Anda di halaman 1dari 17

AL-TARBIYAH: JURNAL PENDIDIKAN

(The Educational Journal)


http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/tarbiyah
Vol. 32 No. 1, June 2022
DOI: 10.24235/ath.v%vi%i.10619

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF PESERTA DIDIK


MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL
DENGAN METODE PSIKODRAMA

Eka Yulia Wijayanti


Bimbingan Konseling, SMA Negeri 3 Tegal
liyatliyut@gmail.com

Abstrak
Perilaku asertif harus diterapkan dalam kegiatan individu setiap harinya agar dapat
mengkomunikasikan perasaan dan pikiran dengan efektif, jujur, dan tegas tanpa ada
tekanan dari orang lain atau lingkungan. Perilaku ini menjadi gambaran rumusan
kebutuhan komunikasi yang jujur dan tetap menjaga perasaan. Dalam adat ketimuran,
sering kali peserta didik kurang mampu berperilaku asertif atas nama adat dan budaya.
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan permasalahan peserta didik (AKPD), diperoleh
data bahwa 71,43% peserta didik belum mengetahui sikap dan perilaku asertif. Kasus
tersebut melatar belakangi penelitian mengenai apakah perilaku asertif dapat ditingkatkan
dengan metode psikodrama sebagai bentuk layanan bimbingan. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan bimbingan konseling. Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus. Hasil
post tes pada siklus 1 terdapat persentase sebesar 7% dengan tingkat sangat tinggi,
persentase sebesar 90% dengan tingkat tinggi, persentase sebesar 3% dengan tingkat
rendah dan persentase sebesar 0% dengan tingkat sangat rendah. Sedangkan hasil post tes
pada siklus 2 terdapat hasil persentase sebesar 17% dengan tingkat sangat tinggi,
persentase sebesar 83% dengan tingkat tinggi, persentase sebesar 0% untuk tingkat
rendah dan sangat rendah. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif
dapat ditingkatkan dengan bentuk layanan bimbingan klasikal melalui metode
psikodrama.

Kata kunci: perilaku asertif, layanan bimbingan klasikal, psikodrama.

Abstract
Assertive behaviour must be implemented in an individual’s daily activities in order to
communicate his or her feelings and thoughts effectively, honestly, and firmly without any
pressure from other people or the environment. This behaviour is an illustration of the
needs of honest communication and feeling appreciation. In eastern customs, students are
often less able to behave assertively because of the local custom and culture. Based on
the results of the analysis of students’ needs and problems (AKPD), the data show that
71.43% of students do not know assertive attitudes and behaviour. This case became the
background of this study on whether assertive behaviour could be improved by using the
psychodrama method as a form of guidance service. This research was counselling
guidance action research. The research was conducted in two cycles. The post test results

24
Eka Yulia Wijayanti / AL-TARBIYAH, Vol. 32 No. 1, June 2022, 24-40

in the first cycle show the assertive behaviour consisting of very high, high, low, and very
low levels shown by the percentages of 7%, 90%, 3% and 0% respectively. On the other
hand, the post test results in the second cycle show the assertive behaviour consisting of
very high, high, low, and very low levels shown by the percentages of 17%, 83%, 0% and
0% respectively. From these results, it can be concluded that assertive behaviour can be
improved with classical guidance services through the psychodrama method.

Keywords: assertive behaviour, classical guidance service, psikodrama.

PENDAHULUAN langkah pertama peneliti yang juga sebagai


Terjadinya beberapa kasus penganiayaan guru bimbingan konseling yaitu
yang dilakukan peserta didik kepada para mengarahkan pikiran peserta didik, agar
guru dan/atau kepala sekolah yang selalu mengkomunikasikan sesuatu secara
sebagian gambaran tersaji dalam tulisan jujur dengan tetap menjaga perasaan orang
Imam (2018) menggambarkan betapa lain. Orang yang berperilaku asertif bukan
agresifnya perilaku yang dilakukan oleh hanya berkata jujur terhadap diri sendiri,
peserta didik. Meluapkan bentuk dalam akan tetapi juga terhadap orang lain. Selain
perasaan atau pikiran merupakan suatu hal menghargai orang lain, individu yang
yang penting. Akan tetapi perlu berperilaku asertif mampu menghargai
memperdulikan perasaan orang lain. Hal perasaan yang muncul pada diri sendiri
ini dilakukan untuk mengurangi beban Kurang efektifnya layanan
perasaan dan pikiran akibat tidak bimbingan klasikal yang selama ini penulis
diekspresikan baik secara verbal maupun berikan berdampak pada minimnya
non verbal. Namun celakanya, terdapat pemahaman dan kreatifitas/keterampilan
stigma "kurang sopan", "kurang ajar", atau peserta didik terhadap suatu materi layanan
"kurang beretika", ketika seseorang yang dalam hal ini mengenai perilaku
menyampaikan pesannya. Meskipun asertif. Berdasarkan hasil analisis
batasan di atas tampak jelas, mendorong kebutuhan dan permasalahan peserta didik
seseorang berperilaku asertif tidaklah (AKPD), diperoleh data bahwa 71,43%
mudah. Hal ini disebabkan telah peserta didik belum mengetahui sikap dan
menyentuh beberapa faktor dalam diri perilaku asertif. Sebagian peserta didik
seseorang. Perbedaan pemahamam orang lebih memilih untuk mengalah pada
lain pada perilaku asertif tidak dapat keadaan dimana norma dan adat ketimuran
diterima secara menyeluruh. Perbedaan ini terjunjung.
yang membuat individu enggan Berdasarkan data hasil AKPD yang
berperilaku asertif dengan asumsi untuk terdapat pada latar belakang tersebut,
menjaga etika sosial pada lingkungan. peneliti mengadakan penelitian mengenai
Bimbingan klasikal terhadap sikap upaya peningkatan tindakan layanan
dan perilaku asertif sangat berkaitan bimbingan konseling klasikal. Peneliti
dengan cara guru memberikan layanan mencoba memberikan layanan bimbingan
bimbingan konseling untuk memberikan klasikal dengan memanfaatkan psikodrama
pemahaman dan keterampilan peserta didik sebagai metode layanan. Peneliti
dalam berperilaku asertif. Oleh karena itu, memanfaatkan psikodrama untuk
memberikan materi-materi khususnya
Accepted: June 11th, 2022. Approved: June 29th, 2022. Published: June, 2022
25
Eka Yulia Wijayanti / AL-TARBIYAH, Vol. 32 No. 1, June 2022, 24-40

dalam berbicara jujur mengenai perilaku Pada dasarnya, perilaku asertif


orang lain. diistilahkan sebagai kemampuan
komunikasi yang berguna untuk
Perilaku Asertif pengungkapan rasa dan pikiran kepada
Menurut Yasdiananda (2013) perilaku orang lain tanpa menyalahi aturan kedua
asertif adalah bentuk dari berfungsinya belah pihak. Fenomena kenakalan remaja
kemampuan komunikasi untuk yang terjadi saat ini bersumber pada
mengekspresikan luapan bentuk rasa dalam lemahnya perilaku asertif pada remaja
diri dan pikiran kepada khalayak lain. dalam hal ini peserta didik (Hikmah,
Dalam penyampaian perilaku asertif tetap 2020). Dalam kehidupan peserta didik
menjaga dan menghargai perasaan orang dituntut untuk jujur terhadap suatu bentuk
lain. Dalam penerapan berperilaku asertif penerimaan dan penolakan tanpa adanya
diharuskan menyampaikan perasaan dan intimidasi pada rasa kenyamanan pada
pikiran secara jujur tanpa adanya dirinya. Oleh sebab itu, berperilaku asertif
manipulasi untuk memanfaatkan pihak menjadi tuntutan bagi seseorang meskipun
luar. adanya beberapa faktor yang
Remaja yang baik adalah remaja mempengaruhi seperti faktor teman, adat
yang mampu mencapai tujuan kemampuan istiadat, budaya dan lingkungan sekitar
pada usianya dengan baik. Salah satu yang sangat kuat. Berperilaku asertif
bentuk untuk mencapai tujuan kemampuan tersebut harus diterapkan dalam kegiatan
pada usianya adalah dengan melaksanakan individu setiap harinya agar dapat
kemampuan pada aspek sosial. Tugas mengkomunikasikan perasaan dan pikiran
utama dalam menjalani perkembangan dengan efektif, jujur, dan tegas tanpa ada
aspek sosial adalah individu pada usia tekanan dari orang lain atau lingkungan
remaja diharuskan untuk mampu menjalin (Hikmah, 2020). Amalia & Keliat (2018),
hubungan dengan lingkungan dimana menerangkan unuk meningkatkan
individu tersebut berada. Ciri remaja kemampuan remaja untuk berprilaku
tersebut sedang menjalani tugas asertif dan resiliensi dapat dilakukan
perkembangan aspek sosial adalah remaja dengan menggunakan terapi asertif secara
tersebut sering melalukan kegiatan di luar berkelompok.
lingkungan rumah. Salah satu penunjang Komunikasi adalah hal dasar dalam
agar remaja mampu mencapai tugas seseorang berinteraksi dengan pihak lain.
perkembangan pada aspek sosial ini, Beberapa tujuan komunikasi salah satunya
remaja tersebut dituntut untuk mampu untuk menyampaikan pendapat pada orang
berperilaku asertif. Hal ini bertujuan untuk lain tanpa mengurangi hak dan kewajiban
mengurangi terjadinya konflik dengan lawan komunikasinya. Lemahnya remaja
orang di lingkungan remaja tersebut saat ini adalah tidak adanya penanaman
berada. Perilaku asertif bagi individu komunikasi secara asertif yang menjadikan
remaja adalah untuk memudahkan perilaku emosional pada individu remaja
mengungkapkan pikiran dan perasaan yang. Pemberian terapi model kelompok
dalam mencari jalan terbaik dari assessrtiveness training dapat
permasalahan yang dialaminya (Afri, meningkatkan komunikasi yang bersifat
Sarman, & Andiyaksa, 2019). asertif (Yunalia & Etika, 2019)

Accepted: June 11th, 2022. Approved: June 29th, 2022. Published: June, 2022
26
Eka Yulia Wijayanti / AL-TARBIYAH, Vol. 32 No. 1, June 2022, 24-40

Remaja berperilaku negatif dan meminta bantuan dengan baik, 6) mampu


agresif yang diakibatkan karena mengkomunikasikan perasaan dengan baik
ketidakmampuan komunikasi pada remaja dan tepat; 7) pandangan hidup yang luas;
untuk menyampaikan pikiran dan perasaan dan 8) berusaha untuk menjadi lebih baik
mereka. Untuk menjadikan remaja dapat dengan cara memiliki kepercayaan diri
berkomunikasi secara asertif dengan stabil, yang tinggi (self confidence) dan harga diri
maka dalam penerapan interaksi sosialnya yang tinggi (self esteem).
remaja tersebut diharuskan untuk Sementara itu, Iriani (2009) dalam
berperilaku asertif (Ngatini & Karneli, tulisannya menyatakan bahwa ciri-ciri
2021). Latihan asertif merupakan salah perilaku asertif adalah 1) dapat
satu cara yang digunakan untuk mengekspresikan pendapat dan perasaan
mengajarkan individu mengekspresikan positif dan negatif, 2) tegas dalam memilih
perasaan positif dan negatif secara terbuka perilaku yang sesuai dengan keadaan, serta
dan langsung. Latihan asertif merupakan 3) menyatakan secara jelas hal-hal yang
teknik yang efektif untuk meningkatkan dianggap tidak disetujui.
keterampilan sosial seperti perilaku Berdasarkan pendapat dari ciri-ciri
asertifitas, kemampuan individu dalam orang yang berperilaku aserif tersebut,
mengekspresikan perasaan, dan dapat diperoleh keterangan bahwa
keterampilan berkomunikasi secara terbuka penerapan perilaku asertif akan
kepada orang lain (Prabowo & Asni, mempunyai kemampuan untuk
2018). mengungkapkan pikiran dan perasaanya
Simpulan dari pengertian-pengertian serta dapat menerima dan menolak
yang telah dijabarkan adalah seseorang permintaan yang tidak berdasar tanpa
yang memiliki dan menerapkan perilaku menyakiti perasaan pihak lain. Asertif
asertif merupakan orang dengan tingkat tidak berarti bebas berbuat yang
percaya diri yang tinggi yang dapat diinginkan, akan tetapi mengandung
mengekspresikan pendapat yang pertimbangan positif mengenai sikap dan
sebenarnya tanpa adanya tekanan dari perilaku yang muncul beserta
pihak manapun yang dikomunikasikan konsekuensinya. Seseorang yang memiliki
dengan baik tanpa menyakiti. sifat tegas bukan berarti juga memiliki
perilaku asertif. Sifat asertif dibarengi
Ciri Perilaku Asertif dengan kepemilikan untuk mampu
Ciri dari Individu memiliki perilaku asertif memahami. Dapat disimpulkan bahwa
menurut (Slamet, 2019) sebagai berikut: 1) berperilaku asertif merupakan bentuk
memiliki kebebasan dalam menyampikan penyampaian pendapat dengan tetap
pendapat dan pikiran, 2) dapat menghargai hak dan kewajiban orang lain.
berkomunikasi secara baik, 3) dapat
mengontrol jalannya pembicaraan, 4) Layanan Bimbingan klasikal
mampu untuk mengungkapkan bentuk Pengertian Layanan Bimbingan Klasikal
penolakan pada sesuatu yang tidak ada Pada Peraturan Menteri Pendidikan dan
landasan yang bersifat positif, 5) dapat Kebudayaan Nomor 111 tahun 2014
mengkoordinir kebutuhan, apabila harus mengenai Bimbingan dan Konseling
dibantu dengan orang lain maka individu Pendidikan Menengah lampiran Halaman
tersebut dapat berkomunikasi untuk 18, diterangkan bahwa ketentuan layanan

