.

Pada masa ini program olahraga wajib di sekolah berjalan terus, walaupun ada
kewajibanbaru yaitu bergabung dengan kesehatan, demikian juga dengan olahraga karya.
AdapunPOPSI yang mulai aktif pada tahun 1966 bertambah maju dan pada tahun 1970
berhasil menggelar Kejuaraan Nasional POPSI dalam cabang olahraga atletik dan sepakbola.
Pertandingan sepakbola kemudian hanya sampai tingkat provinsi saja karena kesulitan biaya.
SelanjutnyaPOPSI berstatus pula sebagai anggota KONI sehingga memungkinkan kerjasama
yang erat dengan induk organisasi cabang olahraga yang bersangkutan. Sedikit demi sedikit
prestasi meningkat, demikian pula jumlah pesertanya.

Tahun 1977 telah diselenggarakan Kejuaraan Nasional POPSI untuk cabang


olahragaatletik, renang, tennis meja, bola basket dan akan ditambah dengan bola voli dan
senam. Untukkejuaraan POPSI tingkat provinsi Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah
dan Olahragahanya menyediakan piala saja, sedang kan pembiayaannya ditanggung
sepenuhnya olehkantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bersama Pemerintah
Daerah. Jelas bahwa KepalaKantor Wilayah sangat menentukan tingkat luas kegiatan POPSI
di suatu provinsi, serta pelaksanaan olahraga wajib sesuai dengan kurikulum 1975.

Dalam pendidikan pembina olahraga juga terjadi perubahan sesuai dengan apa
yangterjadi di Direktorat Jenderal. Sesuai keputusan Direktur Jendral Olahraga dan Pemuda
nomor 39/V/1974 tertanggal 3 Mei 1974 mengubah SMOA menjadi Sekolah Guru Olahraga
(SGO), denganmaksud agar lulusannya diakui memiliki kemampuan untuk menjadi guru
olahraga di sekolah, dan juga untuk menjadi pembina olahraga di masyarakat. Di SMOA
ditambahkan satu tahununtuk mengintensifkan ilmu keguruan. Keadaan ini belum
berlangsung lama sudah tersusul pulaperkembangan baru. Pada saat itu sebenarnya keadaan
sudah tidak cocok, sebab bilamana dimaksudkan untuk menjadi SMOA setaraf dengan SGPD
maka sudah ketinggalan zaman. Untuk menjadi guru SLTP orang harus memiliki ijazah
sarjana muda. Untukmenjadi guruSDitusatu tahun lebih panjang, sebab lamanya sekolah
pendidikan guru hanya tiga tahun setelahSLTP. Sesuai dengan struktur baru Departemen P &
K (1975) maka pengelolaan SMOA/SGKdipindahkan ke Direktorat Jenderal Pendi-dikan
Dasar dan Menengah, dan bernaung di bawahdirektorat pembinaan guru dan tenaga teknis,
tepatnya di sub direktorat pembinaan pendidikanguru mata pelajaran dan guru keolahragaan.
Namun, bagi sekolah guru olahraga (SGO) memiliki tugas untuk mempersiapkan siswanya
menjadi guru olahraga yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan mengajar
olahraga dan kesehatan di SD. Karena lulusan SGOharus mengajarkan kesehatan, maka
kurikulum mengalami perubahan lagi. ProgrampendidikanSGO meliputi pendidikan umum
dan keguruan, olahraga dan kesehatan, serta penunjangyangberinti kan bahasa, matematika,
IPA, IPS dan kesenian.

Dengan adanya direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan


Olahragadalamstruktur baru Departemen P & K yang digusur tidak hanya SMOA, tetapi juga
STO yang sebelumnya berada di bawah pengelolaan Direktorat Pendidikan dan

Anda mungkin juga menyukai