Anda di halaman 1dari 122

Implementasi

Kurikulum
Merdeka Belajar
RAUDHATUL ATHFAL
NOVA INDRIATI,SE.M.Si
“Kurikulum yang baik adalah kurikulum
yang sesuai dengan zamannya”. Kurikulum
bersifat dinamis dan terus dikembangkan
atau diadaptasi sesuai konteks dan
karakteristik murid, demi membangun
kompetensi sesuai kebutuhan mereka: kini
dan di masa depan "
Apa Maknanya ?
Mari diskusi....
KONSEP MERDEKA BAGI
GURU DAN ANAK
Guru merdeka belajar
adalah guru yang senantiasa
berefleksi untuk
menyesuaikan pemikiran
dan perbuatannya terhadap
perubahan dalam upaya
mencapai tujuan
anak merdeka bermain untuk
menuangkan ide gagasan
atau imajinasi tanpa banyak
intervensi guru
Misalnya:
Ketika kita merancang kurikulum, 1. Guru harus terus belajar
kita harus menempatkan memfasilitasi pembelajaran yang
kebutuhan, pendapat, pengalaman, sesuai,
hasil belajar, serta kepentingan 2. Orang tua harus terus
murid sebagai rujukan utama. memahami perkembangan murid
Sejatinya, kurikulum dirancang dan kebutuhanya.
untuk murid. Agar dapat
3. Begitu juga dengan pemerintah
mewujudkan seluruh kompetensi
daerah, pemerintah pusat, dan
yang diharapkan dari kurikulum,
semua yang bergerak di bidang
semua pihak harus berusaha
secara kolaboratif pendidikan juga harus terus
mengikuti perkembangan
Alasan Perubahan kebutuhan murid

Kurikulum
Mengapa kurikulum perlu diadaptasi?
1. Apakah di tepi pantai?
2. Apakah di tengah-tengah perkebunan?
3. Apakah di tengah perkotaan yang padat penduduk dengan
sosial yang beragam?
4. Selama setahun belakangan, perubahan apa saja yang
terjadi di sekitar sekolah?
5. Apakah ada bangunan yang baru didirikan?
6. Di mana sekolah kita berada?
7. Apakah ada hal-hal yang mengubah kehidupan guru dan
murid di sekolah?
Perbedaan lingkungan dan ekosistem disuatu lembaga
penddikan , ditambah pula dengan perubahan yang
terus terjadi di sekitar kita dan ilmu pengetahuan yg
terus berkembang, hal-hal inilah merupakan sebagian
alasan mengapa kurikulum yang kita terima dari
pemerintah pusat harus melalui proses adaptasi
terlebih dahulu. Bentuk adaptasi kurikulum sesuai
dengan kebutuhan para siswa diterjemahkan dalam
Kurikulum Operasional Raudhatul Athfal (KORA).
Kurikulum Operasional adalah dokumen hidup, yang
dapat sewaktu-waktu disesuaikan dengan kebutuhan
siswa setelah proses refleksi yang dilakukan oleh
seluruh pemangku kepentingan di RA
Pembelajaran dengan Paradigma Baru merupakan
upaya menumbuhkan pembelajar sepanjang hayat
yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila yang
rahmatan lil Alamin. Proses pembelajaran dengan
paradigma baru dilaksanakan melalui Kurikulum
Merdeka yang memuat:
Program intrakurikuler,
Program Koorkulikuler : Projek Penguatan P5
dan Pelajar Rahmatan Lil Alami
Program Intrakurikuler di RA
Pertama, pada fase pondasi yaitu, RA. Pada jenjang
ini, siswa RA akan belajar melalui kegiatan bermain
yang mencakup antara lain : Nilai Agama Islam dan
Budi Pekerti , Jati Diri dan Dasar-Dasar Literasi dan
MSTRS, termasuk penanaman karakter melalui P5 dan
PRA untuk mempersiapkan siswa untuk jenjang
pendidikan berikutnya yaitu, SD ataupun MI
Kegiatan pembelajaran intrakurikuler dirancang
agar anak dapat mencapai kemampuan sesuai
Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan
Anak (STPPA). Intisari kegiatan pembelajaran
intrakurikuler adalah bermain, yang bermakna
sebagai perwujudan ‘Merdeka Belajar, Merdeka
Bermain’. Kegiatan intrakurikuler harus
memberikan pengalaman yang menyenangkan dan
bermakna bagi anak. Kegiatan bermain ini
dirancang untuk memberi kesempatan anak agar
dapat mencapai kemampuan yang tertuang dalam
capaian perkembangan yang diharapkan
1. Program Intrakurikuler di RA

