Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di kawasan Danau Maninjau terdapat Museum Rumah Kelahiran Buya hamka adalah
museum yang terletak di sekitar tepian danau Maninjau, tepatnya di Nagari Sungai Batang,
Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Sesuai dengan namany,
museum ini mengkhususkan diri pada koleksi benda- benda peninggalam Buya Hamka, yang
bangunannya merupakan rumah yang ditempati Hamka sejak lahir hingga sebelum pindah ke
Padang Panjang. Untuk mencapai daerah ini, dari Bukittinggi pengunjung harus melewati
kawasan Kelok 44 (Kelok Ampek Puluah Ampek). Setelah melewati kawasan tersebut, akan
bertemu sebuah persimpangan, arah ke kiri adalah menuju Museum sedangkan kea kanan
adalah ke Lubuk Basung, Ibukota Kabuoaten Agam (Firdaus,2010).

Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang lebih dikenal dengan sebutan Buya Hamka Haji
Abdul Malik Karim Amrullah banyak memberikan sumbangsih kepada organisasi
Muhammadiyah. Sumbangsih Buya Hamka seperti dalam bidang organsasi, bidang dakwah
dan bidang oendidikan. Buya Hamka adalah salah satu orang penting di Muhammadiyah.
Buya Hamka merupakan seorang pembaharu dalam Islam di Indonesia. Sejak ayahnya (Haji
Rasul) mempelopori “Islam Kiaum Muda Minangkabau”. Buya Hamka sudah terbiasa
dengan pembicaraan mengenai keilmua sejak kecil. Buya Hamka sejak usia dini banyak
belajar dari tokoh-tokoh besar nasional seperti Ki Bagushadikusumo, Haji Oemar Said
Tjokroaminoto, RM. Supyopranoto, dan KH. Fakhruddin. (Surya,2017)

Pada tahun 2010 Rumah Kelahrin Buya Hamka dijadikan museum oleh pemerintah
Kabupaten Agam sebagai cagar budaya dan pengelolaan sudah di bawah Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata. Pada tanggal 19 Februari 2015 dibangunlah rumah baca oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata dan diresmikan oleh Bupati Agam (Bapak Indra Catri) dan Ketua
ABIM (Bapak H. Ahmad Azam). Rumah baca dibangun supaya pengunjung bisa membaca
buku karangan dari Buya Hamka dan juga bisa meningkatkan minat pengunjung. Pada tahun
2016, Museum Kelahiran Buya Hamka dipindah tangan lagi ke Dinas Pendidikan dan
kebudayaan (Rahmad Kurnia Ilahi, dkk. 2020).

Perkembangan pariwisata di Kabupaten Agam tidak lepas dari peran pemerintah. Peran
pemerintah antara lain adalah tentang pengaturan alokasi dana yang sesuai dengan kebutuhan
masing masing objek wisata. Salah satunya adalah alokasi yang digunakan untuk
pengembangan museum baik sumber daya manusia maupun fisik museum dan sebagainya.
Disamping itu peran masyarakat juga sangat penting dalam mengembangkan potensi wisata
museum. Masyarakat juga bisa ikut mempromosikan museum yang ada disekitar mereka.
Meningkatakan partisipasi masyarakat memelihara dan melestarikan situs cagar budaya.

Sosok Buya Hamka menjadi sangat istimewa karena peranannya dalam sejarah Indonesia
yang begitu penting. Uniknya adalah beliau tidak saja dikenal sebagai seorang ulama, namun
juga sastrawan, sejarawan, orator, wartawan dan bahkan politisi. Disemua peran yang beliau
mainkan dalam sejarah Indonesia, beliau menjadi aktor utamanya. Oleh karena itu, museum
ini mencermin kan bagaimana kehidupan orang sebelum kita dan dari museum kita bisa
mendapatkan ilmu dari sosok seorang tokoh. Apalagi museum Rumah kelahiran Buya Hamka
sosok ulama besar di Indonesia maupun manca negara, seharusnya keberadaan museum ini
bisa menjadi simber ilmu bagi siapa saja yang mengunjunginya.

