DISUSUN OLEH:
NO. NAMA NIM
1. Delon Krena Adidarma 6223210041
2. Kelvin Zullal 6223210077
3. Janhavy Margogoh Damanik 6223210078
4. Agung Widiyantoro 6223210046
5. Mellani Sya Putri 6223210045
6. Suci Fitriani 6223210036
Beberapa peristiwa keolahragaan yang terjadi pada masa pendidikan jasmani antara lain:
2. Banyak dilaksanakan perlombaan dan pertandingan antar sekolah, baik lokal maupunantar
kota bahkan ada yang mencapai tingkat nasional. Untuk atletik misalnya telah
terlaksanaperlombaan pancalomba seIndonesia untuk putra dan putri SLTP dan SLTA
pertama di Semarang dan keduanya di Surabaya. Perkembangan berikutnya, kegiatankegiatan
olahragadihentikan karena anggarannya di alihkan ke pem bangunan gedung serta
penyelenggaraansekolah guru pendi dikan jasmani yang menghasilkan guru olahraga.
3. Secara struktural dibentuk inspeksi pendidikan jasmani, baik di tingkat, Daerah Tingkat I
ataupun II yang mengawasi olahraga di sekolah, dan urusan pendidikan jasmani pada
jawatanpendidikan masyarakat menangani kegiatan olahraga dalam masyarakat.
5. Adapun untuk perkembangan sekolah-sekolah di mana para calon guru olahraga dididik,
dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut.
a. Pada tahun 1950 dan tahun-tahun berikutnya berturut-turut didirikan Sekolah Guru
PendidikanJasmani (SGPD) di Yogya-karta, di Bandung (1950), Surabaya (1951), Medan
(1954) danUjungPandang (1954). Di samping SGPD dan Akademi Pendidikan Jasmani
(APD) di Bandungdandi Yogyakarta, adapula Jurusan Pendidikan Jasmani di Fakultas Sastra,
Pedagogik dan Filsafat Universitas Gadjah Mada, yang kemudian berubah menjadi Fakultas
Ilmu Pendidikan (1955) danpada tahun 1962 Jurusan tersebut menjadi Fakultas Pendidikan
Jasmani.
Dipercayanya Jakarta menjadi tuan rumah Asian Games IV, menual perubahan
struktural Departemen Pendidikan dan Kebu dayaan, Biro Pendidikan Jasmani menjadi
Jawatan Pendidikan jasmani. Perubahan itu secara politis dirasa kurang tepat, karena Asian
Gamesdiharapkan menjadi forum tempat bangsa Indonesia membuktikan kemampuannya
denganmengukir prestasi tinggi. baik dalam cabang-cabang olahraga yang dipertandingkan
maupundalam organisasi penyelenggaraan. Dalam kegiatan itu dan disertai dengan keyakinan
penuh bahwa olahraga dapat menjadi sarana ampuh untuk menggem bleng bangsa menjadi
"Manusia Indonesia Baru", maka dibentuklah Departemen Olahraga melalui Keputusan
Presiden nomor 131 tahun 1962 yang menyatakan bahwa olahraga olahraga meliputi segala
kegiatan atau usaha untuk mendorong, membang kitkan, mengembangkan dan membina
kekuatan-kekuatan jasmani maupun rohaniahpada tiap manusia. Beberapa tugas pokok dari
Departemen Olahraga ini adalah mengatur, mengkoor dinasi, mengawasi, membimbing dan
di mana perlu menyeleng garakan semuakegiatan atau usaha olahraga, termasuk pendidik an
jasmani di sekolah rendah sampai Universitas, dan menyeleng garakan Pendidikan Tenaga
Ahli olahraga, seperti guru olahraga. pelatih olahraga, dan tenaga ahli olahraga lainnya yang
diperlukan oleh Departemen Olahraga.
Hal penting lainnya yang terjadi pada masa ini adalah perubahan penting
dalampendidikanguru olahraga di bawah pengelolaan Departemen Olahraga, yakni SGPD
diubah menjadSekolahMenengah Olahraga tingkat atas, dan lamanya belajar hanya tiga tahun
setelah SLTP. SMOAdiharapkan mampu menyiapkan Pembina Olahraga yang diperlukan
oleh masyarakat dansekolah, menyiapkan calon mahasiswa Sekolah Tinggi Olahraga (STO),
dan menyiapkanolahragawan berprestasi. Untuk mencapai cita-cita tersebut SMOA
diperlengkapi denganasrama dan diberi peralatan yang memadai (sama dengan SGPD).
