Anda di halaman 1dari 37

KOMUNKASI PERSUASIF PEMBERDAYAAN KESEJAHTRAAN

KELUARGA (PKK) DALAM MENGATASI MASALAH


STUNTING DI DESA MACCINIBAJI
KECAMATAN KEPULAUAN
TANAKEKE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar


Sarjana Ilmu Komunikasi Jurusan Ilmu Komunikasi
Pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makassar

Oleh:

KRISDA EKAWATI
NIM : 50700120060

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023
DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………… 1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus…………………………………… 7
C. Rumusan Masalah………………………………………………………... 8
D. Kajian Pustaka…………………………………………………………… 8
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………………………………………… 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Komunikasi Persuasif…………………………………………………….. 11
B. Stunting…………………………………………………………………… 17
C. Komunikasi dalam Persuasif Al-Quran…………………………………... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian…………………………………… 29


B. Pendekatan Penelitian………….………………………………………… 30
C. Sumber Data……………………………………………………………… 30
D. Metodologi Pe ngumpulan Data…………………………………………. 30
E. Instrumen Penelitian……………………………………………………... 31
F. Teknik Pengelolahan Analisis Data……………………………………... 32

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Kesehatan menjadi salah satu topik utama di dunia terutama mengenai
kesehatan Gizi pada Anak. Sebagian besar negara berkembang tidak luput dari
masalah kesehatan gizi anak. Sebagai Negara berkembang sering kali beban
yang timbul akibat transisi gizi jauh lebih berat dibandingkan dengan Negara
maju. Indonesia merupakan salah satu Negara yang mengalami beban ganda
malnutrisi, salah satu fenomena beban gizi ganda adalah stunting. Stunting
adalah masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting karena memiliki
banyak dampak yang besar terhadap kualitas sumber daya manusia pada satu
generasi.

Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh


kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama akibat dari pemberian
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi, sehingga mengakibatkan
gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau
pendek (kerdil) dari standar usianya. Stunting mulai dapat terjadi pada janin
dalam kandungan kemudian ciri-cirinya mulai nampak saat anak memasuki
usia dua tahun. Stunting ditandai ketika menurunnya pertumbuhan pada anak
yang terjadi akibat tidak diimbangi dengan tumbuh kejar.1

Menurut Wolrd Health Organization (WHO) stunting adalah


gangguan pertumbuhan pada anak yang disebabkan karena adanya malnutrisi
pada asupan gizi kronis atau penyakit infeksi kronis yang ditunjukkan dengan
nilai z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari-2SD.

1
Kinanti Rahmadhita,”Permasalahan Stunting dan Pencegahannya”, Jurnal Ilmiah Kesehatan
Sandi Husada, Vol. 11, No.1, (2020).h. 226

1
2

1
World Food Programme (WFP) menyatakan bahwa malnutrisi yang
terjadi pada bayi dan balita memiliki dampak ekonomi yang besar bagi suatu
Negara. Anak yang mengalami stunting merupakan indikator yang diterima
secara meluas terhadap penurunan produktivitas masyarakat suatu Negara
pada masa mendatang. Anak-anak pendek pada umumnya akan tumbuh
menjadi anak yang kurang berpendidikan, memiliki pendapatan dan kualitas
hidup yang rendah, serta rentan mengalami penyakit tidak menular.

Di Indonesia dalam 10 tahun terakhir penurunan stunting belum


menunjukkan angka yang sinknifikan. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018
mencatat 30,8% balita di Indonesia mengalami stunting. Angka ini masih
tinggi karena berada di bawah ambang batas yang ditetapkan WHO, yakni
sebesar 20%. Namun sisi lain, sebagai proses yang berjalan sebenarnya telah
mengalami penurunan yang cukup signifikan mengingat data sebelumnya dari
tahun 2007 ke tahun 2013 meningkat 0,4% dan dari tahun 2013 ke tahun 2018
mengalami penurunan 6,4%.

Kementrian Kesehatan mengumumkan hasil survei Status Gizi


Indonesia (SSGI) dimana prevalansi stunting di indonesia turun dari 24,4% di
tahun 2021 menjadi 21,6 pada tahun 2022. Namun menurut WHO jika
prevalensi stunting lebih dari 20% maka termasuk dalam masalah kesehatan
masyarakat, oleh sebab itu Indonesia menaikkan target penurunan stunting
yang akan dicapai di tahun 2023 menjadi 14%. Untuk mencapai target 14%
(target RPJMN) Diperlukan upaya inovasi dalam pencapaian 2,7% pertahun
dengan ketepatan intervensi yang dilakukan.

1
Endy P. Prawirohartono, Stunting: Dari Teori dan Bukti ke Implementasi di Lapangan,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2021), H. 2.
3

Gambar 1.1 Data prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2007-2024

Sumber : Kemetrian Kesehatan Republik Indonesia

Kegagalan pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada balita


disebabkan karena berbagai faktor seperti kemiskinan, kurangnya kesadaran
terhadap kesehatan, kecukupan gizi yang tidak terpenuhi dan juga pada pola
asuh yang kurang benar. Stunting yang terjadi hingga balita berumur dua
tahun berpotensi dapat menyebabkan kematian premature serta dapat
mengalami gangguan perkembangan mental dan kognitif. 2

Mengatasi masalah stunting mulai dari mencegah dan menurunkan


memerlukan kerjasama dari banyak sektor dengan melakukan komunikasi
yang baik. Karena komunikasi memiliki peran penting bagi kehidupan sosial,
budaya, pendidikan dan politik. Proses komunikasi pada hakikatnya
merupakan proses penyampaian suatu pikiran atau perasaan oleh seseorang
(Komunikator) kepada orang lain (Komunikan). Pikiran yang disampaikan
2
Lia Agustin, Dian Rahmawati,”Hubungan Pendapatan keluarga Dengan Kejadian Stunting”.
Indonesian Journal of Midwifery, Vol. 4, No. 1,(2021), h. 31.
4

dapat berupa gagasan, informasi, opini dan hal-hal yang muncul dari
pikirannya.3

Komunikasi pada dasarnya penyampaian sekumpulan pesan yang akan


disampaiakan dari satu kelompok yang dinamakan komunikator kepada
kelompok lain lainnya yang dikenal dengan istilah komunikan. Komunikator
merupakan pemeran utama dalam proses terjadinya komunikasi baik secara
kuantitas maupun secara kualitas. Jika dalam komunikasi tidak terdapat
komunikator, sudah pasti pesan tidak aka nada dan tidak akan terjalin
komunikasi. 4