Kegiatan yang dilakukan ke museum Buya Hamka adalah kegiatan edukasi dan acara
Penutupan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Kegiatan sungai kehidupan
dengan tema bangunlah jiwa dan raganya, yang berada di Sungai Batang Maninjau,
Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

1.2. Tujuan Studi Tour


1. Mempelajari tentang Buya Hamka
2. Mengajak untuk mengenal Buya Hamka
3. Mengenal sifat Buya Hamka
4. Mengenal keistimewaan Buya Hamka
BAB II

PROSEDUR STUDY TOUR

2.1. Waktu dan Tempat Study Tour

Tempat yang digunakan sebagai objek study tour ini adalah Museum Buya Hamka,
Sungai Batang Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat yang dilaksanakan pada tanggal
27 September 2023.

2.2. Peserta Kegiatan

Perserta yang mengikuti kegiatan ini adalah siswa kelas VII.3 sebanyak 34 orang
dengan rincian laki-laki 20 14 orang dan perempuan sebanyak 20 orang.

2.3. Biaya Perjalan

Berikut rincian biaya yang digunakan untuk perjalanan study tour ini :

No Perincian Biaya Jumlah


.
1. Transortasi Pulang Pergi Rp. 100.000,00
2. Biaya masuk objek kunjungan Wisata, Rp. 20.000,00
parkir dan minum
Total Rp. 120.000,00
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Objek yang Diamati

Setelah melewati kelok 44, kami pun sampai di Museum Buya Hamka. Kami bersama
turun dari mobil dan menaiki tangga untuk menuju museum. Sesampainya kami di atas, kami
melihat Rumah Buya Hamka dan Rumah Baca Buya Hamka. Bentuk Rumah Buya Hamka
adalah gonjong. Suasana saat berada di dalam Rumah Buya Hamka sangat sejuk dan seperti
suasana saat di kampung. Di dalam Rumah Buya Hamka ada banyak piagam, karya tulis dan
foto Buya Hamka. Disana ada pemandu museum yang bernama Bapak Dasri. Pak Dasri
menceritakan karya-karya tulis Buya Hamka dan pesan-pesan yang pernah sikatakan Buya
Hamka.

Pak Dasri menceritakan bahwa, Buya Hamka adalah orang yang suka membaca dan
mencari ilmu dan jika dia membaca buku, maka dia tidak akan pernah melepaskan buku itu
sebelum tamat. Pak Dasri juga menceritakan bahwa Buya Hamka suka bergaul dengan orang-
orang yang sukses dan memiliki banyak ilmu. Buya Hamka pernah berteman dengan
Soekarno. Soekarno dulu memiliki catatan semasa SD yang sangat rapi dan masih ada hingga
dia dewasa. Karena catatan itu, Buya Hamka pun berpesan bahwa, rajinlah engkau menuntut
ilmu, lalu katakanlah ilmu itu pada dirimu. Karena Buya Hamka ingin selalu tau dan ingin
belajar, dia pun membuat karangan untuknya, sehingga apapun peristiwa yang terjadi, beliau
selalu mencatatnya. Buah dari kegigihan itulah Buya Hamka menjadi pintar padahal beliau
tidak pernah menamatkan sekolah apapun.

