Disusun Oleh:
Kelompok10
Nama Anggota:
Dosen Pengampu:
Latar belakang
Adat secara umumnya didefinisikan sebagai suatu aturan dan cara hidup
yang meliputi tingkah laku, kepercayaan dan sebagainya. Adat setiap kelompok
manusia dan kelompok manusia lainnya berbeda- beda, hal ini disebabkan dari
keadaan alam yang berbeda. Dalam masyarakat tradisi Alam Melayu, konsep adat
memancarkan hubungan mendalam dan bermakna di antara manusia dengan
manusia juga manusia dengan alam sekitarnya, termasuk bumi dan segala isinya,
alam sosiobudaya, dan alam gaib. Adat muncul sebagai struktur dasar dari seluruh
kehidupan dan menegaskan ciri kepribadian suatu masyarakat. Oleh karena itu, adat
biasanya memiliki cerita atau mitos suci, watak-watak asal-usul yang gagah dan
unggul, serta memberikan dasar makna terhadap setiap peristiwa dalam siklus hidup
manusia, serta eksistensi institusi dalam masyarakatnya. Adat Melayu bersumber
dan mengacu kepada ajaran islam. Oleh karena itu adat dijadikanidentitas setiap
pribadi orang Melayu sehingga dalam menghadapi dan mengisiglobalisasi,
masyarakat Melayu telah membuat strategi budayanya.
Rumusan Masalah
2
PEMBAHASAN
1
Ir.Mahfayeri, M. d. (2017). Budaya Melayu Berintegritas. Riau: Drs. Asrizal, M.Pd.
2
bin Jilin Syahrial, M. T. (2015). Adat dalam peradaban Melayu. Laporan Penelitian,
Medan.
3
Marzali, A. (2012). Kategori adat dalam budaya Melayu nusantara. Jurnal Pengajian
Melayu (JOMAS), 23(1), 1-25.
3
Menurut Tenas Effendi (2004:61) adat yang sebenar adat
adalah inti adat yang berdasar kepada ajaran agama Islam. Adat
inilah yang tidak boleh dianjak-alih, diubah, dan ditukar. Dalam
ungkapan adat dikatakan, dianjak layu, diumbat mati; bila diunjuk
ia membunuh, bila dialih ia membinasakan. Manusia Melayu
membuat penyesuaian dalam masa yang lama berdasarkan
pengetahuan terhadap semesta alam, atau adat yang sebenar adat
yakni hukum alam yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Dari adaptasi
ini muncul sistem kepercayaan yang tegas dan formal terhadap alam,
kekuatan alam, dan fungsi alam. Menurut tanggapan mereka seluruh
alam ini menjadi hidup dan nyata, terdiri dari makhluk dan kekuatan
yang mempunyai hubungan dengan manusia dalam susunan
kosmologi yang telah diatur oleh Allah. Melalui respons terhadap
alam ini, maka cara hubungan yang teratur diadakan berdasarkan
sikap hormat dan saling bergantung antara manusia dengan alam.
Satu rangka sikap yang terpancar dalam 5 sistem tabu (pantangan)
diwujudkan untuk mengatur hubungan harmoni tersebut.
Dalam gagasan masyarakat Alam Melayu hubungan
manusia dengan alam senantiasa dijaga agar terbentuk
keseimbangan dan ketenteraman. Mereka menjaga segenap
kelakuan manusia yang bisa mencemari, merusak, atau merubah
keseimbangan dan ketenteraman hubungan dengan alam gaib yang
menjadi pernyataan dan manifestasi kepada hidupnya alam. Sistem
pantang dan larang memastikan supaya kelakuan atau tabiat manusia
senantiasa hormat terhadap perwujudan alam. Jika berlaku
pelanggaran terhadap adat yang mengatur hubungan manusia
dengan alam, yang dampaknya adalah mengacau hubungan, seperti
berlakunya pelanggaran pantang larang, perlakuan kelintasan atau
sebagainya, maka perlu diadakan sebuah upacara yang dilakukan
oleh pawang, bomoh, atau manang untuk memujuk makhluk gaib
4
dan mengembalikan keadaan hubungan yang baik kembali antara
kedua alam.
