Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Advokasi Kesehatan
JUDUL:
Identifikasi Jejaring Jejaring di

Puskesmas Ketika Ada Perubahan Kebijakan di Puskesmas

Dosen Pembimbing :

Khairatun Nisa, SKM., M.Kes

Disusun Oleh :

Muamar rifky : 11195052210050


Muhammad Rizal Fahmi : 11195052210041
Putri Ananda :11195052210044
Gusti Harifa Septia : 11195052210049
Yasha Nurhaliza : 11195052210054
Husin : 11195052210038

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PROMOSI KESEHATAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MULIA

BANJARMASIN TAHUN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Assalamuallaikum warrahmatullahi wabarakatuh,

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
karunia, kasih sayang dan ridho-Nya kepada kita semua. Sholawat beserta salam semoga
selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang karena rahmat dan ridho-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Identifikasi Jejaring Jejaring di
Puskesmas Ketika Ada Perubahan Kebijakan di Puskesmas”.

Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan makalah advokasi
kesehatan ini. Kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Khairatun Nisa, SKM., M.Kes selaku Dosen pengajar di Universitas Sari Mulia
2. Rekan kerja mahasiswa promosi kesehatan angkatan 4
3. Semua pihak yang turut membantu proses penyusunan makalah advokasi kesehatan ini.

Makalah advokasi kesehatan ini kemungkinan besar masih jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk dapat
memperbaiki makalah advokasi kesehatan ini menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pendengar, mahasiswa serta yang membaca makalah ini.
Segala bentuk atau bantuan dan kebaikan yang telah dilakukan demi
selesainya makalah advokasi kesehatan ini, semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I...........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................................5
C. TUJUAN..........................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
A. Pengertian Jejaring Advokasi.......................................................................................................6
B. Kemitraan Jejaring........................................................................................................................6
C. Kualitas Layanan............................................................................................................................7
BAB III.....................................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................................16
A . KESIMPULAN...............................................................................................................................16
B. SARAN...........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di era reformasi, kata perubahan menjadi kata yang sering disuarakan, baik untuk individu
ataupun oleh anggota kelompok masyarakat lainnya.Tuntutan perubahan sering ditujukan kepada
aparatur birokrasi menyangkut pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat. Rendahnya
mutu pelayanan publik yang diberikan oleh aparatur menjadi citra buruk pemerintah ditengah
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang peduli dan
terpusat pada pelanggan, kebutuhan, serta harapan.

Kualitas pelayanan publik dapat menjadi salah satu indikator baik buruknya kinerja pemerintah.
Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan publik yang baik semakin hari semakin meningkat.
Sejalan dengan itu, maka Rumah Sakit atau Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan
dituntut untuk menjawab tantangan dengan cara memberikan layanan yang terbaik, bermutu dan
tentunya masih terjangkau oleh masyarakat. Inovasi dalam memberikan layanan menjadi kata
kunci yang harus dilakukan oleh keduanya, agar pelayanan yang diberikan tidak ketinggalan jauh
dari harapan masyarakat akan pelayanan yang baik dan terukur. Sebagai institusi layanan
kesehatan, Rumah Sakit atau Puskesmas tidak hanya dituntut untuk mempertahankan layanan yang
sudah ada, namun juga didorong untuk meningkatkan mutu standar layanan Rumah Sakit.
Berbagai inovasi telah dijalankan oleh beberapa tempat layanan kesehatan di daerah lain. Inovasi
tidak mutlak bergantung pada teknologi, namun lebih kepada ide yang out of the box, terobosan,
kreatifitas untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat.