Pada usia 57 tahun, Buya Hamka telah melahirkan sebanyak 84 judul buku berkat
kegigiham beliau dalam mengarang buku. Buya Hamka juga mendapatkan gelar Doktor dan
nama pena yaitu Hamka berkat kepintarannya. Pada saat Buya Hamka berteman dengan
Soekarno, mereka pernah bertengkar dan akibat pertengkaran tersebut Buya Hamka
dimasukkan ke dalam penjara. Ketika beliau berada di dalam penjara, beliau mendapatkan
surat dari Soekarno yang berisi jika Soekarno meninggal, beliau berharap yang menyalatkan
jenazahnya adalah Buya Hamka. Berkat kelembutan hati Buya Hamka, beliau tetap mau
untuk menyolatkan Soekarno walaupun dia sudah memasukkan Buya Hamka ke dalam
penjara. Buya Hamka memiliki pribadi yang mulia dan tidak menyimpan dendam kepada
Soekarno, karena beliau tahu bahwa dia tidak berhak memberikan hukuman kepada orang
lain melainkan yang sebenarnya berhak untuk memberikan hukuman adalah Allah SWT.
Buya Hamka pernah berkata “saya tidak pernah dendam kepada orang yang menyakiti saya.
Dendam itu dosa, selam dua tahun empat bulan saya di tahan, saya merasa semua itu anugrah
yang tiada terhingga dari allah kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan kitab tafsir
Al Qur’an 30 Juz. Bila bukan dalam tahanan, tidak mungkin ada waktu saya untuk
menyelesaikan pekerjaan itu....” setelah cerita itu Pak Dasri pun menutup ceritanya dengan
mengucapkan Assalamualaikum wr.wb

Kami bersamapun bubar dan aku mengambil foto karya-karya tulis sang Buya
Hamka. Foto piagam-piagam dan lain-lainnya didalam rumah Buya Hamka aku melihat
berbagai foto beliau semasa kecil, remaja, dewasa dan semasa beliau tua. Disana ada
beberapa alat-alat tradisional seperti penumbuk lesung, setrika lama, mesin tik. Aku dan
teman-teman ku mengambil foto kamar Buya Hamka, disana ada baju-baju Buya Hamka dan
Jubah-jubahnya. Disana aku melihat tempat tidur Buya Hamka dengan kelambu yang
bewarna putih, lalu aku mengambil foto Al-Quran yang terbuka lebar dan Al-Quran itu
sangat besar, tidak lupa juga aku mengambil foto koleksi-koleksi tongkatnya Buya Hamka,
dan juga foto kenangan hidup

Setelah aku mengambil foto-foto barang museum, aku pun keluar dan melihat ke
samping museum. Disana ada “rumah baca Buya Hamka”, tetapi aku tidak masuk ke
dalamnya, karena akuy akan pergi ke mobil aku dan rombongan pun pergi ke mobil dengan
menuruni tangga, kiranya di dekat tangga ada orang yang menjual buku-buku Buya Hamka,
setibanya aku di mobil aku pun naik dan melanjutkan perjalananku.

Gambar 1. Mesin Tik Buya Hamka

Gambar 2. Karya Tulis Buya Hamka

Gambar 3. Ranjang Tidur Buya Hamka


Gambar 5. Baju Buya Hamka

Gambar 6. Foto Buya Hamka Gambar 7. Buku Buya Hamka Gambar 8. Tongkat Buya

3.2. Deskripsi Perjalanan

Pagi- pagi aku pergi ke sekolah pada pukul 06.99 WIB dan membawa baju ganti,
perbekalan alat tulis dan peralatan shalat pada tanggal 27 September 2023 dengan memakai
baju putih donker. Aku diantar oleh ibuku untuk pergi sekolah. Sesampainya di sekolah, telah
banyak bus yang berjejer. Aku bersama teman temanku menanti kedatangan bus-bus lain
bersama di sekolah. Setelah semua orang hadir dan bus telah sampai akupun disuruh guruku
untuk segera naik pada bus yang telah terbagi menjadi beberapa nomor. Pembagian nomor
bus telah diberikan di grup wa sekolah, dan aku mendapatkan bus nomor 4.

