Anda di halaman 1dari 3

ANALISI KASUS MENURUT PANDANGAN GESTALT

1. Nama Lengkap : DM ( Inisial)

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tempat tanggal lahir : Pandeglang, 13 Desember 2003

4. Agama : Islam

5. Cita-Cita : -

6. Hoby : Bermain

7. Kewarganegaraan : Indonesia

Masalah yang dialami adalah bingung menentukan cita cita

 Tidak tahu apa yang dilakukan setelah tamat sekolah

 Ingin melanjutkan sekolah sambil bekerja

 Ingin mengetahui bakat dan kemampuan sendiri

 Cita-cita tidak sesuai dengan kemampuan

 Cita-cita masih belum jelas

Masa remaja adalah masa yang sangat penting bagi perkembangan pada masa-masa
selanjutnya, karena masa remaja menjadi dasar berhasil atau tidaknya seseorang menjalani
kenyataan hidup pada masa selanjutnya. Pada masa ini remaja akan berusaha menemukan jati
diri, mencapai kemandirian emosional, kematangan hubungan social, dan mempersiapkan diri
meniti karir.

“…Pada masa-masa tertentu dalam kehidupannya, individu dihadapkan pada tugas-


tugas perkembangan karir tertentu yang salah satunya yaitu perencanaan garis besar masa
depan antara 14-18 tahun, yang terutama bersifat kognitif dengan meninjau diri sendiri dan
situasi hidupnya…” (W.S. Winkel dan Sri Hastuti).
Perencanaan karir merupakan suatu perencanaan tentang kemungkinan-kemungkinan
seseorang meniti proses karir sesuai persyaratan dan kemampuannya. Perencanaan karir
adalah salah satu usaha yang menjadi rencana seluruh kehidupan.

“…Merencanakan karir adalah kegiatan membuat rencana masa depan, dimana


setelah memutuskan pilihan pekerjaan atau karir perlu melaksanakan suatu rencana yang
diprogramkan agar tercapai cita-cita karir yang diinginkan. Perencanaan karir adalah
pemikiran yang matang tentang tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh jangka waktu
pendek dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu panjang…” (W.S.
Winkel dan Sri Hastuti).

Bagi seorang siswa karir bukanlah hal yang mudah untuk ditentukan, namun hal itu
merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting di masa remaja untuk
mempersiapkan diri dalam karir. Kesulitan bagi siswa dalam memilih dan menentukan karir
tidak dapat dipungkiri, banyak siswa yang kurang memahami bahwa karir merupakan jalan
hidup dalam usaha menggapai kehidupan karir di masa mendatang.

Permasalahan karir yang terjadi diantaranya beban memiliki pemahaman yang mantap
tentang kelanjutan pendidikan setelah lulus, program studi yang dimasuki bukan pilihan
sendiri, belum memahami jenis pekerjaan yang cocok dengan kemampuan sendiri, masih
bingung untuk memilih jenis pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, dan
merasa pesimis bahwa setelah lulus akan mendapatkan pekerjaan yang diharapkan.

Perencanaan karir yang rendah pada diri siswa dalam kasus ini terjadi di duga karena
siswa kurang memiliki kepercayaan diri dalam memupuk cita-citanya. Siswa juga merasa
kebingungan ketika ditanya masalah cita-cita dan akan ke mana setelah lulus. Mengingat
sebentar lagi siswa naik ke kelas tiga, seharusnya hal seperti ini tidak pelu terjadi.

Berdasarkan data yang ada hal ini muncul kurang lebih banyak di dasari oleh keadaan
kehidupan keluarga yang kurang mendukung. Komunikasi yang kurang efektif pun menjadi
permasalahan penting. Orang tua jarang memperhatikan atau mengawasi keadaan akademik
anaknya dan jarang memberi bimbingan dalam masalah studi sang anak. Selain itu keadaan
penghidupan yang disebabkan terhimpit ekonomi lemah membuat sang anak memberikan
kontribusi yang masuk akal untuk tidak terlalu mematok cita-cita ke depannya. Selain dari
keadaan keluarga. Hal ini terlihat dari masalah kesulitan belajar yang di alami siswa, seperti
kurangnya sarana pembelajaran yang di miliki dan motivasinya yang rendah dalam belajar
(sering kurang konsentrasi) serta malas ke sekolah berdasarkan sumber dari guru BK.
“…hakikat dari pola karir seseorang di tentukan oleh tingkat sosial ekonomi
orangtuanya, kemampuan mental, ciri-ciri kepribadian, dan oleh kesempatan-kesempatan
yang terbuka bagi dirinya…” (Teori jabatan Donal E. Super)

Jadi disimpulkan bahwa masalah yang di alami siswa / konseli di sebabkan faktor
antara lain yaitu :

1. Kepercayaan diri yang kurang pada klien dalam menyusun cita-cita.


2. Keadaan keluarga dan kurangnya perhatian orangtua pada akademik anak.
3. Kesulitan mengakses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai