Anda di halaman 1dari 8

ARTIKEL

KEDAERA
Ulfah Dwi
HAN Januarti

Disusun oleh :
KELOMPOK II

Nama :
- M. Faqih Z. Arifin
- Patihena Latuconsina
- Rafly Daud
- Ade Rening
Burung Goheba

Burung Goheba atau bisa diartikan sebagai burung garuda adalah sebuah
sosok ilustrasi yang dijabarkan dalam sosok seekor burung berkepala dua. Yang
mana merupakan representasi filosofi dan nilai – nilai adat Kesultanan Ternate.
Burung Goheba adalah jenis burung yang konon katanya merupakan tunggangan dari
raja Ternate dahulunya yakni Jafar Sadiq, namun dalam versi lain burung Goheba ini
diyakini sebagai jenis hewan masa lalu yang menjadi penjaga keraton Ternate.

Makna filosofi burung berkepala dua ini,


menurut almarhum Sultan Mudafar Syah adalah
merupakan sebuah simbol yang mana adalah rakyat
dan sultan memiliki kedudukan setara didepan sang
pencipta, yang dalam bahasanya sang sultan
dikatakan bahwa yang dipimpin dan yang memimpin
itu kedudukannya sama saja, sama – sama hamba
dimata sang pencipta. Lalu rakyat dan raja harus memiliki 1 hati agar burung
Goheba ini dapat terbang, yang bermakna bahwa raja dan rakyat harus sehati agar
dapat menjalankan roda pemerintahan supaya menciptakan masyarakat yang damai
aman dan sejahtera.

Dibagian dada burung Goheba terdapat perisai dengan simbol hati terbalik di
tengahnya, dan dibagian bawah terdapat pita yang bertuliskan “Limau Gapi” yang
artinya negeri gunung, kata “Limau Gapi” bermakna bahwa didalam mengelola
negara, harus ada kesepahaman, harus satu hati antara raja selaku pemerintah dan
rakyat yang dalam bahasa Ternate disebut “Toma Ua hang Moju, Toma Limau Gapi
Matubu, Jou Se Ngofangare” yang artinya “Pada suatu tempat yang tertinggi, hanya
ada aku dan Engkau, aku tuhanmu dan kau hambaku”.

Pulau Maitara memiliki hubungan dengan burung Goheba, yakni sebuah


cerita asal – usul pulau maitara tersebut.
Diceritakan bahwa pada jaman dahulu, Raja
Ternate memberi hadiah kepada Raja tidore berupa
setengah tanah gamalama untuk gunung tidore agar
lebih tinggi, lalu raja Ternate memerintahkan
burung goheba untuk memindahkan sepenggal
gunung gamalama ke gunung tidore tapi di tengah
jalan, diantara pulau Ternate dan Tidore burung
Goheba terhalang sinar matahari yang menyinari
matanya dan burung Goheba pun tak tahan dan menjatuhkan sepenggal gunung
gamalama ke perairan Ternate dan Tidore, Sejak saat itulah terciptanya sebuah pulau
yang diberi nama Pulau Maitara.
Keterangan Penulis :

M.Faqih Z.Arifin (Mitologi Burung Goheba)


Tarian Tide – Tide

Tarian Tide - Tide adalah tarian yang berasal dari Provinsi Maluku Utara.
Tarian ini biasanya dilakukan dilakukan secara berpasangan antara pria dan wanita.
Tarian ini biasanya dilakukan dalam acara pernikahan, acara adat, dan acara
penyambutan. Tarian ini diartikan sebagai hal romantis dan harmonis, itulah yang
membuat tarian ini menjadi tarian favorit dalam kalangan usia. Setiap langkah dalam
Tarian Tide – Tide memiliki makna yang mendalam membuat orang yang melakukan
tarian ini terhanyut dalam suasana yang bisa dibilang senang.

Tarian Tide - Tide biasanya diiringi oleh alat musik tradisional seperti tifa,
seruling, biola dan gong. Musik dengan irama yang dimainkan biasanya bertempo
sedang dan disesuaikan dengan gerakan penari. Kostum yang digunakan oleh para
penari dalam pertunjukan Tari Tide - Tide biasanya merupakan pakaian adat. Penari
pria menggunakan kemeja panjang, celana panjang, serta penutup kepala yang
berwarna sama dengan baju mereka. Sedangkan, untuk penari wanita biasanya
menggunakan baju kebaya dan kain batik khas Maluku Utara pada bagian bawahnya.
Pada bagian kepala, biasanya rambut penari wanita disanggul dan diberi hiasan yang
bentuknya seperti kembang goyang atau menggunakan hiasan kreasi lainnya.