Berbagai upaya dan kerjasama lintas program dan sektor, telah terjadi peningkatan di bidang
kesehatan masyarakat diantaranya meningkatnya cakupan imunisasi, usaha perbaikan gizi,
peningkatan sarana dan prasarana kesehatan dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan

iv
kepada masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat secara berangsur-angsur meningkat. Meskipun
ada beberapa kemajuan di bidang kesehatan, namun masalah kesehatan yang timbul belakangan ini
semakin kompleks diantaranya dengan meningkatnya penyakit degenatif sementara disisi lain
penyakit non degenatif belum terselesaikan, beberapa upaya terobosan telah dilakukan antara lain
dengan penempatan bidan di desa dan dokter PTT, pembangunan sarana Puskesmas, PUSTU dan
Polindes yang bertujuan untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Dengan adanya Jejaring atau aliansi advokasi, kelompok-kelompok organisasi maupun


perorangan mampu bekerjasama untuk mencapai perubahan dalam kebijakan hukum dan program
untuk suatu isu atau masalah tertentu termasuk untuk mencapai pelayanan kesehatan yang
berkualitas.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan jejaring advokasi?
2. Bagaimana identifikasi jejaring puskesmas?
3. Apa saja faktor – faktor penyebab perubahan jejaring advokasi pelayanan pada puskesmas?
4. Bagaimana tanggapan masyarakat tentang adanya perubahan jejaring advokasi pada pelayanan
puskesmas?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu jejaring advokasi
2. Untuk mengetahui identifikasi jejaring puskesmas
3. Untuk mengetahui apa saja faktor – faktor penyebab perubahan jejaring advokasi pelayanan pada
puskesmas
4. Untuk Mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat tentang adanya perubahan jejaring
advokasi pada pelayanan puskesmas

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jejaring Advokasi

Jejaring atau aliansi advokasi adalah kelompok-kelompok organisasi maupun perorangan yang
bekerjasama untuk mencapai perubahan dalam kebijakan hukum dan program untuk suatu isu atau

masalah tertentu. Jejaring bersifat universal Jejaring yang efektif adalah yang terorganisir, memiliki
identitas kelompok, berfungsi sesuai prosedur, dan norma yang dapat menciptakan pembuatan
keputusan yang bermanfaat.

Jejaring yang kuat pada dasarnya merupakan aspek penting untuk memajukan dan mengembangkan
sebuah tindakan organisasi. Jejaring merupakan alat yang ampuh untuk memperkuat penerapan new
public management. Kettl (2009:69) mengemukakan ada 6 (enam) aspek penting berkaitan dengan
jejaring yaitu:
1) sistem jejaring yang terdapat dalam suatu organisasi,
2) kemitraan jejaring dalam memenangkan persaingan,
3) otonomi jejaring dalam memperkuat kepercayaan publik,
4) kualitas layanan yang dihasilkan dari kontinuitas jejaring,
5) keefektifan organisasi yang terwujud dari jejaring yang terkonstruksikan, dan
6) optimalisasi hasil dari tindakan jejaring yang diterapkan.

vi
B. Kemitraan Jejaring

Kemitraan menurut sudut pandang administrasi public adalah sebuah tindakan nism yang melibatkan
dua atau lebih individu, kelompok dan organisasi untuk melakukan berbagai kerjasama sesuai hasil
komunikasi yang menghasilkan kesepakatan sesuai kepentingan dan model kerjasama yang diterapkan
untuk mencapai tujuan. Keban (2005:191) menyatakan sudut pandang administrasi publik tidak terlepas
dari kegiatan mengelola sumber daya dan organisasi untuk mencapai tujuan. Terciptanya suatu
pencapaian tujuan selalu diawali kemitraan antar individu, kelompok dan organisasi sesuai kepentingan
dan wujud kerjasama yang dihasilkan. Listiady (2006:49) menyatakan bahwa kemitraan adalah
terakumulasinya berbagai kepentingan untuk bekerjasama dan berkomunikasi untuk memperoeh
manfaat dan keuntungan. Inti dari kemitraan adalah manfaat dan keuntungan yang diperoleh dari
tindakan bermitra.

C. Kualitas Layanan

Memahami pentingnya jejaring terhadap kualitas layanan memberikan arti bahwa kualitas pada
dasarnya merupakan kata yang menyandang arti relatif karena bersifat abstrak. Kualitas dapat
digunakan untuk menentukan tingkat penyesuaian terhadap prasyarat suatu spesifikasi terpenuhinya
kualitas. Salah satu yang mendukung terwujudnya suatu kualitas tidak terlepas dari andil jejaring
layanan.
Sinambela (2006:35) menyatakan bahwa kualitas pelayanan prima lebih mencerminkan keterkaitan
hubungan dalam suatu jejaring yang melibatkan
1) aktivitas transparansi yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua publik dengan
mudah di mengerti,
2) akuntabilitas yang mempertanggungjawabkan layanan sesuai dengan ketentuan peraturan yang
berlaku,
3) kondisional dalam memberikan layanan sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan
penerima layanan berdasarkan prinsip efisien dan efektif,
4) partisipatif memberikan layanan untuk mendorong perang serta publik dengan memperhatikan
aspirasi, kebutuhan dan harapan publik,

vii
5) kesamaan hak dalam memberikan pelayanan tidak melakukan diskriminasi,
6) keseimbangan hak dan kewajiban melayani sesuai aspek keadilan antara pemberi dan penerima
layanan publik.

Pentingnya pelayanan puskesmas yang efektif dan berkualitas dapat dilihat dari beberapa aspek
berikut:
Puskesmas, atau Pusat Kesehatan Masyarakat, adalah fasilitas kesehatan primer yang memainkan peran
penting dalam menyediakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di tingkat lokal. Pentingnya
pelayanan puskesmas yang efektif dan berkualitas dapat dilihat dari beberapa aspek berikut:

1. Aksesibilitas: Puskesmas biasanya terletak di wilayah pedesaan atau perkotaan yang


terjangkau bagi masyarakat. Ini membantu memastikan bahwa pelayanan kesehatan dasar dapat
diakses dengan mudah oleh individu, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil atau tidak
mampu mencapai fasilitas kesehatan yang lebih jauh.

2. Pemeliharaan kesehatan: Puskesmas memainkan peran kunci dalam upaya pemeliharaan


kesehatan masyarakat. Melalui program-program seperti imunisasi, pemeriksaan kesehatan rutin,
konseling gizi, dan pendidikan kesehatan, puskesmas membantu masyarakat untuk mencegah
penyakit, mendeteksi dini kondisi kesehatan yang berisiko, dan meningkatkan kesadaran tentang
praktik kesehatan yang baik.

3. Pelayanan medis dasar: Puskesmas menyediakan pelayanan medis dasar yang mencakup
pengobatan penyakit umum, perawatan rawat jalan, penanganan kecelakaan kecil, dan
manajemen kondisi kronis. Puskesmas juga dapat melakukan upaya pencegahan penyakit
menular dengan memberikan pengobatan awal, seperti antibiotik, dalam kasus penyakit menular
ringan.

4. Rujukan dan koordinasi: Puskesmas berfungsi sebagai titik awal rujukan bagi masyarakat
yang membutuhkan perawatan kesehatan lanjutan atau spesialis. Dengan menjalin kerjasama

viii
dengan rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya, puskesmas memastikan bahwa pasien yang
membutuhkan perawatan lebih lanjut dapat dirujuk dengan lancar dan tepat waktu.

5. Respons darurat: Dalam situasi darurat, puskesmas sering kali menjadi penyedia layanan
pertama yang merespons dan memberikan pertolongan medis. Mereka dilengkapi dengan sumber
daya dan tenaga medis yang dapat memberikan pertolongan awal sebelum pasien dirujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih canggih.

6. Pengawasan kesehatan masyarakat: Puskesmas juga bertanggung jawab untuk melakukan


pemantauan kesehatan masyarakat, seperti surveilans penyakit, pemantauan pertumbuhan anak,
dan pencatatan data kesehatan. Data ini penting untuk mengidentifikasi tren kesehatan,
merencanakan kebijakan kesehatan, dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
kondisi kesehatan masyarakat.

7. Keterlibatan masyarakat: Puskesmas berinteraksi langsung dengan masyarakat dan sering


kali bekerja sama dengan kelompok-kelompok masyarakat, seperti kelompok ibu, remaja, atau
lansia. Ini membantu membangun hubungan yang erat.

Pelayanan puskesmas, meskipun memiliki peran penting dalam menyediakan pelayanan


kesehatan dasar di masyarakat, juga menghadapi beberapa masalah dan tantangan. Berikut
adalah beberapa di antaranya:

1. Keterbatasan sumber daya: Puskesmas sering kali menghadapi keterbatasan sumber daya,
termasuk tenaga medis, obat-obatan, peralatan medis, dan fasilitas fisik. Kekurangan ini dapat
mempengaruhi kemampuan puskesmas untuk memberikan pelayanan yang memadai kepada
pasien.

2. Kurangnya tenaga medis: Puskesmas sering mengalami kekurangan tenaga medis terlatih,
terutama di daerah pedesaan atau terpencil. Hal ini menyebabkan beban kerja yang berlebihan
bagi petugas medis yang ada dan dapat memengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan.

3. Keterbatasan aksesibilitas: Beberapa daerah, terutama daerah terpencil atau terisolasi,


menghadapi tantangan aksesibilitas ke puskesmas. Jarak yang jauh, infrastruktur yang buruk, dan

ix
transportasi yang terbatas dapat menjadi hambatan bagi masyarakat untuk mencapai puskesmas
dan menerima perawatan medis.

4. Kurangnya kesadaran dan pendidikan masyarakat: Tantangan lain yang dihadapi oleh
puskesmas adalah kurangnya kesadaran dan pendidikan kesehatan di masyarakat. Beberapa
masyarakat mungkin tidak menyadari pentingnya pelayanan kesehatan rutin atau mungkin
memiliki keyakinan tradisional atau budaya yang menghalangi mereka untuk mencari perawatan
medis.

5. Pembiayaan dan keberlanjutan: Puskesmas sering menghadapi masalah pembiayaan dan


keberlanjutan jangka panjang. Anggaran yang terbatas dapat mempengaruhi kemampuan
puskesmas untuk memenuhi kebutuhan operasional, termasuk pembelian obat-obatan dan
peralatan medis. Kurangnya sumber pendapatan juga dapat menghambat perkembangan dan
perbaikan fasilitas puskesmas.

6. Kompleksitas penyakit dan permintaan pelayanan yang meningkat: Permintaan


pelayanan kesehatan di puskesmas sering kali meningkat, terutama dengan kompleksitas
penyakit yang semakin tinggi. Puskesmas sering kali dihadapkan pada peningkatan jumlah
pasien dengan berbagai kondisi medis yang memerlukan perhatian khusus dan sumber daya yang
lebih banyak.

7. Peningkatan harapan dan standar pelayanan: Masyarakat semakin memiliki harapan yang
lebih tinggi terhadap pelayanan kesehatan. Standar pelayanan yang lebih tinggi, kebutuhan
informasi yang lebih baik, dan partisipasi pasien yang lebih aktif mempengaruhi tuntutan yang
diberikan kepada puskesmas. Menjaga kualitas pelayanan dan memenuhi harapan ini dapat
menjadi tantangan bagi puskesmas.

Untuk meningkatkan pelayanan puskesmas, ada beberapa perubahan kebijakan yang dapat
dipertimbangkan:

1. Peningkatan anggaran: Pemerintah perlu meningkatkan alokasi anggaran untuk puskesmas


guna memperkuat fasilitas dan infrastruktur kesehatan, menggaji staf medis yang kompeten,
serta memperluas jangkauan pelayanan kesehatan.

x
2. Pengembangan SDM: Kebijakan yang fokus pada pengembangan sumber daya manusia
(SDM) adalah langkah penting. Melalui pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan, tenaga
medis di puskesmas dapat ditingkatkan kompetensinya dalam memberikan pelayanan kesehatan
yang berkualitas.

3. Sistem informasi kesehatan yang terintegrasi: Implementasi sistem informasi kesehatan


yang terintegrasi dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan di
puskesmas. Dengan sistem yang baik, informasi pasien dapat diakses dengan mudah dan aman,
serta memungkinkan koordinasi yang lebih baik antara berbagai unit di puskesmas.

4. Penyediaan fasilitas dan peralatan yang memadai: Pembaruan infrastruktur fisik dan
penyediaan peralatan medis yang memadai akan membantu puskesmas memberikan pelayanan
yang lebih baik. Pemerintah perlu memastikan bahwa puskesmas dilengkapi dengan peralatan
dasar seperti alat diagnosa, obat-obatan, dan fasilitas penunjang lainnya.

5. Pendekatan berbasis masyarakat: Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam


pengambilan keputusan terkait pelayanan puskesmas dapat meningkatkan akuntabilitas dan
kualitas pelayanan. Melibatkan masyarakat dalam perencanaan, monitoring, dan evaluasi
pelayanan kesehatan dapat membantu menjawab kebutuhan yang spesifik.

6. Peningkatan promosi kesehatan: Puskesmas perlu mendorong program promosi kesehatan


yang proaktif dan preventif, seperti kampanye vaksinasi, penyuluhan kesehatan, dan pemantauan
penyakit secara rutin. Dengan mendorong kesadaran dan perilaku sehat, tingkat kesehatan
masyarakat dapat ditingkatkan.

7. Kemitraan dengan sektor swasta dan organisasi non-pemerintah: Kerjasama dengan


sektor swasta dan organisasi non-pemerintah dapat memperluas sumber daya dan aksesibilitas
pelayanan. Pemerintah dapat menjalin kemitraan strategis untuk mengoptimalkan pemanfaatan
sumber daya yang ada.

Penting untuk melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti pemerintah, tenaga medis,
masyarakat, dan sektor terkait lainnya dalam merancang dan menerapkan perubahan kebijakan
ini. Advokasi diperlukan karena memiliki peran yang penting dalam mewujudkan perubahan

xi
sosial, perlindungan hak-hak, dan penegakan keadilan di masyarakat. Advokasi diperlukan
karena memiliki peran yang penting dalam mewujudkan perubahan sosial, perlindungan hak-hak,
dan penegakan keadilan di masyarakat. Berikut adalah beberapa alasan mengapa advokasi sangat
penting:

1. Perlindungan hak asasi manusia: Advokasi berperan dalam memperjuangkan hak asasi
manusia yang meliputi hak hidup, kebebasan berekspresi, kesetaraan, keadilan, dan hak-hak
dasar lainnya. Advokasi membantu mengidentifikasi pelanggaran hak asasi manusia,
mengajukan tuntutan hukum, dan memperjuangkan perubahan kebijakan untuk melindungi hak-
hak individu dan kelompok yang terpinggirkan atau rentan.

2. Mendorong perubahan sosial: Advokasi merupakan alat yang efektif untuk mendorong
perubahan sosial yang positif. Melalui advokasi, masyarakat sipil, organisasi non-pemerintah,
atau individu dapat mengangkat isu-isu penting, membangun kesadaran publik, dan
menggerakkan opini untuk mempengaruhi kebijakan publik dan praktek sosial. Advokasi juga
dapat memperjuangkan perubahan dalam undang-undang dan regulasi yang dapat meningkatkan
kualitas hidup masyarakat.

3. Representasi kepentingan: Advokasi berperan sebagai wakil atau penghubung antara


kelompok atau individu dengan pihak yang berwenang atau pemegang kebijakan. Melalui
advokasi, suara-suara yang kurang didengar atau terpinggirkan dapat diangkat dan
diperjuangkan. Ini termasuk kelompok masyarakat marginal, kelompok berisiko, atau individu
yang menghadapi diskriminasi atau perlakuan tidak adil.

4. Pendidikan dan pemberdayaan: Advokasi juga dapat berperan dalam pendidikan dan
pemberdayaan masyarakat. Dengan menyediakan informasi, pelatihan, dan dukungan, advokasi
membantu masyarakat untuk memahami hak-hak mereka, memperkuat kemampuan mereka
untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, dan mempengaruhi proses kebijakan.
Advokasi dapat membantu memerangi ketidakadilan sosial dan memberdayakan masyarakat
untuk mencapai perubahan yang berkelanjutan.

5. Mengatasi ketimpangan dan ketidakadilan: Advokasi bertujuan untuk mengatasi


ketimpangan dan ketidakadilan dalam masyarakat. Melalui pengungkapan masalah dan

xii
kebijakan yang tidak adil, advokasi dapat memobilisasi dukungan dan mengambil tindakan yang
diperlukan untuk mengurangi kesenjangan sosial, ekonomi, dan politik yang ada. Advokasi
berperan dalam memastikan bahwa keadilan dan kesetaraan dihormati dan diterapkan secara
luas.

Secara keseluruhan, advokasi diperlukan untuk melindungi hak-hak individu,


memperjuangkan perubahan sosial yang positif, mewakili kepentingan yang terpinggirkan,
mendidik dan memberdayakan masyarakat, serta mengurangi ketimpangan dan ketidakadilan.

Advokasi melibatkan upaya aktif untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah atau institusi
puskesmas dengan tujuan mencapai perubahan positif dalam masyarakat. Ini melibatkan
berbagai strategi dan kegiatan yang dirancang untuk mempromosikan perubahan kebijakan yang
dianggap penting atau mengatasi masalah tertentu yang ada.

Dalam konteks advokasi terkait kebijakan pemerintah, tujuannya adalah untuk mempengaruhi
pembuatan keputusan dan implementasi kebijakan yang memengaruhi masyarakat. Ini bisa
melibatkan mendesak pemerintah untuk mengadopsi kebijakan tertentu, memperkuat atau
mengubah kebijakan yang ada, atau memperjuangkan masalah tertentu agar mendapatkan
perhatian yang lebih besar. Dalam hal ini, advokasi berfokus pada perubahan kebijakan yang
berdampak pada banyak orang atau komunitas.

Contoh dari advokasi terkait kebijakan pemerintah dapat meliputi:

1. Riset dan pemantauan: Melakukan penelitian dan pemantauan terkait kebijakan yang ada
dan implikasinya bagi masyarakat. Informasi yang diperoleh kemudian dapat digunakan untuk
mempengaruhi keputusan pembuat kebijakan.

2. Kampanye publik: Melakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran dan dukungan


masyarakat terhadap perubahan kebijakan yang diinginkan. Ini dapat mencakup kegiatan seperti
petisi, aksi demonstrasi, penggalangan dana, dan media sosial untuk menyebarkan pesan dan
memobilisasi dukungan.

3. Pelobi dan pertemuan dengan pembuat kebijakan: Bertemu dengan pembuat kebijakan,
anggota parlemen, atau pejabat pemerintah untuk membahas isu-isu yang relevan, memberikan

xiii
informasi, dan mempengaruhi keputusan mereka melalui argumentasi yang kuat.

4. Kolaborasi dengan organisasi masyarakat sipil: Bekerja sama dengan organisasi


masyarakat sipil, kelompok advokasi, atau lembaga swadaya masyarakat lainnya untuk
menggabungkan kekuatan dan memperjuangkan perubahan kebijakan secara kolektif.

Dalam hal advokasi terkait institusi puskesmas, upaya mempengaruhi kebijakan atau praktik
di puskesmas sering kali berfokus pada peningkatan aksesibilitas, kualitas, dan keberlanjutan
pelayanan kesehatan. Hal ini dapat mencakup upaya memperjuangkan alokasi anggaran yang
memadai, pengembangan program kesehatan yang lebih baik, peningkatan pelatihan dan
peningkatan kapasitas staf, atau pengenalan teknologi medis baru.

Inti dari advokasi adalah menggunakan suara dan kekuatan kolektif untuk membawa
perubahan yang diinginkan. Dengan menggabungkan informasi, kampanye publik, komunikasi
efektif, dan kerja sama dengan berbagai pihak, advokasi dapat memiliki dampak yang signifikan
dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah atau praktik di institusi seperti puskesmas.

Salah satu contoh pelayanan kesehatan puskesmas yang berhasil melalui advokasi adalah
peningkatan program vaksinasi di komunitas yang rentan. Berikut ini adalah contoh bagaimana
advokasi dapat meningkatkan program vaksinasi di puskesmas:

1. Pendekatan Komunitas: Puskesmas bekerja sama dengan kelompok-kelompok masyarakat


setempat, seperti kelompok ibu-ibu, kepala desa, tokoh agama, dan komunitas pemuda. Mereka
melakukan kampanye dan advokasi di lingkungan masyarakat tentang pentingnya vaksinasi dan
manfaatnya untuk kesehatan individu dan masyarakat secara keseluruhan.

2. Penyuluhan dan Edukasi: Puskesmas menyediakan sesi penyuluhan dan edukasi kepada
masyarakat tentang manfaat vaksinasi, prosedur vaksinasi, serta efek samping dan keamanannya.
Puskesmas juga menjawab pertanyaan dan keraguan masyarakat terkait vaksinasi, sehingga
meningkatkan kepercayaan dan partisipasi masyarakat dalam program vaksinasi.

3. Kolaborasi dengan Pihak Terkait: Puskesmas melakukan kolaborasi dengan instansi


pemerintah terkait, seperti Dinas Kesehatan, dinas sosial, dan dinas pendidikan. Mereka bekerja
sama untuk mengorganisir kegiatan vaksinasi di tempat-tempat yang mudah diakses oleh

xiv
masyarakat, seperti sekolah, pusat perbelanjaan, dan tempat ibadah. Kolaborasi ini memudahkan
masyarakat untuk mengakses vaksinasi dengan lebih mudah dan cepat.

4. Memonitor dan Evaluasi: Puskesmas melakukan pemantauan dan evaluasi berkala terhadap
pelaksanaan program vaksinasi. Mereka melacak jumlah orang yang divaksinasi, melaporkan
capaian target vaksinasi, dan mengidentifikasi kendala atau masalah yang mungkin muncul
selama pelaksanaan. Data ini membantu dalam perbaikan program vaksinasi dan memastikan
kelancaran proses pelaksanaan.

5. Advokasi kebijakan: Puskesmas melakukan advokasi kebijakan kepada pemerintah daerah


atau instansi terkait untuk meningkatkan dukungan dan alokasi anggaran bagi program vaksinasi.
Mereka menyampaikan data dan informasi yang menunjukkan manfaat investasi dalam program
vaksinasi serta dampak positifnya terhadap kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Melalui pendekatan-pendekatan tersebut, puskesmas dapat berhasil meningkatkan kesadaran,


partisipasi, dan akses masyarakat terhadap program vaksinasi. Dengan demikian, puskesmas
dapat berperan secara efektif dalam meningkatkan tingkat vaksinasi dan melindungi masyarakat
dari penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi.

xv
BAB III
PENUTUP

A . KESIMPULAN

Disetiap kerja sama dalam sebuah pekerjaan sangat diperlukaan, apalagi kita sebagai tenaga
kesehatan harus melakukan kerja sama dengan membangun jejaring jejaring dengan tenaga
kesehatan lainnya, agar terciptanya tujuan tujuan yang di usahakan sehingga apa yang menjadi
tujuan bisa dilaksanakan. Apalagi kita sebagai tenaga promosi kesehatan perlu melakukan kerja
sama seperti dengan, dinas kesehatan, perawat, dokter dan lain sebagainya, dan puskesmaslah
menjadi wadah kita untuk melakukan kerja sama tersebut.

B. SARAN
Jejaring yang efektif adalah yang terorganisir, memiliki identitas kelompok, berfungsi sesuai prosedur,
dan norma yang dapat menciptakan pembuatan keputusan yang bermanfaat. Dengan adanya perubahan
jejaring advokasi kesehatan ini bersama pihak-pihak yang bersangkutan, diharapkan pelayanan
kesehatan disebuah fasilitas kesehatan menjadi lebih baik.

xvi
DAFTAR PUSTAKA

Ketll, J.M, 2009, Organization Policy and Strategic Management. Hinsdale, III, Dryden
Press.

xvii

Anda mungkin juga menyukai