Anda di halaman 1dari 3

Ujian Akhir Level 1 PembaTIK 2023

Judul video : Kurikulum merdeka

Kurikulum merdeka dirancang untuk semua jenjang, mulai dari pendidikan usia dini (Paud, TK/RA/BA,
KB, SPS, dan TPA), pendidikan dasar (SD dan MI), pendidikan menengah (SMP dan MTS) baik di jalur
formal maupun non formal.

Implementasi pendidikan

1. Jenjang Paud (TK/RA/BA, KB, SPS, dan TPA) : pembelajaran ditekankan bermain belajar
sebagai upaya agar anak-anak menyukai belajar, mandiri dan menunjukkan perkembangan
kognitif, sosial, emosional dan spiritual sesuai dengan tahapannya. Dalam kurikulum
merdeka mengedepankan kegiatan berliterasi, bukan anak diajarkan untuk membaca tetapi
guru menggunakan buku bacaan sebagai basis untuk merancang suatu kegiatan
pembelajaran dan membuat anak menyukai dunia bacaan, bisa dengan cara membacakan
buku, bercerita, bermain drama. Maka satuan pendidikan harus menyediakan buku bacaan
yang menarik dan memantik keingintahuan anak, dan guru perlu harus belajar merancang
suatu kegiatan pembelajaran dengan basis buku bacaan.
2. Jenjang SD/MI : Pembelajaran dirancang untuk mnyesuaikan transisi pembelajaran setelah
jenjang paud, maka capaian belajar di kelas satu murid tidak dituntut untuk bisa calistung
(membaca, menulis dan berhitung), sehingga guru jenjang paud tidak terbebani untuk
memberikan pelajaran calistung. Struktur pelajaran SD/MI tidak terlalu berbeda hanya ada
penggabungan mata pelajaran IPA dan IPS yang kemudian dinamai IPAS. Selain untuk
mngurangi materi hal ini berrtujuan untuk menekankan cara dalam mengeksplorasi
lingkungan, alam dan sosial budaya dalam keseharian. Selain itu adanya pembelajaran
berbasis projek, yang kontekstual, kolaboratif dan berfokus dalam pembuatan karya dan
pemecahan masalah. Pembelajaran kesenian dan olahraga juga diutamakan pada praktek
dan tidak hanya sekedar materi saja.
3. Jenjang SMP/MTS : perubahan utamanya adalah adanya pembelajaran Informatika sebagai
pelajaran wajib yang menekankan pada konsep berpikir logis dan sistematis. Muatan
pelajaran informatika tidak menekankan aspek teknis dari teknologi informasi, sehingga
informatika tidak harus diajarkan oleh guru berlatar belakang informatika, bisa diberikan
oleh guru berlatar belakang matematika atau IPA. Seperti jenjang SD, mapel seni dan
olahraga ditekankan pada praktik, untuk seni anak-anak bisa memilih satu cabang seni yang
tersedia. Pada jenjang ini pembelajaran berbasis projek mendapatkan porsi yang lebih
banyak.
4. Jenjang SMA/MA atau sederajat : tidak adanya peminatan IPA, IPS dan Bahasa. Murid kelas X
akan mengikuti pelajaran yang sama dengan SMP. Implikasinyanya materi yang diberikan di
kelas X, mapel IPA yang sebelumnya terpisah akan menjadi satu mapel. Muatan fisika, biologi
dan kimia tetap ada namun menjadi bagian dari mapel IPA. Satuan pendidikan bisa memilih
untuk mengajarkannya secara terintegrasi, paralel atau menggunakan sistem blok secara
bergantian. Semua mapel diberikan di kelas X agar dapat mengeksplorasi minat dan aspirasi
karirnya, murid tidak langsung di kotakkan ke dalam peminatan IPA, IPS dan Bahasa agar
tidak menghalangi dalam peilihan jurusan dalam kuliahnya. Guru kelas X dan BK sangat
berperan penting dalam mengarahkan pilihan pengelompokan mapelnya, yaitu terdapat
kelompok umum, MIPA, Sosial Humaniora, Bahasa, Vokasi dan Prakarya.
5. Jenjang SMK : Menyiapkan siswa siswi SMK untuk siap di dunia kerja setelah lulus. Guru
memberikan pembelajaran di smk lebih fleksible dan adaptif sehingga industri dilibatkan
secara aktif dalam pengembangan kurikulum agar selaras dengan kebutuhan dunia kerja.
Struktur kurikulum dibagi menjadi dua yaitu umum dan kejuruan dengan proporsi kejuruan
sebanyak 70%. Projek penguatan profil pelajar Pancasila, tema “Kebekerjaan”. Tema ini
bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas siswa SMK sesuai dengan keahlian, sehingga
terdapat program praktik kerja lapangan minimal 6 bulan untuk program 3 tahun dan 10
bulan untuk program 4 tahun. Pembelajaran berbasis projek juga diberikan agar siswa bisa
mengasah kemampuan mereka sehingga dapat memberikan lulusan yang mumpuni,
berkarakter, berkompeten, dan dibekali dengan kualifikasi kerja.
6. Pendidikan khusus : capaian pembelajaran sama seperti umum juga terdapat pemberdayaan
dan keterampilan. CP dalam pendidikan khusus dibuat untuk siswa berkebutuhan khusus
sesuai dengan hambatan intelektual dan hambatan penyerta lainnya. Penentuan fase di
dasarkan pada asasment diagnostik. Struktur kurikulum berfokus pada life skill
dankemandirian sehingga porsi keterampilan memegang porsi terbesar.

Kurikulum merdeka memberikan rancangan pembelajaran yang menyenangkan, bermakna dan


menumbuhkembangkan siswa secara holistik untuk memiliki karakter pelajar pancasila sehingga siap
dalam menghadapi tantangan masa depan.

Anda mungkin juga menyukai