Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK 6

Canang Meraka
Anggota Kelompok:
 Kadek lintang diensty lokha (23)
 Ni kadek aprilia armayanti (28)
 I wayan andre darma putra (16)
 I gusti agung ramacandra kusuma (7)
UPAKARA
Apa itu Upakara?
Upakara berasal dari kata “upa” yang artinya dekat dan “kara” yang artinya
tangan/pekerjaan, jadi upakara adalah segala sesuatu yang berhubungan erat
dengan pekerjaan tangan. Upakara digunakan sebagai sarana pelaksanaan
upacara Yajna. Materi dari upakara terdiri atas daun, bunga, buah-Buahan, air,
dan lain-lain.

Tingkatan Upakara:
Pelaksanaan Upakara terdiri atas berbagai jenis dan tingkatan yang disesuaikan
dengan desa, kala, dan patra. Jenis jenis dari tingkatan pelaksanaan upacara
Yajna sebagai berikut:

1. Tingkatan Kanistama (tingkatan paling sederhana)


Tingkatan ini merupakan tingkatan Yajna paling sederhana. Sarana yang
digunakan adalah yang pokok-pokok dan wajib saja. Pada tingkatan
kanistamaning dibagi menjadi tiga yaitu, Kanistamaning kanistama,
Madyaning kanistama, Utamaning kanistama.

2. Tingkatan Madhyama (tingkatan paling sedang)

Sarana upakara pada tingkatan ini merupakan pengembangan dari sarana yang
paling pokok sehingga lebih besar dari kanista. Tingkatan ini dibagi menjadi
tiga yaitu, Kanistamaning madhyama, Madyaning madhyama, utamaning
madhyama.

3. Tingkatan Utama (tingkatan paling lengkap)

Pada tingkatan ini sarana upakara yang merupakan pengembangan dari


tingkatan Madhyama menjadi lebih besar dari. Tingkatan ini dibagi menjadi
tiga yaitu, Kanistamaning utama, madyaning utama, utamaning utama.
Bentuk Upakara sederhana yang dipergunakan dalam
upacara sehari-hari:

Canang Meraka

Canang Meraka dibuat dengan alasnya menggunakan ceper atau tamas,


diatasnya diisi raka - raka berupa tebu, pisang, buah-buahan serta beberapa
jenis jajan dan sebuah sampian disebut "Srikakili" yang dibuat dari janur
berbentuk kojong diisi plawa, porosan serta bunga. Pada umumnya bahan
yang diperlukan untuk membuat canang merake ini hampir sama, hanya
bentuk porosan dan cara pengaturannya yang berbeda dan dilengkapi dengan
tembakau dan gambir. Disebutkan pula canang merake ini juga
dipersembahkan pada pemaridan guru setelah Hari Raya Galungan, pada saat
dewata kembali ke surga dan supaya para dewata tersebut meninggalkan
anugrah berupa kadirghayusaan yaitu hidup sehat dan panjang umur.
Cara membuatnya sama dengan canang pesucian dan canang sari, hanya
tambahan setiap celemik berisi,

 Celemik dibagian atas berisi pisang kayu sebagai simbol nunas


Amertha Sanjiwani, kebiyuhdayaan, nunas sifat kebijaksanaan.
 Celemik dibagian kanan berisi buah salak, sebagai simbul nunas Amertha
Kamandalu, agar diberikan kekuatan fisik, akal dan budhi.
 Celemik dibagian bawah berisi buah yang berwarna kuning, nunas
amertha kundalini, sebagai bentuk permohonan agar dianugerahkan
kemakmuran, kesejahteraan, dan nugtug tuwuh.
 Celemik dibagian kiri berisi buah manggis, nunas Amertha Pawitra,
sebagai bentuk permohonan agar selalu memiliki hati yang tulus ikhlas
dan jujur, untuk menuju ketingkat kesucian.
 Celemik ditengah berisi jeruk dengan macamnya seperti semaga
(semagama), nunas Amertha Maha Amerta, sebagai permohonan agar
senatiasa diberikan dan memiliki Bhatin yang suci untuk menyatu
dengan Sang Hyang Widhi melalui sembah bhaktinya.
 Diatasnya berisi Canang Urasari, kemudian ketiga tetandingan tersebut
diikat jadi satu ikatan, maka jadilah “Canang Raka”.
Peleburan dengan beberapa panca amerta tersebut berfungsi untuk dapat
menghilangkan sifat-sifat kekotoran bhatin dalam diri.

Anda mungkin juga menyukai