Penataan Lingkungan Membacakan Buku Cerita Inspirasi AWal


Main

BERMAIN YANG BERMAKNA


Bermain..Bermain dan Bermain
Apa itu Bermain
APA ITU
BERMAIN
BERMAIN MENURUT PARA AHLI
Piaget ( 1951) : Joan Freeman dan Utami Menurut Smith and Pellegrini (2008)
Bermain Munandar (1996) Bermain merupakan kegiatan yang
merupakan Bermain sebagai suatu aktifitas dilakukan untuk kepentingan diri
yang anak mencapai sendiri, dilakukan dengan cara-cara
kegiatan yang
perkembangan yang utuh, baik menyenangkan, tidak diorientasikan
dilakukan
fisik, intelektual, sosial, moral pada hasil akhir, fleksibel, aktif, dan
berulang-ulang positif.
dan emosional.
demi kesenangan.

Friedrich Froebel ( 1782- 1852 )


Menjelaskan bahwa konsep bermain merupakan Elizabeth Hurlock (1987:320)
proses belajar bagi anak usia dini. Anak diajak
Setiap Kegiatan yang
bekerja di kebun, bermain dengan pimpinan,
bernyanyi, pekerjaan tangan atau keterampilan,
dilakukan dengan kesenangan
bersosialisasi, berfantasi, adalah merupakan tanpa memikirkan hasil akhir
proses belajar sambil bekerja
Vygotsky ( 1969 )
Bermain, menurut Vygotsky merupakan
sumber perkembangan anak, terutama
untuk aspek berpikir. Menurut Vygotsky, BERMAIN ADALAH :
anak tidak serta merta menguasai
pengetahuan karena faktor kematangan, Melakukan kegiatan menyenangkan
tetapi lebih karena adanya interaksi dan berulang-ulang.
aktif dengan lingkungannya Berorientasi pada proses bukan
hasil
Tetapi apa yang
dilakukan guru
sampai saat ini ?
Mari Kita Lakukan
Refleksi Diri
New York 4.496KM

Kita lanjut yaaa... Sydney 12.073KM

Struktur Kurikulum Manila 11.759KM

Paris 9.
088KM

Berikutnya.....
Program
Ekstrakurikuler
Untuk kegiatan ekstrakurikuler,
sebagai wadah untuk
mengembangkan potensi,
bakat, minat kemampuan,
kepribadian, kerjasama dan
kemandirian anak secara
optimal.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan
Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin

Pelajar Indonesia merupakan pelajar


sepanjang hayat yang kompeten,
berkarakter, dan berperilaku sesuai
nilai-nilai Pancasila”
“sedangkan Pelajar Rahmatan lil
Alamin merupakan pelajar yang
bertakwa, berakhlak mulia, serta
beragama secara moderat
Projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila dan Profil Pelajar
Rahmatan lil Alamain bertujuan
untuk menanamkan nilai-nilai luhur
Pancasila serta nilai-nilai Islam
yang moderat kepada anak
Definisi Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila adalah
profil lulusan yang bertujuan
menunjukkan karakter dan
kompetensi yang diharapkan
diraih dan menguatkan nilai-nilai
luhur Pancasila peserta didik dan
para pemangku kepentingan.

