Anda di halaman 1dari 14

Cerebrum

Aduh....Kepala ku Senat Senut...

Ibu Tania berusia 45 tahun, datang ke Poliklinik Saraf RSUD Arifin Achmad dengan
keluhan nyeri kepala sejak 1 hari yang lalu.

DATA TAMBAHAN
Anamnesis
1. KELUHAN UTAMA :
Nyeri kepala
Onset : 1 hari

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (RPS)


- Onset Nyeri sudah berapa lama? Tiba-tiba sejak 1 hari lalu
- Karakteristik nyeri seperti apa (tajam/tumpul/terbakar)? Sensasi
berdenyut, durasi 4-5 jam
- Lokasi Nyeri (spesifik/nyeri menjalar)? Unilatereal daerah frontal dan
temporal kiri
- Apakah ada gangguan penglihatan? Ada aura visual berupa gangguan
pengelihatan, seperti melihat kembang api
- Mengganggu aktifitas? Iya, pasien tidak bisa beraktifitas dan hanya
berbaring
- Mual muntah? Mual sebanyak 2 kali
- Ada keluhan lain? Fotofobia, fonofobia

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (RPD)


- Riwayat sebelumnya? Ada
- Riwayat mengonsumsi obat? Penghilang rasa sakit yang dibeli di warung
- Riwayat trauma, tumor, infeksi? Tidak ada

4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA (RPK)


Apakah ada keluarga yang mengalami hal yang sama?

5. RIWAYAT SOSIAL DAN EKONOMI


- Pekerjaan? Karyawan bank
- Ada beban pikiran/stress? Stress karena masalah perceraian dengan suami

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: sehat/sakit ringan/sakit sedang
2. Kesadaran : komposmentis
3. Inspeksi :

Nabila, Ima, Rofi


Cerebrum

- Visual analog scale (VAS) : 6-7

4. Pemeriksaan Status Neurologis : batas normal

TERMINOLOGI
1. Nyeri kepala
 Nyeri kepala atau cephalalgia didefinisikan adalah rasa nyeri di daerah
seluruh kepala dan leher mulai dari dagu ke daerah tengkuk (oksipital). Rasa
nyeri kepala adalah gejala non-spesifik, yang berarti memiliki banyak
kemungkinan penyebab, bisa menjadi gejala dari pelbagai sejumlah kondisi
yang berbeda dari kepala dan leher.
 Nyeri kepala adalah nyeri yang dirasakan di daerah kepala atau merupakan
suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada daerah kepala (Goadsby,
2002).
 Nyeri kepala umumnya diklasifikasikan sebagai nyeri kepala primer dan nyeri
kepala sekunder, kemudian dibagi menjadi beberapa jenis nyeri kepala
tertentu.
 Gangguan nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang sifatnya “idiopatik”,
nyeri kepala yang tidak terkait dengan kondisi patologi atau penyebab lain
yang mendasari. Berdasarkan pemeriksaan neurologis dan tes pencitraan

Nabila, Ima, Rofi


Cerebrum

biasanya normal, tidak peduli seberapa parah gejala. Kejadian nyeri kepala
primer lebih sering terjadi dibandingkan nyeri kepala sekunder.
 Nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala yang dikaitkan dengan kondisi
patologis yang mendasari, seperti adanya tumor otak, aneurisma, penyakit
inflamasi. Dengan pemeriksaan neurologis dan tes pencitraan telah terbukti
membantu dalam diagnostik nyeri kepala sekunder.
 Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada daerah
kepala dengan batas bawah dari dagu sampai kedaerah belakang kepala
(area oksipital dan sebagian daerah tengkuk). International Headache Society
(IHS) pada tahun 1988 telah membagi nyeri kepala menjadi dua yaitu, nyeri
kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri
kepala tanpa disertai adanya penyebab struktural organik sedangkan nyeri
kepala sekunder adalah nyeri kepala yang disertai penyebab struktural
organik (Nurwulandari, 2014).
 Nyeri kepala didefinisikan sebagai suatu perasaan tidak mengenakkan pada
daerah kepala yang sering dikeluhkan dari para penderitanya karena dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari (Nurwulandari, 2014).
 Nyeri kepala adalah salah satu keluhan yang paling umum dikeluhkan oleh
pasien saat datang ke dokter perawatan primer dan neurolog. Meskipun
sebagian besar nyeri kepala adalah jinak (tidak membahayakan), namun
dokter dihadapkan pada tugas penting untuk membedakan gangguan nyeri
kepala yang jinak dan yang berpotensi mengancam nyawa. Mengingat
banyak penyakit sering disertai dengan keluhan nyeri kepala, perlu
pendekatan yang terfokus dan sistematis untuk memfasilitasi diagnosis dan
pengobatan yang tepat pada berbagai jenis nyeri kepala (Hidayati, 2016).