Accepted: June 11th, 2022. Approved: June 29th, 2022. Published: June, 2022
27
Eka Yulia Wijayanti / AL-TARBIYAH, Vol. 32 No. 1, June 2022, 24-40

bimbingan klasikal, antara lain: 1) Di pada bimbingan konseling adalah


dalam kelas layanan bimbingan dan bimbingan kelompok dan bimbingan
konseling merupakan bentuk pelayanan klasikal sebagai bentuk komponen
kepada peserta didik yang dilaksanakan program perkembangan Kemendikbud
dalam bentuk tatap muka yang terjadwal (2017). Di dalam sumber yang sama
perminggu setiap; 2) Banyaknya volume selanjutnya dipaparkan bahwa program
kegiatan tatap muka bimbingan konseling bimbingan klasikal dirancang dengan
klasikal adalah dua jam perminggu pada model pertemuan tatap muka di setiap
setiap; 3) Materi layanan bimbingan kelasnya secara terjadwal. Model
klasikal didasarkan kelengkapan kebutuhan belajarnya adalah dengan model
perserta didik meliputi aspek belajar, karir, permainan, ekspositori, diskusi kelompok,
perkembangan pribadi dan sosial untuk bermain peran dan medel lain yang dapat
mencapai tujuan perkembangan optimal digunakan dalam pelaksanaannya. Pada
dan tujuan pendidikan nasional; 4) bimbingan kelompok, konseli dikelola
Pelaksanaan didasarkan pada rencana dalam kelompok kecil dan pada bimbingan
pelaksanaan layanan bimbingan klasikal klasikal dilakukan dalam setiap kelas
(RPLBK); dan 5) Bimbingan diberikan (Kemendikbud, 2017).
secara terjadwal di kelas yang dilakukan Berdasarkan definisi yang dijelaskan,
oleh pendidik profesional dengan minimal dapat disimpulkan bahwa layanan
kualifikasi akademik Sarjana Pendidikan bimbingan klasikal merupakan kegiatan
(S1) bidang Bimbingan dan Konseling dan bersama yang dilakukan peserta didik baik
bersertifikat profesi pendidik. di dalam kelas maupun di luar kelas.
Sementara menurut Panduan Umumnya dilakukan secara terjadwal di
Operasional Penyelenggaraan Bimbingan kelas minimal 1 JP (45 menit), dan
Dan Konseling Sekolah Menengah Atas tema/topik yang diberikan dalam
(SMA) Tahun 2016 oleh Kementerian bimbingan klasikal merujuk pada capaian
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat layanan BK yang terkait dengan tugas
Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan perkembangan peserta didik sesuai dengan
halaman 72, bimbingan klasikal perkembangan remaja. Bimbingan klasikal
merupakan kegiatan pelayanan yang diberikan pada peserta didik dalam rangka
dilaksanakan dikelas dalam bentuk tatap membentuk softskill yang dibutuhkan
muka kepada peserta didik yang dilakukan sesuai dengan SKKPD.
oleh guru bimbingan konseling dengan
tujuan yang bersifat pemeliharaan, Metode Layanan Klasikal
pengembangan dan pencehagan perilaku Pada Penunjang PLPG 2017 Mata Pelajran
menyimpang yang dilakukan oleh peserta Keahlian Bimbingan dan Konseling Bab
didik. Metode diskusi, bermain peran, dan III menjelaskan metode-metode layanan
ekspositori merupakan bentuk dari bimbingan klasikal, diantaranya: a)
penerapan pembelajaran tersebut ( Ditjen Ekspositori; b) Ceramah; c) Ekspositori
Guru dan Tenaga Kependidikan Tertulis; d) Diskusi Kelompok; e)
Kemendikbud, 2016). Permainan Peranan (Sosiodrama dan
Dalam petunjuk kegiatan bimbingan Psikodrama); f) Permainan Simulasi; g)
dan konseling disebutkan stategi dasar Metode Homeroom; dan h) Teknik
Permainan Kelompok. Pendapat yang sama

Accepted: June 11th, 2022. Approved: June 29th, 2022. Published: June, 2022
28
Eka Yulia Wijayanti / AL-TARBIYAH, Vol. 32 No. 1, June 2022, 24-40

juga dipaparkan oleh Samribagus (2015) Bimbingan Klasikal halaman 8, dalam


bahwa metode dalam layanan klasikal bermain peran merupakan kegiatan yang
diantaranya: a) Ceramah; b) Diskusi berhubungan dengan pendidikan. Dalam
Kelompok; dan c) Demonstrasi bermain peran indivisu dituntut untuk
(Samribagus, 2015). memaikan peran pada kondisi dengan
tujuan untuk mencapai tingkat kemampuan
Psikodrama diri dan ketrampilan interaksi sosial.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Bermain peran merupakan salah satu
(KBBI, 2019), psikodrama merupakan cara metode dalam mencapai pengembangan
dalam menyembuhkan pada seseorang keterampilan mengenai bentuk interaksi
yang mengalami gangguan jiwa dengan sosial dengan cara memerankan kondisi
membuat adegan yang dilakukan oleh dalam situasi yang bersifat parallel dalam
sekelompok pasien. Lubis (2016) kehidupan sehari-harinya (Romlah, 2006).
menguatkan bahwa suatu cara Pada prinsipnya, bermain peran dapat
memerankan tanpa menggunakan naskah dibedakan menjadi dua antara lain 1)
atau latihan sebelumnya diistilahkan sosiodrama yang berfungsi sebagai
dengan psikodrama. Dalam penerapannya, pengembangan keterampilan sosial yang
tiap-tiap individu diharuskan berperan bersifat preventif atau pencegahan dan; 2)
aktif, spontan dan kratif. Pada tahap psikodrama berfungsi untuk memerankan
pelaksanaan tersebut, membuat individu bermain peran sebagai bentuk penyelesaian
dapat membantu individu tersebut dapat masalah secara emosional yang bersifat
memecahkan bentuk masalah dalam kuratif atau meyembuhkan. Perolehan
bentuk apapun. Dalam peranannya sebagai pengetahuan diri yang lebih luas dan
peran protagonist individu dapat pemecahan solusi dari tekanan diri
memperolah umpan balik dari penonton merupakan tujuan dilakukannya
dan pemeran pembantu tentang bentuk psikodrama.
luapan emosi yang diperankannya.
Dalam psikodrama, peranan yang Komponen-Komponen Psikodrama
diberikan tidak membatasi dari segi usia, Pemaparan pendapat Haskell dalam
berbeda dengan ansambel atau (Romlah, 2006), psikodrama memiliki
brainstrorming yang hanya dapat komponen antara lain : 1) Panggung
dilakukan pada individu tertentu. (Lestari, permainan,dalam panggung permainan
Budiyani, & Rinaldi, 2020). Dalam hendaknya memiliki ruangan yang luas
melakukan psikodrama dapat membuat untuk mengakomodir pemeran; 2)
gambaran imajinasi, intuisi, tindakan fisik, Pemimpin psikodrama memiliki fungsi
yang berguna untuk menyampaikan utama sebagai produser; 3) Pemegang
permasalahan psikologis/jiwa. Anggota peran utama (protagonis) adalah individu
kelompok dalam psikodrama belajar untuk yang dipilih oleh kelompok dengan kriteria
mengenal berbagai bentuk peran dan aspek yang telah disepakati; 4) Pemeran
dari diri mereka sendiri, serta bersosialisasi pembantu mempunyai dua fungsi yaitu
dengan orang-orang disekitar (Aichinger & sebagai pemeran yang memiliki hubungan
Holl, 2017). denkat dengan pemeran utama; 5)
Sedangkan dalam buku penunjang Penonton dalam hal ini anggota kelompok
PLPG Bab III Bimbingan Kelompok dan lain yang mengamati dan nantinya akan