Terdiri dari 6 dimensi dengan


penjabaran elemen di masing-
masing dimensinya
Dimensi
Eleman
Sub Elemen P5
Pelajar Rahmatan Lil Alamin
Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin di Madrasah
Berkeadaban (ta’addub)
Keteladanan (qudwah)
Kewarganegaraan dan kebangsaan (muwaṭanah)
Mengambil jalan tengah (tawassuṭ)
Berimbang (tawāzun)
Lurus dan tegas (I’tidāl)
Kesetaraan (musāwah)
Musyawarah (syūra)
Toleransi (tasāmuh)
Dinamis dan inovatif (tathawwur wa ibtikâr)

Cek Panduan PRA


Tahapan Pelaksanaan Projek
Penguatan Profil
Membentuk tim fasilitator projek : Kepala madrasah menyusun tim
fasilitator yang berperan merencanakan dan melaksanakan projek.
Tim terdiri dari Koordinator Projek , koordinator tingkat kelas atau
fase dan anggota sesuai kebutuhan madrasah.
Mengidentifikasi tingkat kesiapan madrasah Kepala madrasah
bersama tim fasilitator merefleksi dan menentukan kesiapan
madrasahnya.
Merancang dimensi, tema, dan alokasi waktu: Tim Fasilitator
menentukan fokus dimensi profil pelajar dan tema projek serta
merancang jumlah projek beserta alokasi waktunya. (dimensi dan
tema dipilih berdasarkan kondisi dan kebutuhan madrasah)
Menyusun modul projek: Tim fasilitator menyusun modul
projek sesuai tingkat kesiapan satuan pendidikan
dengan tahapan umum: Menentukan tujuan projek
(dimensi, elemen, subelemen, dan pencapaian fase);
Mengembangkan topik, dan durasi projek, serta;
mengembangkan aktivitas projek dan asesmennya.
Merancang strategi pelaporan projek: Tim fasilitator
merencanakan strategi pengolahan dan pelaporan hasil
projek
PENYUSUNAN DOKUMEN
KURIKULUM
OPERASIONAL RA

KO-RA
PROSES PENYUSUNAN KURIKULUM
OPERASIONAL BERSIFAT:
TETAP (mengacu kepada kerangka dasar
kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah
pusat),
FLEKSIBEL/DINAMIS (mengembangkan kurikulum
operasional berdasarkan kerangka dan struktur
kurikulum, sesuai karakteristik dan kebutuhan
satuan pendidikan).
Komponen Utama Dalam
Kurikulum
1. Analisis Karakteristik
2. Visi Misi dan Tujuan
3. Pengorganisasian Pembelajaran
4. Rencana Pembelajaran
5. Evaluasi Belajar Pendampingan dan pengembangan
profesional
6. Lampiran-Lampiran
Prinsip Pengembangan Kurikulum
Operasional di RA
Berpusat Pada Peserta didik
Kontekstual
Pembelajaran harus
Akuntabel
memenuhi potensi,
kebutuhan perkembangan Menunjukkan kekhasan dan
dan tahapan belajar, serta sesuai dengan karakteristik
Dapat
kepentingan peserta didik. satuan pendidikan, konteks
sosial budaya dan lingkungan, dipertanggungjawabkan
Profil Pelajar Pancasila
serta dunia kerja dan industri karena berbasis data dan
selalu menjadi rujukan
aktual
pada semua tahapan dalam
penyusunan kurikulum
operasional sekolah
Prinsip Pengembangan Kurikulum
Operasional di RA
Esensiall
Melibatkan berbagai pemangku
kepentingan
Semua unsur informasi penting/utama
yang dibutuhkan oleh para pemegang
kepentingan tentang kurikulum yang Pengembangan kurikulum
digunakan di RA dapat diperoleh di
RA melibatkan Guru,
dokumen tersebut. Bahasanya lugas
dan mudah dipahami, tidak mengulang Kepala, POMG , Yayasan,
naskah/kutipan yang sudah ada di masyarakat, juga Mitra
naskah lain. Dokumen tidak perlu serta Kementerian
memuat kembali misalnya lampiran
Kepmendikbud seperti CP, struktur, Agama
dll., dalam dokumen kurikulum
operasional
PROSES PENYUSUNAN KURIKULUM
OPERASIONAL SATUAN PENDIDIKAN
DI RA

menganalisis
konteks Merumuskan Visi, Menentukan
karakteristik Misi dan Tujuan Pengorganisasian
Satuan Pendidikan Pembelajaran
PROSES PENYUSUNAN KURIKULUM
OPERASIONAL SATUAN PENDIDIKAN
DI RA