Menurut Olson dan Zanna salah satu bentuk Komunikasi yang paling
mendasar adalah persuasif, berarti sebagai perubahan sikap akibat pernyataan
informasi dari orang lain. komunikasi persuasif merupakan komponen yang
paling efektif karena mengandung gaya bicara, intonasi, pemilihan kata, gerak
tubuh, adalah alat komunikasi untuk mempengaruhi orang lain dan dapat
membuat orang lain berubah sesuai dengan apa yang kita inginkan dengan
adanya komunikasi persuasif5

Komunikasi persuasif dalam kamus ilmu komunikasi didefinisikan


sebagai sebuah proses dalam mempengaruhi pendapat, sikap dan tindakan
seseorang dengan manipulasi psikologis sehinga orang tersebut melakukan
tindakan atas kehendaknya sendiri. Menurut Devito, usaha dalam melakukan
persuasi ini memusatkan perhatian pada upaya mengubah atau mempererat
sikap dan kepercayaan dalam upaya mengajak audient bertindak dengan
teknik tertentu.

3
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2015), h. 11.
4
Erwan Komara, “ Komunikasi Persuasif Dakwah Dr. Zakir Naik”, Jurnal Penelitian dan
Studi Ilmu Komunikasi, Vol. 2, No. 1 (2021), H. 28
5
Maviati,dkk, “ Model Komunikasi Persuasif Pada Pembelajaran Materi Praktek Shalat
Fardhu Pada Anak Usia Dini”, Jurnal Obsesi, Vol. 6, No. 6, (2022), h. 7224
5

Menurut K. Andeerson, komunikasi persuasif didefinisikan sebagai


perilaku komunikasi yang dilakukan dengan tujuan untuk mengubah
keyakinan, sikap atau perilaku individu atau kelompok melalui transmisi
beberapa pesan. Komunikasi persuasif bersifat mempengaruhi komunikannya
sehingga komunikan tersebut bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh komunikator. Yang dikehendaki dalam proses komunikasi persuasif ini
adalah perubahan perilaku, keyakinan dan sikap yang lebih mantap seolah-
olah perubahan yang terjadi bukan kehendak komunikator akan tetapi terjadi
atas kehendak komunikan sendiri.6

Konsep Komunikasi persuasif ini dilakukan dengan memberikan


pengaruh secara langsung atau tatap muka kepada setiap anak yang
mengalami stunting. Karena PKK mengharapkan tanggapan atau respon
khusus dari pihak yang dibina. contohnya ketika PKK melakukan penyuluhan
kepada anak atau keluarga yang mengalami stunting maka memberikan
penyuluhan tentang penangan apa yang akan dilakukan kedepannya kepada
anak yang mengalami stunting.7 PKK kemudian melakukan cara pendekatan
dengan memperlihatkan hasil dari program yang dijelaskna tadi.
Memperlihatkan hasil tersebut digunakan sebagai stimulus (S) agar
menumbuhkan Respon (R) komunikannya yaitu mengikuti jejak
keberhasilannya.

Menurut Safriyah (2015) selain adanya tahapan dan komunikator yang


memiliki peranan penting dalam metode komunikasi persuasif, penyusunan
pesan juga merupakan hal yang perlu diperhatikan. Kejelasan pesan yang akan
disampaikan akan sangat mempengaruhi dari komunikator maupun

6
Syamsu Nahar, Komunikasi Edukatif Orangtua dan Anak Dalam Al Quran: Kajian Tafsir
Tarbawi, (Indramayu: CV. Adanu Abimata, 2022), h. 34.
7
Permata Ika Hidayati, Penyuluhan dan Komunikasi, ( Malang: Media Nusa Creative, 2016),
h. 162.
6

komunikan. Bentuk pesan yang disampaikan menggunakan metode


komunikasi persuasif pada umumnya digunakan metode persuasif secara tidak
langsung sehingga penyampaian pesan terkesan tidak memerintah namun
dibalut dalam bentuk ajakan ataupun himbauan.

Pesan yang disampaikan dalam komunikasi persuasif dapat berbentuk


pesan verbal atau nonverbal, bermedia atau non media. Isi pesan bersifat
faktual atau emosional. Pesan dapat terdiri dari arumen atau isyarat sederhana
seperti alunan music salam iklan yang membawa ketenanan pikiran. Persuasif
adalah suatu aktivitas komunikatif, dengan demikian, harus terdapat pesan
agar proses persuasif yang dibangun terjadi. Karena persuasi diartikan sebagai
usaha meyakinkan seseorang untuk mengubah sikap atau perilaku mereka. 8

Dalam proses persuasif tersebut pesan-pesan komunikasi akan efektif


apabila komunikator memiliki kemampuan mengubah secara psikologis minat
atau perhatian individu dengan cara sedemikian rupa, sehingga individu akan
menanggapi pesan-pesan komunikasi sesuai dengan kehendak komunikator.
Dengan kata lain, keberhasilan dari persuasif terletak pada kemampuan
mengubah struktur psikolois internal individu sehingga hubungan psikometrik
antara proses internal yang laten atau motivasi, sikap dan lain-lain dengan
perilaku yang diwujudkan sesuai dengan kehendak komunikator.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengangkat judul


Komunikasi Persuasif Pemberdayaan kesejahtraan Keluarga (PKK) Dalam
Mengatasi Masalah Stunting di Desa Maccinibaji Kecamatan Kepulauan
Tanakeke Kabupaten Takalar sebagai penelitian untuk menyelesaikan tugas
akhir.

