Anda di halaman 1dari 15

KEMENTERIAN PENDIDIKAN,

KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS SILIWANGI
POGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
Jalan Siliwangi Nomor 24 Tlp. (0265) 323532 Tasikmalaya 46115

LEMBAR JAWABAN UJIAN TENGAH


SEMESTER GENAP

Nama : Dinda Ananta Nurcahyana


NPM : 212171123
Mata Kuliah : Penelitian Kuantitatif
Bidang Studi : Pendidikan Sejarah
Dosen : Laely Armiyati, M.Pd.

Jawaban:

1. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Menyusun penelitian kuantitatif :


a. Mencari isu
b. Menganalisis akses tempat dan lainnya
c. Menganalisis dana, waktu (sumber daya)
d. Mempertimbangkan masalah yang dapat atau seharusnya diteliti
e. Analisis keterampilan kita (isi penelitian disesuaikan juga dengan kemampuan kita)
f. Mengisi celah atau kekosongan pada penelitian sebelumnya
g. Bisa memperluas cakupan topik.

Adapun langkah-langkah dalam menyusun penelitian kuantitatif pembelajaran sejarah SMA


diantaranya :
1. Memilih masalah
2. Studi pendahuluan
3. Merumuskan masalah (tujuan dan manfaat)
4. Studi literatur atau kajian teori
5. Merumuskan hipotesis
6. Memilih pendekatan
7. Menentukan data dan sumber data
8. Menyusun instrumen
9. Mengumpulkan data
10. Analisis data
11. Kesimpulan dan penyusunan.
Dalam melakukan penelitian kuantitatif pertanyaan yang seringkali diajukan ialah "apakah".
Terdapat tiga pendekatan dalam penelitian kuantitatif yaitu 1) unscientific (secara kebetulan,
trial error, otoritas seseorang), 2) scientific (kritis nasional-berpikir deduktif/analitis dan
berpikir sintesis/induktif), 3) penelitian ilmiah (reflective thinking).
Dalam menyusun latar belakang masalah terdapat beberapa langkah-langkah yang dapat
diambil :
1. Menulis topik diawali naratif atau statement yang memancing pembaca agar tertarik
dengan penelitian kita
Contoh : diawali statistik (berdasarkan data Kemendikbud terdapat lebih dari 50% siswa
menyukai pembelajaran TGT dalam mata pelajaran sejarah).
2. Boleh memakai pertanyaan provokatif
Contoh : sejarah menjadi mata pelajaran yang tidak disukai siswa.
3. Menulis paragraf. Satu paragraf terdiri dari satu isu atau ide pokok
4. Menulis permasalahan (penelitian bisa diambil dari isu atau mengisi kekosongan
penelitian sebelumnya)
5. Justifikasi pentingnya permasalahan (memberikan data tambahan tentang pentingnya
masalah yang kita ambil)
Contoh : penelitian terdahulu tentang simulasi TGT dalam pembelajaran sejarah ternyata bisa
membuat pembelajaran sejarah menyenangkan karena….. Penelitian A menyebutkan bahwa…
6. Menyampaikan defisiensi berupa bukti atau pengetahuan (kekurangan penelitian
terdahulu)
Contoh : penelitian A menyebutkan bahwa simulasi TGT dalam pembelajaran sejarah dapat
membuat pembelajaran sejarah lebih menyenangkan, namun fakta lapangan siswa lebih
menyukai pembelajaran sejarah dengan metode ceramah.
7. Audiensi (menjelaskan pentingnya penelitian untuk menangani permasalahan audien)

Terdapat beberapa contoh rancangan eksperimen yang dapat dilakukan dalam penelitian
kuantitatif:
1. Pre Experimental Design (hanya 1 kelompok utama)
a. One Shot Study (langsung melakukan treatment tanpa pretest)
- Melihat rata-rata hasil dengan melakukan perbandingan dengan yang
diinginkan
- Komparasi dengan rata-rata tes sebelum treatment.
b. One Group Pretest and Post test (dilakukan dengan pretest)
- Observasi dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah eksperimen.
c. Statistic Group Comparation (perbandingan kelompok statis)
- Dilakukan tanpa treatment atau pretest dan langsung melakukan post test
d. Alternative post test
- Treatment yang dilakukan dengan kelompok nonkuivalen atau kelompok
yang heterogen.
2. Quasi Experimental (ada kelompok eksperimen dan kontrol)
a. Kelas kontrol, tanpa treatment dilakukan secara dadakan untuk jadi bahan
perbandingan dengan kelas eksperimen
b. Kelas eksperimen, diberikan treatment
c. Baik kelas kontrol maupun eksperimen diberikan post test
- Contoh cara mencari kelas kontrol dan eksperimen : mencari kelas nilai
rata-rata terendah untuk kontrol dan cari kelas sejenis untuk bahan
eksperimen.
d. Single Group (tanpa kelas kontrol)
- Analisis hanya pre test dan post test melalui observasi berkali-kali
dengan jarak waktu minimal 1 bulan.
e. Control Group (tanpa treatment/eksperimen)
- Analisis pre test, post test, hasil dari kelompok A dan B.
3. True Experiment (kelas eksperimen dan kontrol)
a. Pre Test Post Test Control (treatment hanya kelas eksperimen)
b. Post Test Only (kelas eksperimen diberi treatment namun keduanya diberi post
test).
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam memajukan suatu bangsa.
Pendidikan diharapkan dapat mencerdaskan generasi muda yang mampu mengembangkan
potensi dalam diri, serta berpola pikir secara kritis dan dinamis, bertanggung jawab,
berakhlak mulia, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan juga
harus mampu menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yaitu sikap,
pengetahuan dan keterampilan. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab I Pasal 1 (ayat 1), pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh sekolah menambah waktu di luar jam
pelajaran intrakurikuler yaitu dengan mengadakan kegiatan ekstrakurikuler. Menurut
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 tahun 2014
pasal 1 tentang Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh
peserta didik diluar jam belajar intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler di bawah bimbingan
dan pengawasan satuan pendidikan. Kurikulum merdeka adalah kurikulum yang saat ini
sedang diperkenalkan secara meluas oleh Kemendikbud kepada tiap satuan pendidikan yang
ada di Indonesia. Kurikulum ini memang tidak dipaksakan untuk secara sekaligus
diterapkan oleh seluruh sekolah mengingat bahwa kesiapan sekolah tentu berbeda-beda.
Akan tetapi, secara bertahap Kurikulum Merdeka diharapkan dapat diimplementasikan
secara merata pada tiap satuan pendidikan mulai dari tingkat dasar seperti SD dan SMP,
kemudian tingkat SMA/SMK dan sampai ke tingkat Perguruan Tinggi. Kurikulum ini
mendukung kegiatan ekstrakurikuler untuk megembangkan minat dan bakat yang dimiliki
siswa.
Penerapan mengenai Kurikulum Merdeka telah diatur dalam Keputusan Mendikbud
Ristek Nomor 162/M/2021 tentang Sekolah Penggerak. Kurikulum Merdeka tidak
dilaksanakan secara serentak dan masif, hal ini sesuai kebijakan dari Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikburistek) yang memberikan
keleluasaan kepada satuan pendidikan dalam mengimplementasikan kurikulum.
Berdasarkan data Kemendikbud terbaru (Januari 2023), sejak diluncurkan pada tahun 2022
lalu, kurikulum Merdeka belajar telah diimplementasikan lebih dari 140 ribu sekolah dan
hamper mendekati 70%. Beberapa program yang mendukung Implementasi Kurikulum
Merdeka (IKM) adalah adanya program Sekolah Penggerak (SP) dimana Kemendikburistek
pada program tersebut memberikan 3 dukungan dalam Implementasi Kurikulum Merdeka
(IKM) dari dua kegiatan tersebut didapatkan pengalaman yang baik dalam
mengimplementasikan KM sehingga menjadi praktik baik dan konten pembelajaran dari
IKM teridentifikasi dengan baik dan dapat menjadi pembelajaran bagi satuan pendidikan
lainnya. Penyediaan dukungan IKM yang diberikan oleh Kemendikburistek adalah
bagaimana kemendikbud ristek memberikan dukungan pembelajaran IKM secara mandiri
dan dukungan pendataan IKM jalur mandiri, dari dukungan tersebut akan mendapatkan
calon satuan pendidikan yang terdata berminat dan akan memperoleh pendampingan
pembelajaran untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka jalur mandiri, sehingga
Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas serta aktor lain dapat mengadakan kegiatan berbagi
praktik baik Kurikulum Merdeka dalam bentuk seminar maupun lokakarya secara mandiri.
Hasil pendataan yang dilakukan oleh Kemendikbud ristek memperoleh data kesiapan
satuan pendidikan dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka jalur mandiri, satuan
pendidikan akan memperoleh dukungan yang baik dari kemendikbud ristek dalam
menjalankan IKM jalur mandiri. Praktik-praktik baik dan konten pembelajaran dari
Kurikulum Merdeka jalur mandiri teridentifikasi dengan jelas sehingga menjadi fokus pada
pendampingan oleh kemendikbud ristek.
Pembelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang penting karena di dalam nya
memuat nilai-nilai perjuangan suatu bangsa sehingga pelajaran sejarah mampu
mengembangkan watak dan sikap siswa yang berbudi luhur. Namun dalam kenyataannya
pelajaran sejarah tidak mendapatkan arti penting di hati para siswa nya. Pelajaran Sejarah
sendiri akan memberikan manfaat tersendiri bagi peserta didik, salah satu contoh manfaat
mempelajari Sejarah adalah dapat mengatasi permasalahan yang sedang terjadi dengan
mempelajari kejadian di masa lalu.
Guru sebagai pendidik dapat dikatakan memegang peranan penting dalam
mencerdaskan bangsa. Oleh karena itu, terdapat berbagai kebijakan dan kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan karir, mutu, penghargaan dan kesejahteraan guru, sehingga
pada akhirnya guru dapat bekerja secara profesional. Adapun salah satu kebijakan penting
yang berkaitan dengan promosi kenaikan pangkat/jabatan guru dengan prestasi kerja adalah
keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan BAKN Nomor 0433/P/1993,
nomor 25 tahun 1993 tentang pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka kreditnya
yang pada prinsipnya bertujuan untuk membina karir dan profesionalisme guru. Guru
memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran
yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, Guru harus memikirkan dan membuat perencanaan
secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki
kualitas mengajarnya. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi
belajar aktif. Namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok
kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus.
Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada
teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan
materi pelajaran. Salah satu hal yang mendukung keberhasilan program satuan pendidikan
dalam proses pembelajaran yaitu ketersediaan sarana prasarana yang menjadi sumber daya
menjadi tolak ukur mutu sekolah yang perlu peningkatan secara berkelanjutan seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga merupakan bagian penting
yang perlu disiapkan secara cermat dan berkesinambungan. Dari hasil pengamatan yang
lakukan di SMA Negeri 10 Tasikmalaya, telah melaksanakan kurikulum baru yaitu
kurikulum merdeka belajar meskipun kurikulum ini masih terbilang baru, di SMA Negeri
10 Tasikmalaya telah melaksanakan pada kelas X. Pada saat pembelajaran Guru masih
terasa kaku dengan adanya kurikulum merdeka belajar, Guru yang mengajar kurang
mendapat pelatihan khusus untuk kurikulum merdeka belajar, guru mata pelajaran juga
masih melaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah, pada saat memberikan
penilaian Guru juga masing kebingungan untuk mengisi format nilai dengan cara baru.
Berdasarkan paparan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian
dengan judul “Pola Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar Pada Pembelajaran Sejarah
dalam meningkatkan Daya Kreativitas Peserta didik di SMA Negeri 10 Tasikmalaya”

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Guru masih terasa kaku dengan adanya kurikulum merdeka belajar.
2. Guru yang mengajar kurang mendapat pelatihan khusus untuk kurikulum merdeka
belajar.
3. Guru mata pelajaran juga masih melaksanakan pembelajaran dengan metode
ceramah.
4. Saat memberikan penilaian Guru juga masing kebingungan untuk mengisi format
nilai dengan cara baru.

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah adalah tulisan singkat berupa pertanyaan penelitian, Sugiyono (2018:
210) “rumusan masalah adalah fokus penelitian yang masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti masuk lapangan atau situasi sosial tertentu”. Rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pola Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar Pada
Pembelajaran Sejarah dalam meningkatkan Daya Kreativitas Peserta didik di SMA Negeri 10
Tasikmalaya”. Rumusan masalah tersebut dijabarkan kedalam beberapa pertanyaan
penelitian :
1. Bagaimana Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di SMA Negeri 10 Tasikmalaya?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari materi yang disampaikan
menggunakan Kurikulum Merdeka Belajar dengan hasil belajar siswa?

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui Pola Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar Pada Pembelajaran Sejarah
dalam meningkatkan Daya Kreativitas Peserta didik di SMA Negeri 10 Tasikmalaya.

1.6 Manfaat Penelitian


Manfaat yang hendak dicapai melalui penelitian ini, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk memperoleh gambaran
mengenai Pola Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar Pada Pembelajaran Sejarah dalam
meningkatkan Daya Kreativitas Peserta didik di SMA Negeri 10 Tasikmalaya.
b. Hasil penelitian ini untuk kedepannya dapat dijadikan bahan acuan, informasi dan
perbaikan bagi penelitian yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan koreksi tentang
bagaimana jalannya kurikulum Merdeka Belajar yang belum lama diterapkan di SMA
Negeri 10 Tasikmalaya. Apakah di dalam pelaksanaannya mengalami kesulitan atau
berjalan sesuai rencana.
b. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat dirasakan manfaatnya oleh siswa
dengan perbaikan konsep belajar sehingga proses pembelajaran dapat berjalan maksimal.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan,
khususnya pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2. Hakikat Kurikulum Merdeka Belajar


2.1. Kurikulum
Kurikulum pada hakekatnya merupakan suatu rencana yang menjadi pedoman dalam
menyelenggarakan proses pendidikan. Apa yang dituangkan dalam rencana banyak dipengaruhi
oleh perencanaan-perencanaan kependidikan. Perlu diperhatikan bahwa setiap manusia atau
individu, dan ilmuwan pendidikan, masing-masing memiliki sudut pandang perspektif sendiri
tentang makna kurikulum. Para ahli berpendapat bahwa sudut pandang kurikulum dapat dilihat
dari dua sisi, yaitu dari sisi tradisional dan dari sisi modern. Ada pemahaman yang mengatakan
bahwa kurikulum tidak lebih dari rencana pelajaran di sekolah, karena pandangan tradisional.
Menurut pandangan tradisional, sejumlah pelajaran yang harus dilalui siswa di sekolah
merupakan kurikulum, sehingga seolah-olah belajar di sekolah hanya mempelajari buku teks
yang telah ditentukan sebagai bahan pelajaran. (Alhamuddin, 2019: 18) Sedangkan menurut
pandangan modern, kurikulum lebih dari sekedar rencana pembelajaran, kurikulum disini
dianggap sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Dalam
dunia pendidikan, kegiatan ini jika dilakukan oleh anak-anak dapat memberikan pengalaman
belajar antara lain mulai dari mempelajari sejumlah mata pelajaran berkebun, olahraga,
pramuka, bahkan himpunan siswa serta guru dan pejabat sekolah dapat memberikan
pengalaman belajar yang bermanfaat.
Semua Pengalaman belajar yang diperoleh dari sekolah dipandang sebagai kurikulum.
Kedua istilah kurikulum di atas dapat dijabarkan bahwa yang dimaksud dengan makna
tradisional atau (sempit) adalah kurikulum yang hanya memuat sejumlah mata pelajaran
tertentu kepada guru dan diajarkan kepada siswa dengan tujuan memperoleh ijazah dan
sertifikat. Dan menurut pandangan modern bahwa apa yang dimaksud dengan kurikulum
modern atau secara luas itu memandang kurikulum bukan sebagai sekelompok mata pelajaran,
tetapi kurikulum adalah semua pengalaman yang diharapkan dimiliki seseorang siswa di bawah
bimbingan guru. (Ali Sudin, 2014:39) Dengan demikian, pengalaman ini tidak hanya berpacu
dari pelajaran namun juga pengalaman kehidupan. Pengertian kurikulum cukup luas karena
tidak hanya terbatas pada sejumlah mata pelajaran, tetapi akan mencakup semua pengalaman
yang diharapkan siswa dalam bimbingan para guru. Pengalaman ini dapat berupa intrakurikuler,
kokurikuler, dan ekstrakurikuler, baik di dalam maupun di luar kelas.
2.1.1. Pengertian Merdeka Belajar
Menindak lanjuti arahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Wakil Presiden
Republik Indonesia Ma’ruf Amin untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mencanangkan reformasi sistem
pendidikan Indonesia melalui kebijakan Merdeka Belajar. Hal ini ditegaskan kembali Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Nadiem Anwar Makarim dalam sebuah seminar web
di Jakarta (kemdikbud, 2020).
“Apa itu artinya merdeka belajar? Itu artinya unit pendidikan yaitu sekolah, guru-guru dan
muridnya punya kebebasan. Kebebasan untuk berinovasi, kebebasan untuk belajar dengan
mandiri dan kreatif. Saya sadar bahwa saya tidak bisa hanya meminta, mengajak guru
melakukan ini, saya memberi pekerjaan rumah di bagian Kemdikbud dan juga di dinas
pendidikan untuk memberikan ruang inovasi,” kata Kemdikbud Nadiem Makarim kala taklimat
media di Plaza Insan Berprestasi (Sekretariat GTK: 2019). Konsep ini merupakan respons
terhadap kebutuhan sistem pendidikan pada era revolusi industri. Nadiem Makarim
menyebutkan merdeka belajar merupakan kemerdekaan berfikir (Yamin dan Syahrir, 2020).
Selanjutnya dijelaskan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Ade Erlangga,
Merdeka Belajar merupakan permulaan dari gagasan untuk memperbaiki sistem pendidikan
nasional yang terkesan monoton. Merdeka Belajar menjadi salah satu program untuk
menciptakan suasana belajar di sekolah yang bahagia suasana yang happy, bahagia bagi peserta
didik maupun para guru (Sekretariat GTK, 2020). Setelah diterapkannya kebijakan Merdeka
Belajar, nantinya akan terjadi banyak perubahan terutama dari sistem pembelajaran. Salah
satunya yaitu belajar dengan outing class, di mana outing class ini adalah salah satu program
pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkan kreativitas agar siswa memiliki keterampilan
dan keahlian tertentu. Outing class juga merupakan metode belajar yang menyenangkan,
mengajarkan para siswa untuk lebih dekat dengan alam dan lingkungan sekitar. Selama
pembelajaran dengan menggunakan metode ini, guru dan siswa akan lebih dapat membangun
keakraban, lebih santai, dan tentunya lebih menyenangkan.
Sistem pembelajaran akan didesain sedemikian rupa agar karakter siswa terbentuk, dan
tidak terfokus pada sistem perangkingan yang menurut beberapa penelitian hanya meresahkan,
tidak hanya bagi guru tetapi juga anak dan orang tuanya (Baro’ah, 2020: 1062-1065). Dengan
begitu merdeka belajar memiliki konsep untuk menciptakan suasana belajar yang bahagia dan
menyenangkan tanpa dibebani dengan nilai dan target pencapaian tertentu.
Berdasarkan kajian teori diatas maka konsep Merdeka Belajar menurut penulis dapat
dipersepsikan sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang memerdekakan
pelakunya untuk berfikir sehingga lebih aktif, kreatif, dan inovatif, membuat suasana
pembelajaran yang menyenangkan baik untuk siswa maupun guru, dan juga mendidik karakter
peserta didik untuk lebih berani bertanya, berani tampil di depan umum, dan juga berani
menyampaikan apa yang didapat selama pembelajaran, tidak hanya mendengarkan apa yang
disampaikan oleh guru. Kebijakan Merdeka Belajar memiliki empat pokok kebijakan, yaitu
Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) zonasi.

2.1.2. Tujuan Kurikulum Merdeka Belajar


Kurikulum merdeka belajar memiliki tujuan yang sangat positif bagi seluruh personel yang
terlibat dalam proses pembelajaran. Adapun Tujuannya sebagai berikut : (Ainia, 2020:43) 1.
Setiap orang yang terlibat didalamnya memiliki kebebasan untuk berinovasi demi
mengembangkan kualitas pembelajaran 2. Guru dituntut untuk belajar kreatif agar mampu
memberikan pengalaman pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa 3. Siswa diberi
kesempatan untuk belajar secara mandiri untuk memperoleh berbagai macam informasi untuk
mendukung proses pembelajarannya 4. Setiap unit pendidikan berhak untuk mengelaborasi
setiap faktor yang akan mendukung proses pembelajaran di kelas 5. Adanya penghargaan
keberagaman yang ada dalam sistem pendidikan.

2.1.3. Manfaat Kurikulum Merdeka Belajar Bagi Guru dan Siswa


Manfaat Kurikulum Merdeka Belajar yang bersifat memberikan kebebasan kepada seluruh
komponen dalam satuan pendidikan dari Sekolah, Guru hingga siswa. Kurikulum Merdeka
merupakan salah satu kurikulum yang merubah konsep sistem pembelajaran di Indonesia.
Nadiem Makarim Kurikulum Merdeka dapat mencapai sebuah keberhasilan pendidikan
Indonesia untuk dapat mengedepankan pembelajaran bagi siswa. (Ainia, 2020 : 45) Keunggulan
Kurikulum Merdeka Belajar untuk guru yaitu dapat memberikan Kurikulum Merdeka Belajar
dengan beban kerja yang berkurang,penyederhanaan RPP dan Keunggulan lainnya. Kurangnya
beban Guru adalah guru bisa dapat leluasa dalam melaksanakan pembelajaran serta beban tugas
administrasi lebih sederhana sehingga dalam menjalankan sebagai guru lebih terasa nyaman.
Penyederhanaan RPP dengan Kurikulum merdeka dapat memberikan ruang luas dalam
penyederhanaan rancangan pelaksanaan pembelajaran sehingga pada proses evaluasi terdapat
aturan yang memberikan kebebasan bagi guru dalam pembuatan, pemanfaatan serta
pengembangan RPP. Membangun Suasana belajar menarik dan menyenangkan membuat
suasana pembelajaran tidak membosankan bagi guru maupun siswa dalam melaksanakan
aktivitas belajar, dengan tujuan memperbaiki kualitas pembelajaran. Kebebasan Berekspresi
dengan pelaksanaan pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa maupun guru bebas
berekspresi mulai dari menyatakan pendapat, berdiskusi tanpa harus terbangun tekanan
psikologis khususnya untuk siswa. Efektif meningkatkan kemampuan dan kompetensi guru
adalah dengan mengembangkan kemampuan serta kompetensi bagi masingmasing guru sesuai
dengan mata pelajaran yang ia kuasai. Kualitas pendidikan juga akan lebih baik jika sesuai
dengan cita-cita pendidikan nasional tidak hanya mencerdaskan peserta didik tetapi mampu
memberikan manfaat kepada guru. (Sekretariat GTK, 2020).

2.1.4. Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar


Kurikulum merdeka ini peran media pembelajaran seperti pembelajaran interaktif ini sangat
dibutuhkan oleh para pendidik dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai
dengan kurikulum merdeka. Selain itu, media pembelajaran juga dapat mendukung kegiatan
belajar mengajar di sekolah. Hadirnya kurikulum merdeka ini mengubah sistem proses
pembelajaran yang sebelumnya masih cenderung bersifat kognitif atau hafalan dan minimnya
menyentuh aspek afektif dan psikomotorik. Sekarang diubah menjadi pembelajaran dengan
menerapkan metode pembelajaran interaktif, sederhana, dan esensial serta mendalam. Sehingga
siswa dapat dengan mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru di sekolah.
Dengan mengimplementasikan metode pembelajaran interaktif artinya media pembelajaran
yang digunakan yakni terjadinya timbal balik atau adanya interaksi antara guru dan siswanya.
Sehingga siswa dapat menangkap materi pelajaran dengan mudah. Pembelajaran interaktif ini
dapat diterapkan dengan dilengkapi dengan tampilan teks, gambar, audio, maupun video,
kemudian siswanya diberikan kesempatan untuk mengomentari atau memberikan pendapat
mengenai informasi yang ada di dalam gambar atau video tersebut. Pembelajaran interaktif juga
dapat merangsang siswa untuk lebih berfikir kritis sehingga dapat meningkatkan daya imajinasi
siswa, dapat meningkatkan kemampuan dan bersikap lebih baik lagi. Sehingga dapat
meningkatkan tingkat kreativitas dan berinovasi.
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran dalam Permendikbud nomor tahun 2016 tentang
standar proses pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa: Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu
pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik
pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar
pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
Komponen RPP dalam Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses
pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
1. Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
2. Identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
3. Kelas/semester;
4. Materi pokok;
5. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban
belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan
KD yang harus dicapai.
6. Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan menggunakan kata
kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
7. Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi.
8. Materi pembelajaran, memuat fakta sejarah, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan dituls dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian
kompetensi.
9. Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai.
10. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan
materi pelajaran (dokumenter, infografis, animasi, dll).
11. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau
sumber belajar lain yang relevan.
12. Kegiatan Pembelajaran atau langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui
tahapan pendahuluan, inti, dan penutup.
13. Penilaian hasil pembelajaran. Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil
belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standar
penilaian

4. Karakteristik Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)


Pada umumnya berkisar umur 16-18 tahun, pada masa ini sifat anak perempuan maupun
laki-laki memiliki aspek negatif yang ditunjukkan dengan mudah gelisah, bingung, kurang
suka bekerja, mudah jengkel, dan marah. Pada perkembangan ini merupakan masa yang
diwarnai oleh perubahan-perubahan sifat kepribadian, setiap anak memiliki kepribadian
yang berbeda-beda. Penyebab atau sumber dari perbedaan berdasarkan pendapat
Sugihartono,dkk (2013: 29-30) menyebutkan bahwa manusia menjadi individu unik
dikarenakan oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan. Menurut Jahja (2011: 238) ada
beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja yang sekaligus sebagai ciri-ciri masa
remaja yaitu :
a. Peningkatan Emosional
Emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada
masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa
remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada fase ini
banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan kepada remaja, misalnya mereka diharapkan
untuk tidak lagi bertingkah laku seperti anak-anak, harus lebih mandiri dan bertanggung
jawab.
b. Perubahan Fisik
Fisik juga disertai dengan kematangan seksual Terkadang perubahan ini membuat
remaja tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik terjadi secara
cepat, baik internal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh
terhadap kondisi remaja.
c. Perubahan Sosial
Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungannya dengan orang lain.
Selama masa remaja banyak hal yang menarik bagi dirinya yang dibawa dari masa kanak-
kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan
adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja,, maka remaja diharapkan untuk
dapat mengarahkan ketertarikan mereka kepada hal-hal yang lebih penting.
d. Perubahan Nilai
Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak
menjadi kurang penting, karena masa remaja telah mendekati masa dewasa.

5. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini bersifat sementara karena dinyatakan sebagai jawaban teoritis,
belum berdasarkan fakta empiris yang didapatkan lewat pengumpulan data. Berdasarkan
kajian pustaka dapat diajukan beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut.
1. Penerapan kurikulum Merdeka belajar dalam pembelajaran sejarah berpengaruh
terhadap kreativitas peserta didik
2. Partisipasi guru dan siswa dalam penerapan kurikulum merdeka berpengaruh terhadap
pembelajaran Sejarah yang kreatif
3. Kreativitas pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 10 Tasikmalaya yang akan di
perkirakan pada tanggal 3 Oktober 2023 s/d 3 November 2023 dengan jadwal observasi
pada guru mata Pelajaran Sejarah yang melaksanakan kurikulum merdeka belajar pada jam
belajar disekolah.

3.2. Prosedur Sampling dan Partisipan


Penelitian Menurut Tarjo (2019: 45) “populasi adalah semua individu yang menjadi
sumber pengambilan sampel, yang terdiri atas obyek/subyek yang memiliki kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”.
Populasi pada penelitian ini adalah semua Guru mata pelajaran Sejarah yang mengajar di
kelas X dan seluruh siswa yang aktif di kelas X di SMA Negeri 10 Tasikmalaya. Sedangkan
Sampel adalah sebagian dari populasi. Arikunto (2019:47) menyatakan bahwa sampel
adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan teknik total sampling sehingga melibatkan Kepala Sekolah,
Wakil Kepala Sekolah Bid. Kurikulum, Wakil Kepala Sekolah Bid. Kesiswaan, seluruh
Guru mata pelajaran Sejarah yang mengajar di kelas X dan seluruh siswa yang aktif di kelas
X.

3.3 Rancangan Penelitian


Menurut Sugiyono (2017: 9) metode kuantitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti populasi atau sampel melalui angket atau kuisioner. Analisis data
bersifat deskriptif kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui implementasi penerapan
kurikulum merdeka belajar. Metode penelitian ini menggunakan metode observasi dan
dokumentasi, sedangkan pengumpulan datanya menggunakan kuesioner observasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pola Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar Pada
Pembelajaran Sejarah dalam meningkatkan Daya Kreativitas Peserta didik di SMA Negeri
10 Tasikmalaya.

Anda mungkin juga menyukai