Merancang
Menyusun Rencana Pendampingan,
Pembelajaran Evaluasi &
Pengembangan
Profesional
Mari Kita Lihat Satu
Persatu komponen
KORA
K A R A K T E R I S T IK
Karakteristik satuan di RA diambil dari
analisis konteks, dirumuskan karakteristik
madrasah yang menggambarkan keunikan
satuan RA dalam hal peserta didik, sosial,
budaya, guru, dan tenaga kependidikan,
kemitraan dan sebagainya
Contoh
Karakteritik Konteks Sosial Budaya
RA Nurul Dzikri berada di lingkungan budaya Jawa yang
sangat dipengaruhi oleh adat istiadat terutama dari
Kesultanan Ngayogyakartoa Hadiningrat. Hal ini
menambah referensi madrasah untuk memperkaya
peserta didik akan budaya di lingkungan terdekatnya.
Keberadaan pusat budaya Jawa menjadi potensi lain yang
dimanfaatkan madrasah untuk memperkenalkan budaya
lainnya. Keberagaman daerah asal dan profesi orang tua
siswa pun memberikan dukungan terhadap proses belajar
mengajar
Analisis Karakteristik

Profil RA
Peserta Didik

Sosial Budaya

Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Orangtua peserta didik

Kemitraan dengan Satuan Pendidikan


Visi Misi dan Tujuan
Sebelum mengembangkan kurikulum operasional,
kami melakukan analisis karakteristik dan
lingkungan belajar dengan menampung aspirasi
anggota komunitas, dan menjadikan visi dan misi
sebagai arahan yang disepakati oleh seluruh warga
madrasah

Analisis karakteristik satuan RA penting untuk


dilakukan agar mendapatkan gambaran utuh kondisi
dan kebutuhan satuan pendidikan dan seluruh
warganya. Hasil analisis karakteristik akan menjadi
landasan dalam proses perumusan visi, misi, dan
tujuan di satuan RA
Analisis kekuatan, kelemahan, peluang,
serta ancaman atau yang biasa kita sebut
sebagai SWOT merupakan cara yang umum
dilakukan dalam mengenali satuan
pendidikan dan lingkungannya untuk dasar
penyusunan strategi dalam
mengembangkan dan mengatasi
permasalahan di satuan RA
A. Visi RA
Visi
Terwujudnya generasi muslim yang berakhlak mulia, sehat, mandiri, kreatif-
inovatif, pembelajar sepanjang hayat dan berkebinekaan global.

Indikator :
1. Memiliki akhlakul kharimah serta mengimplementasikan Profil Pelajar Pancasila
dan Profil Pelajar yang Rahmatan Lil Alamin dalam aktualisasi kehidupan
2. Memiliki pembiasaan hidup bersih dan sehat
3. Memiliki kemampuan memecahkan masalah dan menemukan ide-ide baru\
4. Pembelajar sepanjang hayat, membentuk generasi yang memiliki motivasi
untuk selalu belajar dan mengembangkan diri.
5. Mengetahui keberagaman budaya Indonesia, memiliki sikap menghargai,
toleransi, cinta damai dan cinta tanah air
B. Misi RA.....

1. Membangun lingkungan madrasah yang membentuk peserta didik


memiliki akhlakul kharimah
2. Mengimplementasikan PAUD Holistik Integratif
3. Mengembangkan kemandirian, nalar kritis dan kreativitas yang
memfasilitasi keragaman minat dan bakat anak
4. Pembelajar sepanjang hayat yang kompeten, pandai
berkomunikasi, kreatif, cinta lingkungan
5. Membangun lingkungan madrasah yang bertoleransi dalam
kebhinekaan global, mencintai budaya lokal dan menjunjung nilai
gotong royong
Tujuan RA ....

Memberikan stimulus dan kegiatan yang mengoptimalkan tumbuh kembang


anak secara holistik sehingga terbangun keimanan dan ketakwaan anak serta
perilaku akhlak mulia dengan mengajarkan praktik awal beribadah,
mengajarkan perilaku baik dan rasa cinta kepada sesama manusia dan alam,
memastikan cukupnya nutrisi untuk tumbuh kembang anak dan mengajarkan
kemampuan menolong diri sendiri (berdaya) sehingga anak mengembangkan
sikap mandiri, mampu berpikir kritis, dapat mengemukakan ide dan gagasan
serta dapat bekerja sama.