Accepted: June 11th, 2022. Approved: June 29th, 2022. Published: June, 2022
29
Eka Yulia Wijayanti / AL-TARBIYAH, Vol. 32 No. 1, June 2022, 24-40

menjadi lawan diskusi dari anggota diri dan meningkatkan keterampilan


kelompok yang bermain. interaksi sosial dengan orang lain dengan
cara menyatakan kebutuhannya.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Psikodrama
Langkah pertama adalah tahap persiapan Bimbingan klasikal dengan metode
yang berfungsi untuk meningkatkan Psikodrama
motivasi pemeran agar berperan secara Romlah (2006) menerangkan bahwa
aktif, menentukan tujuan psikodrama dan memberikan masukan terhadap individu
menciptakan kondisi yang kondusif. dapat dilakukan dengan memberikan
Menurut Corey dalam Romlah (2006) , bimbingan yang bersifat kelompok yang
urutan dilakukannya psikodrama sebagai terdiri dari 10-15 anggota kelompok.
berikut: a) Pemimpin Kelompok yang Beberapa bentuk teknik yang ada dalam
berfungsi sebagai penentu arah tujuan layanan bimbingan kelompok terhadap
psikodrama b) Dalam menentukan tujuan siswa yang bertujuan agar siswa memiliki
psikodrama, pemimpin kelompok keterbukaan diri salah satunya adalah
berdiskusi dengan anggota kelompoknya; dengan psikodrama.
c) Pemimpin memecah kelompok menjadi Langkah-langkah kegiatan dalam
kelompok yang lebih kecil untuk penelitian ini yaitu konseli melakukan
menentukan konflik yang akan. bimbingan klasikal dalam bentuk
Kedua adalah tahap kegiatan. Tahap psikodrama. Layanan ini bertujuan
kegiatan terbagi atas kegiatan utama yang memandirikan peserta didik melalui
dilakukan pemain utama dan kegiatan strategi dengan format klasikal dimana
penunjang yang diperankan oleh pemain metode penyampaiannya diberikan dalam
pembantu. Dengan adanya fungsi dari satu kelas. Hal ini dianggap tepat jika
pemimpin kelompok, pemain utama menggunakan metode psikodrama dimana
memperagakan peranan yang ditimbulkan memerlukan beberapa peserta didik sesuai
oleh pemain pembantu. Pernanan yang dengan karakteristik layanan klasikal.
dibuat adalah berdasarkan masalah yang Psikodrama dalam penelitian ini
didasarkan oleh ungkapan dari pemain dilakukan secara berkelompok. Satu kelas
utama. terbagi atas empat kelompok dengan
Tahap ketiga merupakan diskusi. anggota kelompok rata-rata sejumlah 8
Dalam diskusi ini anggota kelompok lain siswa. Konseli memberikan keleluasaan
menanggapi permainan yang dilakukan kepada peserta didik untuk berekspresi
oleh kelompok lain sebagai bentuk saran memerankan karakternya pada setiap
atau masukan terhadap peran yang sudah materi sehingga yang disampaikan peserta
dimainkan. Tahap diskusi ini juga didik dapat diserap sempurna oleh peserta
dipimpin oleh pemimpin kelompok yang didik yang lain. Hal ini erat kaitannya
juga dapat keaktifan dari kelompok lain. dengan layanan bimbingan klasikal yang
Berdasarkan pada penjelasan di atas, memiliki fungsi selain sebagai salah satu
dapat diperoleh simpulan bahwa definisi metode penguasaan materi juga dapat
psikodrama adalah sarana kegiatan dimana merubah sikap peserta didik secara
individu dapat memerankan kondisi klasikal.
berdasarkan situasi yang bersifat imajinatif
dengan tujuan meningkatkan kemampuan

Accepted: June 11th, 2022. Approved: June 29th, 2022. Published: June, 2022
30
Eka Yulia Wijayanti / AL-TARBIYAH, Vol. 32 No. 1, June 2022, 24-40

METODE PENELITIAN klasikaldengan metode psikodrama, serta


Penelitian ini merupakan penelitian menyiapkan kelengkapan bahan
tindakan berupa layanan bimbingan administrasi, seperti daftar hadir, lembar
konseling klasikal. Rancangan penelitian evaluasi (laiseg). Tahap awal dalam
yang dilakukan terbagi atas rancangan pelaksanaan siklus diawali dengan
umum yang terbagi atas tiga tahap yakni perencanaan, kemudian melakukan
tahap perencanaan, pelaksanaan serta tindakan dan observasi dan selanjutnya
evaluasi dan rancangan khusus dalam adalah refleksi. Sedangkan dalam tahap
penelitian disesuaikan dengan desain evaluasi, peneliti melakukan evaluasi serta
penelitian tindakan. menyusun dan menyajikan data hasil
Penelitian dilaksanakan selama enam penelitian dalam bentuk laporan.
bulan terhitung sejak bulan Januari hingga Data kuantitatif didapatkan dengan
Juni 2018 di SMA Negeri 3 Tegal. Dalam data primer yang diperoleh dari subjek
penelitian ini subjek merupakan peserta penelitian secara langsung. Instrumen
didik kelas XI IPS 4 semester II pada SMA berupa observasi dan penggunaan skala
Negeri 3 Tegal Tahun Pelajaran psikologis dengan skala perilaku asertif
2017/2018. Data diambil dengan jumlah yang dijadikan alat pengumpulan data.
peserta didik kelas XI IPS 4 pada SMA Dengan instrumen yang ada, penelitian ini
Negeri 3 Tegal dengan jumlah 30 orang menggunakan teknik non tes karena hanya
yang memiliki kecenderungan pemahaman menggunakan observasi dan skala
perilaku asertif rendah. psikologis.
Prosedur pelaksanaan penelitian Analisis deskriptif digunakan dalam
bimbingan konseling ini diawali pada penelitian ini karena tujuan dalam
tahap perencanaan dengan menentukan penelitian adalah untuk menggambarkan
jadwal penelitian, menyiapkan instrumen bahwa tindakan yang dilaksanakan dapat
penelitian yaitu skala perilaku asertif dan menimbulkan adanya pengaruh yang lebih
pedoman observasi, menyiapkan prosedur baik jika dibandingkan keadaaan
dan langkah-langkah layanan bimbingan sebelumnya.

Tabel 1 Rancangan Penelitian Secara Umum


Tahap Kegiatan
Perencanaan  Menentukan jadwal penelitian
 Menyiapkan instrumen penelitian yaitu skala perilaku asertif, dan pedoman
observasi
 Menyiapkan prosedur dan langkah-langkah layanan bimbingan klasikal dengan
metode psikodrama
 Menyiapkan bahan administrasi, seperti lembar obsetrvasi, lembar evaluasi
(laiseg) dan daftar hadir
Pelaksanaan  Melakukan kegiatan dari perencanaan yang telah disusun
Evaluasi  Melakukan evaluasi serta menyusun dan menyajikan data hasil penelitian dalam
bentuk laporan

Accepted: June 11th, 2022. Approved: June 29th, 2022. Published: June, 2022
31
Eka Yulia Wijayanti / AL-TARBIYAH, Vol. 32 No. 1, June 2022, 24-40

Tabel 2 Rancangan Penelitian Secara Keseluruhan


No. Pertemuan Materi Waktu
1. Uji coba instrumen Skala Perilaku asertif 45 menit
2. Pertemuan ke-1 Materi Pokok melalui metode Presentasi
guru dan curah pendapat
2. Kondisi awal peserta didik / Uji kondisi subjek penelitian setelah pre 45 menit
Pertemuan ke-2 test melalui Skala Perilaku asertif
3. Kontrak kegiatan Kesepakatan bersama antara peneliti, 45 menit
subjek penelitian dan kolaborator
Siklus 1
4. Pertemuan ke-3 Materi yang disampaikan oleh guru 45 menit
5. Pertemuan ke-4 Uji kondisi subjek penelitian setelah 45 menit
siklus 1 melalui skala Perilaku asertif
Siklus 2
6. Pertemuan ke-5 Materi yang disampaikan oleh guru 45 menit
7. Pertemuan ke-6 Uji kondisi subjek penelitian setelah 45 menit
siklus 2 melalui skala Perilaku asertif

Dalam penelitian ini subjek merupakan materi layanan; 2) Sebagian peserta didik
peserta didik kelas XI IPS 4 semester II lebih memilih memberikan jawaban
SMA Negeri 3 Tegal dengan jumlah 30 tertutup sehingga inti materi
orang yang memiliki kecenderungan penyampaiannya kurang utuh; 3)
perilaku asertif rendah. Instrumen berupa Sebagaian yang lain memilih hanya
observasi dan penggunaan skala psikologis berperan sebagai pendengar pasif dan tidak
dengan skala perilaku asertif yang mau bertanya.
dijadikan alat pengumpulan data. Analisis Kondisi awal perilaku asertif seperti
deskriptif digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3 menunjukkan
karena tujuan dalam penelitian adalah bahwa selama proses pelayanan bimbingan
untuk menggambarkan bahwa tindakan klasikal berlangsung di kelas X IPS 4
yang dilaksanakan dapat menimbulkan terdapat beberapa indikasi yaitu rata-rata
adanya pengaruh yang lebih baik jika 2% tidak sesuai, 30% peserta didik kurang
dibandingkan keadaaan sebelumnya. sesuai, 57% sesuai, dan 11% sangat sesuai.
Berdasarkan Tabel 3 dan Grafik 1 di
HASIL DAN PEMBAHASAN bawah didapati bahwa masih minimnya
Deskripsi Kondisi Awal keoptimalan layanan bimbingan klasikal
Kondisi awal pada peserta didik Kelas XI dikarenakan guru dalam hal ini adalah
IPS 4 semester II SMA N 3 Tegal adalah peneliti dalam melakukan layanan
rendahnya tingkat perilaku asertif peserta bimbingan klasikal sehingga hasil
didik. Hal ini ditunjukkan oleh: 1) pemahaman yang diperoleh peserta didik
minimnya pemahaman dan kreatifitas/ tidak optimal.
keterampilan peserta didik terhadap suatu

Accepted: June 11th, 2022. Approved: June 29th, 2022. Published: June, 2022
32
Eka Yulia Wijayanti / AL-TARBIYAH, Vol. 32 No. 1, June 2022, 24-40

Tabel 3. Kondisi Awal


Penilaian (%)
Sangat Kurang Tidak
No. Aspek Waktu Sesuai
Sesuai Sesuai Sesuai
Penilaian
SS S KS TS
Kepemilikan Kebebasan dalam
1 Awal 7% 50% 40% 3%
menyampaikan pendapat dan pikiran
2 Dapat berkomunikasi dengan baik Awal 7% 53% 40% 0%
3 Dapat mengontrol jalannya pembicaraan Awal 7% 63% 27% 3%
Mampu untuk mengungkapkan bentuk
4 penolakan pada sesuatu yang tidak ada Awal 7% 60% 30% 3%
landasan yang bersifat positif
5 Dapat mengkoordinir kebutuhan Awal 30% 50% 20% 0%
Mampu mengkomunikasikan perasaan
6 Awal 7% 70% 23% 0%
dengan baik dan tepat
7 Memiliki pandangan hidup yang luas Awal 7% 57% 37% 0%
Berusaha untuk menjadi lebih baik
dengan cara memiliki kepercayaan diri
8 Awal 17% 53% 27% 3%
yang tinggi (self confidence) dan harga
diri yang tinggi (self esteem)
Jumlah rata-rata 11% 57% 30% 2%

70%

60%

50%

40% Sangat Sesuai

30% Sesuai
Kurang Sesuai
20%
Tidak Sesuai
10%

0%

Grafik 1. Grafik Awal Perilaku Asertif

Deskripsi Siklus 1 waktunya adalah saat jadwal mata


Dalam langkah awal, konselor pelajaran bimbingan konseling; 3)
melaksanakan perencanaan sebagai menyiapkan fasilitas yang akan digunakan
berikut: 1) berkolaborasi dengan guru BK dalam layanan bimbingan konseling
yang ada di sekolah, yaitu ibu Ibriza klasikal, meliputi ruangan dan kelengkapan
Amelia Syani, S.Pd; 2) membuat administrasi yaitu lembar rencana
kesepakatan jadwal kegiatan antar guru pelaksanaan layanan, lembar evaluasi
dan peserta didik yang ditetapkan (laiseg) serta daftar hadir. Dalam

Accepted: June 11th, 2022. Approved: June 29th, 2022. Published: June, 2022
33
Eka Yulia Wijayanti / AL-TARBIYAH, Vol. 32 No. 1, June 2022, 24-40

penyiapan ruangan disediakan pula LCD materi tentang ”Pergaulan Bebas”. Tujuan
proyektor dan laptop sebagai metode dari pemberian materi ini agar peserta
penyajian materi; 4) menyiagakan didik memiliki merasa tertarik dengan
instrumen yaitu skala perilaku asertif dan topik sehingga tercipta komunikasi efektif
pedoman observasi; 5) memaparkan dalam drama yang akan tercipta.
prosedur pelaksanaan layanan bimbingan Peserta didik cukup aktif dalam
klasikal meliputi tahap pembukaan, inti, menyajikan dan merespon materi yang
dan pengakhiran; 6) menyusun topik disampaikan oleh grup pertama. Efektifitas
bahasan layanan; 7) menyampaikan kegiatan ini tercermin dari kegembiraan
indikator yang akan diperoleh pada siklus peserta didik ketika saling menunjukan
1 yaitu dengan nilai kategori tinggi; 8) kelebihan dan diberikan masukan positif
menyiapkan group untuk membentuk tentang kelemahan masing-masing.
forum diskusi dan sarana penyampaian Peserta didik berpartisipasi aktif dari awal
materi kepada peserta didik. sampai akhir kegiatan melalui diskusi dan
Pada tahap pelaksanaan kegiatan, tanya jawab.
peneliti menyampaikan layanan bimbingan Pada siklus 1, pengamatan dilakukan
klasikal dengan metode psikodrama dengan menilai perilaku asertif yang
sebanyak tiga kali pertemuan disetiap diperoleh dari skor sebelum dan sesudah
siklusnya. Pada pelaksanaan siklus 1, layanan bimbingan klasikal dengan metode
peneliti mengarahkan kelompok untuk psikodrama. Hasil pre test skala perilaku
berdiskusi dan mempersiapkan penyajian asertif disajikan pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Skor Pre-Test