Dalam konteks globalisasi budaya, ragam adat ini diterapkan
kepada realitas bahwa Allah menetapkan hukumnya kepada alam.
Oleh karena itu, ketetapan Allah ini harus dibaca sebagai kenyataan
bahwa Allah itu Maha Kuasa. Realitas alam yang pasti dan eksak
tersebut haruslah dijadikan sandaran dalam mengisi kebudayaan.
Adat air laut asin misalnya adalah ketentuan Allah. Kemudian
manusia bisa mengelolanya menjadi garam. Demikian juga lautan
tersebut adalah sebuah habitat alam yang menyediakan berbagai
sumber alam seperti ikan dengan berbagai spesiesnya, tumbuhan
laut, dan lainnya yang dapat difungsikanuntuk kehidupan manusia,
bahkan bernilai ekonomis.
Dalam ajaran agama Islam, alam dan hukum yang dibuat
oleh Allah untuknya terdapat di dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Di
dalamnya terdapat penjelasan mengenai penciptaan, seperti
penciptaan Arsy, kursi Allah (kekuasaan dan ilmu-Nya); penciptaan
lawhul mahfuz, penciptaan langit dan bumi, gunung, laut, sungai,
hewan, serangga, makhluk hidup di air, bintang, udara, bulan,
matahari, malam, siang, hujan, penciptaan jin, pengusiran iblis dari
rahmat Allah, dan lain-lainnya. Dengan demikian masalah alam dan
hukumnya yang telah ditentukan Tuhan meliputi alam
makrokosmos dan mikrokosmos. Selain alam yang kasat mata, ada
pula alam supernatural sesuai dengan iman dalam Islam. Namun inti
ajaran Allah mengenai alam dan hukumnya ini adalah Allah
berkuasa atas semua ciptaan-Nya. Allah yang mengatur apa yang
diciptakannya itu. Dengan demikianadat yang sebenar adat ini dalam
kebudayaan Melayu, mengacu kepada konsep Allah adalah Khalik,
sementara manusia dan alam semesta (termasuk jin dan iblis) adalah
makhluk Allah. . Keadaan yang seperti ini dijelaskan melalui
firman Allah pada surah Al-
5
Baqarah ayat 22, surah Al-Baqarah ayat 164, dan Surah Al-Kahfi
ayat 51.
Dari tiga ayat Al-Qur’an tersebut terbersit dengan jelas
kepada kita yang mau berpikir dan mengimani Allah. Pertama
adalah Allah Maha Kuasa, dan dengan kekuasan-Nya Allah
menciptakan langit, bumi, dan segala isinya. Kedua, Allah juga yang
mengatur segala ciptaan-Nya tersebut. Tujuannya adalah untuk
kepentingan manusia. Ketiga Allah juga menciptakan makhluk-
makhluk dalam dua bentuk, yaitu yang kasat mata dan yang gaib. Ini
juga tanda-tanda Allah itu Maha Kuasa. Keempat, hanya satu
permintaan Allah kepada manusia, yaitu jangan menyekutukan
Allah, mengakui adanya Ilah (Tuhan) lain selain Allah Subhana
Wata’ala.4
Adat yang sebenar adat adalah inti adat yang berdasarkan
pada ajaran agama Islam. Adatini tidak boleh dianjak-alih, ditukar,
dan diubah (Tenas Effendy 2004: 61). Yang dimaksudadat sebenar
adat ialah prinsip adat Melayu yang tidak dapat dibuah-ubah. Adat
sebenar adatbersumber dari hukum-hukum Allah dan Rasul-Nya.
Dalam ajaran agama Islam, alam danhukum yang dibuat oleh Allah
untuknya terdapat di dalam ayat-ayat Al-Quran. Di
dalamnyaterdapat penjelasan mengenai penciptaan, seperti
penciptaan Arsy, kursi Allah (kekuasaandan ilmu-nya), penciptaan
lawhul mahfuz, penciptaan jin, pengusiran iblis dari rahmt
Allah,penciptaan langit, bumi, bintang, bulan, matahari, gunung,
laut, sungai, hewan, makhlukhidup, udara, siang, malam dan lain
sebagainya
2. Adat yang diadatkan
Adat yang diadatkan adalah adat itu bekerja pada suatu
landasan tertentu, menurut mufakat dari penduduk daerah tersebut.
4
bin Jilin Syahrial, M. T. (2015). Adat dalam peradaban Melayu. Laporan Penelitian,
Medan.
6
Adat ini dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi dan
perkembangan zaman, sehingga dapat disamakan dengan peraturan
pelaksanaan dari suatu ketentuan adat.5 Adat yang diadatkan ini
maknanya mengarah kepada sistem-sistem sosial yang dibentuk
secara bersama, dalam asas musyawarah untuk mencapai
kesepakatan. Adat yang diadatkan juga berkait erat dengan sistem
politik dan tata pemerintahan yang dibentuk berdasarkan nilai-nilai
keagamaan, kebenaran, keadilan, kesejahteraan, dan polarisasi yang
tepat sesuai dengan perkembangan dimensi ruang dan waktu yang
dilalui masyarakat Melayu. Arah adat yang diadatkan ini adalah
berasas kepada sistem pemerintahan atau pengelolaan masyarakat.
Dalam konteks kekinian, strategi adat yang diadatkan ini diterapkan
oleh negara-negara rumpun Melayu.
Dalam konteks ajaran Islam pun, sistem kepemimpinan ini
juga telah diarahkan oleh Allah melalui Al-Qur’an. Di antara ayat-
ayat yang memuat tema tentang kepemimpinan dalam perspektif
Islam adalah Surah As-Sajdah ayat 24, Al-Anbiyaa’ ayat 73,dan
Surah An-Nisaa’ ayat 34. Sesuai dengan firman Allah tersebut, maka
pemimpin dalam budaya masyarakat Melayu adalah diturunkan
Allah kepada umat (termasuk masyarakat Melayu). Pemimpin ini
memberikan petunjuk berdasarkan arahan dari Allah,dan pemimpin
itu adalah orang yang sabar (menghadapi semua tantangan) dalam
membawa kesejahteraan umat yang dipimpinnya. Seterusnya,
pemimpin umat itu selalu mengerjakan kebajikan, mendirikan
sembahyang (shalat), menunaikan zakat, dan yang terpenting adalah
hanya menyembah kepada Allah saja (tidak menyekutukan Allah).
Dengan demikian pemimpin (sebenar, bukan pemimpin untuk
cobaan) yang diturunkan Allah itu adalah orang yang saleh dan
patuh kepada perintah Allah, menjauhi segala larangan Allah, dan
mengerjakan semua perintah Allah.
5
Ir.Mahfayeri, M. d. (2017). Budaya Melayu Berintegritas. Riau: Drs. Asrizal, M.Pd.
7
Selanjutnya dalam konteks kajian gender (terutama dalam
konteks rumah tangga Islam atau yang lebih luas negeri Islam),
maka di dalam ajaran agama Islam, laki-laki adalah pemimpin bagi
wanita. Ini merupakan petunjuk Allah, bahwa laki-laki memang
diciptakan Allah untuk memimpin wanita, bukan sebaliknya. Antara
laki-laki dan wanita adalah saling melengkapi atau komplementer.
Sementara wanita yang saleh dan taat kepada Allah, memelihara
diri ketika suaminya tidak ada, maka Allahmemelihara mereka, dan
akan menjadi penghuni surge
Nabi Muhammad SAW merupakan seorang yang sangat
sopan dalam bertutur kata, jujur, tidak pernah berdusta, dan luhur
budi pekertinya. Dalam hal ini Nabi Muhammad memiliki prilaku
dan akhlak yang mulia terhadap sesama manusia, khususnya
terhadap umat beliau. Nabi Muhammad tidak memandang seseorang
dari status sosial, ras, warna kulit, suku bangsa, atau golongan. Ia
selalu berbuat baik kepada siapa saja—bahkan kepadaorang jahat
atau orang yang tidak baik kepadanya. Rasulullah Muhammad
SAW. memiliki akhlak dan sifat-sifat yang sangat mulia. Oleh
karena itu hendaklah kita berpedoman dan menghayati sifat-sifat
Nabi ini dalam kehidupan yang kita jalani. Adapun secara garis
besar, ada empat sifat Nabi Muhammad dalam konteks
kepemimpinannya, yaitu sidik, amanah, tabligh, dan fathonah.6
Adat yang diadatkan adalah hukum, norma atau adat buat
oleh pikiran leluhur manusiayang piawai, yang kemudian
berperan untuk mengatur lalu lintas pergaulan
kehidupanmanusia. Adat yang diadatkan bisa mengalami
perubahan dan perkembangan sesuai dengansituasi dan
kemajuan zaman. Bisa ditambah dan dikurangi agar tetap dapat
menjawabtantangan kehidupan masyarakatnya dan
6
bin Jilin Syahrial, M. T. (2015). Adat dalam peradaban Melayu. Laporan Penelitian,
Medan.
8
mempunyai perbedaan antar wilayah budaya. Adatyang diadatkan
ini maknanya mengarah kepada sistem-sistem sosial yang dibentuk
secarabersama, dalam asas musyawarah untuk mencapai
kesepakatan. Adat yang diadatkan jugaberkaitan erat dengan sistem
politik dan tata pemerintahan yang dibentukberdasarkan nilai-nilai
keagamaan, kebenaran, keadilan, kesejahteraan dan polarisasi yang
tepat sesuai denganperkembangan dimensi ruang dan waktu yang
dilalui Masyarak Melayu, jadi dpat disamakandengan peraturan
pelaksanaan dari suatu ketentuan adat.
3. Adat yang Teradatkan
Adat ini merupakan konsensus bersama yang dirasakan baik,
sebagai pedoman dalam menentuhan sikap dan tindakan dalam
menghadapi setiap peristiwa dan masalah-masalah yang dihadapi
oleh masyarakat. Konsensus itu dijadikan pegangan bersama,
sehingga merupakan kebiasaan turun-temurun. Oleh karena itu, adat
yang teradat ini pun dapat berubah sesuai dengan nilai-nilai baru
yang berkembang. Tingkat adat nilai-nilai baru yang berkembang
ini kemudian disebut sebagai tradisi.7, Dalam kajian sejarah
perubahan ini ada yang sifatnya evolutif dan ada pula yang
revolutif. Itulah inti konseptual dari adat yang teradat menurut
orang-orang Melayu.
Contohnya, kalau dahulu kala dalam adat perkawinan
Melayu digunakan serunai untuk mengiringi persembahan tari inai,
maka sekarang alat musik ini digantikan oleh akordion. Kalau
dahulu orang Melayu selalu menggunakan teater makyong, kini
lebih sering menonton drama serial di televisitelevisi. Jikalau dahulu
kala orang Melayu bertanam padi di sawah dan memanennya dengan
disertai acara mengirik padi kemudiandijemur dan ditumbuk, kini
pada masa panen padi tersebut tidak lagi diirik, langsung diolah
dengan mesin pengirik, dan kemudian
7
Ir.Mahfayeri, M. d. (2017). Budaya Melayu Berintegritas. Riau: Drs. Asrizal, M.Pd.
9
digiling. Kalau dahulu anak-anak muda Melayu 15 bercinta malu-
malu, kini sudah berubah yakni terang-terangan bergandengtangan,
seperti yang digambarkan melalui lantunan lagu oleh Tan Sri S.M.
Salim.
Menurut ajaran Islam perubahan dan kontinuitas alam
(termasuk kebudayaan) pastilah terjadi, seperti firman Allah dalam
Surah Al-An’aam ayat 73 dan As Sajdah ayat 4.8
Adat yang teradat adalah kebiasaan-kebiasaan yang secara
berangsur-angsur atau cepatmenjadi adat. Adat yang teradat juga
merupakan aturan budi pekerti sehingga membuatpenampilan
manusia yang berbudi bahasa. Tetap dipelihara dari generasi
kegenerasi sehinggamenjadi tradisi budi pekerti orang Melayu. Adat
ini menjadi pedoman untuk menentukansikap dan tindakan dalam
menghadapi masalah di masyarakat. Adat yang teradat
bisaberubah dari waktu ke waktu sesuai dengan nilai-nilai baru yang
terus berkembang, hal inidisebabkan oleh kebiasaan turun-temurun.
4. Adat Istiadat
Adat-istiadat adalah kumpulan dari berbagai kebiasaan, yang
lebih banyak diartikan tertuju kepada upacara khusus seperti adat:
perkawinan, penobatan raja, dan pemakaman raja. Jika hanya adat
saja maka kecenderungan pengertiannya adalah sebagai himpunan
hukum, misalnya: hukum ulayat, hak azasi, dan lainnya. Adat-
istiadat ini adalah ekspresi dari kebudayaan Melayu. Upacara di
dalam kebudayaan Melayu juga mencerminkan pola pikir atau
gagasan masyarakat Melayu. Upacara jamu laut misalnya adalah
sebagai kepercayaan akan Tuhan Yang Maha Kuasa akan
memberikan rezeki melalui laut. Oleh karenanya kita mestilah
8
bin Jilin Syahrial, M. T. (2015). Adat dalam peradaban Melayu. Laporan Penelitian,
Medan.
10
bersyukur dengan cara menjamu laut. Begitu juga upacara seperti
gebuk di Serdang yang mengekspresikan kepada kepercayaan akan
pengobatan melalui dunia supernatural. Demikian pula upacara
mandi berminyak, merupakan luahan dari sistem kosmologiMelayu
yang mempercayai bahwa dengan hidayah Allah seseorang itu bisa
kebal terhadap panasnya minyak makan yang dipanaskandi atas
belanga.
Demikian pula upacara mandi bedimbar dalam kebudayaan
Melayu adalah sebagai aplikasi dari ajaran Islam, bahwa selepas
hubungan suami dan istri keduanya haruslah melakukan mandiwajib
(junub). Seterusnya upacara raja mangkat raja menanam di
Kesultanankesultanan Melayu Sumatera Timur adalah ekspresi dari
kontinuitas kepemimpinan, yaitu dengan wafatnya sultan maka ia
digantikan oleh sultan yang baru yang menanamkan
(menguburkannya). Demikian juga untuk upacara-upacara yang
lainnya dalam kebudayaan Melayu sebenarnya adalah aktivitas
dalam rangka menjalankan strategi kebudayaan Melayu, agar
berkekalan dan tidak pupus ditelan oleh ruang dan waktu.
Dalam konteks perkembangan zaman, adat-istiadat yang
bermakna kepada upacara atau ritual ini juga mengalami
perkembangan-perkembangan. Upacara ini ada yang berkaitan
dengan kegiatan budaya seperti politik, pemerintahan, sosial,
pendidikan, agama, ekonomi, dan lain-lainnya. Pada masa kini,
dalam konteks Indonesia, upacara atau adat-istiadat ini dapat juga
ditemui seperi upacara pembukaan pekan olahraga, pembukaan
gedung baru, upacara melepas jamaah haji, upacara menyambut
kepulangan haji, upacara pembukaan kampanye partai politik,
upacara bendera, upacara peringatan hari kemerdekaan Indonesia,
upacara pembukaan dan penutupan pekan budaya, dan lain-lain.