Menyiapkan lingkungan belajar yang menghargai dan memberi rasa aman dan
nyaman untuk bermain dan belajar serta mengeksplorasi, untuk menumbuhkan
sikap belajar mandiri, kreatif, inovatif, gigih dan menjadikan alam dan
lingkungan sebagai sumber belajar
dst......
Memahami ini dulu..
Pengorganisasian
Pengorganisasian pembelajaran adalah cara​ satuan
pendidikan mengatur pembelajaran, muatan kurikulum
dalam satu rentang waktu, termasuk mengatur beban
belajar serta proses pembelajaran.

Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum adalah pola dan susunan pembelajaran
yang harus ditempuh oleh peserta didik pada satuan
pendidikan dalam kegiatan pembelajaran dan merupakan
aplikasi dari konsep pengorganisasian konten dan beban
belajar
Pengorganisasian
CP
(bermain yg bermakna
Beban Belajar
(900 menit)

Struktur Kurikulum

6 Karakter dengan Tematik


4 Tema Besar Terintegrasi

P5 dan PRA Pendekatan


Pembelajaran
Setiap satuan RA menyusun
DSI FITRIA
pengorganisasian pembelajaran
secara kontekstual, dengan langkah-
langkah sebagai berikut:

Menentukan alokasi waktu dalam satu semester minimal


17 minggu.

Melakukan pemetaan, stuktur (intrakurikuler dan


kokurikuler serta jumlah JP setiap bulan dalam satu
semester.
INTEGRASI DI RA
Langkah-langkah menyusun pengorganisasian
pembelajaran dan pengembangan topik dan tema
dalam projek per semester untuk satuan RA:

a. Menyusun topik dan sub topik untuk pembelajaran


intrakurikuler (termasuk-PRA).Topik adalah ide,
gagasan, konsep, atau inspirasi yang hendak
diperkenalkan, dibangun, dan dieksplorasi bersama
anak. Topik ditentukan oleh satuan RA berdasarkan
visi, misi, tujuan, dan analisis karakteristik
b. Menentukan tema yang akan dipilih pada
pembelajaran P5 dan PPRA kemudian menentukan
proyek yang akan dilakukan

c. Menentukan jumlah JP dalam setiap topik atau tema

d. Menentukan jumlah minggu dalam setiap bulan

e. Melakukan pemetaan struktur, topik dan jumlah JP.


Contoh
Muatan
Belajar
Terintegrasi
Apa itu Topik ?
Topik adalah ide, gagasan, konsep, atau
inspirasi yang hendak diperkenalkan,
dibangun, dan dieksplorasi bersama anak.
Topik ditentukan oleh lembaga
berdasarkan visi, misi, tujuan dan analisis
karakteristik. Pada semester dua dapat di
buat pola yang sama, dimana dalam satu
semester minimal ada 2 kali projek
penguatan profil pelajar Pancasila dalam
satu kali minimal 2 minggu dengan alokasi
waktu 900menit (2x900).
• Capaian pembelajaran (CP) adalah kompetensi
pembelajaran yang harus dicapai anak pada setiap fase,
untuk RA fase Pondasi. Capaian pembelajaran ditetapkan
oleh Pemerintah dan disusun dalam fase-fase
• Capaian pembelajaran diuraikan menjadi tujuan-tujuan
pembelajaran yang bersifat operasional dan konkret.
Perumusan tujuan pembelajaran meliputi kompetensi dan
lingkup materi

• Tujuan-tujuan pembelajaran tersebut kemudian diurutkan


menjadi alur tujuan pembelajaran (ATP). ATP adalah rangkaian
tujuan pembelajaran yang disusun secara logis menurut urutan
pembelajaran sejak awal hingga akhir suatu fase. Alur ini
disusun secara linear sebagaimana urutan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dari hari ke hari. Prinsip
penyusunan alur tujuan pembelajaran: esensial,
berkesinambungan, kontekstual, dan sederhana.
• Pada Satuan RA, esensi alur tujuan pembelajaran adalah
pengorganisasian tujuan pembelajaran berdasarkan laju
perkembangan anak yang dikembangkan oleh masing-masing satuan
RA agar dapat mencapai CP