No Kategori Frekuensi Persentase
1 sangat tinggi 1 3%
2 tinggi 25 83%
3 rendah 4 13%
4 sangat rendah 0 0%

Pada saat sebelum diberikan layanan kategori perilaku asertif Rendah.


bimbingan klasikal dengan metode Selanjutnya, berdasarkan hasil post test,
Psikodrama, peserta didik berperilaku peserta didik berperilaku asertif mengalami
asertif didominasi oleh peserta didik peningkatan setelah diberikan layanan
dengan kategori perilaku asertif tinggi, bimbingan klasikal dengan metode
yaitu sebesar 83%. Akan tetapi masih Psikodrama. Secara rinci dapat dilihat pada
terdapat 13% peserta didik yang memiliki Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Skor Post-Test


No Kategori Frekuensi Persentase
1 sangat tinggi 2 7%
2 tinggi 27 90%
3 rendah 1 3%
4 sangat rendah 0 0%

Accepted: June 11th, 2022. Approved: June 29th, 2022. Published: June, 2022
34
Eka Yulia Wijayanti / AL-TARBIYAH, Vol. 32 No. 1, June 2022, 24-40

Hasil pada saat diberikannya layanan 7%, 3% rendah dan sangat rendah sebesar
bimbingan klasikal dengan metode 0%. Pengamatan pada siklus 1
psikodrama, perilaku asertif peserta didik menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
mengalami peningkatan. Sebesar 90% perilaku asertif peserta didik, yaitu terdapat
peserta didik berada pada kategori perilaku beberapa kategori rendah yang menjadi
asertif yang tinggi, sangat tinggi sebesar dominan tinggi.

Tabel 6. Hasil/Dampak Siklus 1 Per Indikator


Penilaian (%)
Sangat Kurang Tidak
No. Aspek Waktu Sesuai
Sesuai Sesuai Sesuai
Penilaian
SS S KS TS
Kepemilikan Kebebasan dalam Awal 7% 50% 40% 3%
1
menyampaikan pendapat dan pikiran Siklus 1 7% 57% 33% 3%
Awal 7% 53% 40% 0%
2 Dapat berkomunikasi dengan baik
Siklus 1 7% 53% 40% 0%
Dapat mengontrol jalannya Awal 7% 63% 27% 3%
3
pembicaraan Siklus 1 7% 60% 30% 3%
Mampu untuk mengungkapkan bentuk Awal 7% 60% 30% 3%
4 penolakan pada sesuatu yang tidak ada
landasan yang bersifat positif. Siklus 1 13% 63% 20% 3%
Awal 30% 50% 20% 0%
5 Dapat mengkoordinir kebutuhan
Siklus 1 33% 43% 23% 0%
Mampu mengkomunikasikan perasaan Awal 7% 70% 23% 0%
6
dengan baik dan tepat Siklus 1 13% 70% 17% 0%
Awal 7% 57% 37% 0%
7 Memiliki pandangan hidup yang luas
Siklus 1 13% 50% 37% 0%
Berusaha untuk menjadi lebih baik Awal 17% 53% 27% 3%
dengan cara memiliki kepercayaan diri
8
yang tinggi (self confidence) dan harga Siklus 1 23% 57% 17% 3%
diri yang tinggi (self esteem).
Awal 11% 57% 30% 2%
Jumlah rata-rata
Siklus 1 15% 57% 27% 2%

Berdasarkan pada dampak siklus 1 30% menjadi 27%. Penurunan angka ini
per indikator pada Tabel 6, secara dirasa belum begitu banyak sehingga
kumulatif terdapat peningkatan perilaku diperlukan upaya peningkatan perilaku
asertif peserta didik pada setiap asertif kembali.
indikatornya jika dibandingkan dengan
kondisi awal, yaitu untuk rata-rata kriteria Refleksi Siklus 1
sangat tinggi meningkat dari 11% Hasil pengamatan siklus 1 selanjutnya
menjadi 15%, sekaligus menurunkan menjadi bahan refleksi bagi peneliti dan
angka yang kurang perilaku asertif dari

Accepted: June 11th, 2022. Approved: June 29th, 2022. Published: June, 2022
35
Eka Yulia Wijayanti / AL-TARBIYAH, Vol. 32 No. 1, June 2022, 24-40

kolaborator. Hasil dari refleksi tersebut disampaikan peneliti sebagai guru


antara lain: bimbingan konseling yaitu memasukkan
a. Berdasarkan skala perilaku asertif, unsur perilaku asertif dalam drama yang
terjadi peningkatan skor perilaku asertif tersaji. Peserta didik cukup aktif dalam
peserta didik antara sebelum dan setelah merespon materi yang disampaikan oleh
diberikan layanan bimbingan klasikal pemeraga.
dengan metode Psikodrama, akan tetapi Peneliti mengajak peserta didik
masih terdapat peserta didik yang untuk selalu berpikir positif dan yakin
mengalami penurunan skor. bahwa mereka mampu meraih sukses
b. Selama proses pemberian layanan, dengan menghargai dan mau
sebagian besar peserta didik mengembangkan potensi diri serta percaya
berpartisipasi aktif dalam diskusi dan pada kemampuan diri. Peserta didik sangat
tanya jawab sehingga mendukung antusias ketika mengikuti layanan dengan
peningkatan pemahaman mengenai memberikan apresiasi yang begitu tinggi
perilaku asertif peserta didik. bagi kelompok terakhir. Hal ini
c. Faktor yang menghambat peningkatan menunjukkan bahwa pada beberapa
perilaku asertif adalah kurang aktifnya kesempatan kegiatan, peserta didik
beberapa peserta didik dalam kegiatan semakin mempercayai potensi yang
psikodrama dimiliki dengan cara mengembangkan
d. Selanjutnya, berdasarkan diskusi dengan kegiatan psikodrama dalam pembelajaran.
kolaborator, pada siklus 2 peneliti lebih Selain data tersebut, dilakukan olah
mendorong partisipasi aktif peserta data perbandingan hasil pengamatan
didik melalui kegiatan psikodrama. sebelum dan sesudah diberikan layanan
bimbingan klasikal dengan metode
Deskripsi Siklus 2 Psikodrama pada skor perilaku asertif
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti seperti pada Tabel 7.
pada siklus 2 sama dengan siklus 1. Berdasar pada Tabel 7, siklus tahap 2
Indikator keberhasilan pada siklus 2 yaitu secara komulatif terdapat peningkatan
sebagian besar peserta didik termasuk pada perilaku asertif peserta didik pada setiap
kategori tinggi, dimana tidak lagi terdapat indikatornya dibanding pada siklus 1, yaitu
peserta didik dengan kategori rendah. untuk rata-rata kriteria sangat tinggi
Pada siklus 2, peserta didik meningkat dari 15% menjadi 16%,
melakukan kegiatan Psikodrama dengan sekaligus menurunkan angka yang perilaku
topik tentang “Adab Bertetangga”. Tujuan asertif pada kategori rendah dari 27%
dari pemberian materi ini agar kelompok menjadi 23%. Dan untuk optimalisasi,
pemeraga yang telah menguasai materi pada kesempatan lain dengan metode
akan semakin memiliki wawasan dan psikodrama akan secara periodik dilakukan
pengetahuan memadai sehingga dapat kegiatannya.
dipahami oleh audiens atau peserta didik
yang lain sesuai dengan rule yang

