Anda di halaman 1dari 14

PEMBUATAN BIODIESEL MELALUI TRANSESTERIFIKASI MINYAK NABATI

Hari/Tanggal : Selasa/4 Desember 2018

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah sintesa biodiesel melalui transesterifikasi
minyak nabati (minyak jelantah).

II. DASAR TEORI

Biodiesel merupakan suatu energi alternatif yang bisa digunakan sebagai


bahan bakar layaknya bahan bakar fosil. Biodiesel diperoleh dari minyak nabati
atau minyak hewani sehingga dapat diperbaharui (Mayuni, dkk, 2015:76).
Biodiesel sebagai sumber bahan bakar alternatif pengganti solar yang terbuat dari
minyak tumbuhan atau lemak hewan, tidak mengandung sulfur dan tidak
beraroma. Biodiesel dihasilkan dengan mereaksikan minyak tumbuhan dengan
alkohol menggunakan basa sebagai katalis pada suhu dan komposisi tertentu
(Yuniwati dan Karim, 2009:130)
Minyak bekas penggorengan sudah melewati pemanasan berulang-ulang dan
terdapat sisa bahan organik dari material yang digoreng. Minyak makan yang
sudah dipakai menggoreng beberapa kali menghasilkan banyak radikal bebas
yang selanjutnya dapat membentuk berbagai material organik. Oleh karena
adanya beberapa pengotor dalam gliserol mentah membuat gliserol dapat tampak
sebagai cairan atau wax pada temperatur kamar. Akibatnya, warna gliserol
menjadi kuning tua sampai coklat tua (Nitbani, 2018 : 31)
Minyak atau asam lemak merupakan senyawa yang tidak larut dalam air dan
keduanya merupakan kondensasi dari satu molekul gliserol dan tiga molekul
asam lemak membentuk trigliserida. Gliserida dari asam jenuh dengan rantai
panjang mempunyai titik leleh yang lebih tinggi daripada yang terbuat dari asam
jenuh dengan rantai pendek atau tak jenuh. Methyl ester (biodiesel) dari minyak
kelapa bekas (jelantah) dapat dihasilkan melalui proses transesterifikasi.
Transesterifikasi merupakan suatu reaksi kesetimbangan. Untuk mendorong
reaksi agar bergerak ke kanan sehingga dihasilkan methyl ester (biodiesel) maka
perlu digunakan alkohol dalam jumlah berlebih atau salah satu produk yang
dihasilkan harus dipisahkan. (Yuniwati dan Karim, 2009:131-132)
Viskositas minyak nabati jauh lebih tinggi dibandingkan dengan minyak
solar. Hal ini disebabkan karena minyak nabati tersusun dari tiga asam lemak,
sehingga molekul menjadi besar dan susunan molekul tidak lurus satu rangkaian
karbon melainkan terbentuk tiga cabang asam lemak. Untuk itu, tiga asam lemak
yang menyusun minyak nabati harus dipotong menjadi tiga asam lemak dengan
mereaksikannya dengan alkohol sehingga masing-masing asam lemak dapat
menjadi bahan bakar yang aman digunakan (Susilo, dkk, 2017 : 57)
Katalis berfungsi menurunkan energi aktivasi, sehingga penggunaan katals
basa akan menurunkan energi aktivasi dan proses bisa berlangsung pada suhu
dibawah titik didih etanol. Katalis bereaksi sementara dengan reaktan dan reaktan
yang terikat pada katalis selanjutnya bereaksi dengan reaktan yang lain
menghasilkan produk dan melepaskan kembali ke sistem. Katalis KOH pada
proses transesterifikasi pada awalnya bereaksi dengan etanol membentuk
etoksida, selanjutnya etoksida bereaksi memutuskan salah satu asam lemak yang
terikat pada trigleserida membentuk ester, gliserol dan katalis KOH. Reaksi ini
berlangsung dengan simultan sampai tercapai keseimbangan reaksi. Semakin
tinggi gliserol yang terbentuk menunjukkan bahwa proses konversi minyak
menjadiester dan gliserol semakin tinggi. (Susilo, dkk, 2017 : 82)
Transesterifikasi merupakan proses penukaran gugus alkoksi dari suatu jenis
ester dengan menggunakan alkohol. Proses ini bisa berlangsung spontan pada
suhu tinggi akan tetapi relatif lambat. Untuk meningkatkan laju dan dapat
berlangsung pada suhu rendah, maka dilibatkanlah katalis. Hasil transesterifikasi
ester dapat dengan mudah dipisahkan dengan gliserol dengan memanfaatkan
massa jenis, akan tetapi katalisator masih tercampur dengan ester, oleh karena itu
pemisahan lebih lanjut. Transesterifikasi minyak nabati dengan katalis basa
berlangsung dengan laju reaksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan reaksi
menggunakan katalis asam. Dengan pertimbangan tersebut dan juga karena
katalis basa umumnya lebih tidak korosif terhadap logam maka katalis basa lebih
banyak diterapkan. (Susilo, dkk, 2017 : 65-70). Baik air maupun alkohol seperti
metanol atau etanol bercampur dengan baik dengan gliserol karena prinsipnya
yaitu “like disolves like”, yang semua komponen ini merupakan senyawa polar
dan slaing melarutkan. Proses pelarutan senyawa polar dalam pelarut polar terjadi
karena adanya ikatan hidrogen antar molekul yang tercampur (Nitbani, 2018 : 35)
Corong pisah digunakan untuk mengekstraksi senyawa organik yang terlarut
dalam suatu pelarut dengan pelarut lainnya dan antara kedua pelarut tidak saling
melarutkan. Sehingga akan membentuk dua lapisan dan senyawa organik yang
diiinginkan akan tertarik kepada pelarut yang ditambahkan. Teknik ekstraksi
dengan cara ini hanya dapat digunakan bila senyawa yang akan diekstraksi
kelarutannya lebih besar dalam pelarut pengekstraksi atau koefisien distribusinya
lebih besar serta antara kedua pelarut tidak bercampur (Ibrahim dan Sitorus,
2013:10)