Tarian Tide – Tide memiliki kesan yang indah membuat orang yang
menonton tarian tersebut menjadi lebih bahagia dan menginspirasi. Dalam setiap
acara adat yang dilaksanakan di daerah Maluku Utara setiap orang yang datang lebih
menunggu momen tarian apalagi yang di pentaskan adalah Tarian Tide – Tide,
sebagian dari penonton juga mengabadikan momen tersebut dalam handphone
mereka. Tarian Tide – Tide menjadi tarian khas Maluku Utara yang banyak dipakai di
luar daerah Maluku Utara, karena keindahan dan makna dari tari tersebut
memancarkan rasa cinta kepada penonton yang membuat tarian ini menjadi lumayan
populer di luar Maluku Utara.
Keterangan Penulis :

Rafly Daud (Tarian Tide – Tide)

Pulau Tabailenge

Pulau Tabailenge dikenal dengan surga kecil di timur Morotai karena pulau
ini memiliki panorama alam yang sangat indah dan memanjakan mata. Di pulau ini
dikelilingi dengan pantai pasir putih yang sangat menawan, Selain itu pulau ini
kondisi alamnya juga masih sangat asri, terbukti di tengah pulau ini masih banyak
ditumbuhi pepohonan hijau yang sangat lebat layaknya sebuah hutan tropis. Untuk
dapat mengelilingi pulau yang cantik ini, wisatawan tidak membutuhkan waktu yang
lama. Karena pulau ini bisa dikelilingi secara keseluruhan pulau dengan waktu
kurang lebih selama 20 menit saja.

Karena pulau ini adalah salah satu pulau yang tidak berpenghuni di perairan
laut Morotai, maka tidak heran jika kondisi perairannya juga masih alami dan terjaga
dengan sangat baik. Dengan kondisi bawah laut yang masih alami inilah membuat
perairan lautnya masih memiliki ikan yang melimpah. Sehingga selain pulau ini
sering dijadikan sebagai spot wisata untuk menikmati pantainya. Untuk yang hobi
memancing di laut, perairan di dekat pulau tidak berpenghuni ini juga dijadikan
sebagai spot memancing.

Selain sering digunakan sebagai spot wisata pantai dan spot memancing,
Pulau Tabailenge juga sering dijadikan sebagai spot camping. Ada banyak wisatawan
yang berkunjung ke pulau ini untuk camping selama 2 sampai 3 hari. Sensasi
camping di pulau ini benar-benar menarik untuk dicoba, karena wisatawan dapat
merasakan benar-benar hidup jauh dari perkotaan dan hidup di sebuah pulau yang
tidak berpenghuni.

Dan yang paling menarik camping di pulau ini, wisatawan akan disandingkan
dengan panorama alam yang sangat indah. Wisatawan dapat mendirikan tendanya di
dekat pantai, sehingga saat bersantai wisatawan dapat langsung melihat
pemandangan laut yang sangat jernih berwarna biru yang sangat mempesona.

Selain melihat birunya air laut, saat camping di pulau ini wisatawan juga
dapat merasakan keindahan sunset dan sunrise yang muncul dan tenggelam di tengah
laut. Dijamin pengalaman camping di Pulau Tabailenge akan sangat berkesan dan
tidak pernah terlupakan. Alamat dari Pulau Tabailenge berada di Kabupaten Pulau
Morotai, tepatnya ada di Morotai utara di daerah Bere-Bere,Maluku utara. Dari
pulau Morotai lokasi pulau ini ada dibagian timur Pulau Morotai di dekat Desa Bere-
Bere.

Keterangan Penulis :

Patihena Latuconsina ( Pulau Tabailenge )


Air Guraka

Air Guraka adalah minuman yang berbahan dasar jahe yang bisa
menghangatkan tubuh, jadi cocok untuk diminum ketika udara dingin dan musim
hujan, selain itu air guraka juga bisa membantu menghilangkan demam, karena air
guraka mengandung jahe yang dimana jahe memiliki khasiat untuk meningkatkan
immunitas tubuh. Air Guraka sendiri berasal dari daerah timur di Indonesia tepatnya
Maluku Utara.

Air Guraka dulunya sering disajikan untuk para tamu penting dan biasanya
disuguhkan bersama pisang goreng. Air Guraka merupakan minuman favorit para
leluhur sehingga sekarang air guraka banyak di temui di berbagai tempat.

Untuk cara pembuatan dan bahannya

Bahan:

Jahe merah, gula merah, gula pasir, serai, air putih, dan kacang kenari untuk toping

Cara pembuatan:

- Bersihkan jahe kemudian digeprek atau bisa diparut


- Masukan air, jahe, gula merah, gula pasir, dan serai ke dalam panci
- Masak hingga air mendidih, jika sudah mendidih kecilkan api kemudian
masak lagi hingga kurang lebih 20 menit
- Matikan api dan diamkan sampai suhu turun
- Saring air guraka kemudian tuangkan ke dalam gelas
- Taburkan kacang kenari di atas air guraka,
- Air guraka siap dihidangkan

Keterangan Penulis :
Ade Rening ( Air Guraka )

Anda mungkin juga menyukai