Accepted: June 11th, 2022. Approved: June 29th, 2022. Published: June, 2022
36
Eka Yulia Wijayanti / AL-TARBIYAH, Vol. 32 No. 1, June 2022, 24-40

Tabel 7. Hasil/Dampak Siklus 2 Per Indikator


Penilaian (%)
Sangat Kurang Tidak
No. Aspek Waktu Sesuai
Sesuai Sesuai Sesuai
Penilaian
SS S KS TS
Awal 7% 50% 40% 3%
Kepemilikan Kebebasan dalam
1 Siklus 1 7% 57% 33% 3%
menyampaikan pendapat dan pikiran
Siklus 2 13% 53% 30% 3%
Awal 7% 53% 40% 0%
2 Dapat berkomunikasi dengan baik Siklus 1 7% 53% 40% 0%
Siklus 2 7% 67% 27% 0%
Awal 7% 63% 27% 3%
Dapat mengontrol jalannya
3 Siklus 1 7% 60% 30% 3%
pembicaraan
Siklus 2 7% 63% 27% 3%
Mampu untuk mengungkapkan Awal 7% 60% 30% 3%
bentuk penolakan pada sesuatu yang
4 Siklus 1 13% 63% 20% 3%
tidak ada landasan yang bersifat
positif. Siklus 2 17% 60% 23% 0%
Awal 30% 50% 20% 0%
5 Dapat mengkoordinir kebutuhan Siklus 1 33% 43% 23% 0%
Siklus 2 33% 53% 13% 0%
Awal 7% 70% 23% 0%
Mampu mengkomunikasikan
6 Siklus 1 13% 70% 17% 0%
perasaan dengan baik dan tepat
Siklus 2 13% 73% 13% 0%
Awal 7% 57% 37% 0%
7 Memiliki pandangan hidup yang luas Siklus 1 13% 50% 37% 0%
Siklus 2 13% 50% 37% 0%
Berusaha untuk menjadi lebih baik Awal 17% 53% 27% 3%
dengan cara memiliki kepercayaan Siklus 1 23% 57% 17% 3%
8
diri yang tinggi (self confidence) dan
harga diri yang tinggi (self esteem). Siklus 2 27% 53% 17% 3%
Awal 11% 57% 30% 2%
Jumlah rata-rata Siklus 1 15% 57% 27% 2%
Siklus 2 16% 59% 23% 1%

Refleksi Siklus 2 siklus 2. Pada siklus 2, lebih dari setengah


Berdasar pengamatan hasil pada siklus 2, jumlah peserta didik dalam kelas berada
peneliti membuat refleksi dengan guru pada kategori level tinggi yaitu berjumlah
bimbingan konseling sebagai berikut: 1) 25 peserta didik, sedangkan sangat tinggi
pada hasil skala perilaku asertif, terjadi berjumlah 5 siswa. 2) dalam pelaksanaan
perubahan yang positif pada skor perilaku pemberian layanan, lebih dari setengah
asertif peserta didik antara siklus 1 dengan jumlah peserta didik dalam kelas

Accepted: June 11th, 2022. Approved: June 29th, 2022. Published: June, 2022
37
Eka Yulia Wijayanti / AL-TARBIYAH, Vol. 32 No. 1, June 2022, 24-40

berpartisipasi aktif dalam drama dan dengan teknik psikodrama dapat


diskusi curah pendapat sehingga meningkatkan perilaku asertif siswa dalam
mendukung perubahan perilaku asertif belajar pada siswa kelas VII C dan kelas
peserta didik. 3) faktor yang mendukung VII D di SMP Pembangunan Laboratorium
peningkatan perilaku asertif adalah UNP.
semakin aktifnya peserta didik dalam Peningkatan perilaku asertif peserta
kegiatan psikodrama. 4) hasil diskusi didik tentunya dipengaruhi oleh beberapa
antara peneliti dan guru bimbingan faktor. Salah satu faktor yang berpengaruh
konseling yang peneliti diperoleh bahwa terhadap perilaku asertif peserta didik
pada siklus 2 tujuan penelitian telah diantaranya adalah faktor pengetahuan,
tercapai sehingga tidak perlu dilanjutkan kebiasaan dan keberanian yang semakin
ke siklus berikutnya. berkembang setelah mendapatkan layanan
bimbingan klasikal dengan metode
Pembahasan psikodrama.
Pemberian layanan bimbingan klasikal Layanan bimbingan klasikal dengan
dengan metode psikodrama telah terbukti metode psikodrama secara efektif telah
mampu meningkatkan perilaku asertif mampu meningkatkan rasa perilaku asertif
peserta didik. Hal ini ditunjukkan oleh skor peserta didik. Hal ini ditunjukkan oleh
post test perilaku asertif peserta didik yang kemampuan peserta didik dalam
semakin meningkat, baik pada siklus 1 memerankan beberapa tokoh dalam
maupun siklus 2. Pada siklus 1, sebagian permainan peran (psikodrama) serta berani
besar peserta didik berada pada kategori mengemukakan pendapat atau terampil
tinggi, yaitu sebanyak 27 peserta didik. bertanya pada diskusi kelompok. Sebelum
Sementara, sebanyak 2 peserta didik mendapatkan layanan bimbingan klasikal
berada pada kategori sangat tinggi dan dengan metode psikodrama, banyak
hanya satu peserta didik dalam kategori peserta didik yang beranggapan bahwa
rendah. Selanjutnya pada siklus 2 terjadi rasa perilaku asertif tidak ada kaitannya
peningkatan, tidak lagi terdapat kategori dengan ketentraman hati sekaligus emosi.
rendah serta sebagian besar peserta didik Namun, setelah diberikan layanan, peserta
berada pada kategori tinggi, yaitu sebanyak didik mulai menyadari bahwa peningkatan
25 peserta didik. Sedangkan terjadi perilaku asertif perlu dikembangkan untuk
peningkatan peserta didik dengan kategori menghadapi tantangan mengontrol emosi,
sangat tinggi sebanyak 5 peserta didik. serta bagaimana menyampaikan pendapat
Tyas, Asrowi, & Susilo (2020) dalam jujur nan bijak. Peserta didik semakin
penetitian terdahulu mengungkapkan menyadari pentingnya rasa perilaku asertif
bahwa teknik psikodrama dapat untuk meningkatkan kecerdasan
meningkatkan sikap positif, diantaranya interpersonal guna memperoleh kecerdasan
dapat meningkatkan kebahagiaan, self- ekstrapersonal pula.
expretion, memperbaiki cara Layanan bimbingan klasikal dengan
berkomunikasi yang baik, dan sikap metode psikodrama mampu memotivasi
asertif. Demikian juga dengan Hentika & peserta didik untuk berusaha melakukan
Neviyarni (2020) yang memaparkan bahwa yang terbaik untuk masa depan mereka.
dengan menggunakan layanan klasikal Peserta didik menjadi semakin memahami