Aku segera menaiki bus nomor 4. Aku mengambil kursi tepat di belakang sypir
karena jika aku di belakang, amaka aku akan merasakan mabuk perjalanan. Setelah semua
naik, bus pun berjalan. Ketika di perjalanan aku menanyakan beberapa pertanyaan kepada om
supirnya. Nama dari supir tersebut ada;ah Dafid. Di perjalanan menuju maninjau, akupun
tertidur dan bila aku terbangun, aku mengambil beberapa foto bersama temanku yang
bernama Nadira. Di tengah perjalanan bus yang aku tumpangi berhenti di Masjid sebentar
untuk membuang air. Selesainya kami dari masjid kami pun memasuki bus lagi dan
menunggu teman teman yang lain.
Aku memakan perbekalan yang diberikan oleh ibuku yaitu ubi rebus. Kamipun
melanjutkan perjalanan menuju Maninjau melalui kelok 44. Sebelum memasuki kelok 44 aku
bertanya kepada guru ku bahwa, apakah kita sudah berada di kelok 44?, jawab guruku,
belum, disini namanya sungai landia. Ketika telah memasuki kelok 44 aku melihat ada nomor
keloknya seperti keloknya akupun menfoto beberapa keloknya seperti kelok ke-17 dan kelok
ke-19 ketika berada pada kelok-kelok terakhir aku melihat dan menfoto danau maninjau dari
atas sangatlah indah. Lalu ketika aku telah keluar dari kelok 44 aku pun menuju museum
Buya Hamka.

Setibanya aku di museum Buya Hamka aku bisa melihat danau dari atas sana, aku
bersama teman-temankupun melakukan study tor bersama, akupun bersama-sama memasuki
rumah Buya Hamka. Disalam sana ada banyak karya tulis, Buya Hamka, foto-foto beliau,
alat-alat tradisional, kenangan hidup, piagam, dan baju-baju Buya Hamka. Disana ada bapak
pemandu museum Buya Hamka yang bernama pak Dasri, didalam rumah Buya Hamka pak
dasri bercerita tentang kehidupan Buya Hamka, bahwa Buya Hamka suka membaca dan
mengarang buku, sehingga suatu ketika karna kegigihannya untuk mencari ilmu, beliau jika
membaca satu buku maka dia tidak akan melepasnnya sebelum buku itu tamat.

Karena kerajinan nya untuk mengarang buku, apapun peristiwa yang dialaminya pun
dikarangnya didalam bukunya. Buya Hamka pernah berteman dengan soekarno, soekrano
dulu memiliki catatan sd yang sangat rapid an masih ada hingga dia dewasa. Karena catatan
itu, Buya Hamka pun berpesan bahwa, rajinlah engkau menuntut ilmu, lalu kekalkanlah ilmu
itu pada dirimu, karena kerajinan Buya Hamka mengarang buku sehingga telah melahirkan
84 judul buku pada umur 57 tahun, pak dasri juga bercerita bahwa Buya hamka sering
berteman dengan orang-orang yang sukses. Ketika Buya Hamka berteman dengan soekarno
mereka bertengkar, lalu soekarno memasukan Hamka kedalam penjara, dan suatu ketika
datang surat dari soekarno yang berisi pesan, jiak soekarno meninggal, dia berharap untuk
buya hamka sahabatnya yang menyalatkan jenazahnya, walaupun soekarno telah
memenjarakan Hamka, beliau tetap mau menyalatkan jenazah soekarno, dan itu semua karna
pribadi mulya nya dan dia tahu bahwa yang berhak memberikan hukuman kepada orang lain
adalah allah swt, Buya Hamka pernah berkata bahwa ‘saya tidak akan dendam kepada kepada
orang yang telah menyakiti saya’.

Dendam itu adalah dosa setelah dua tahun empat bualn saya meraskan bahwa itu
sebuah anugrah yang sangat luar biasa, sehingga saya bisa menyelesaikan Al Quran dengan
30 Juz. Karena tidak ada waktu untuk menyelesaikan semua itu….”lalu setelah pak dasri
menceritakan semua itu, kami pun bubar dan aku menfoto berbagai barng-barang yang ada
dimuseum itu, seperti Al Quran, koleksi tongkat Buya Hamka, mesin tik, baju-baju Buya
Hamka, setrika lesung, kenangan hidup, tempat tidur Buya Hamka, karya tulis hamka, foto-
foto Buya Hamka semasa kecil, remaja dewasa hingga tua. Setalah, foto-foto akupun keluar
dari museum.