2. Unilateral (bersifat satu sisi)


 Nyeri yang terjadi pada satu sisi kepala. Daerah yang terkena biasanya di
daerah frontal dan temporal kepala, namun kadang juga melibatkan daerah
kepala lain dan leher
 hanya mengcnai satu sisi. satu-sisi bagian tubuh saja (kanan saja atau kiri
saja). Nyeri kepala unilateral sering terjadi pada migren dan klaster,
sedangkan nyeri kepala bilateral merupakan gejala dari nyeri kepala tipe
tegang (Tension type headache).
 Migrain adalah nyeri kepala berulang dengan sera ngan nyeri yang
berlangsung 4 sampai 72 jam. Biasanya menyerang pada satu sisi kepala
(unilateral), sifatnya berdenyut dengan intensitas nyeri sedang sampai berat
(diperberat dengan aktivitas) dan dapat disertai mual, muntah, fotofobia
(sensitif terhadap cahaya), fonofobia (sensitif terhadap suara).

Nabila, Ima, Rofi


Cerebrum

3. Frontal
 Lobus frontal adalah bagian otak besar yang terbesar dan terletak di bagian
depan otak. Bagian ini berperan penting dalam mengendalikan gerakan
tubuh, menilai, dan merencanakan sesuatu, memecahkan masalah, serta
mengatur emosi dan pengendalian diri.

4. Temporal
 Lobus temporal terletak di kedua sisi kepala yang sejajar dengan telinga.
Bagian otak besar yang ini bertanggung jawab terhadap fungsi pendengaran,
memori, dan emosi. Kerusakan pada lobus temporal dapat menyebabkan
masalah pada ingatan, persepsi ucapan, dan kemampuan berbahasa.
 Lobus temporal (samping) yang mengendalikan indra pendengaran, ingatan,
dan emosi. Lobus temporal kiri juga berperan dalam fungsi bicara.

5. Sensasi berdenyut

6. Aura visual
 Aura adalah gejala disfungsi serebral fokal yang dapat membaik dalam waktu
<60 menit. Aura dapat berbentuk gangguan visual homonim, parestesia
unilateral, kesemutan, kelelahan, atau disfasia. Aura visual merupakan aura
yang paling sering terjadi dan umumnya berbentuk fotofobia atau fotopsia
(kilatan cahaya), bentuk geometrik, atau skotoma. Aura visual umumnya
bilateral dan bergerak perlahan di dalam area lapang pandang.
 Penyebab aura adalah Depresi penyebaran kortikal (CSD). CSD adalah
gelombang depolarisasi neuronal dan glial, diikuti oleh penekanan aktivitas
saraf yang berlangsung lama. Penelitian neuroimaging mendukung bahwa
CSD adalah perubahan patofisiologi awal, yang mungkin terkait dengan
penurunan kemampuan pemrosesan rangsangan kortikal dari asam amino
rangsang neurotransmitter asam glutamat di korteks oksipital. Selama CSD
ada depolarisasi saraf awal, diikuti oleh hiperpolarisasi dan keheningan saraf
relatif yang menyebar secara berurutan dari lobus oksipital ke depan
 Nyeri kepala (migrain) dengan aura adalah serangan nyeri kepala berulang
yang didahului dengan gejala neurologis fokal yang reversibel secara
bertahap dalam waktu 5-20 menit. Gejala neurologis fokal ini dikenal dengan
aura dan berlangsung dalam waktu kurang dari 60 menit.
 Migren dengan aura merupakan gangguan dengan serangan rekuren dan disertai
gejala neurologis fokal yang reversible berlangsung 5-20 menit dan paling lama
kurang dari 60 menit
 Kriteria diagnostik migraine aura berdasarkan HIS (International Headache
Society):