8
Fitri Yanti, Komunikasi Pesantren, ( Lampung: CV Agree Publishing, 2022), h.63-64
7

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi fokus

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka fokus penelitian
ini adalah komunikasi Persuasif yang dilaksanakan oleh Pemberdayaan
Kesejatraan Keluarga (PKK) Desa Maccinibaji dalam mengatasi Masalah
Stunting. Agar fokus penelitian ini tidak menimbulkan multi tafsir serta
kesalahpahaman dari maksud yang diinginkan dari fokus penelitian ini, maka
peneliti memberikan deskripsi terhadap fokus penelitian ini, adalah sebagai
berikut :
1. Komunikasi Persuasif
Komunikasi Persuasif adalah suatu proses komunikasi yang dilakukan
untuk mempengaruhi pendapat, sikap dan tindakan orang dengan
menggunakan pendekatan manipulasi pada psikologi sehingga orang
tersebut bertindak seperti atas kehendak sendiri. Selain itu pengertian lain
dari komunikasi persuasif ialah komunikasi yang dilakukan sebagai ajakan
atau bujukan agar ingin bertindak sesuai dengan keinginan komunikator.9
2. Masalah Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh yang terjadi pada anak balita (Bayi
di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu
pendek untuk usianya. Kekurangan gizi dapat terjadi sejak dalam
kandungan hingga masa awaln setelah bayi lahir, namun kondisi stunting
baru dapat dilihat setelah bayi berusia 2 tahun. 10
3. PKK
Pemberdayaan kesejahtraan Keluarga (PKK) merupakan lembaga
kemasyarakatan kelurahan yang menjadi mitra kerja pemerintah dan

9
Arifah Suryaningsih, “Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Secara Online Pada Pelajaran
Animasi 2D Melalui Strategi Komunikasi Persuasif”, Jurnal Karya Ilmiah Guru, Vol. 5, No. 1, (2020),
Hal. 11
10
Andrew Lee,dkk, Service learning: Pencegahan Stunting, (Indonesia: Zahir
Publishing,2023),H.32.
8

organisasi kemasyarakatan kelurahan lainnya dalam memberdayakan


keluarga.11

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti
merumuskan masalah penelitian, sebagai berikut :
1. Bagaimana Komunikasi Persuasif PKK Desa Maccinibaji dalam menangani
masalah Stunting ?
2. Apa yang menjadi Faktor penghambat PKK desa Maccinibaji dalam
melaksanakan komunikasi persuasif untuk mengatasi masalah stunting?

D. Kajian Pustaka

Dalam melakukan persiapan penelitian, maka peneliti melakukan berbagai


kajian pustaka untuk mencari referensi yang relevan dengan penelitian yang
akan diteliti untuk dijadikan sebagai bahan perbandingan, diantaranya :
1. Dalam kajian pustaka ini, peneliti menemukan skripsi Anna Marcelina
Sonia dari Universitas Kusuma Husada Surakarta Pada Tahun 2022 yang
berjudul “Evaluasi Program Pemberian Makanan Stunting Selama 180
Hari di Desa Hepang Kecamatan lela Kabupaten Sikka Nusa Tenggara
Timur”. Penelitian ini membahas tentang bagaimana jalannya program
yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi masalah stunting
dengan pemberian makanan tambahan selama 180 hari di desa Hepang
dengan menggunakan metode kualitatif. Teknik pengambilan informan
dengan mengunakan purposive sampling dengan jumlah infoman
sebanyak 8 orang terdiri dari 2 informan utama, 4 informan kunci dan 2

11
Erniyanti, Roni Syaputra, Fungsi Yuridis Lembaga Kemasyaraatan di Daerah, (Padang:
CV Gita Lentera, 2023), H. 22.
9

informan pendukung. Teknik pengambilan data mengunakan wawancara


kepada seluruh informan.
2. Skripsi Insyirah Salsabila Alif dari Universitas Hasanuddin pada tahun
2023 yang berjudul “Strategi Komunikasi Persuasif Gizi Seimbang Dalam
Menangani Kasus Stunting (Studi Komunikasi Kesehatan di Kelurahan
Watang Bacukiki, Kecamatan Bacukiki, Kota Parepare)” penelitian ini
membahas tentang bagaimana penerapan strategi komunikasi yang
dilakukan oleh Kelurahan Watang Bacukiki dalam upaya penanganan
stunting melalui komunikasi gizi seimbang. Dan juga membahas faktor
penghambat yang ditemui oleh Kelurahan Watang Bacukiki. Metode
penelitian yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif melalui observasi,
wawancara mendalam dan dokumentasi sebagai data primer, disertai
dengan kajian pustaka yang bersumber dari buku, jurnal, dokumen resmi,
dan berita online terkait penelitian sebagai data sekunder. Adapun
penentuan informan penelitian berdasarkan purposive sampling.
3. Skripsi Ayu Patmawati dari Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA)
Sebelas April Sumedang pada tahun 2020 yang berjudul “Efektivitas
Program Pencegahan Stunting di Desa Padasari Kecamatan Cimalaka
Kabupaten Sumedang”. Penelitian ini membahas tentang bagaimana
pelaksanaan Efektivitas Program Pencegahan Stunting di Desa Padasari
Kecamatan Cimalaka Kabupaten sumedang. Penelitian ini di lakukan
dengan menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data di
lakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang meliputi :
observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan triangulasi. Penentuan
sampel/informan dalam penelitian ini di lakukan dengan menggunakan
purposive sampling yaitu sebanyak 6 orang. Sedangkan prosedur
pengolahan data di gunakan analisis data model Milles dan Huberman.
10

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Penelitian ini memiliki beberapa tujuan dan kegunaan penelitian baik secara
akademis maupun secara praktis, diantaranya :
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka
penelitian ini bertujuan :
a. Untuk mendeskripsikan komunikasi persuasif PKK Desa Maccinibaji
dalam mengatasi masalah stunting.
b. Untuk mendeskripsikan faktor penghambat PKK desa Maccinibaji
dalam melaksanakan komunikasi persuasif dalam mengatasi masalah
stunting.
2. Kegunaan penelitian
a. Kegunaan Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
pengembangan ilmu komunikasi, khususnya bagi pengembangan
penelitian terkait komunikasi kesehatan.
b. Kegunaan Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan
dapat dijadikan acuan bagi pemerintah daerah maupun para tenaga
kesehatan agar dapat menggunakan strategi komunikasi persuasif yang
serupa sehingga mampu meningkatkan kesadaran khalayak akan
fenomena stunting.
BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Komunikasi Persuasif

