Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

LBH LAPORKAN DUGAAN MALADMINISTRASI PENANGANAN PASIEN COVID KE OMBUDSMAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah APS

Dosen Pengampu : Dr. Dyah Adriantini Sintha Dewi, SH., M.Hum.

Disusun Oleh :

1. Amanda Delvia Agatha 20.0201.0016

2. Bryan Firdaus Army Valentino 20.0201.0048

3. Salma Ardita Kusuma Putri 20.0201.0033

4. Wahyu Galih Saputra 20.0201.0004

5. Fahrizal Anjas A. 20.0201.0045

FAKULTAS ILMU HUKUM S1


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah terkait dugaan
maladministrasi penanganan pasien Covid ke Ombudsman

Penulisan makalah adalah salah satu tugas dan persyaratan untuk


menyelesaikan tugas dalam mata kuliah Kemuhammadiyahan di Fakultas Ilmu Hukum
Universitas Muhammadiyah Magelang.
Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan, baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga, dosen mata kuliah,
beserta teman-teman yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini.
Kritik dan saran sangat penulis harapkan guna kesempurnaan makalah ini, dan
juga menjadi faktor koreksi bagi penulis guna menyusun makalah-makalah yang akan
datang. Akhir kata penulis ucapkan syukur dan terima kasih, semoga bermanfaat.
Wassalamu alaikum Wr.Wb.
DAFTAR ISI

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN PEMBAHASAN

D. PENDAHULUAN

E. KESIMPULAN
BAB I

PEDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah Indonesia. Hal ini
membuat masyarakat sebagai pengakses maupun pengguna layanan publik semakin tidak
nyaman dengan layanan yang diselenggarakan oleh pemerintah, sehingga hal tersebut
memunculkan kepedulian masyarakat terhadap ketidak maksimalan penyelenggaraan
pelayanan publik. Berbagai upaya dan tindakan masyarakat berusaha memberikan kritik
serta sarannya demi terselenggaranya pemerintahan yang baik ( good governance ) dan juga
pelayanan publik yang maksimal. Adanya partisipasi dari masyarakat dalam pengawasan
pelayanan publik dirasakan masyarakat akan sangat membantu menciptakan
penyelenggaraan pelayanan publik yang berkualitas dan juga dapat diakses semua lapisan
masyarakat tanpa adanya diskriminasi dari pihak pemerintah. Seperti masalah yang akan
dibahas dalam kasus maladministrasi dalam bentuk penyimpangan prosedur ini. Mengambil
dari kasus dugaan pembebanan biaya perawatan dan pengobatan pada pasien covid-19.

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik


adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara pelayanan publik. Kata "barang, jasa dan pelayanan
administratif" dalam bagian penjelasan dianggap sudah jelas, tetapi sebenarnya
maksud "barang" bukanlah barang yang bisa diperdagangkan oleh manusia sehari-
hari tetapi yang dimaksud adalah barang publik (public goods) yang penyediannya
dilakukan oleh pemerintah. Pelayanan publik tidak terlepas dari kehidupan sehari-
hari, sehingga sangat dibutuhkan
perhatian dalam peningkatan pelayanan publik. Pelayanan publik harus diberikan
secara adil tanpa adanya pembedaan status sosial , jabatan, kedudukan, ras, agama,
dan budaya sebagaimana terdapat dalam Pasal 28H ayat (1) UndangUndang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapalkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan".

Pelayanan publik merupakan jembatan bagaimana negara (aparatur


birokrasi) menjalankan fungsinya berkaitan dengan pemecahan dan pemenuhan
kebutuhan masyarakat. Tuntutan karakteristik pelayanan publik yang harus
disediakan pemerintah sesuai dengan amanat undang undang adalah pelayanan
publik yang prima (excellent service) yang secara harfiah berarti pelayanan yang
sangat baik atau pelayanan terbaik. Tolak ukur pelayan prima ini adalah sesuai
dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki oleh instansi yang memberikan
pelayanan.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari rumusan masalah diatas maka diuraikan menjadi rumusan masalah khusus yang diantaranya :

1. Bagaimana cara LBH melaporkan masalah tersebut ke ombudsman?

2. Bagaimana tanggapan ombudsman mengenai masalah tersebut?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui bagaimana penanganan yang
membebankan biaya, perawatan dan pengobatan COVID-19 ke masyarakat yang diajukan LBH.

BAB II

PEMBAHASAN

CONTOH KASUS
Ketidaknyamanan masyarakat tentang layanan kesehatan yang diselenggarakan oleh
pemerintah, membuat rasa kepedulian di masyarakat menjadi meningkat yang
menghasilkan sebuah kritik dan saran demi terselenggaranya pelayanan publik yang baik
dan mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Sebab banyak keluhan dari masyarakat
yang terdampak dan dirawat di rumah sakit mengenai biaya perawatannya yang
ditanggungkan kepada masyarakat bukan ke pemerintah,sehingga kerap menimbulkan
keluhan dari pasien yang mengalami begitu banyak permasalahan biaya perawatan covid-19
yang diterima.

Tetapi tidak sedikit kasus MalAdministrasi yang dilakukan oleh beberapa pihak Rumah Sakit
terhadap pasien COVID-19, dengan menangguhkan biaya perawatan Rumah Sakit kepada pasien
yang seharusnya sudah ditanggung oleh Pemerintah. Maka dari itu masyarakat yang seharusnya
tidak mengeluarkan biaya sama sekali untuk pengobatan COVID 19, tetapi pasien justru harus
mengeluarkan biaya lebih untuk perawatan, hal ini menyebabkan beberapa keluhan masyarakat
akan kasus penyimpangan prosedur yang mereka alami
Charlie Abijili selaku pengacara Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta membuat laporan
kepada Ombudsman Jakarta Raya terkait dugaan pembebanan biaya perawatan dan
pengobatan COVID-19 ke masyarakat. LBH Jakarta mengatakan banyak pasien yang
mengalami permasalahan biaya perawatan COVID-19 yang diterimanya.

Menurutnya, mereka di sini melaporkan kepada Ombudsman atas maladministrasi yang


dilakukan oleh beberapa rumah sakit. Juga oleh beberapa Dinas Kesehatan di beberapa
daerah, di Jakarta, di Surabaya, dan di Bali. Berdasarkan perundangan-undangan yang
berlaku seharusnya biaya pengobatan pasien COVID-19 ditanggung pemerintah. Charlie
menyebut biaya pengobatan seharusnya ditanggung sedari pasien suspek, positif, hingga
sembuh.
Dari aduan masyarakat, Charlie menerangkan sejumlah maladministrasi dilakukan beberapa
pihak mulai dari Rumah Sakit hingga Dinas Kesehatan. Maladministrasi yang dilakukan
berbagai macam, salah satunya pembatasan waktu perawatan. Biaya perawatan itu dibatasi
hanya 14 hari saja. Pasien itu diminta untuk pulang, walaupun belum sembuh belum
dinyatakan negatif. Atau dinyatakan dibilang sembuh, padahal masih masih butuh
penanganan kondisinya sangat buruk.
Pada kesempatan yang sama, salah seorang pasien yang juga pelapor, Juliana (50),
mengatakan dia harus mengeluarkan uang sebesar Rp 225 Juta untuk perawatan.
Semuanya habis hampir Rp 450 juta. Jadi 14 hari awal pemerintah tanggung hampir Rp 200
juta, setelah itu uang pribadi, itu 225 juta," kata Juliana mengaku dipaksa menandatangani
surat pernyataan yang berisi kesediaan menanggung biaya perawatan secara pribadi.
Juliana juga disuruh tandatangan formulir kalau saya secara sadar akan dijamin pribadi.
Karena kondisi saya saat itu masih pakai oksigen dan belum negatif, ya, saya tandatangan.
Itu kan di bawah kondisi yang tak normal, tidak bisa dipertanggungjawabkan meski di atas
meterai,

Dengan laporan tersebut, Charlie berharap Ombudsman memberikan rekomendasi dan


tindakan terhadap lembaga terkait. Selain itu, dia berharap lembaga terkait bisa
mengembalikan dana yang sebelumnya dibayarkan oleh pasien.
Harapannya tentu Ombudsman bisa memberikan rekomendasi kepada lembaga-lembaga
tersebut yang menyatakan ada maladministrasi. Juga tentunya supaya korban dan pasien itu
bisa di kembalikan biayanya dan ditanggung sepenuhnya oleh negara

ANALISIS KASUS
Dalam kasus di atas di jelaskan bahwa banyak terjadinya kasus maladministrasi yang terjadi
di berbagai tempat,maka hal yang dapat dilakukan adalah dengan cara pengaduan ke
Ombudsman. Berikut adalah persyaratan laporan ke Ombudsman:
1) Syarat Administrasi (Formil)
a) Fotokopi/scan KTP (apabila WNI) atau Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP) atau Kartu Izin
Tinggal Sementara (KITAS) atas nama Pelapor yang masih berlaku (apabila Pelapor adalah
WNA dan merupakan penduduk)
b) Kronologi dengan mencantumkan keterangan waktu (tanggal, bulan, tahun)
terjadinya peristiwa/tindakan yang dilaporkan, instansi yang dilaporkan, serta harapan
Laporan di Ombudsman
c) Peristiwa/Tindakan sudah disampaikan secara langsung kepada Pihak Terlapor tetapi
TIDAK mendapat penyelesaian
d) Peristiwa/Tindakan TIDAK LEBIH dari 2 (dua) tahun sejak terjadi
e) Nomor Telepon yang dapat dihubungi serta e-mail (jika ada)
f) Surat kuasa melapor jika penyampaian Laporan dikuasakan kepada pihak lain
g) Dokumen pengesahan/legalitas seperti akta pendirian dan perubahan yang
menunjukkan kedudukan Pelapor dengan institusi yang diwakili (untuk Pelapor yang
mewakili Badan Hukum seperti Perusahaan, Yayasan dsb.
2) Syarat Substantif (Materiil) Laporan
a) Substansi Laporan tidak sedang dan telah menjadi objek pemeriksaan pengadilan
b) Laporan tidak sedang dalam proses penyelesaian oleh instansi yang dilaporkan dan
menurut Ombudsman proses penyelesaiannya masih dalam tenggang waktu yang patut
c) Pelapor belum memperoleh penyelesaian dari instansi yang dilaporkan
d) Substansi yang dilaporkan sesuai dengan ruang lingkup kewenangan Ombudsman RI
e) Substansi yang dilaporkan tidak sedang dan/ atau telah ditindaklanjuti oleh
Ombudsman.
3) Ombudsman RI Menolak Laporan Jika
a) Substansi Laporan bukan merupakan wewenang Ombudsman RI
b) Substansi Laporan sedang dan telah menjadi objek pemeriksaan pengadilan
c) Laporan sedang dalam proses penyelesaian oleh instansi yang dilaporkan dan masih
dalam tenggang waktu yang patut
d) Laporan yang sama sebelumnya sedang dan/atau telah ditindaklanjuti oleh
Ombudsman RI
c. CARA MENYAMPAIKAN LAPORAN
a) Hubungi: Halo Ombudsman 137
b) Datang atau Bersurat ke kantor Ombudsman Ri Pusat atau Perwakilan di 34 Provinsi
c) Hubungi WhatsApp ke: 0821 3737 3737
d) Mengisi formulir pengaduan online dengan link ombudsman.go.id/pengaruan.

Kesimpulan.

 Dalam kasus tersebut dapat di ketahui bahwa maladministrasi adalah perbuatan


yang sangat merugikan bagi sebagian orang yang seharusnya mendapatkan bantuan
dari pemerintah akan tetapi adanya pungutan biaya yang seharusnya gratis.
 Dalam kasus tersebut di upayakan sebisa mungkin kita sebagi warga negara harus
berani dalam melaprkan kasus kecurangan maladministrasi yang dapat merugikan
kita sendiri dan juga orang banyak.

Anda mungkin juga menyukai