Nabila, Ima, Rofi


Cerebrum

a. Sekurang-kurangnya telah terjadi 2 serangan nyeri kepala yang


memenuhi kriteria migren tanpa aura.
b. Terdapat aura tipikal yang dapat berupa aura visual dan atau sensoris
dan atau gangguan berbahasa.
c. Nyeri kepala tidak berkaitan dengan penyakit lain ( nyeri kepala
sekunder).
 Nyeri kepala (migrain) tanpa aura disebut juga sebagai migraine umum. Sakit
kepalanya hampir Sakit kepalanya hampirsama dengan migraine dengan
aura. Nyerinya pada salah satu bagian sisi kepala dansama dengan migraine
dengan aura. Nyerinya pada salah satu bagian sisi kepala danbersifat pulsatil
dengan disertai mual, fotofobia dan bersifat pulsatil dengan disertai mual,
fotofobia dan fonofobia. Nyeri kepala fonofobia. Nyeri kepala berlangsung
selama 4-72 jam.
 Migren tanpa aura merupakan nyeri kepala rekuren dengan durasi serangan 4-72 jam.
Karateristik nyeri unilateral, seperti berdenyut, instensitas sedang hingga berat,
diperberat dengan aktifitas fisik, disertai mual dan muntah, fotopobia dan fonopobia.
 Kriteria diagnostik migraine tanpa aura berdasarkan IHS:
a. Nyeri kepala minimal berlangsung selama 4-72 jam (baik dalam kondisi
belum diobati atau sudah diobati na mun belum berhasil).
b. Nyeri kepala memiliki minimal dua diantara karakteristik berikut:
1) Unilateral
2) Kualitas berdenyut
3) Intensitasnya nyeri sedang sampai berat
4) Diperberat dengan aktivitas fisik rutin maupun tidak rutin (seperti:
berjalan jauh, naik tangga)
c. Terdapat salah satu gejala penyerta di bawah ini :
1) Mual danfatau muntah
2) Fotofobia dan fonofobia
d. Nyeri kepala tidak berkaitan dengan penyakit lain (nyeri kepala sekunder).

7. Muntah
 Kondisi ketika isi lambung keluar secara paksa melalui mulut. Berbeda dari
regurgitasi (keluarnya isi lambung tanpa kontraksi), muntah disertai kontraksi
pada lambung dan otot perut. Muntah sendiri sebenarnya bukan suatu
penyakit, tetapi gejala bahwa seseorang sedang mengalami gangguan
kesehatan.
 Didefinisikan sebagai ejeksi atau pengeluaran isi lambung melalui mulut,
seringkali membutuhkan dorongan yang kuat.