1. Pengertian Komunikasi Persuasif


Komunikasi dalam bahasa Inggris adalah communication, berasal dari
kata commonication atau dari kata comunis yang berarti “sama” atau “sama
maknanya” dengan kata lain komunikasi memberi pengertian bersama dengan
maksud mengubah pikiran, sikap, perilaku, penerima dan melakukan yang
diinginkan oleh komunikator. Menurut Roben komunikasi merupakan
kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang
pikiran atau perasaan.
Komunikasi juga menjadi suatu konsekuensi yang besar dalam menjalin
hubungan antar manusia yang memberikan sumbangsi yang besar dalam
kehidupan manusia. Komunikasi juga merupakan kebutuhan mendasar
manusia dalam berinteraksi sosial. Komunikasi berperan terhadap pencapaian
tujuan interaksi manusia dalam hubungan sosial yang dilakukan oleh
komunian dan komunikator. Komunikasi dapat dikatakan efektif apabila
menimbulkan suatu pengaruh pada sikap seseorang, hal inilah yang kemudian
disebut komunikasi persuasif.
Kata persuasif merupakan istilah lain dari perusasi (persuasion) berasal
dari kata lain persuasio. Dengan kata kerja adalah persuade yang berarti
membujuk, mengajak atau merayu. Sedangkan Sastropurto mendefinisikan
persuasif sebagai komunikasi sosial dalam prosesnya menggunakan teknik
atau cara tertentu, sehingga dapat menyebabkan orang bersedia melakukan

11
12

sesuatu dengan senang hati, dengan suka rela dan tanpa merasa dipaksa oleh
siapapun.1
Komunikasi persuasif diartikan sebagai usaha sadar dalam mengubah
pikiran dan tindakan dengan memanipulasi motif kearah tujuan yang telah
ditetapkan. Istilah persuasif berarti membujuk, mengajak, atau merayu.
Persuasi dapat dilakukan secara rasional dan secara emosional, biasanya
dengan menyentuh aspek afeksi yaitu hal yang berkaitan dengan kehidupan
emosional seseorang. Pengertian komunikasi persuasif lebih jelasnya
merupakan komunikasi yang berusaha untuk mengubah sikap penerima
melalui penggunaan pesan yang dilakukan oleh pengirim. Untuk mencapai
tujuan tersebut harus ditunjang dengan adanya strategi komunikasi persuasif
yang tepat.
Pendekatan komunikasi persuasif yang efektif menurut burgon dan
huffner yakni;2
a. Pendekatan berdasarkan bukti, diamana mengungkapkan data atau fakta
yang telah terjadi sebagai ajuan bukti argumentatif agar terkesan lebih
kuat terhadap ajakan.
b. Pendekatan berdasarkan ketakutan, dalam pendekatan inni menggunakan
fenomena yang menakutkan bagi audience atau komunikan dengan tujuan
mengajak mereka menuruti pesan yang diberikan komunikator. Misalnya
ketika akan melakukan penyuluhan terhadap suatu kasus stunting maka
penyuluhan memberikan bukti berupa foto-foto akibat kasus stunting yang
tidak tertangani dengan baik. Seperti misalnya foto anak yang sudsah
terdampak kasus stunting kronis.

1
Ahmad Zaenuri, “Teknik Komunikasi Persuasif Dalam Pengajaran”, Jurnal JALIE, Vol. 1,
NO. 1, (2017), h. 54.
2
Primadhany Kartana Putri, “Aplikasi Pendekatan-Pendekatan Persuasif Pada Riset
Komunikasi Pemasaran; Iklan Melibatkan Penciptaan dan Penerimaan Pesan Komunikasi Persuasif
Mengubah Perilaku Pembelian”, Jurnal THE MASSENGER, Vol. 8, No.1, (2016), h. 5.
13

c. Pendekatan berdasarkan humor, yaitu menggunakan humor atau fantasi


yang bersifat lucu dengan tujuan memudahkan masyarakat untuk
mengingat pesan yang disampaikan karena memiliki efek emosi yang
positif. Contohnya dengan melakukan penyuluhan menggunakan humor
yang melekat di hati masyarakat.
d. Pendekatan berdasarkan diksi, yaitu pendekatan menggunakan kata yang
mudah diingat oleh komunikan sehingga membuat efek emosi positif atau
negatif.

2. Tujuan Pesan Komunikasi Persuasif


Komunikasi persuasif bukanlah hal yang mudah karena memiliki
banyak faktor yang harus dipertimbangkan agar orang mau mengubah
sikap dan pendapat, menurut soemirat ada tiga tujuan pesan komunikasi
persuasif yaitu;
a. Membentuk tanggapan (Shaping Responses) dimana tujuan persuasif ialah
berusaha untuk membentuk cara sasaran memberikan tanggapannya.
b. Penguatan tanggapan (Reinforcing Responses) yang dimaksud adalah
hubungan produk, gagasan, isu terhadapp sasaran, dari ide yang kita
keluarkan orang suda ada nilai apakah suka atau tidak suka terhadap
gagasan yang kita bicarakan tersebut.
c. Pengubahan tanggapan (Changing Responses) yang dimaksud dengan
pengubahan tanggapan adalah pengubahan tanggapan sasaran-sasaran
persuasi agar dapat mengubah perilaku mereka terhadap suatu produk dan
konsep atau gagasan.

3. Teknik Komunikasi Persuasif


Dalam melaksanakan komunikasi persuasif tentu saja dibutuhkan
teknik-teknik agar dapat membuat komunikasi berjalan dengan lancar,
14

menurut Effendy dalam bukunya dinamika komunikasi ada 5 Teknik


Komunikasi Persuasif, yaitu;
a. Teknik Asosiasi adalah penyajian pesan komunikasi dengan cara
menumpangkannya pada suatu objek atau peristiwa yang sedang
menarik perhatian khalayak.
b. Teknik Integrasi adalah kemampuan komunikator untuk menyatukan
diri secara komunikatif dengan komunikan.
c. Teknik Ganjaran adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain
dengan acara mengiming-iming hal yang menguntungkan atau yang
menjanjikan harapan.
d. Teknik Tataan atau icing technique adalah seni menata pesan dengan
imbauan emosinal (emotional appeal) sedemikian rupanya sehingga
komunikan menjadi tertarik perhatiannya.
e. Teknik Red-herring adalah seni seorang komunikator untuk meraih
kemenangan dalam perdebatan dengan mengelakkan argumentasi yang
lemah untuk kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit ke aspek
yang dikuasinya guna dijadikan senjata ampuh dalam menyerang
lawan.
4. Unsur-unsur dalam komunikasi Persuasif
Adapun untuk memahami komunikasi secara efektif dalam suatu
proses komunikasi secara umum maupun komunikasi secara persuasif.
Berikut unsur –unsur komunikasi persuasif ;3
a. Persuader
Persuader merupakan orang atau sekelompok orang yang dapat
menyampaikan suatu pesan dengan tujuan agar dapat mempengaruhi

3
Widiana Latifah, Nani Nurani Muskin, “ Kontribusi Metode Coaching Dalam Komunikasi
Persuasif Pegawai di RSUD R. Syamsuddin, SH Kota Sukabumi”, Jurnal Sebatik, Vol. 24, No. 2,
(2020), h. 215.
15

sikap, pendapat, dan perilaku orang lain, baik secara verbal ataupun
nonverbal.
b. Persuade
Persuade merupakan orang atau kelompok orang yang menjadi tujuan
pesan tersebut disampaikan atau disalurkan pleh komunikator baik
secara verbal ataupun nonverbal.
c. Persepsi persuade terhadap persuader dan pesan yang disampaikan
akan menentukan efektif atau tidaknya proses komunikasi persuasif
yang terjadi. Persepsi menurut Mar‟at merupakan proses pengamatan
seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Persepsi dipengaruhi
oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala, dan
pengetahuan seseorang.
d. Pesan persuasif
Pesan persuasif dipandang sebagai suatu usaha sadar untuk dapat
mengubah pikiran dan tindakan melakukan memanipulasi motif-motif
kearah tujuan yang telah ditetapkan. Makna manipulasi dalam
pernyataan tersebut bukanlah mengurangi atau menambah fakta
sesuai konteksnya, tetapi dalam arti memanfaatkan faktumfaktum
yang berkaitan dengan motif-motif khlayak sasaran, sehingga tergerak
untuk mengikuti maksud pesan yang disampaikan kepadanya
e. Saluran persuasif
Saluran adalah suatu perantara ketika seorang persuade memberikan
kembali pesan yang berasal dari sumber awal untuk tujuan di akhir.
Saluran ini digunakan dalam berkomunikasi anatara persuader dengan
berbagai orang, secara formal maupun non formal baik dilakukan
secra tatap muka atau bermedia.
f. Umpan balik dan efek
Umpan balik merupakan jawaban atau reaksi yang berasal dari
komunikan atau berasal dari pesan itu sendiri.umpan balik internal
16

disebut suatu reaksi yang datang dari komunikan karena pesan yang
disampaikan komunikator tidak dipahaminya atau tidak sesuai dengan
keinginannya atau harapannya.
Efek adalah perubahan yang terjadi dalam diri komunikan sebagai
suatu akibat dari diterimanya pesan melalui pesan komunikasi.
Perubahan yang terjadi bisa berupa perubahan sikap, pendapat,
pandangan, dan tingkah laku. Dalam komunikasi persuasif, terjadinya
perubahan baik dalam aspek sikap, pendapat maupun perilaku pada
diri persuadee merupakan tujuan utama. Inilah letak pokok yang
membedakan komunikasi persuasif dengan komunikasi lainnya.
5. Hambatan komunikasi Persuasif
Hambatan komunikasi persuasif dapat diakibatkan oleh dua aspek
yang bersifat mekanis dan psikologis. hambatan mekanis akan terjadi
ketika terbatasnya arus pesan pada saluran komunikasi. Kasus dalam
hambatan mekani dapat diakibatkan oleh aspek internal penerima
semacam kasus salah tafsir terhadap pesan yang disampaiakan, serta aspek
eksternal semacam terdapatnya isu atau gosip tentang persuader ataupun
mengenai isi pesan tersebut.
Hambatan psikologis berasal dari hambatan internal yang umumnya
terjadi pada psikologis penerima yang disebabkan dari terjadinya
kesalahan arti dari pesan yang diinformasikan. Hambatan pada
komunikasi persuasif juga dapat terjadi karena ketidakcocokan dalam diri
penerima dengan sumber komunikasi persuasif tersebut.4
Herbert G. Hick dan G. Ray Gullet (1975), menerangkan jika
hambatan komunikasi bisa diakibatkan oleh sebagain faktor berikut:

4
Nurmalia Afiani Latifah, Abdul Fadli Kalaloi, “Komunikasi Persuasif Yayasan Berkah
Sauyunan dalam Mensosialisasikan Kesadaran Pendidikan pada Program Beasiswa Anak Asuh Bagi
Keluarga Dhuafa”, Jurnal e-Proceeding of Management,Vol. 10, No. 4,(2023),h. 2837.
17

1) Dogmatisme, Perilaku seseorang dalam mempertahankan komentar,


perilaku, serta perilakunya ketika menerima pesan yang tidak cocok
serta persepsinya bisa mengganggu posisinya.
2) Streotipe, Pendapat mengenai yang telah diyakini lebih dahulu.
Streotipe bisa dimaksud pula selaku prasangka yang bersifat objektif.
Apa yang dimengerti serta diyakini sulit untuk dirubah.
3) Pengaruh lingkungan, Seseorang yang memandang pesan persuasi
sebatas baik ataupun kurang baik. Seseorang yang seperti ini akan
mudah terpengaruh oleh orang lain yang ia sukai dan akan menolak
pesan jika yang menyampaikanya kurang disukai

B. Stunting
1. Pengertian Stunting
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita (bayi dibawah
lima tahun) yang diakibatkan karena kekurangan gizi kronis sehingga
mengakibatkan anak terlalu pendek untuk usianya.Stunting adalah isitilah
para nutrinis untuk penyebutab anak yang tumbuh tidak sesuai dengan ukuran
yang semestinya (bayi pendek). Stunting atau tubuh pendek ialah keadaan
tubuh yang sangat pendek yang tidak memenuhi indeks panjang badan
menurut Umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U).5
Stunting atau kurang gizi kronik adalah suatu bentuk lain dari
kegagalan pertumbuhan. Anak yang mengalami stunting sering terlihat
memiliki badan normal yang proposional, anamun sebenarnya tinggi
badannya lebih pendek dari tinggi badan normal yang dimiliki anak
seusianya. Balita dikatakan stunting apabila Z-score tinggi badan menurut
umurnya berada dibawah garis normal yaitu kuran dari -2SD dikatakan
pendek dan kurang dari 3SD dikategorikan sangat Pendek.

5
Wahida Yuliana, Bawon Nur Hakim, Darurat Stunting dengan Melibatkan Keluarga,
(Takalar: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia, 2019), H. 1.
18

Stunting merupakan proses kumulatif dan disebabkan oleh asupan zat-


zat gizi yang tidak cukup atau penyakit infeksi yang berulang, atau kedua-
duanya. Stunting dapat juga terjadi sebelum kelahiran dan disebabkan oleh
asupan gizi yang sangat kurang saat masa kehamilan, pola asuh makan yang
sangat kurang, rendahnya kualitas makanan sejalan dengan frekuensi infeksi
sehingga dapat menghambat pertumbuhan. Pada dasarnya status gizi anak
dapat di pengaruhi oleh faktor langsung, tidak langsung, dan akar masalah. 6
Kekurangan gizi biasanya terjadi pada bayi sejak dalam kandungan
dan pada masa awal setelah bayi lahir namun, kondisi stunting baru nampak
setelah bayi berusia 2 tahun. Stunting yang terjadi pada anak dapat
diakibatkan oleh tidak terpaparnya periode 1000 hari pertama kehidupan
mendapat perhatian khusus karena hal ini menjadi penentu tingkat
pertumbuhan fisik, kecerdasan, dan produktivitas seorang di masa depan.
Stunting juga dapat disebabkan tidak melewati periode emas yang dimulai
1000 hari pertama kehidupan yang merupakan pembentukan tumbuh
kembang anak pada 1000 hari pertama kehidupan.
2. Penyebab Stunting
Menurut Widanti Stunting disebabkan oleh defisiensi gizi kronis sejak
bayi bahkan sejak dalam kandungan, zat gizi tersebut meliputi asupan kalori,
protein, vitamin dan mineral terutama vitamin D. Stunting merupakan
dampak dari kurang memadainya asupan nutrisi dan serangan penyakit
infeksi yang terjadi secara berulang selama 1000 hari pertama kehidupan dan
merupakan penanda risiko perkembangan anak yang buruk.
Beberapa faktor utama yang mempengaruhi terjadinya kasus stunting
ialah faktor genetic, lingkungan dan hormonal. Faktor genetic merupakan
sifat yang diturunkan. Faktor-faktor ini meliputi ras, jenis kelamin, dan
genetic yang secara tidak langsung dapat dari ayah dan ibu. Faktor

6
Sarman, Dermin. Epidemologi Stunting, (Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini,2021),
H.22.
19

lingkungan yang mempengaruhi proses pertumbuhan secara garis besar dapat


dibagi menjadi faktor lingungan fisik maupun psikologis. faktor yang paling
sering menjadi pengaruh bagi pertumbuhan adalah faktor nutrisi dan
penyakit.7
UNICEF framework menjelaskan dau Penyebab langsung dari
terjadinya malnutrisi yang menyebabkan stunting adalah asupan gizi dan
8
penyakit infeksi. Kekurangan zat gizi pada balita disebabkan karena
mendapat makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan badan
atau adanya ketidakseimbangan antara komsumsi zat gizi dan kebutuhan gizi
baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif. Praktek pengasuhan yang kurang
baik antaranya anak tidak mendapatkan inisiasi menyusui dini (IMD), tidak
mendapatkan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, tidak mendapatkan
Makanan pendamping ASI (MPASI) sampai usia 24 bulan sesuai dengan gizi
seimbang sehingga dapat menyebabkan terjadinya stunting.
Anak balita yang mengalami kekurangan gizi akan lebih muda terkena
penyakit infeksi. Penyakit infeksi dapat menyebabkan menurunnya nafsu
makan, menimbulkan kesulitan menelan serta mencerna makan. Jika daya
tahan tubuh dan asupan gizi tidak diajaga dalam tubuh anak, maka
kemungkinana anak untuk terkena infeksi akan sangat besar. Beberapa
penyakit infeksi yang diderita bayi dapat menyebabkan berat badan bayi
turun. Jika kondisi ini terjadi dalam waktu yang cukup lama dan tidak disertai
dengan pemberian asupan yang cukup dalam proses pertumbahan anak maka
dapat mengakibatkan stunting. 9
Status ekonomi yang rendah dianggap memiliki dampak yang
signifikan terhadap kejadian stunting. Ayah yang tidak bekerja mendorong
7
Puspa Sukmawati Rasyid, dkk, Remaja dan Stunting, (Jawa Tengah: Penerbit NEM, 2022),
H. 15-16
8
Rofik Darmayanti, Betristasia Puspitasari, Upaya Pencegahan Stunting Saat Kehamilan,
(Indonesia: Penerbit NEM, 2021), H. 11.
9
Meri Neherta, dkk, Faktor-faktor penyebab Stunting pada Anak, (Indramayu: CV Adanu
Abimata, 2023), H. 23.
20

munculnya kelurga berpendapatan rendah yang memiliki potensi


meningkatkan kejadian stunting pada anak10. Indikator sosial ekonomi
rumah tangga seperti pengeluaran komsumsi makanan, jumlah tanggungan
keluraga dan rendahnya tingkat pendidikan ibu dalam pemilihan makanan
yang dikonsumsinya sehingga biasanya menjadi kurang ber- variasi dan
bergizi terutama pada bahan pangan yang berfungsi untuk pertumbuhan anak
seperti sumber protein, vitamin dan mineral.
3. Ciri-ciri stunting
Stunting adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), yang
ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang kemudian
mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang normal dan
sehat sesuai usia anak. Adapun beberapa ciri-ciri dari stunting ialah sebagai
berikut;11
1) Tinggi badan pendek, anak yang mengalami masalah stunting
biasnaya memiliki badan yang lebih pendek dari anak-anak
seumuranya karena pertumbuhan linear akibat difisit dari gizi yang
kronis
2) Berat badan rendah, selain tinggi badan yang tidak sesuai, anak
stunting juga memiliki berat badan yang lebih renda dibandingkan
dengan anak normal seusianya.
3) Perkembangan fisik tertunda, anak stunting biasanya mengalami
keterlambatan dalam perkembangan fisiknya, biasanya perkembangan
otot dan stuktur tubuh lainnya terhambat.
4) Gangguan kognitif, gangguan ini adalah kondisi yang mempengaruhi
kemampuan berpikir, mengingat, belajar, berbahasa dan

10
Irma Fitriana Ulfah, Arief Budi Nugroho, “Meninik Tantangan Pembangunan Kesehatan di
Indonesia: Faktor Penyebab Stunting di Kabupaten Jember”, Jurnal sosial politik, Vol. 6, No. 2 (2023),
h. 203.
11
Dian Esha,dkk, “Mengenal Lebih Dalam Ciri–ciri Stunting, Cara Pencegahannya, dan
Perilaku Hidup Sehat dan Bersih”, Jurnal Pengabdian Cendikia, Vol. 2, No.6 (2023), h. 24-25.
21

berkomunikasi. Anak yang mengalami stunting memiliki resiko lebih


tinggi terjadi gangguan-gangguan tersebut.
5) Penurunan energi dan aktivitas, anak stunting biasanya cenderung
memiliki energi yang lebih rendah dan aktivitas fisik terbatas.
6) Keterlambatan pubertas, stunting juga dapat mempengaruhi
perkembangan pubertas. Anak stunting mungkin akan mengalami
keterlambatan pibertas dibanding teman-teman sebagaya mereka.
7) Tampak lebih muda dari usia sebenarnya, karena stunting
menghambat pertumbuhan fisik, anak yang mengalami stunting
mungkin akan terlihat lebih muda dari usia sebenarnya.
4. Dampak stunting
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga
prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Anak
yang menderita Stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek
saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak setelah
dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari aspek estetika,
seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang
tubuhnya. Gagal tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa
emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya dan sulit
diperbaiki.
Konsekuensi dari stunting bersifat langsung dan jangka panjang selain
itu juga termasuk peningkatan morbilitas dan mortalitas, seperti
perkembangan dan kapasitas belajar anak yang buruk, peningkatan "risiko
infeksi dan penyakit tidak menular, peningkatan kerentanan untuk terjadinya
kelebihan lemak sebagian besar di bagian tengah tubuh, menurunkan oksidasi
lemak, pengeluaran energi yang lebih rendah, resistensi insulin dan risiko
22

lebih tinggi terkena diabetes, hipertensi, dislipidemia, menurunkan kapasitas


kerja dan hasil reproduksi ibu yang tidak baik di masa dewasa.12
Stunting berdampak pada perkembangan kognitif, gangguan gangguan
perkembangan mental dan motorik, serta membuat anak-anak lebih rentan
terhadap penyakit. Hasil penelitian Hanani (2016) menunjukkan bahwa pada
anak yang mengalami stunting status perkembangan masuk dalam kategori
yang terhambat lebih tinggi daripada anak yang tidak mengalami stunting.
Jenis perkembangan yang masuk pada kategori mencurigakan pada anak
dengan stunting antara lain meliputi perkembangan personal sosial, bahasa.
motorik kasar. dan motorik halus.13
5. Pencegahan Stunting
Pencegahan stunting dilakukan melalui intervensi gizi spesifik yang
ditujukan dalam 1,000 hari pertama kehidupan (HPK). Intervensi gizi spesifik
untuk mengatasi permasalahan gizi pada ibu hamil, ibu menyusui 0-6 bulan,
ibu menyusui 7-23 bulan, anak usia 0-6 bulan, dan anak usia 7-23 bulan.
Permasalahan gizi ini bisa diatasi ketika mereka memahami masalahnya dan
mengetahui cara mengatasinya sesuai dengan kondisi masing-masing.
Adapun beberapa cara mencegah terjadinya stunting pada anak berikut ini;14
1) Penuhi Nutrisi selama Kehamilan
Ibu hamil harus mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang
selama kehamilan, bahkan sebelum masa kehamilan. Ini untuk
memastikan bahwa janin akan mendapat nutrisi yang optimal di dalam
rahim, lahir sehat, dan juga mendapat bekal nutrisi yang baik setelah
lahir.