• Proses merancang pembelajaran meliputi tujuan pembelajaran


yang telah dibuat sebelumnya, langkah-langkah pembelajaran, dan
asesmen pembelajaran yang disusun dalam bentuk dokumen yang
fleksibel, sederhana, dan kontekstual. Dokumen tersebut digunakan
oleh pendidik dalam upaya mencapai Profil Pelajar Pancasila dan
Profil Pelajar Rahmatan lil ‘Alamiin serta Capaian Pembelajaran.
Dalam proses merancang pembelajaran, pendidik dapat
mengembangkan alur tujuan pembelajaran dan rencana
pembelajaran secara mandiri.
Capaian Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka
Pada RA, tujuan capaian pembelajaran adalah memberikan arah yang sesuai dengan
usia perkembangan anak pada semua aspek perkembangan anak (nilai agama-moral,
nilai Pancasila, fisik motorik, emosi-sosial, bahasa, dan kognitif) dan menarasikan
kompetensi pembelajaran yang diharapkan dicapai anak pada akhir RA, agar anak siap
mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya.

Lingkup capaian pembelajaran di RA dikembangkan dari tiga elemen stimulasi yang


saling terintegrasi. Tiga elemen stimulasi tersebut merupakan elaborasi aspek-aspek
perkembangan nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa,
dan nilai Pancasila serta bidang-bidang lain untuk optimalisasi tumbuh kembang anak
sesuai dengan kebutuhan pendidikan abad 21 dalam konteks Indonesia.

Tiap elemen stimulasi mengeksplorasi aspek-aspek perkembangan secara utuh dan


tidak terpisah. Ketiga elemen stimulasi tersebut adalah: 1) Nilai Agama dan Budi
Pekerti ,2) Jati Diri, 3) Dasar-dasar Literasi, Matematika, Sains, Teknologi,
Rekayasa,dan Seni.
Tujuan Pembelajaran
Penyusunan tujuan pembelajaran mempertimbangkan laju
perkembangan anak, bukan kompetensi dan konten
seperti pada jenjang lainnya. Pendidik memiliki alternatif
untuk merumuskan tujuan pembelajaran dengan beberapa
alternatif di bawah ini:
Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, pendidik melakukan analisis
kompetensi dan konten pada capaian pembelajaran. Rumusan tujuan
pembelajaran dilakukan pada setiap fase. Penulisan tujuan pembelajaran,
memuat 2 komponen utama, yaitu:
Kompetensi yaitu kemampuan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dapat didemonstrasikan oleh peserta didik yang
menunjukkan telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran.
Lingkup materi, yaitu ilmu pengetahuan inti atau konsep utama yang
perlu dipahami pada akhir satu unit pembelajaran
Pada RA, selain kompetensi dan konten yang setara dengan capaian
pembelajaran, penyusunan tujuan pembelajaran juga mempertimbangkan
karakteristik, visi, misi dan tujuan di KOM dan laju perkembangan anak
Satuan RA dapat mengembangkan Capaian Pembelajaran
(CP) dalam SK Dirjen Pendis Nomor 3211 tahun 2022
menjadi Tujuan Pembelajaran (TP) sesuai dengan
karakteristik serta visi, misi dan tujuan satuan. Contoh
pengembangan CP menjadi TP pada elemen jati diri serta
elemen dasar-dasar literasi, matematika, sains, teknologi,
rekayasa dan seni dapat merujuk pada panduan dari
pemerintah, dengan tetap ada kreasi dan inovasi dari
satuan RA
Tujuan pembelajaran pada KOM dapat dikembangkan kembali
menjadi tujuan pembelajaran di kelas disesuaikan dengan
karakteristik dan laju perkembangan anak di kelas masing-
masing, sebagai contoh TP di satuan:

anak dapat melakukan kegiatan ibadah dengan tata cara


yang benar, maka dapat diturunkan menjadi tujuan
pembelajaran di kelas yaitu anak dapat melakukan kegiatan
sholat sesuai dengan tata cara yang benar.
Penyusunan ATP
Setelah merumuskan tujuan pembelajaran, langkah berikutnya
dalam perencanaan pembelajaran adalah menyusun alur
tujuan pembelajaran (ATP). ATP memiliki fungsi untuk
perencanaan dan pengaturan pembelajaran dan asesmen
secara garis besar untuk jangka waktu satu tahun. Oleh
karena itu, pendidik dapat menggunakan ATP saja, dan alur
tujuan pembelajaran ini dapat diperoleh pendidik dengan:
a) menggunakan contoh yang disediakan pemerintah dan
mengembangkannya sesuai kebutuhan.
b) merancang sendiri berdasarkan CP
Dalam menyusun alur tujuan pembelajaran, ada beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan:
a) ATP harus tuntas satu fase, tidak terpotong di tengah jalan;
b) ATP perlu dikembangkan secara kolaboratif, (apabila guru
mengembangkan, maka perlu kolaborasi guru lintas
kelas/kelompok usia).
c) ATP dikembangkan sesuai karakteristik dan sesuai dengan
laju perkembangan anak.
d) Metode penyusunan ATP harus logis, dari kemampuan yang
sederhana ke yang lebih rumit.
e) Tampilan tujuan pembelajaran diawali dengan ATP terlebih
dahulu, baru proses berpikirnya (misalnya, menguraikan
dari elemen menjadi tujuan pembelajaran) sebagai
lampiran agar lebih sederhana dan langsung ke intinya
untuk guru;
f) ATP yang disediakan merupakan contoh, maka alur tujuan
pembelajaran dapat bernomor/huruf (untuk menunjukkan
urutan dan tuntas penyelesaiannya dalam satu fase);
g) ATP fokus pada pencapaian CP, bukan P5 dan PPRA, jadi
tidak perlu dilengkapi dengan pendekatan/strategi
pembelajaran.
Kementerian Agama telah mengembangkan contoh Alur Tujuan
Pembelajaran (ATP) dari elemen Nilai Agama dan Budi Pekerti
dengan muatan PAI dan Bahasa Arab sesuai kekhasan di RA.
Satuan RA dapat mengembangkan sendiri ATP sesuai dengan
karakteristik serta visi, misi dan tujuan satuan

Titik titik awal dalam ATP pada setiap kelompok usia bisa jadi
berbeda tergantung dari hasil asesmen awal pada kelompok usia
tersebut, sehingga dimungkinkan setiap kelompok berbeda-beda
pada satu RA. Untuk anak yang berkebutuhan khusus, hasil
asesmen awal akan sangat menentukan titik berangkat/awal
dalam ATP yang digunakan secara individu.
Rumusan Capaian Pembelajaran di RA
Merancang Pembelajaran
MARI KITA LIHAT
CONTOHNYA Mo
du
l
RP
PH
Bagaimana cara memastikan
proses pembelajaran yang
dilakukan sudah mendorong
anak mencapai tujuan
pembelajaran ??
ASESMEN
OTENTIK
Proses Asesmen

Melakukan pengamatan
Mengholah hasil pengamtan Mengidentifikasi CP anak
terhadap anak
kedalam dokumentasi terkait Eleman mana yg
cocok dg dokumentasi
anak
anak

Mengevaluasi proses
pembelajaran dan hasil Pengembangan kegiatan
capaian anak lanjutan
LAPORAN
PERKEMBANGAN
ANAK
( RAPORT)
Evaluasi Pembelajaran, Pendampingan
dan Pengembangan Profesional

a. Evaluasi Pembelajaran di RA Nurul Dzikri


Penilaian capaian perkembangan anak
Penilaian capaian perkembangan anak dilakukan setelah pembelajaran dalam
rentang waktu 1 minggu dan dibuat rekaman hasil pembelajaran setiap akhir bulan.
Laporan hasil belajar anak
Laporan hasil belajar anak dilakukan setiap 6 bulan (akhir semester) dan dilaporkan
kepada orang tua.
Evaluasi program pembelajaran
Evaluasi program pembelajaran yang dilakukan setiap minggu terhadap kegiatan,
media yang digunakan dan strategi yang digunakan oleh guru.
b. Pendampingan dan Pengembangan Profesional
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai