Anda di halaman 1dari 5

D.

Implikasi Suhu dan Kalor Dalam Bidang Biologi


1. Suhu Pada Tubuh Manusia
Manusia memiliki mekanisme pengaturan untuk bisa mempertahankan suhu tubuh
tetap optimal dalam berbagai macam kondisi lingkungan. Suhu optimum tubuh yaitu
37°C apabila diukur secara oral atau mulut.namun, tubuh masih dianggap normal
apabila rentang suhu 35,5°C pada pagi hari samapi 37,7°C pada malam hari. Rata-
ratanya adalah 36,7°C. pengaturan suhu ini sangat mempengaruhi proses metabolisme
atau biasa kita sebut dengan termoregulasi.
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan
suhu optimal agara berada dalam kisaran yang dapat ditolerir. Termoregulasi terjadi
dengan mengatur keseimbangan antara perolehan kalor (panas) dengan pelepasan kalor
(panas).

2. Keringat
Sistem tubuh manusia bekerja optimal pada suhu36,5-37,5°C. pada saat
beraktivitas, misalnya berolahraga aka terjadi peningkatan proses perubahan energi
kimia menjadi energi gerak. Proses ini menghasilkan panas yang dapat meningkatkan
suhu tubuh. Pada saat ini, mekanisme dalam tubuh anda diperintah agar tubuh
berkeringat. Pada saat keringat itu menguap, proses penguapan keringat memerlukan
kalor. Kalor ini diambil dari kulit tubuh. Sehingga tubuh menjadi dingin kembali, dan
kembali kepada suh optimal.

3. Suhu Pada Enzim


Suhu memainkan peranan penting dalam reaksi enzimatik. Ketika bertambah mencapai
suhu optimum, maka kecepatan reaksi naik karena energi kinetic bertambah.
Bertambahnya energi kinetic akan mempercepat gerak vibrasi, translasi, dan rotasi baik
enzim maupun substrat. Hal ini akan memperbesar peluang enzim dan substrat bereaksi.
Ketika suhu lebih tinggi dari suhu optimum maka protein akan berubah konformasi
sehingga gugus reaktif terhambat. Perubahan konformasi ini dapat menyebabkan enzim
terdenaturasi. Substrat juga dapat berubah konformasinya pada suhu yang tidak sesuai,
sehingga substrat tidak dapat masuk ke dalam sisi aktif enzim. Enzim memiliki aktivitas
optimum pada suhu 50-80°C.

4. Suhu Mempengaruhi Organisme Laut


Suhu adalah salah satu faktor abiotik yang sangat menentukan kelangsungan hidup
organism perairan. Kematian missal organism biasanya terjadi bila suh air laut tinggi dari
ambang batas atau lebih rendah dari ambang batas. Suhu air pada permukaan Samudra
Atlantik adalah 5,6°C. Misalnya ikan salmon (Onchororhynchus tshawytscha) dapat hidup
640 menit pada suhu 25°C, sedangkan pada suhu 26°C hanya dapat hidup 90 menit.
5. Suhu Mempengaruhi Fotosintesis

Cahaya matahari mempengaruhi suhu pada tanaman yang berperan penting dalam
laju proses fotosintesis. Serta suhu pada tanah yang stabil memungkinkan tanaman dapat
melakukan fotosintesis secara optimal. Fotosintesis dapat mengubah energi cahaya
menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat. Karbohidrat merupakan bahan dasar
penyusun protein, lemak dan asam organik. Zat-zat tersebut diserap tanaman untuk
pertambahan panjang batang.

6. Suhu penyimpanan ASI


ASI mengandung sel-se darah putih, immunoglobin, enzim dan hormone, serta
protein spesifik, dan zat gizi lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak. Penyimpanan ASI pada suhu -20°C dalam waktu 4 minggu akan
mengurangi aktivitas kompenen ASI yang dapat meningkatkan kemampuan proloferasi
bakteri. ASI yang disimpan pada suhu 18-25°C selama 3-6 bulan akan menghilangkan
laktoferin dan mengakibatkan pembekuan.

7. Suhu Mempengaruhi mikroba


Seleksi mikroba yang bersimbiosis dengan spons dipengaruhi oleh kandungan nutrien,
kondisi lingkungan dan suhu, salinitas dan pH. Kondisi suhu yang tidak optimum (50°C)
akan menyebabkan mikroba stress sehingga memicu bakteri untuk menghasilkan
metabolit spesifik
.
8. Suhu Mempengaruhi Spermatozoa
Spermatozoa masih bisa dikoleksi pada suhu 4°C, namun akan mengalami penurunan
kualitas seperti motilitas dan viabilitas. Proses cooling dan freezing akan berpengaruh
terhadap kepadatan kromatin spermatozoa. Spermatozoa yang terpapar suhu ekstrim akan
menyebabkan kerusakan pada membran plasma dan akrosom bahkan dapat mengubah
integrasi kromatin dan DNA spermatozoa. Motilitas spermatozoa mengalami penurunan
ketika disimpan pada suhu 15-20°C akibat perubahan aktivitas metabolism spermatozoa.
Pada suhu 5°C akan menyebabkan ekor spermatozoa bengkok karena terjadi pergeseran
phospolipid pada membran plasma.

9. Suhu Pada Spermatogenesis


Pada mamalia spermatozoa hanya dapat diproduksi bila suhu testis 29-30°C,
sedikitnya 1,5-2°C dibawah suhu tubuh, kenaikan suhu beberapa derajat akan
menghambat proses spermatogenesis, sebaliknya suhu rendah akan meningkatkan
spermatogenesis pada manusia.

10. Pengaruh Kalor Pada Mesin Penetas Telur


Mesin penetas telur merupakan media yang berbentuk peti, lemari atau box
dengan panas yang didalamnya tidak terbuang. Cara kerjannya menggunakan prinsip
perpindahan kalor secara konduksi dari tubuh induk ayam ke telur. Disini induk ayam
berperan sebagai sumber panas. Dalam mesin penetas terjadi perubahan energi dari energi
listrik mejadi energi kalor (panas). Kemudian terjadi perpindahan panas dari mesin ke
penetas telur, energi kalor inilah yang digunakan oleh embrio telur untuk melakukan
metabolism. Panas yang dibutuhkan dalam pengeraman telur berkisar 37-38°C.
11. Transpirasi
Transpirasi merupakan proses kehilangan air dalam bentuk uap dalam jaringan
tumbuhan melalui stomata. Pada siang hari tumbuhan menerima radiasi matahari,
sebagian radiasi akan diserap matahari. Transpirasi merupakan proses yang membutuhkan
banyak energi dalam tahap penguapan molekul-molekul air. Untuk menguapkan 1 gr air
dibutuhkan energi lebih dari 580 kalori.
Transpirasi mendinginkan daun, radiasi yang dating akan memanaskan daun,
tetapi daun memancarkan energi ke lingkungannya. Jika suhu daun berbeda dari suhu
udara, akan terjadi pertukaran panas (kalor), mula-mula secara rambatan yakni energi
molekul di permukaan daun bertukar dengan energi molekul udara yang bersinggungan,
dan kemudian secara konveksi yaitu sejumlah udara yang dipanaska akan memuai
menjadi lebih ringan kemudian naik dan turun lagi bila mendingin.
Jika suhu daun berubah, daun akan menyimpan atau melepaska kalor (panas). Jika
sehelai daun tipis menyimpan kalor dalam jumlah tertentu, suhunya akan naik dengan
cepat.

12.
Ahmadi, dkk (2016). Pengaruh Macam Lanjaran dan Mulsa Pada Hasil Mentimun Var. Oris
(Cucumis sativus L.). Jurnal Ilmu Pertanian Tropika da Subtropika. Vol. 1(1), 40.
Hutagalung, Horas p (1988). Pengaruh Suhu Air Terhadap Kehidupan Organisme Laut. Jurnal
Oseana. Vol. 8(4), 156.
Khaidir, Masrizal (2006). Penilaian Tingkat Fertilisasi dan Penatalaksanaannya Pada Pria.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 1(1), 32.
Meryandini, dkk (2009). Isolasi Bakteri Selulolitik dan Karakteristik Enzimnya. Jurnal Makara,
Sains. Vol. 13(1), 36.
Murniasih, dkk (2018). Pengaruh Nutrisi dan Suhu Terhadap Selektivitas Potensi Antibakteri
Dari Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Spons. Jurnal Kelautan Tropis. Vol. 21(1), 66-67.
Prima, dkk (2018). Suhu dan Kalor Pada Proses Biologis.
Setiadi dan Karja (2017). Status DNA dan Karakteristik Spermatozoa Kauda Epipidimis Domba
Pasca Penyimpanan Pada Suhu 40°C. Jurnal Veteriner. Vol. 18(2), 168-170.
Wahyudi (2018). Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan ASI Terhadap Laktoferin dan Lisozim
Yang Terkandung di Dalam ASI. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol. 7(2), 34-35.

Anda mungkin juga menyukai