11
Dengan demikian adat-istiadat ini juga mengalami perkembangan-
perkembangan selaras dengan perkembangan zaman.9
Adat istiadat adalah tradisi dengan betung; pepatah,
menyebutkan bahwasanya adat yangdisusun dan dipakai telah
menjadi sendi-sendi kehidupan sehari-hari yang selaludilaksanakan
dan diperlukan setiap saat, sedangkan hukum dan tata aturan yang
berlaku tidakboleh dilanggar sebagai mana dikiaskan sebagai cupak
(alat penyukat biji-bijian dari bambu)yang telah ditetapkan
ukurannya dengan kesepakatan dan tidak bisa diubah-ubah sesuka
hatiuntuk mengambil keuntungan danmerugikan orang lain.
Hukum adat adalah seperangkat norma dan aturan adat atau kebiasaan yang
berlaku di suatu wilayah. Istilah kebiasaan adalah terjemahan dari bahasa Belanda
gewoonte, sedangkan istilah adat berasal dari istilah Arab yaitu adah yang berarti
juga kebiasaan. Jadi istilah kebiasaan dan istilah adat mempunyai arti yang sama
yaitu kebiasaan. Dalam kajian ilmu hukum, kebiasaan dan adat itudapat dibedakan.
Perbedaan itu dapat dilihat dari segi pemakaiannya sebagai perilaku atau tingkah
laku manusia atau dilihat dari segi sejarah pemakaian istilahnya dalam hukum di
Indonesia.
Sebagai perilaku manusia istilah biasa berarti apa yang selalu terjadi atau
apa yang lazim terjadi, sehingga kebiasaan berarti kelaziman. Adat jugabisa
diartikan sebagai kebiasaan pribadi yang diterima dan dilakukan oleh masyarakat.
Sejarah perundang- undangan di Indonesia membedakan pemakaian istilah
kebiasaan dan adat, yaitu adat kebiasaan di luar perundangan dan adat kebiasaan
yang diakui oleh perundangan. Sehingga menyebabkan
9
bin Jilin Syahrial, M. T. (2015). Adat dalam peradaban Melayu. Laporan Penelitian,
Medan.
12
munculnya istilah hukum kebiasaan/adat yang merupakan hukum tidak tertulis dan
hukum yang tertulis. Di Belanda tidak membedakan istilah kebiasaan dan adat,
kedua- duanya bersifat hukum maka disebut hukum kebiasaan (gewoonterecht)
yang berhadapandengan hukum perundangan (wettenrecht).10
Istilah hukum adat sendiri berasal dari istilah Arab huk’m dan adah. kata
huk’m jama’nya adalah ahakam yang mengandung arti perintah atau suruhan,
sedangkan kata adah berarti kebiasaan. Jadi hukum adat adalah aturan kebiasaan.
Di Indonesia hukum adat diartikan sebagai hukum Indonesia asli yang tidak
tertulis dalam bentuk perundang- undangan Republik Indonesia yang
mengandung unsur agama.
10
Soerjono Wignjodipoero, Pengantar dan asas-asas Hukum Adat.(Jakarta : PT.Gunung Agung,
1995)., hlm. 12
13
suatu peraturan yang diterima dan juga diinginkan oleh masyarakat. Jadi,
menurut Van Dijk, hukum adat danhukum kebiasaan itu memiliki perbedaan.11
Sedangkan menurut Soejono Soekanto, hukum adat hakikatnya merupakan
hukum kebiasaan, namun kebiasaan yang mempunyai akhibat hukum (das sein
das sollen). Berbeda dengan kebiasaan dalam arti biasa, kebiasaan yang
merupakan penerapan dari hukum adat adalah perbuatan- perbuatan yang
dilakukan berulang-ulang dalam bentuk yang sama menuju kepada
Rechtsvaardige Ordening Der Semenleving. Menurut Ter Haar yang terkenal
dengan teorinya beslissingenleer (teori keputusan) mengungkapkan bahwa
hukum adat mencakup seluruh peraturan-peraturan yang menjelma didalam
keputusan-keputusan para pejabat hukum yang mempunyai kewibawaan dan
pengaruh, serta didalam pelaksanaannya berlaku secara serta merta dan dipatuhi
dengan sepenuh hati oleh mereka yang diatur oleh keputusantersebut.
Keputusan tersebut dapat berupa sebuah persengketaan, akan tetapi juga diambil
berdasarkan kerukunan dan musyawarah. Dalam tulisannya Ter Haar juga
menyatakan bahwa hukum adat dapat timbul dari keputusan warga Masyarakat.12
11
Ibid., hlm 14
12
Ibid., hlm 17
14
masyarakat terutama keputusan yang berwibawa dari kepala rakyat/ kepala adat
yang membantu pelaksanaan hukum, atau dalam hal pertentangan kepentingan
keputusan para hakim yang bertugas mengadili sengketa, sepanjang keputusan-
keputusan tersebut karena kesewenangan atau tidak bertentangan dengan
keyakinan hukum rakyat, melainkan senafas dan seirama dengan kesadaran
tersebut, diterima, diakui atau setidaknya tidak-tidaknya ditoleransi.
Kedua, hukum adat yang berlaku tersebut hanya dapat diketahui dan
dilihat dalam bentuk keputusan-keputusan para fungsionaris hukum (kekuasaan
tidak terbatas pada dua kekuasaan saja, eksekutif dan yudikatif) tersebut.
Keputusan tersebut tidak hanya keputusan mengenai suatu sengketa yang resmi
tetapi juga diluar itu didasarkan pada musyawarah (kerukunan). Keputusan ini
diambil berdasarkan nilai-nilai yang hidup sesuai dengan alam rohani dan hidup
kemasyarakatan anggota-anggota persekutuan tersebut.13
Hukum Adat adalah wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas nilai-
nilai budaya, norma, hukum, dan aturan-aturan yang satu dengan lainnya
berkaitan menjadi suatu sistem dan memiliki sanksi riil yang sangat kuat.
Menurut Mr. B. Terhaar Bzn, hukum adat adalah keseluruhan peraturan yang
menjelma dalam keputusan-keputusan dari kepala-kepala adat dan berlaku secara
spontan dalam masyarakat. Terhaar terkenal dengan teori keputusan artinya
bahwa untuk melihat apakah sesuatu adat-istiadat itu sudah merupakan hukum
adat, maka perlu melihat dari sikap penguasa masyarakat hukum terhadap
sipelanggar peraturan
Menurut Mr. Cornelis van Vollen Hoven, hukum adat adalah keseluruhan
aturan tingkah laku masyarakat yang berlaku dan mempunyai sanksi dan belum
dikodifikasikan. Lalu Sukanto menybutkan bahwa hukum
13
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia. (Jakarta: Raja Wali Press, 1983)., hlm. 17
15
adat adalah kompleks adat-adat yang pada umumnya tidak dikitabkan, tidak
dikodifikasikan dan bersifat paksaan, mempunyai sanksi jadi mempunyai akibat
hukum.
M.M. Djojodigoeno, juga menegaskan bahwa hukum adat adalah hukum yang
tidak bersumber kepada peraturan peraturan. Lalu Hazairin pun menjelaskan,
bahwa hukum adat adalah endapan kesusilaan dalam masyarakat yaitu kaidah-
kaidah kesusialaan yang kebenarannya telah mendapat pengakuan umum atau
masyarakat itu.