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 ALAT
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah labu leher tiga,
kondensor, hot plate, panci, thermometer 100oC, corong pisah, gelas ukur,
gelas kimia, stopwatch, benang, gunting, aluminium foil, viskometer,
piknometer, statif, magnetic stirer, dan klem.
3.2 GAMBAR RANGKAIAN ALAT

1
7
2

3 8
4
9

6 11

10

Keterangan :
1 : Tutup Kondensor 6 : Panci
2 : Air Keluar 7 : Statif
3 : Kondensor 8 : Thermometer
4 : Air Masuk 9 : Klem
5 : Labu Leher Tiga 10 : Hot Plate
11 : Magnetic Stirer

3.3 BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah minyak
nabati (minyak jelantah), etanol (C2H5OH), kalium hidroksida (KOH), air
(H2O), oli bekas, dan kertas saring.

IV. PROSEDUR KERJA

Etanol KOH

Minyak Nabati
(Minyak Proses Pemisahan Pencucian
Jelantah) Transesterifikasi

Pemurnian dan
Analisis Biodiesel Pengeringan
Parameter Uji
(Sumber: Aunillah & Pranowo, 2012 : 195)
V. HASIL PENGAMATAN
5.1 Sebelum Perlakuan

No. Nama Bahan Bentuk Warna


1. Minyak nabati (Minyak Cair Kuning Kecoklatan
jelantah)
2. KOH Padat Putih
3. C2H5OH Cair Tidak Berwarna
4. H2O Cair Tidak Berwarna
5. Oli bekas Cair Hitam
6. Kertas Saring Padat Putih

5.2 Setelah Perlakuan


5.2.1 Pembuatan Katalis
1 gram KOH
- Ditimbang
- Dilarutkan dalam 80 mL C2H5OH 96%

C2H5OH + KOH (katalis)

5.2.2 Pembuatan Biodiesel


5.2.3 Proses Transesterifikasi

217 mL Minyak Jelantah


- Dimasukkan kesalam labu leher tiga
- Dipanaskan pada suhu 75oC selama 65 menit

Proses Transesterifikasi
- Dimasukkan katalis
- + Magnetic Stirer
- Dipanaskan selama 65 menit pada suhu 75oC

Etil ester (biodiesel) + gliserol


5.2.4 Proses Pemisahan

Etil ester (biodiesel) + gliserol


- Dimasukkan kedalam corong pisah
- Ditunggu selama 24 jam

Terbentuk dua lapisan, lapisan atas


berwarna kuning, dan lapisan bawah
berwarna kuning kecoklatan
- Dipisahkan antara lapisan bawah dengan lapisan
atas
- Dimasukkan lapisan bawah kedalam botol reagen
- Dimasukkan air yang telah dipanaskkan sebanyak
150 mL
- Dibuang sampai hanya tersisa biodiesel

Biodiesel

5.2.5 Proses Pemurnian

Biodiesel
- Dimasukkan kedalam gelas kimia
- Dipanaskan
- Ditunggu sampai 15 jam
- Dipanaskan kembali

Biodiesel

5.3 Tabel Pengamatan


No. Sampel Perlakuan Gambar
1. Katalis 1 gram KOH→ ditimbang + 80
mL C2H5OH 96% → Katalis
2. Minyak 217 Minyak Jelantah→
Jelantah dimasukkan kedalam labu leher
tiga pada suhu 75oC selama
Transesterifikasi
65 menit
Minyak jelantah + Katalis +
Magnetic Stirer 65 menit

pada suhu 75oC → Etil ester


(biodiesel) + gliserol
Rangkaian alat pada proses transesterifikasi

3. Etil ester Etil ester (biodiesel) + gliserol,


(biodiesel) + dimasukkan kedalam corong
gliserol pisah, ditunggu selama 24 jam
→ Terbentuk dua lapisan,
lapisan atas berwarna kuning,
dan lapisan bawah berwarna
kuning kecoklatan, dipisahkan
antara lapisan bawah dengan
lapisan atas, dimasukkan lapisan
bawah kedalam botol reagen, + Gliserol
150 mL H2O → Etil ester
(biodiesel) + H2O, dibuang H2O
→ Biodiesel

Etil ester (Biodiesel)


Rangkaian alat pada proses corong pemisah

4. Biodiesel Biodiesel, dimasukkan kedalam


gelas kimia Biodiesel

PENGUJIAN BIODIESEL
5 Biodisel
.
 Uji Bakar 20 mL biodiesel dimasukkan
kedalam botol reagen,
dimasukkan sumbu, dibakar
sumbu → api nyala semakin
besar, ketika api dimatikan
terbentuk asap berwarna putih

Nyala api semakin besar


Asap putih hasil
pembakaran
 Uji 2 mL biodiesel, dimasukkan
Kelarutan kedalam tabung reaksi + 2 mL
H2O → tidak larut, lapisan atas
biodiesel, lapisan bawah H2O

 Uji Densitas 25 mL Biodiesel, dimasukkan


kedalam piknometer →
0.9012 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿

 Uji Biodiesel, dimasukkan kedalam


Kekentalan viskometer → 0.9955 𝑚𝑚2 /𝑠
VI. REAKSI-REAKSI
6.1 Reaksi transesterifikasi trigliserida menjadi etil ester

H2C O COR1 CH2OH


-
R1COOC2H5
OH
HC O COR2 + 3 CH3CH2OH R2COOC2H5 + HOHC
R3COOC2H5
H2C O COR3 Etanol CH2OH
Etil ester
Trigliseraldehida Gliserol

6.2 Mekanisme Reaksi yang Berlangsung


6.2.1 Nukleofil diserang oleh alkoksida

6.2.2 Pelepasan gugus pergi


6.2.3 Mekanisme Reaksi Keseluruhan

VII. PERHITUNGAN
7.1 Menentukan Densitas Minyak Jelantah dan Etanol
7.1.1 Menentukan Densitas Minyak Jelantah
Berat piknometer kosong = 21.06 gram
Berat piknometer + minyak = 44 gram
Volume piknometer = 25 mL

(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 + 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘) − (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)


𝜌𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑔𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

44 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 21.06 𝑔𝑟𝑎𝑚


𝜌𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 =
25 𝑚𝐿
𝜌𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 0.9176 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿

7.1.2 Menentukan Densitas Etanol


Berat piknometer kosong = 21.06 gram
Berat piknometer + etanol = 41.56 gram
Volume piknometer = 25 mL

(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 + 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙) − (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)


𝜌𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑔𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

41.56 𝑔𝑟𝑎𝑚 − 21.06 𝑔𝑟𝑎𝑚


𝜌𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 =
25 𝑚𝐿
𝜌𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = 0.82 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
7.2 Menentukan Volume Minyak Jelantah dan Etanol dengan Perbandingan 1:6
Diketahui:
Massa minyak jelantah = 200 gram
BM minyak jelantah = 856 gram/mol
BM etanol = 46 gram/mol

7.2.1 Volume Minyak Jelantah

𝑚
𝜌=
𝑣
𝑚
𝑣=
𝜌
200 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑣=
0.9176 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿

𝑣 = 217 𝑚𝐿

7.2.2 Volume Etanol

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙


=
𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 ×𝐵𝑀 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 ×𝐵𝑀 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙

200 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙


=
1 ×856 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿 6 ×46 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿

200 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙


=
856 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿 276 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿

55200
𝑚 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 856
𝑚 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 = 64.485 𝑔𝑟𝑎𝑚

𝑚
𝜌=
𝑣

𝑚
𝑣=
𝜌

64.485 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑣=
0.82 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿

𝑣 = 80 𝑚𝐿
7.3 Menentukan Berat Katalis
Massa minyak = 200 gram
Katalis 0.5%

0.5% × 200 𝑔𝑟𝑎𝑚


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑎𝑡𝑎𝑙𝑖𝑠 =
100%

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑎𝑡𝑎𝑙𝑖𝑠 = 1 𝑔𝑟𝑎𝑚

7.4 Menentukan Yield Biodiesel

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝐵𝑖𝑜𝑑𝑖𝑠𝑒𝑙 = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘

173.03 𝑔𝑟𝑎𝑚
= × 100%
200 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 86%

7.5 Menentukan Densitas Biodiesel


Berat piknometer = 21.06 gram
Berat piknometer + biodiesel = 43.59 gram
Volume piknometer = 25 mL

(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙)−(𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)


𝜌𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑔𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

43.59 𝑔𝑟𝑎𝑚−21.06 𝑔𝑟𝑎𝑚


𝜌𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 = 25 𝑚𝐿

𝜌𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 = 0.9012 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿

7.6 Menentukan Viskositas Biodiesel


tbiodisel = 2776.33 s
𝜌𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 = 0.9012 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
tair = 1836.66 s
𝜌𝑎𝑖𝑟 = 0.996 gram/mL
𝜇𝑎𝑖𝑟 = 0.6560 cp

𝜇𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 𝑡𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 × 𝜌𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙


=
𝜇𝑎𝑖𝑟 𝑡𝑎𝑖𝑟 × 𝑡𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙
2776.33 𝑠×𝑜.9012 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
𝜇𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 = 1836.66 𝑠×0.996 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿

1641.33
𝜇𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 = 1829.31

𝜇𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 = 0.8972 𝑐𝑝

7.7 Viskositas Kinematika Biodiesel


𝜇𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 = 0.8972 𝑐𝑝
= 0.8972 × 10−2 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑐𝑚. 𝑠
= 0.8972 × 10−2 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑚. s

𝜌𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙 = 0.9012𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝐿
= 0.9012 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑐𝑚3
= 0.9012 × 10−3 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑚3

𝜇𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙
𝜇=
𝜌𝑏𝑖𝑜𝑑𝑖𝑒𝑠𝑒𝑙
0.8972 × 10−2 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑚. s
𝜇=
0.9012 × 10−3 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑚3
𝜇 = 0.9955 𝑚𝑚2 /𝑠

VIII. PEMBAHASAN

Biodiesel merupakan suatu bahan bakar yang umumnya digunakan dari bahan-bahan organik
tertentu. Pemanfaatan biodiesel dari minyak nabati (minyak jelantah) memiliki keunggulan
dari segi ekonomis dan pemanfaatan yang sifatnya renewable (dapat diperbarui). Biodiesel
adalah suatu energi alternatif yang telah dikembangkan secara luas untuk mengurangi ketergantungan kepada BBM.
Biodiesel merupakan bahan bakar berupa metil ester asam lemak yang dihasilkan dari proses kimia antara minyak
nabati dan alkohol. Sebagai bahan bakar, biodiesel mampu mengurangi emisi hidrokarbon tak terbakar, karbon
monoksida, sulfat, hidrokarbon polisiklik aromatik, nitrat hidrokarbon polisiklik aromatik dan partikel padatan
sehingga biodiesel merupakan bahan bakar yang disukai disebabkan oleh sifatnya yang ramah lingkungan (Sudrajat,
dkk, 2010 : 146)
ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa
yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan (Ketaren, 2005).
Penggunaan minyak goreng secara kontinyu dan berulang-ulang pada suhu tinggi (160180°C)

disertai adanya kontak dengan udara dan air pada proses penggorengan akan
mengakibatkan terjadinya reaksi degradasi yang komplek dalam minyak dan menghasilkan
berbagai senyawa hasil reaksi (Sophianti, dkk, 2017 : 101)
Kelebihan metode ini adalah dapat menghasilkan bahan bakar yang memiliki karakteristik angka setana
tinggi, emisi rendah, dan pembakaran lebih efisien. Transesterifikasi adalah reaksi antara minyak atau
lemak dengan alkohol sehingga terbentuk ester (biodiesel) dan gliserol dengan menggunakan katalis
NaOH atau KOH guna mempercepat reaksi dan meningkatkan hasil akhir. Reaksi ini merupakan suatu
reaksi kesetimbangan untuk mendorong reaksi bergerak ke kanan, maka perlu digunakan alkohol dalam
jumlah berlebih (Aunillah & Pranowo, 2012 : 194). proses transesterifikasi bertujuan mengubah [tri,
di, mono] gliserida dengan berat molekul dan viskositas tinggi yang mendominasi komposisi minyak
nabati menjadi asam lemak metil ester (FAME)yang mempunyai molekul dan viskositas lebih rendah.
Viskositas tinggi pada bahan bakar dapat mempersulit proses pembentukan kabut pada saat atomisasi dan
menyebabkan proses pembakaran tidak sempurna.

Penambahan katalis bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi dan


menghasilkan produk yang belimpah. Semakin besar konsentrasi katalis yang
digunakan maka energi aktivasi suatu reaksi akan semakin kecil sehingga reaksi
yang terjadi berlangsung dengan cepat dan produk yang terbentuk semakin
banyak. Namun pada percobaan ini tidak dilakukan variasi katalis, kkonsentrasi
katalis yang digunakan adalah sebanyak 0,5%.
Rendahnya densitas etil ester (biodiesel) disebabkan oleh etanol yang
bereaksi dengan trigliserida. Etanol memiliki densitas yang lebih rendah
dibandingkan dengan trigliserida, sehingga penambahan etanol dapat menurunkan
densitas etil ester (biodiesel) yang merupakan hasil reaksi dari trigliserida dan
etanol (Musa, 2016).
IX. KESIMPULAN
X. DAFTAR PUSTAKA
Susilo, B., Damayanti, R., & Izza, N. 2017. Teknik Bioenergi. Malang : UB
Press.
Nitbani, F.O. 2018. Gliserol, Sampah Biodiesel Bernilai Emas. Yogyakarta:
Deepublish.
Aunillah, A., & Pranowo, D. 2012. Karakteristik Biodiesel Kemiri Sunan
[Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw] Menggunakan Proses Transesterifikasi
Dua Tahap, Buletin Ristri, 3(3), 193-200.
Sopianti, D.S., Herlina., & Saputra, H.T. 2017. Penetapan Kadar Asam Lemak
Bebas Pada Minyak Goreng, Jurnal Katalisator, 2(2), 100-105

Anda mungkin juga menyukai