8. Fotofobia

Nabila, Ima, Rofi


Cerebrum

 Intoleransi terhadap cahaya. Bisa langsung sinar matahari atau sumber


cahaya buatan seperti lampu dan lampu jalan.
 Fotofobia atau sensitivitas cahaya adalah ketidakmampuan mata untuk
menoleransi cahaya. Fotofobia dapat menyebabkan mata menjadi sakit dan
tidak nyaman dengan cahaya terang, namun dalam kasus ekstrem bahkan
penderita tidak tahan terhadap cahaya yang relatif rendah sekalipun. Cahaya
ini dapat berasal dari matahari, lampu, api, lilin, dan sebagainya.
 Etiologi fotofobia dapat dibagi dalam empat bagian utama: (1) Patologi jalur
orbital dan visual (misalnya, gangguan mata, saraf optik, dan masalah
kiasma); (2) Gangguan neurologis (misalnya, sakit kepala primer,
blepharospasm, cedera otak traumatis), (3) Gangguan psikiatri (misalnya,
agorafobia, gangguan kecemasan, depresi.); dan (4) Fotofobia yang diinduksi
obat (misalnya, barbiturat, benzodiazepin, haloperidol.)
 Kondisi neurologis yang paling umum ditemui adalah sakit kepala primer,
blepharospasm esensial jinak (BEB), kelumpuhan supranuklear progresif
(PSP) dan cedera otak traumatis (TBI)
 Mekanisme fotofobia tidak jelas , mungkin karena disfungsi thalamic - dan
rasa nyeri yang disebabkan oleh hipersensibilitas cahaya terang pada pasien
dengan nyeri ocular. Ada hipotesis yang menyatakan bahwa kecenderungan
timbulnya fotofobia akan lebih besar dalam kondisi berkurangnya kadar
tryptophan di otak. Penurunan kadar tryptophan menambah rasa nyeri kepala
dan meningkatkan kerentanan terhadap gangguan vestibular pada penderita
migrain dan diperparah dengan mual pada penderita migrain. Penurunan
kadar tryptophan dalam otak (akan tetapi tidak dalam sirkulasi sistemik) juga
meningkatkan kemungkinan bahwa terjadi rendahnya konsentrasi kronis dari
serotonin di otak. ( Drummond PD 2006)

9. Fonofobia
 Ketakutan, kemarahan atau kecemasan ketika mendengar suara-suara
tertentu yang, meskipun tidak kuat, memicu emosi yang sangat negatif.
 Fonofobia diartikan sebagai ketakutan, kemarahan atau kecemasan ketika
mendengar suara-suara tertentu yang, meskipun tidak kuat, memicu emosi
yang sangat negatif. Beberapa gejala fonofobia diantara lain, yaitu :
• Ketakutan
• Kecemasan
• Berkeringat
• Sesak napas
• Peningkatan detak jantung
• Nyeri di dada • Pusing

10. Stress

Nabila, Ima, Rofi


Cerebrum

 Gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan
tuntutan kehidupan.
 Tekanan, ketegangan, gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal
dari luar diri seseorang.

11. VAS (Visual Analogue Scale)


 Cara yang paling banyak digunakan untuk menilai nyeri. Skala linier ini
menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin dialami
seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10 cm,
dengan atau tanpa tanda pada tiap sentimeter. Tanda pada kedua ujung
garis ini dapat berupa angka atau pernyataan deskriptif.
 Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang lain
mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala dapat dibuat vertikal
atau horizontal. VAS juga dapat diadaptasi menjadi skala hilangnya/reda rasa
nyeri. Digunakan pada pasien anak >8 tahun dan dewasa. Manfaat utama
VAS adalah penggunaannya sangat mudah dan sederhana. Namun, untuk
periode pasca bedah, VAS tidak banyak bermanfaat karena VAS
memerlukan koordinasi visual dan motorik serta kemampuan konsentrasi.

RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana mekanisme terjadinya nyeri kepala pada ibu Tania?
2. Apa penyebab terjadinya aura visual pada ibu Tania?
3. Kenapa ibu Tania mengalami muntah, fotofobia dan fonofobia ?
4. Apakah hubungan antara stress dengan keluhan yang dialami ibu Tania?
5. Apa arti nilai Visual Analog Scale (VAS) 6-7 dan bagaimana menilainya?
6. Apa diagnosa ibu Tania?
7. Bagaimana tatalaksana awal pasien?