Accepted: June 11th, 2022. Approved: June 29th, 2022. Published: June, 2022
38
Eka Yulia Wijayanti / AL-TARBIYAH, Vol. 32 No. 1, June 2022, 24-40

potensi dirinya, bertambah pengetahuan DAFTAR PUSTAKA


tentang materi yang disajikan, sehingga Afri, J., Sarman, F., & Andiyaksa, R.
semakin mantap dalam melaksanakan dan (2019). Meningkatkan Perilaku
meyelesaikan tugas, termasuk didalamnya Asertif Siswa dengan Menggunakan
adalah meningkatnya kemampuan Teknik Assertive Training pada
menyampaikan pendapat dengan cara yang Siswa. Biblio Couns : Jurnal Kajian
Konseling dan Pendidikan, 2(1), 26-
elok. Dengan demikian, layanan
32.
bimbingan klasikal dengan metode https://doi.org/10.30596/bibliocouns.v
psikodrama pada penelitian ini semoga 2i1.2233
telah sukses dalam meningkatkan perilaku
Aichinger, A., & Holl, W. (2017). Group
asertif peserta didik therapy with children: Psychodrama
with children. Springer.
SIMPULAN https://doi.org/10.1007/978-3-658-
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan 15813-2
permasalahan peserta didik (AKPD), Amalia, R. F., & Keliat, B. A. (2018).
diperoleh data bahwa 71,43% peserta didik Terapi kelompok asertif efektif
belum mengetahui sikap dan perilaku meningkatkan kemampuan asertif dan
asertif. Perilaku ini menjadi gambaran resiliensi pada remaja di SMPN
rumusan kebutuhan komunikasi yang jujur Padangpanjang. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 21(1), 60-68. doi:
dan tetap menjaga perasaan. Dalam adat
10.7454/jki.v21i1.509
ketimuran, sering kali peserta didik kurang
mampu berperilaku asertif atas nama adat Hentika, Y., & Neviyarni, N. (2020).
Efforts to Improve Student Assertive
dan budaya. Layanan bimbingan klasikal Behavior in Learning Through
dengan metode psikodrama hadir Classical Services with Psikodrama
memotivasi peserta didik dalam berusaha Techniques (UNP Laboratory
melakukan yang terbaik untuk memperoleh Development Middle School). Jurnal
hasil layanan yang optimal. Hasil Neo Konseling, 2(1).
penelitian menunjukkan peserta didik Hikmah, N. (2020). Perilaku Asertif Dalam
menjadi semakin memahami potensi Perspektif Islam. Liwaul Dakwah :
dirinya, bertambah kemampuan dan Jurnal Kajian Dakwah Dan
kreatifitasnya dalam bermain peran, serta Masyarakat Islam, 10(1).
terampil mengelola emosi untuk berani Imam, R. (2018, November 12). Retrieved
bertanya dan menjawab dalam proses from Kumparan:
diskusi di kelas. Dengan demikian, layanan https://kumparan.com/kumparannews/
4-kasus-siswa-lakukan-kekerasan-
bimbingan klasikal dengan metode
terhadap-gurunya-di-sekolah-
psikodrama telah sukses dalam 1541980407154715595/4
meningkatkan perilaku asertif peserta
Iriani, N. (2009). Perilaku Asertif.
didik.
Universitas Negeri Malang.

Accepted: June 11th, 2022. Approved: June 29th, 2022. Published: June, 2022
39
Eka Yulia Wijayanti / AL-TARBIYAH, Vol. 32 No. 1, June 2022, 24-40

KBBI. (2019). Kamus Besar Bahasa Romlah, T. (2006). Teori dan Praktek
Indonesia (KBBI) Kamus versi Bimbingan Kelompok. Malang:
online/daring (dalam jaringan). Universitas Negeri Malang.
https://kbbi.web.id/kontribusi Samribagus. (2015). Metode-Metode
Kemendikbud. (2017). Sumber Belajar Dalam Bimbingan Klasikal.
Penunjang PLPG 2017 Mata Https://Konselorkece.Blogspot.Com/.
Pelajaran/Paket Keahlian Bimbingan Slamet. (2019). Materi Layanan Klasikal
dan Konseling. Jakarta: Kementerian Bimbingan dan Konseling untuk
Pendidikan dan Kebudayaan. SMA-MA kelas 10. Yogyakarta:
Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan Paramitra Publishing.
Kemendikbud. (2016). Panduan
Tyas, P. K., Asrowi, A., & Susilo, A. T.
Operasional Penyelenggaraan (2020). Keberhasilan Teknik
Bimbingan Dan Konseling Sekolah Psikodrama untuk Meningkatkan
Menengah Atas (SMA). Ditjen Guru Sikap Asertif Siswa SMK. Jurnal
Dan Tenaga Kependidikan Psikoedukasi dan Konseling, 4(1), 23-
Kemendikbud. 29.
Lestari, A. G. D., Budiyani, K., & Rinaldi, Yasdiananda, E. W. (2013). Hubungan
M. R. (2020). Pengaruh Psikodrama antara self esteem dengan asertivitas
Terhadap Asertivitas pada Mahasiswa pada siswa kelas X SMAN 5
Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Merangin. Jurnal Psikologi, 1(1),
Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi, 102-111.
22(2), 82-91.
https://doi.org/10.26486/psikologi.v2 Yunalia, E. M., & Etika, A. N. (2019).
2i2.1148 Efektivitas Terapi Kelompok
Assertiveness Training terhadap
Lubis, N.L. (2016). Konseling Kelompok. Kemampuan Komunikasi Asertif
Jakarta: Kencana. pada Remaja dengan Perilaku
Ngatini, N., & Karneli, Y. (2021). Tingkat Agresif. Jurnal Keperawatan Jiwa,
Perilaku Asertif Siswa dan Implikasi 7(3), 229-236.
dalam Pelaksanaan Layanan https://doi.org/10.26714/jkj.7.3.2019.
Bimbingan Konseling. Counsenesia 229-236
Indonesian Journal Of Guidance and
Counseling, 2(1), 72-81.
https://doi.org/10.36728/cijgc.v2i1.14
60
Prabowo, A. S., & Asni, A. (2018).
Latihan Asertif: Sebuah Intervensi
yang Efektif. Insight: Jurnal
Bimbingan Konseling. 7(1), 116-120.
https://doi.org/10.21009/insight.071.1
0

Accepted: June 11th, 2022. Approved: June 29th, 2022. Published: June, 2022
40

Anda mungkin juga menyukai