14
Ibid., hlm. 19
16
• Ciri-ciri Hukum Adat
Ada lagi hukum adat bercorak demokrasi, bahwa segala sesuatu selalu
diselesaikan dengan rasa kebersamaan, kepentingan bersama lebih diutamakan
dari pada kepentingan- kepentingan pribadi sesuai dengan asaspermusyawaratan
dan perwakilan sebagai sistempemerintahan, sehingga adanya musyawarah di
balai desa serta setiap tindakan pamong desa berdasarkan hasil musyawarah.
Selain itu ada hukum adat yang bercorak kontan dan konkrit, bercorak
kontan yaitu pemindahan atau peralihan hak dan kewajiban harus dilakukan pada
saat yang bersamaan sperti peristiwa penyerahan dan penerimaan harus dilakukan
secara serentak, ini dimaksudkan agar menjaga keseimbangan didalam pergaulan
bermasyarakat. Sedangkan bercorak konkrit adanya tanda
17
yang kelihatan seperti setiap perbuatan atau keinginan dalam setiap hubungan-
hubungan hukum tertentu harus dinyatakan dengan benda-benda yang berwujud
sehingga tidak ada janji yang dibayar dengan janji semuanya harus disertai
tindakan nyata supaya tidak ada saling mencurigai satu dengan yang lainnya.15
Teori ini dikemukakan oleh Mr. LCW Van Der Berg. Menurut teori
Reception in Coplexu, Kalau suatu masyarakat itu memeluk adama tertentu
maka hukum adat masyarakat yang bersangkutan adlah hukum agama yang
dipeluknya. Kalau ada hal-hal yang menyimpang dari pada hukum agama
yang bersangkutan, maka hal-hal itu dianggap sebagai pengecualian.
Terhadap teori ini hampir semua sarjana memberikan tanggapan dan
kritikan antara lain :
1. Snouck Hurgronye
2. Terhaar berpendapat
18
(Melayu Polenesia) dengan ditambah dari ketentuan-ketentuan dari hukum
Agama demikian dikatakan oleh Van Vollen Hoven.
2. Tebal dan tipisnya bidang yang dipengaruhi hukum agama juga bervariasi.
b. Tanah Alas
16
Hilman Hadikusuma. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia., Op.Cit., hlm. 21
19
c. Tanah Batak (Tapanuli)
6. Sumatera Selatan
a. Bengkulu (Renjang)
e. Enggano
20
10. Gorontalo (Bolaang Mongondow, Boalemo)
11. Tanah Toraja (Sulawesi Tengah, Toraja, Toraja Baree, Toraja Barat, Sigi,
Kaili, Tawali,Toraja Sadan, To Mori, To Lainang, Kep. Banggai)
12. Sulawesi Selatan (Orang Bugis, Bone, Goa, Laikang, Ponre, Mandar,
Makasar, Selayar,Muna)
14. Maluku Ambon (Ambon, Hitu, Banda, Kep. Uliasar, Saparua, Buru,
Seram, Kep. Kei,Kep. Aru, Kisar)
15. Irian
16. Kep. Timor (Kepulauan Timor, Timor, Timor Tengah, Mollo, Sumba,
Sumba Tengah,Sumba Timur, Kodi, Flores, Ngada, Roti, Sayu Bima).
18. Jawa Pusat, Jawa Timur serta Madura (Jawa Pusat, Kedu, Purworejo,
Tulungagung, JawaTimur, Surabaya, Madura)
17
Bushar Muhammad. Asas-asas Hukum Adat. (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1977)., hlm. 18
21
1. Menertibkan masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup.
2. Menyelesaikan pertikaian.
22
hukum adat.
19
Suriyaman Mustari, Hukum Adat kini dulu dan akan dating., Op Cit., hlm. 25
23
PENUTUP
Kesimpulan
24
DAFTAR PUSTAKA
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia. (Jakarta: Raja Wali Press, 1983).,
hlm. 17
Suriyaman Mustari, Hukum Adat kini dulu dan akan dating., Op Cit., hlm. 25
25
26
27
28