Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN LENGKAP INKUIRI

TITIK BEKU MINYAK

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
ELFIANA A24122005
YUYUN AFRIANTI A24122015
FELICIA EVANGELIN MOWOSE A24122023
SRI WAHYU WANINGSI A24122037
RANI REZKITA A24122045
NUR VANI A MADIAJA A24122055
SIDIK A24122057
NABILA A24122075
DEWI TANTRI AR BUKUSU A24122081
NI KETUT DELAYANTI A24122103
MARWANSYAH A24122107

ASISTEN : LISDAWATI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
LEMBAR KOREKSI

Judul Percobaan : Titik Beku Minyak


Nama Asisten : Lisdawati
NO Hari/Tanggal Keterangan Paraf
1. Kamis/26-10-2023
 Tujuan
 Alat bahan
 Dasar teori AC
 Pembahasan
 Tanda baca
2. Jumat/27-10-2023 Penulisan perbaiki

ACC

2
PERCOBAAN
TITIK BEKU MINYAK

I. TUJUAN
Adapun tujuan percobaan dari percobaan ini sebagai berikut :
1. Menentukan titik beku minyak.
2. Memahami konsep perubahan fase pada minyak saat pendinginan.
3. Menerapkan prinsip-prinsip fisika dalam percobaan.
4. Membuat grafik hubungan antara waktu dengan perubahan temperatur .

II. ALAT DAN BAHAN


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini sebagai berikut :
1. Minyak Kelapa 100 ml
2. Minyak Goreng 100 ml
3. Garam Secukupnya
4. Termometer 2 buah
5. Gelas Beaker 2 buah
6. Es batu Secukupnya
7. Bunsen 1 buah
8. Base A 1 buah
9. Kaki 3 1 buah
10. Kassa 1 buah
11. Statif 2 buah
12. Klem 1 buah
13. Stopwatch 1 buah
14. Wadah 1 buah
15. Kaleng 1 buah

3
III. DASAR TEORI
Titik beku adalah suhu tertentu di mana suatu zat berubah dari fase cair
menjadi fase padat. Pada titik beku, tekanan dan komposisi zat tersebut tetap
konstan. Penurunan titik beku adalah suatu sifat koligatif yang terjadi ketika
suatu zat terlarut ditambahkan ke dalam pelarut, sehingga titik beku pelarut
menjadi lebih rendah. Semakin besar konsentrasi zat terlarut, maka semakin
besar pula penurunan titik beku pelarutnya.
Minyak merupakan sejenis cairan yang tidak larut dalam air dan biasanya
memiliki sifat-sifat seperti viskositas atau kekentalan yang lebih tinggi daripada
air. Minyak memiliki sifat-sifat seperti kekentalan, titik didih, dan titik beku
yang bervariasi tergantung jenis minyaknya. Minyak berasal dari berbagai
sumber, seperti minyak sayuran, minyak hewan, ataupun minyak ikan. Minyak
goreng mengandung asam lemak bebas (Free Fatty Acid, FFA) yang dihasilkan
dari reaksi oksidasi dan hidrolisis pada saat penggorengan.
Adanya FFA dalam minyak goreng bekas dapat menyebabkan reaksi
samping yaitu reaksi penyabunan, jika dalam proses pembuatan biodesel
langsung menggunakan rekasi transesterifikasi. Minyak goreng berasal dari
minyak sayuran, seperti minyak kedelai atau minyak canola, umumnya memiliki
titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan minyak kelapa karena lebih
tinggi dalam asam lemak tak jenuh. Sedangkan minyak kelapa adalah sumber
Medium Chan Triglycerides (MCT) utama. Melalui proses fraksinasi dapat
dihasilkan fraksi minyak dengan kandungan MCT tinggi. Minyak kelapa
memiliki titik beku yang lebih tinggi karena mengandung lebih banyak asam
lemak jenuh.
Titik Beku minyak adalah suhu dimana minyak menggumpal dan
membeku. Minyak terdiri dari berbagai jenis molekul lemak, seperti trigliserida.
Pada suhu tertentu, energi termal rendah membuat molekul-molekul ini bergerak
lebih lambat dan mulai mengkristal, membentuk padatan. Oleh karena itu, suhu
dimana minyak mengalami perubahan fase ini disebut sebagai titik beku minyak.
Viskositas adalah ukuran kekentalan atau kemampuan aliran suatu zat.
Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan

4
untuk mengalir. Minyak kelapa sebelum dipanaskan memiliki viskositas 0,828
Ns/m2, ketika dipanaskan dengan suhu yang sama, nilai viskositasnya berubah
menjadi 0,666 Ns/m, 0,572 Ns/m, dan 0,524 Ns/m. Viskositas minyak goreng
pada umumnya berkisar antara 30-60 centistokes (cSt) pada suhu 40C. Namun,
viskositas minyak goreng dapat bervariasi tergantung pada jenis minyak yang
digunakan, suhu, dan kondisi pengimpanan atau penggunaan minyak tersebut.
Percobaan titik beku minyak dilakukan untuk menentukan suhu ketika
minyak berubah dari fase cair ke fase padat. Ini merupakan salah satu cara untuk
mengukur kualitas minyak, karena minyak dengan kualitas tinggi biasanya
memiliki titik beku yang lebih rendah. Pada umumnya, minyak goreng memiliki
titik beku sekitar 15°C. Akan tetapi, pada jenis minyak goreng memiliki titik
beku yang tergantung jenisnya. Minyak kelapa memiliki titik beku pada suhu
sekitar 21,1°C.
Dalam konteks pembekuan minyak, pemanasan minyak perlu dilakukan
karena dapat membantu dalam beberapa hal. Pertama, pemanasan dapat
membantu melarutkan kristal-kristal yang mungkin terbentuk sebelumnya dalam
minyak. Ini akan menghasilkan minyak yang lebih homogen dan mengurangi
kemungkinan terbentuknya kristal yang lebih besar dan tidak diinginkan saat
proses pembekuan. Kedua, pemanasan juga dapat mengurangi viskositas
minyak. Dengan memanaskan minyak, viskositasnya akan menurun sehingga
memudahkan pergerakan molekul saat proses pembekuan. Ini akan mempercepat
proses pembekuan dan menghasilkan struktur kristal yang lebih halus dan kecil.
Ketiga, saat minyak dipanaskan suhu didalamnya meningkat dan molekul-
molekul lemak menjadi lebih aktif. Hal ini memungkinkan adanya pergerakan
molekul yang lebih bebas dan mempengaruhi kristalisasi minyak saat dibekukan.
Pada saat pemanasan minyak, terjadi proses perpindahan panas yakni
secara konduksi, konveksi, dan radiasi. Perpindahan panas secara konduksi
(hantaran) adalah perpindahan panas melalui kontak tak langsung antara partikel
dalam suatu benda, dimana perpindahan suatu zat tanpa disertai perpindahan
partikel-partikelnya dari zat tersebut. Perpindahan ini biasanya terjadi pada zat
padat. Konveksi (aliran) adalah perpindahan panas yang terjadi pada suatu zat

5
dengan disertai perpindahan partikel-partikelnya dari zat tersebut. Konvensi
umunya terjadi pada fluida (zat cair dan gas). Radiasi (pancaran) adalah proses
perpindahan panas yang terjadi dalam bentuk perambatan gelombang
elektromagnetik tanpa memerlukan adanya zat perantara (medium).
Ketika es dicampurkan dengan garam, sebagian membentuk air garam
dan es secara spontan terlarut dalam air garam. Gabriel Daniel Fahrenheit,
pencipta skala temperature Fahrenheit, menemukan bahwa garam yang
dicampurkan ke es memungkinkan titik beku lebih rendah daripada ketika es
hanya terdiri atas air. Larutan garam akan mempunyai titik beku yang lebih
rendah dari 0°C.
Pada proses pembekuan minyak, pemutaran kaleng digunakan untuk
beberapa alasan, yaitu Pendinginan yang merata secara seragam dan mencegah
terbentuknya titik panas atau dingin yang tidak diinginkan, transfer panas yang
lebih efisien dari kaleng ke udara dingin mempercepat proses pendinginan,
aliran udara disekitar kaleng menjadi lebih baik yang dapat mencegah
pembentukan lapisan es yang dapat menghambat proses pendinginan, serta
meningkatkan kekuatan kaleng dan mengurangi resiko kerusakan.
Waktu lamanya proses pembekuan minyak goreng maupun minyak
kelapa dapat bervariasi tergantung jenis minyak yang digunakan, viskositas
minyak, jumlah volume minyak yang digunakan, ketebalan kaleng sebagai
tempat proses pembekuan, luas permukaan kaleng, suhu lingkungan, tekanan
atmosfer, kelembapan udara, dan lain sebagainya. Minyak kelapa lebih cepat
membeku daripada minyak goreng karena perbedaan komposisi dan kandungan
lemak didalammnya. Minyak kelapa mengandung lebih banyak asam lemak
jenuh daripada minyak goreng. Asam lemak jenuh memiliki titik leleh yang
lebih tinggi, sehingga minyak kelapa lebih cepat membeku dibandingankan
minyak goreng.

6
IV. PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan percobaan, kemudian rangkai seperti gambar
berikut :

2. Memasukkan minyak goreng atau minyak kelapa ke dalam gelas beaker


sebanyak 100 cc/ ml.
3. Mengukur suhu ruang dan suhu awal minyak menggunakan termometer dan
catat.
4. Memanaskan minyak sampai sekitar suhu 90°C.
5. Memecahkan es batu, kemudian masukkan ke dalam wadah.
6. Menaburi garam pada es tersebut, letakkan kaleng ditengahnya sambil
menunggu minyak dipanaskan.
7. Mematikan Bunsen setelah minyak mencapai suhu 90°C.
8. Mengangkat gelas beaker yang berisi minyak panas, tuang minyak ke dalam
kaleng yang sudah dikelilingi es dalam wadah.
9. Menutupi kaleng yang sudah berisi minyak tersebut.
10. Memutar kaleng yang berisi minyak, ukur suhu minyak setiap selang waktu
2 menit sampai minyak membeku.
11. Mengamati perubahan suhu minyak dan catat suhunya.

7
V. HASIL PENGAMATAN
Adapun hasil pengamatan dari percobaan ini sebagai berikut :
1. Minyak goreng
No. Waktu (s) Suhu (C)
1. 120 31
2. 240 20
3. 360 14
4. 480 11
5. 600 9
6. 720 8
7. 840 6
8. 960 5

Suhu Ruangan = 32C


Suhu Awal Minyak Goreng = 35C
Volume = 100 ml
2. Minyak Kelapa
No. Waktu (s) Suhu (C)
1. 120 37
2. 240 23
3. 360 21

Suhu Ruangan = 32C


Suhu Awal Minyak Kelapa = 35C
Volume = 100 ml

8
VI. ANALISIS DATA
Adapun analisis data dari percobaan ini sebagai berikut :
Minyak Goreng
Minyak Kelapa

9
VII. PEMBAHASAN
Titik beku adalah suhu tertentu di mana suatu zat berubah dari fase
cair menjadi fase padat. Pada titik beku, tekanan dan komposisi zat tersebut
tetap konstan. Titik beku dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi suatu
larutan. Titik beku minyak kelapa adalah suhu dimana minyak kelapa mulai
membeku atau mengalami perubahan dari fase cair menjadi fase padat. Titik
beku minyak goreng sawit adalah suhu di mana minyak kelapa sawit mulai
membeku dan berubah menjadi padat. Titik beku ini dapat bervariasi
tergantung pada kualitas dan komposisi minyak kelapa sawit yang
digunakan.
Adapun tujuan dari percobaan titik beku minyak adalah menentukan
titik beku minyak, memahami konsep perubahan fase minyak saat
pendinginan, menerapkan prinsip-prinsip fisika dalam percobaan, dan
membuat grafik hubungan antara waktu dengan perubahan temperature.
Adapun fungsi alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini
adalah pada minyak kelapa dan minyak goreng berfungsi sebagai bahan yang
akan diuji, es batu berfungsi sebagai bahan yang digunakan saat pembekuan
minyak, termometer berfungsi untuk mengukur suhu pada ruangan dan
bahan yang diuji, gelas beaker berfungsi sebagai wadah untuk memanaskan
minyak, bunsen berfungsi sebagai sumber panas yang digunakan saat
pemanasan minyak, statif berfungsi sebagai tempat menggantungnya
thermometer, klem berfungsi sebagai penjepit untuk statif, base A berfungsi
sebagai penyangga dari statif, kaki tiga berfungsi sebagai penopang untuk
kawat kassa dan gelas beaker, kawat kassa berfungsi untuk menyebarkan
panas secara merata, wadah berfungsi sebagai tempat untuk es batu setelah
dipecahkan, dan kaleng berfungsi sebagai penampung minyak pada saat
proses pembekuan.
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini yaitu dengan menyiapkan
alat dan bahan percobaan, kemudian rangkai alat dan bahan tersebut.
Kemudiaan, memasukkan minyak goreng atau minyak kelapa ke dalam gelas

10
beaker sebanyak 100 cc/ml, lalu mengukur suhu ruang dan suhu awal
minyak menggunakan termometer dan catat. Selanjutnya, memanaskan
minyak sampai sekitar suhu 90°C. Lalu memecahkan es batu, kemudian
memasukkan ke dalam wadah, menaburi garam pada es tersebut, letakkan
kaleng ditengahnya sambil menunggu minyak dipanaskan. Selanjutnya,
mematikan bunsen setelah minyak mencapai suhu 90°C. Kemudian, angkat
gelas beaker yang berisi minyak panas, lalu tuang minyak ke dalam kaleng
yang sudah dikelilingi es dalam wadah. Menutupi kaleng yang sudah berisi
minyak tersebut, lalu memutar kaleng yang berisi minyak. Mengukur suhu
minyak setiap selang waktu 2 menit sampai minyak membeku, serta
mengamati perubahan suhu minyak dan catat suhunya.
Adapun hasil dari pengamatan yang kami lakukan, pada minyak
goreng terdapat 8 perlakuan, yang dimana penurunan suhunya (mulai
membeku) dimulai dari 31C. Proses pembekuan berlangsung selama 18
menit, pada suhu 5C minyak goreng telah membeku sepenuhnya.
Sedangkan, pada minyak kelapa hanya terdapat 3 perlakuan selama 7
menit, yang dimana penurunan suhunya (mulai membeku) dimulai dari
37C. Pada suhu 21C minyak kelapa telah membeku sepenuhnya.
Adapun dalam literatur yang ada, titik beku minyak kelapa berkisar
21,1C dan minyak goreng berkisar 15C. Hasil pengamatan yang kami
dapatkan sesuai dengan literatur, terutama pada minyak kelapa. Akan tetapi,
hasil pada minyak goreng, terjadi sedikit perbedaan. Hal tersebut
dikarenakan jenis minyak goreng yang digunakan, dimana semakin rendah
titik beku pada minyak goreng tersebut, maka kualitas dari minyak goreng
itu sendiri lebih bagus dibandingkan dengan minyak goreng pada umumnya.
Maka, hasil pengamatan titik beku dari minyak goreng juga sesuai dengan
literatur yang ada.
Adapun perubahan wujud minyak dari cair ke padat saat mencapai
titik beku terjadi karena adanya perubahan dalam tata letak molekul-molekul
penyusun minyak, proses ini disebut pengkristalan. Ketika minyak berada
pada suhu yang lebih rendah dari titik beku tertentu, molekul-molekul

11
minyak mulai mengumpul dan membentuk struktur kristal. Sebelum
dibekukan, minyak goreng masih dalam keadaan cair. Pada saat suhu minyak
goreng menjadi 5°C, minyak goreng berubah menjadi wujud padat. Hal
tersebut terjadi juga pada minyak kelapa, dimana pasa saat sebelum
dibekukan, minyak kelapa masih dalam wujud cair, kemudian pada saat
dibekukan menjadi 21°C yang dimana minyak berubah menjadi padat.
Adapun dalam proses perpindahan kalor yang terjadi pada saat
memanaskan minyak, biasanya terjadi perpindahan panas melaui konduksi,
konvensi, dan radiasi. Perpindahan panas konduksi (hantaran), terjadi pada
bunsen ke gelas beaker. Perpindahan panas secara konveksi (aliran), terjadi
pada partikel-partikel minyak yang saling bertabrakan satu sama lain yang
menyebabkan adanya transfer panas dari satu partikel ke partikel lainnya.
Perpindahan panas secara radiasi (pancaran) adalah terjadi pada saat tangan
didekatkan ke sumber panas (bunsen), maka akan terasa panas (perpindahan
panas dari bunsen ke tangan) tanpa adanya perantara.
Adapun kesalahan yang terjadi pada saat kami melakukan percobaan,
yakni ketika menghitung waktu lamanya pembekuan minyak yang dimana
suhunya diukur dalam setiap selang waktu 2 menit. Kami menghentikan
stopwatch pada saat mengukur suhu minyak setiap selang waktu tersebut.
Seharusnya, waktunya harus tetap berjalan, agar yang diukur ialah waktu
lamanya pembekuan minyak, bukan waktu pemutaran pada kaleng.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan menerima dan
melepaskan kalor sebagai berikut :
 Menerima kalor :
1) Kelembaban dan Aliran Udara
Dalam konteks melepaskan panas ke lingkungan, kelembaban
dan aliran udara juga dapat mempengaruhi kecepatan perpindahan
panas. Misalnya, suatu benda akan melepaskan panas lebih cepat di
lingkungan kering dan berangin dibandingkan di lingkungan lembab
dan tenang.
2) Komposisi zat cair

12
Komposisi kimia zat cair dapat mempengaruhi kecepatan
menerima kalor.
 Melepaskan kalor :
1) Ketebalan benda (kaleng)
Ketebalan kaleng dapat mempengaruhi kecepatan melepas
kalor, semakin tebal kaleng yang digunakan saat poses pembekuan
maka semakin banyak waktu yang digunakan untuk proses kristalisasi
pada minyak.
2) Luas permukaan benda (kaleng)
Semakin besar permukaan benda yang bersentuhan dengan
lingkungan, semakin cepat ia dapat menerima atau melepaskan panas.
3) Jumlah volume minyak
Semakin sedikit volume yang digunakan saat pembekuan,
maka semakin cepat proses kristalisasi terjadi (membeku). Begitupun
sebaliknya, semakin banyak volume yang digunakan, maka semakin
banyak waktu yang dibutuhkan minyak untuk membeku.

13
VIII. KESIMPULAN
Titik Beku minyak adalah suhu dimana minyak menggumpal dan
mengkristal. Pada suhu tertentu, dimana molekul-molekul minyak
mengalami perubahan bentuk menjadi padatan (mengkristal) ini disebut
sebagai titik beku minyak.
Dalam proses pembekuan minyak, minyak mengalami perubahan
dari fase cair ke fase padat. Proses pembekuan minyak yang terjadi adalah
perubahan suhu dan perubahan fisik dari minyak tersebut. Proses
pengkristalan terjadi karena minyak terdiri dari berbagai jenis asam lemak.
Yang dimana pada suhu rendah, asam lemak ini mulai saling berdekatan dan
membentuk ikatan-ikatan antar molekul yang lebih kuat, sehingga minyak
berubah menjadi padat. Selama proses ini, minyak mengalami perubahan
fase dari cair ke padat, yang disebut juga pengkristalan minyak.
Proses perpindahan kalor yang terjadi pada saat memanaskan
minyak, biasanya terjadi perpindahan panas melaui konduksi (hantaran),
konvensi (aliran), dan radiasi (pancaram). Perpindahan panas secara
konduksi, terjadi pada bunsen ke gelas beaker. Perpindahan panas secara
konveksi, terjadi pada partikel-partikel minyak yang saling bertabrakan satu
sama lain yang menyebabkan adanya transfer panas dari satu partikel ke
partikel lainnya. Perpindahan panas secara radiasi, terjadi pada saat tangan
didekatkan ke sumber panas (bunsen), maka akan terasa panas (peprindahan
panas dari bunsen ke tangan) tanpa adanya perantara.
Hubungan grafik antara suhu (C) dan waktu (s) pada titik beku
minyak, yaitu pada minyak kelapa, terjadi penurunan suhu yang cukup cepat.
Hal tersebut dikarenakan oleh tingkat kekentalan, yang dimana minyak
kelapa lebih kental dari pada minyak goreng, serta tingkat kemurnian
minyak. Minyak yang memilliki titik beku yang rendah tersebut, akan
mempercepat kristalisasi. Sedangkan, pada grafik minyak goreng, penurunan
suhunya terbilang lambat. Tentu ada beberapa hal yang mempengaruhi yaitu
pada komposisi kimia karena pada minyak goreng biasanya terdiri dari
banyaknya campuran jenis minyak yang ada.

14
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, I., Nurbayti, S dan Ulum, B. (2011). Esterifikasi Asam Lemak Bebas dari
Minyak Goreng. Jurnal Valensi, 2 (2): 384-388.
Mikapin. (2013). Pengaruh Penambahan Garam Pada Es. Attribuction BY-NC,
Scribd.
Mursalin., Hariyadi, P., Purnomo, H, E., Andarwulan, N., Fardiaz, D. (2013).
Fraksinasi Kering Minyak Kelapa Menggunakan Kristalisator Skala 120
kg untuk Menghasilkan Fraksi Minyak Kaya Triasigliserol Rantai
Mengengah. Jurnal Littri, 19 (1): 41
O’brien. (2013). Kristalisator Minyak Kelapa. Jurnal Seafast IPB, 2(5): 41-49.
Santanumurti, R.., dan Muhammad, Browijoyo. (2014). Perbandingan Efisiensi
(Uji Titik Nyala, Titik Beku Dan Viskositas) Biodiesel Dari Sargassum sp.
Dan Minyak Jelantah. Diss Universitas Airlangga.
Sutiah, K., Sofjan, F., Wahyu, S, B. (2008). Studi Kualitas minyak Goreng
Dengan Parameter Viskositas Dan Indeks Bias. Jurnal Berkala Fisika.
11(2): 53-58.
Wijaya, A., dan Susanto, B. (2018). Perbandingan Sifat Fisik Minyak Kelapa Dan
Minyak Goreng. Jurnal Gizi Dan Kesehatan, 5 (2): 45-52.

15

Anda mungkin juga menyukai