Perjuangan itu tidak mungkindipertahankan karena munculnya SMOA dalam jumlah yang
banyak (sekitar 50 sekolah). Di kalangan Pendidikan Tinggi Olahraga, pada bulan Agustus
tahun 1961 telah dilakukan pengintegrasian kursus BI dan BII (delapan buah) ke dalam
Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan. Belum lama pengintegrasian itu dilaksanakan dan
dalam kondisi sedang berbenahdiri tiba-tiba disusul oleh kebijaksanaan baru, yakni baik
Fakultas Pendidikan Jasmani UGMmaupun Jurusan Pendi dikan Jasmani FKIP diubah
menjadi Sekolah Tinggi Olahraga (STO) pada tahun 1963. Jumlahnya 11 buah yang tersebar
di Medan, Padang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya, Banjarmasin,
Ujung Pandang dan Manado. Jurusanyangdikembangkan di STO adalah Jurusan Pembina,
Pelatih, Penggerak Masa dan KesehatanOlahraga.
Pada masa ini program olahraga wajib di sekolah berjalan terus, walaupun ada
kewajibanbaru yaitu bergabung dengan kesehatan, demikian juga dengan olahraga karya.
AdapunPOPSI yang mulai aktif pada tahun 1966 bertambah maju dan pada tahun 1970
berhasil menggelar Kejuaraan Nasional POPSI dalam cabang olahraga atletik dan sepakbola.
Pertandingan sepakbola kemudian hanya sampai tingkat provinsi saja karena kesulitan biaya.
SelanjutnyaPOPSI berstatus pula sebagai anggota KONI sehingga memungkinkan kerjasama
yang erat dengan induk organisasi cabang olahraga yang bersangkutan. Sedikit demi sedikit
prestasi meningkat, demikian pula jumlah pesertanya.
Dalam pendidikan pembina olahraga juga terjadi perubahan sesuai dengan apa
yangterjadi di Direktorat Jenderal. Sesuai keputusan Direktur Jendral Olahraga dan Pemuda
nomor 39/V/1974 tertanggal 3 Mei 1974 mengubah SMOA menjadi Sekolah Guru Olahraga
(SGO), denganmaksud agar lulusannya diakui memiliki kemampuan untuk menjadi guru
olahraga di sekolah, dan juga untuk menjadi pembina olahraga di masyarakat. Di SMOA
ditambahkan satu tahununtuk mengintensifkan ilmu keguruan. Keadaan ini belum
berlangsung lama sudah tersusul pulaperkembangan baru. Pada saat itu sebenarnya keadaan
sudah tidak cocok, sebab bilamana dimaksudkan untuk menjadi SMOA setaraf dengan SGPD
maka sudah ketinggalan zaman. Untuk menjadi guru SLTP orang harus memiliki ijazah
sarjana muda. Untukmenjadi guruSDitusatu tahun lebih panjang, sebab lamanya sekolah
pendidikan guru hanya tiga tahun setelahSLTP. Sesuai dengan struktur baru Departemen P &
K (1975) maka pengelolaan SMOA/SGKdipindahkan ke Direktorat Jenderal Pendi-dikan
Dasar dan Menengah, dan bernaung di bawahdirektorat pembinaan guru dan tenaga teknis,
tepatnya di sub direktorat pembinaan pendidikanguru mata pelajaran dan guru keolahragaan.
Namun, bagi sekolah guru olahraga (SGO) memiliki tugas untuk mempersiapkan siswanya
menjadi guru olahraga yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan mengajar
olahraga dan kesehatan di SD. Karena lulusan SGOharus mengajarkan kesehatan, maka
kurikulum mengalami perubahan lagi. ProgrampendidikanSGO meliputi pendidikan umum
dan keguruan, olahraga dan kesehatan, serta penunjangyangberinti kan bahasa, matematika,
IPA, IPS dan kesenian.