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana mekanisme terjadinya nyeri kepala pada ibu Tania?
 Rangsangan yang menganggu diterima oleh nosiseptor (reseptor nyeri)
polimodal dan mekanoreseptor di meninges dan neuron ganglion trigeminal.
Pada innervasi sensoris pembuluh darah intrakranial (sebagian besar berasal
dari ganglion trigeminal) di dalamnya mengandung neuropeptida seperti
CGRP / Calcitonin Gene Related Peptide, Substance P, Nitric oxide,
bradikinin, serotonin yang semakin mengaktivasi / mensensitisasi nosiseptor.
Rangsangan di bawa menuju cornu dorsalis cervical atas. Transmisi dan
modulasi nyeri terletak pada batang otak ( periaquaductal grey matter,
nucleus raphe magnus, formasio retikularis). Hipotalamus dan sistem limbik
memberikan respon perilaku dan emosional terhadap nyeri. Pada talamus

Nabila, Ima, Rofi


Cerebrum

hanya terjadi persepsi nyeri. Dan terakhir pada korteks somatosensorik dapat
mengetahui lokasi dan derajat intensitas nyeri
 Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab memicu
nyeri kepala adalah sbb (Lance,2000) :
 Peregangan atau pergeseran pembuluh darah intrakranium atau
ekstrakranium
 Traksi pembuluh darah
 Kontraksi otot kepa dan leher (kerja berlebihan otot)
 Peregangan periosteum (nyeri local)
 Degenerasi spina servikalis atas disertai kompresi pada akar nervus
servikalis (misalnya artritis verterbra servikalis)
 Defisiensi enkefalin (peptide otak mirip opiate, bahan aktif pada endorphin)
 Terjadi peningkatan kadar 5-HT menyebabkan vasokonstriksiàmenurunkan
aliran darah kranialàterjadi iskemiaàiskemik selanjutnya akan berkurang dan
diikuti oleh periode vasodilatasi serebral, neurogenic inflammation , dan nyeri
 Dampak yang disebabkan oleh faktor stres dan emosional terhadap episode
serangan individual dapat terjadi di level perifer dan sentral. Pada level
perifer, stres dapat mencetuskan inflamasi perivaskular dan ketegangan otot
perikranial. Pada level sentral, stres dapat mempengaruhi kontrol neuron
supraspinal di nukleus kaudalis trigeminal, menyebabkan peningkatan
eksitabilitas di level spinal/trigeminal dan merusak efektivitas sistem
antitnosiseptif (Nash and Thebarge, 2006).
 Beberapa penelitian telah mengajukan hiperaktivitas simpatis sebagai faktor
psikologis yang mencetuskan perkembangan TTH. Ada bukti bahwa
nosiseptor otot dapat distimulasi oleh neurotransmitter endogen dan/atau
hormon-hormon seperti serotonin, norepinefrin, dan bradikinin. Hal ini
meningkatkan kemungkinan aktivasi sistem saraf simpatis dan aksis HPA
menjadi patogenesis TTH. Jika hiperaktivitas sistem saraf simpatis dalam
responnya terhadap stresor psikologis berkontribusi dalam pemrosesan nyeri
abnormal pada TTH, hal ini bisa terjadi bersamaan dengan perubahan jangka
panjang fungsi kardiovaskular dan hemodinamik.

Nabila, Ima, Rofi


Cerebrum

2. Apa penyebab terjadinya aura visual pada ibu Tania?


 Patofisiologi migrain dengan aura dikenal dengan teori cortical spreading
depression (CSD). Aura terjadi karena terdapat eksitasi neuron di substansia
nigra yang menyebar dengan kecepatan 2-6 mm/menit. Penyebaran ini diikuti
dengan gelombang supresi neuron dengan pola yang sama sehingga
membentuk irama vasodilatasi yang diikuti dengan vasokonstriksi. Prinsip
neurokimia CSD adalah pelepasan Kalium atau asam amino eksitatorik
seperti glutamat dari jaringan neural sehingga terjadi depolarisasi dan
pelepasan neurotransmiter lagi (Ayata, 2015).
 CSD pada episode aura akan menstimulasi nervus trigeminalis nukleus
kaudatus, memulai terjadinya migrain. Pada migrain tanpa aura, kejadian
kecil di neuron juga mungkin merangsang nukleus kaudalis kemudian
menginisiasi migrain. Nervus trigeminalis yang teraktivasi akan menstimulasi
pembuluh kranial untuk dilatasi. Hasilnya, senyawasenyawa neurokimia
seperti calcitonin gene-related peptide (CGRP) dan substansi P akan
dikeluarkan, terjadilah ekstravasasi plasma. Kejadian ini akhirnya
menyebabkan vasodilatasi yang lebih hebat, kemudian akan terjadi inflamasi
steril neurogenik pada kompleks trigeminovaskular.