Di samping rumah Buya Hamka ada rumah baca Buya Hamka, tapi sayangnya, aku
tidak masuk ke sana karena aku, akan segera pergi ke bus ku. Setelah sampai di bus akupun
memakan ubi rebusku sambal menanti teman-temanku yang lai, tidak alam kemudian teman-
teman ku telah datang dan bus ku pun melanjutkan perjalanan ke linggai sesampainya di
linggai, akupun makan bersama teman-temanku, setelah ,makan, kami pun mengganti
pakaianku akupun sholat zuhur di musholah disana, stelah sholat aku dan teman-teman ku
meuju bus kami setalah semua orang naik kami berangkat menuju pantai gondaria. Ketika
perjalanan, aku tidur di bus, sesampainya di pantai gondaria , aku duduk sebentar disebuah
lesehan, lalun kami pergi ke tepi pantai untuk berfoto-foto.

Aku berlari lari mengejar ombak, hatiku sangat senang karena lari-lari mengejar
ombak sangatlah seru, ketika aku sedang mengejar ombak dari ujung datang guruku yang
bernama pak debi berlari dan mencipratkan air kepada kami dengan kakinya, pak debi
melakukan itu semua adalah untuk memberikan batas jarak untuk bermain air karna bermain
dilaut Sangatlah berbahaya. Setelah berfoto-foto dan bermain ombak kami kembali keleshan
dan aku membeli buah. Lalu kami memakan buah bersama di pohon yang dihias di dekat
lesehan. Setelah memakan buah, kamipun kembali ke bus bersama, lalu kami menunggu
teman0teman yang lain di bus. Setelah mereka tiba, kami pun melanjutkan perjalanan ke
Bukittinggi.Asku sudah tidak tahan lagi untuk buang air kecil. Kamipun mencari toilet
bersama dan kami menemukan toilet di mesjid yang agak jauh dari Jam Gadang. Setelah
kembali dari toilet kami memoto Jam Gadang dan jalan jalan ke Ramayana. Ketika di dalam
Ramayanan kami lapar dan kami berjalan menuju bus untuk makan.

Sesampainya di bus, disana tidak ada guru pembimbing dan mobil tidak menyala, lalu
tidak bisa menghidupkan lampu bus, namun pitu bus bisa terbuka dan kamipun terpaksa
makan dalam keadaan gelap dan untung ada lampu Hp. Setelah kami makan, teman-teman
yang lainpun mulai berdatangan. Sambil menunggu temanku yang lain datang aku pun
memakan ubi rebusku. Setelah guru oembimbingku tiba dan teman-temanku sudah datang,
kamipun melanjutkan perjalanan. Tetapi ketika ingin berangkat, bus yang ada di depan busku
mengalami kebocoran ban. Jadi seluruh supir saling membantu untuk mengganti ban yang
bocor. Setelah ban bus itu diganti, buskupun melanjutkan perjalanan pulang ke Payakumbuh.
Di tengah perjalanan menuju Payakumbuh, aku tertidur di bus dan ketika sampai aku dinanti
oleh ayah dan ibuku di sekolah. Lalu aku bersiap-siap dan pulang bersama ayah dan ibuku.
BAB 4

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Setelah pulang dari Museum Buya Hamka, banyak nasehat yang bisa kita ambil, yaitu :

1. Rajin belajar dan mengekalkan ilmu pada diri sendiri


2. Rajin membaca
3. Bergaullah dengan orang orang yang suskes
4. Janganlah menyimpan dendam, karena yang berhak untuk memberikan hukuman
kepada seseorang hanyalah Allah SWT
4.2. Saran

Kami berharap perjalan ini dapat dilaksanakan setiap tahunnya dengan tujuan dan tema yang
berbeda-beda. Sehingga kesan yang kami terima juga beragam dan menambah pengalaman.

Anda mungkin juga menyukai