Nabila, Ima, Rofi


Cerebrum

 Penyebab aura adalah Depresi penyebaran kortikal (CSD). CSD adalah


gelombang depolarisasi neuronal dan glial, diikuti oleh penekanan aktivitas
saraf yang berlangsung lama. Penelitian neuroimaging mendukung bahwa
CSD adalah perubahan patofisiologi awal, yang mungkin terkait dengan
penurunan kemampuan pemrosesan rangsangan kortikal dari asam amino
rangsang neurotransmitter asam glutamat di korteks oksipital. Selama CSD
ada depolarisasi saraf awal, diikuti oleh hiperpolarisasi dan keheningan saraf
relatif yang menyebar secara berurutan dari lobus oksipital ke depan

3. Kenapa ibu Tania mengalami muntah, fotofobia dan fonofobia ?


 Pada saat terjadi peningkatan tekanan intrakranial karena adanya edema
akibat cedera kepala, selanjutnya akan merangsang reseptor TIK. Ketika
reseptor TIK terangsang akan mengakibatkan pusat muntah di
mengakibatkan pusat muntah di dorsolateral formation reticularis terangsang.
Selanjutnya dorsolateral formation reticularis terangsang. Selanjutnya nervus
vagus akan menyebabkan kontraksi duodenum dan antrum lambung dan
terjadi peningkatan tekanan intraabdomen, selain itu nervus vagus juga
membuat dan terjadi peningkatan tekanan intraabdomen, nervus vagus juga
membuat spincter esophagus terbuka dan terjadilah muntah.
 Ketika saraf trigeminal mendapat rangsang maka mediator-mediator seperti
calcitonin dan nitrit oxide keluar dan menyebabkan terjadinya refleks
trigeminoautonomic.Refleks trigemino-autonomic merupakan adalah suatu
refleks multi sinaps yang merangsang superior salivatory dan nukleus
Edinger-Westphal dari bagian kolateral kauda nukleus trigeminal. Efek dari
superior salivatory adalah mengaktifasi efektor parasimpatis di ganglion
pterygopalatine, yang melebarkan pembuluh darah, dan aktivasi di ganglion
cilliary yang menyebabkan lakrimasi pada mata. Efek dari Edinger-Westphal
sendiri menyebabkan konstriksi dari pupil mata. Refleks trigemino-autonomic
juga menyebabkan injeksi pada konjungtiva, mata berair dan migrain yang
dapat disertai oleh fotofobia (Digre dan Brennan,2012). Jadi kesimpulannya
fonofobia dapat disebabkan oleh sensitifitas sel ganglion retina dan
kerusakan system saraf trigerminal.
 Nyeri kepala ini bisa disebabkan kelainan dismodulasi sensoris, dimana
aktivitas aferen normal diterima sebagai hal yang berlebihan. Hal tersebut
berkaitan dengan kelainan yang terjadi di batang otak (brainstem), yaitu
daerah yang secara normal memegang kendali neuron sensorik. Hasilnya
berupa pelepasan sensoris berlebihan di thalamus, sehingga pasien
melaporkan sebagai nyeri, fotofobia, fonofobia, atau gerakan kepala
 hal ini terjadi Ketika selama aura terjadi maka terjadi peningkatan
serotoninàyang dimana peningkatan ini memicu vasokonstriksi pada

Nabila, Ima, Rofi


Cerebrum

pembuluh darah intrakranial yang memicu terjadinya CSD ( cortical spreading


depressionàmaka dari itu otak menjadi hipersensitivitas terhadap cahaya ,
suara dan bau.

4. Apakah hubungan antara stress dengan keluhan yang dialami ibu Tania?
 Stres yang tidak normal dan berkepanjangan dapat menyebabkan nyeri
kepala kronik. Kortisol adalah hormon steroid. Zat ini dihasilkan oleh glandula
kortek adrenal, yang dilepaskan sebagai respons terhadap stres. Beberapa
penelitian telah menganalisa hubungan nyeri kepala terhadap hormon
kortisol, dan stres psikologis.
 Rangsangan psikologis (stressor) termasuk stres akibat pekerjaan/perceraian
merupakan pemicu yang penting timbulnya suatu penyakit, seperti hipertensi,
penyakit jantung, dan beberapa neuropsikoatris (Harrianto, 2009). Menurut
Gregson T (2007) stress akan memberikan gejala baik secara fisik, mental
dan perilaku, salah satunya adalah nyeri kepala. Stress merupakan
rangsangan dari luar yang mengganggu. Rangsangan tersebut akan diterima
oleh nosiseptor di meninges dan neuron ganglion trigeminal. Kemudian akan
di lanjutkan menuju cornu dorsalis cervicalis atas, lalu akan di transmisi dan
modulasi nyeri pada batang otak.
 Gangguan nyeri kepala harus memperhitungkan interaksi faktor psikologis
dan sosial seiring dengan proses biologis. Stres kehidupan adalah faktor
psikososial yang secara umum diakui sebagai kontributor sentral terhadap
nyeri kepala primer (Nash and Thebarge, 2006). Stres sering disebut sebagai
salah satu faktor tersering yang memperberat nyeri kepala. Penelitian
melaporkan bahwa serangan nyeri kepala dipicu oleh peningkatan insidensi
atau peningkatan tekanan dalam masalah sehari-hari selama beberapa jam
atau beberapa hari sebelum serangan, dengan adanya peningkatan
ketegangan, iritabilitas dan kelelahan yang terjadi satu hari atau lebih
sebelumnya. Sensitivitas terhadap stres juga dijumpai memiliki hubungan
dengan peningkatan durasi nyeri kepala. Perubahan hormonal juga
terkadang dapat berinteraksi dengan faktor psikologis dan berhubungan
dengan waktu serangan (Nash and Thebarge, 2006). Dampak yang
disebabkan oleh faktor stres dan emosional terhadap episode serangan
individual dapat terjadi di level perifer dan sentral. Pada level perifer, stres
dapat mencetuskan inflamasi perivaskular dan ketegangan otot perikranial.
Pada level sentral, stres dapat mempengaruhi kontrol neuron supraspinal di
nukleus kaudalis trigeminal, menyebabkan peningkatan eksitabilitas di level
spinal/trigeminal dan merusak efektivitas sistem antitnosiseptif
 Stres berkontribusi sebanyak 79,7% sebagai pencetus migrain. Terlalu letih,
sibuk, kurang tidur, emosi berlebih, atau ketegangan dapat memicu kelenjar
adrenal untuk melepaskan hormon noradrenalin, tetapi beberapa kasus

Nabila, Ima, Rofi


Cerebrum

migrain dapat muncul setelah ketegangan reda atau masa stres sudah lewat.
Sebagian besar literatur menunjukkan bahwa stres dan gangguan emosional
sebagai pemicu utama serangan nyeri kepala.18 Pendapat tersebut didukung
oleh berbagai penelitian yang menemukan bahwa peristiwa kehidupan yang
penuh stres dan emosi yang intens adalah pemicu yang paling umum di
seluruh sampel, di kedua jenis kelamin.

5. Apa arti nilai Visual Analog Scale (VAS) 6-7 dan bagaimana menilainya?
 Meminta pasien menunjukkan tingkatan nyeri dengan menunjukkan sesuai
VAS yang ada.
 Di sepanjang garis tersebut disertai tanda pada setiap sentimeternya yang
merupakan tanda dari gradasi tingkat nyeri yang dialami pasien. Ada pula
yang tidak ada tanda di setiap sentimeternya, yang terpenting rentangnya 10
cm.
 Pasien diminta untuk menandai di titik mana tingkat rasa sakit yang dialami.
Dimana ujung sebelah kiri ditandai sebagai tidak ada rasa sakit dan ujung
sebelah kanan merupakan rasa paling sakit.

6. Apa diagnosa ibu Tania? Migrain tanpa aura

Nabila, Ima, Rofi


Cerebrum

 Migrain tanpa aura


Kriteria diagnostik :
a. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D
b. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati atau
tidak berhasil diobati).
c. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut:
 Lokasi unilateral 12
 Kualitas berdenyut
 Intensitas nyeri sedang atau berat
 Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau penderita
menghindari aktivitas fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga).
d. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini:
 Mual dan/atau muntah
 Fotofobia dan fonofobia
e. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain (Bartleson, 2010)

 Migrain dengan aura


Kriteria diagnostik:
a. Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi kriteria B-D.
b. Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu dari dibawah ini tetapi tidak
dijumpai kelemahan motorik:
 Gangguan visual yang reversibel seperti : positif (cahaya yang
berkedip-kedip, bintik-bintik atau garis-garis) dan negatif (hilangnya
penglihatan).
 Gangguan sensoris yang reversible termasuk positif (pins and
needles), dan/atau negatif (hilang rasa/baal).
 Gangguan bicara disfasia yang reversible
c. Paling sedikit dua dari dibawah ini:
 Gejala visual homonim dan/atau gejala sensoris unilateral
 Paling tidak timbul satu macam aura secara gradual > 5 menit dan
/atau jenis aura yang lainnya > 5 menit.
 Masing-masing gejala berlangsung > 5 menit dan < 60 menit.
d. Nyeri kepala memenuhi keriteria B-D
e. Tidak berkaitan dengan kelainan lain (Bartleson, 2010).
f. Gejala diatas ini tidak boleh disebabkan oleh kelainan struktural,
metabolik atau gangguan lainnya.

7. Bagaimana tatalaksana awal pasien?


 Tatalaksana migrain melibatkan terapi akut (abortif) dan pencegahan
(profilaksis). Penatalaksanaan farmakologis untuk migrain dengan

Nabila, Ima, Rofi


Cerebrum

pengobatan anti nyeri sederhana seperti ibuprofen dan parasetamol


(asetaminofen) untuk nyeri kepala, obat anti mual, dan penghindaran pemicu
migrain (Armstrong, 2013). Obat-obatan spesifik seperti triptans atau
ergotamin dapat digunakan ketika obat anti nyeri sederhana tidak efektif
(NINDS, 2015). Sejumlah obat juga digunakan untuk mencegah serangan
seperti metoprolol, valproat, dan topiramat (Armstrong, 2013).
 Pasien juga harus menghindari faktor-faktor yang memicu serangan migrain
(misalnya kurang tidur, kelelahan, stres, makanan tertentu, penggunaan
vasodilator). Pasien dianjurkan untuk menggunakan buku harian untuk
mendokumentasikan kejadian nyeri kepala, hal tersebut merupakan metode
yang efektif dan murah untuk mengikuti jalannya penyakit (NINDS, 2015).

1. Definisi dan Klasifikasi


2. Patofisiologi dengan aura
3. Patofisiologi migrain tanpa aura
4. Diagnosis
5. Diagnosis banding nyeri kepala primer
6. Definisi dan Klasifikasi
7. Patofisiologi
8. Diagnosis
9. Diagnosis banding migraine
10. Penatalaksanaan migrain
11. Tanda kegawatan (red flags) pada nyeri kepala.

Nabila, Ima, Rofi

Anda mungkin juga menyukai