12
Santi Irene Putri, Dian Jayantari, Kenali faktor Penyebab Stunting,(Malang: Penerbit Rena
Cipta Mandiri, 2023) H. 17.
13
Yefta primasari, Budi Anna Keliat, “Praktik Pengasuhan Sebagai Upaya Pencegahan
Dampak Stunting Pada Perkembangan Psikososial Kanak-Kanak”, Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa,
Vol.3, No. 3 (2020), h. 264
14
Makhrajani Majid,dkk, Cegah Stuntin Melalaui Perilaku Hidup Sehat, (Indonesia: Penerbit
NEM, 2022), H. 20-22
23

2) Penuhi Nutrisi Si Kecil dengan Optimal


Cara mencegah stunting adalah dengan memberikan buah hati Anda
nutrisi lengkap dan asupan bergizi. Nutrisi penting dan esensial untuk si
Kecil adalah vitamin (A, B kompleks, C, D, E, dan K), mineral
(kalsium, magnesium, fosfor, sulfur, sodium, kalium, dan klorida),
protein, lemak sehat, karbohidrat, dan cairan. Setelah itu, orangtua
disarankan memberi si Kecil susu bernutrisi yang sesuai dengan
usianya. Manfaat susu untuk menjaga sistem imun, mendukung
pertumbuhan tulang dan gigi, memproduksi energi, menutrisi otak,
serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak secara
keseluruhan.
3) Mempraktikkan Kebersihan yang Benar
Masalah stunting juga dapat dipicu akibat kebersihan lingkungan yang
buruk. Maka dari itu, orangtua dan seluruh anggota keluarga harus
mempraktikan kebersihan yang tepat, misalnya, mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah menyiapkan makanan.
4) Mengatasi Anak yang Susah Makan
Salah satu pemicu gizi buruk adalah akibat anak yang susah makan.
Ada beberapa penyebab anak tidak mau makan, termasuk alergi atau
intoleransi makanan, refluks, muntah, diare, sembelit, kolik, atau
kondisi kesehatan yang lebih serius lainnya. Orangtua dapat
menerapkan cara mengatasi anak yang susah makan.
5) Konsultasi dengan Tim Pelayanan Kesehatan
Orangtua harus telaten memberikan si Kecil makanan bergizi seimbang
setiap hari. Selain itu, penting untuk konsultasi kesehatan anak secara
rutin baik di Posyandu, Puskesmas, atau pusat pelayanan kesehatan
terdekat. Dokter akan membantu memeriksa kesehatan anak dan
memberikan saran terbaik demi tumbuh kembang anak. Sementara
24

orangtua juga harus peduli dan memerhatikan detail pertumbuhan anak


dari waktu ke waktu.

C. Komunikasi dalam Perspektif Al-quran

Pada hakekatnya, Al-quran merupakan kitab suci umat islm yang di


turunkan kepada Rasulullah SAW melalui perantara malaikat jibril. Al-
Quran juga adalah pedoman bagi seluruh umat islam yang wajib untuk
diimani.Dalam Al-quran komunikasi disebut sebagai salah satu fitrah
manusia untuk mengegetahui bagaimana manusia berkomunikasi dengan
baik. Al-Quran memberikan (key conpet) yang berhubungan dengn hal itu.
Jalaluddin rahmat menjelaskan bahwa kata „‟al-bayan‟ merupakan kata
kunci yang dipergunakan dalam Al-Quran untuk sarana berkomunikasi
Dalam Al-Quran sendiri terdapat landasan serta refrensi tentang
bagaimana seharusnya manusia berkomunikasi. Beberapa ayat diantaranya
adalah Perkataan yang benar (Qaulan sadidan) Prinsip perkataan yang benar
dalam berkomunikasi merupakan prasyarat dalam kebaikan perbuatan. Suatu
pekerjaan besar atau kecil sekalipun, seringkali mengalami kegagalan karena
diinformasikan dengan bahasa yang tidak benar.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, dalam QS An-Nisa‟/4:9.

ً ‫ٱَّلل َو يۡلَ ُقول ُوا ْ قَ يو ٗٗل َسد‬


‫ِيدا‬ َ ‫خ َش ذٱَّل‬
َ ‫ِين ل َ يو تَ َر ُكوا ْ م يِن َخليفِه يم ُذر ذي ٗة ضِ َعَٰ ًفا َخافُوا ْ َعلَ ييه يم فَلي َي ذت ُقوا ْ ذ‬ ‫َيَ ي‬
‫وۡل‬
ِ ِ ِ

Terjemahnya:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
Perkataan yang benar
25

Makna qaulan sadidan yang berarti perkataan yang baik jujur, lurus, dan
tidak berbohong tidak berbeloit-belit sehingga pihak yang diajak
berkomunikasidapat memahami dengan jelas. Dalam beromunikasi
(berbicara) harus menginformasikan atau menyampaikan kebenaran,
actual, hal yang benar saja, jujur, tidak berbohong, juga tidak merekayasa
atau memanipulasi fakta
Setiap muslim dalam kehidupannya sudah seharusnya selalu
melakukan interaksi dengan memegang prinsip-prinsip kebenaran dan
kesabaran. Setiap pribadi seorang muslim dalam melakukan interaksinya
selalu melekat didalamnya amanat suci yang digunakan sebagai rahmatan
lil’alamin sebagai seorang pribadi yang mampu menebarkan rasa damai di
muka alam semesta ini, karena setiap muslim memilihki amanah yang
besar untuk wajib memperhatikan semua sikap, tinggah laku dan cara
berkomunikasi sedemikian rupa sehingga tidak menyimpang terhadap nilai
dan norma-norma yang telah di tetapkan menurut ajaran agamanya.
Al-Qur'an telah memberikan petunjuk umum dalam pelaksanaan komunikasi
persuasi dalam enam point diantaranya yaitu mempersuasi seseorang dengan
perkataan yang benar dan jujur (Qaulan Syadida), perkataan yang membekas,
tepat sasaran dan tidak berbelit-belit (Qaulan Baligha), perkataan yang baik
(Qaulan Ma'rufa), perkataan yang mulia (Qaulan Karima), perkataan yang lemah
lembut (Qaulan Layyina), perkataan yang mudah dan tidak mengecewakan
(Qaulan Maysura).
Konsep komunikasi persuasif menurut pespektif AlQur'an adalah
proses terjadinya penyampaian pesan dari komunikator dalam hal ini Allah
swt melalui media (perantara malaikat jibril serta Rasulullah saw) kepada
manusia yang mengandung unsur pengetahuan atau pesan yang bertujuan
untuk mengubah sikap, perilaku dan kebiasaan komunikan. Dengan
demikian komunikasi persuasif menurut perspektif Al-Qur'an adalah
26

sebuah proses komunikasi yang didalamnya mengandung unsur mengajak


kepada kebaikan.15
Sebagaimana Rasulullah berkata; “Berkatalah dengan baik, atau
diam”. Suatu hal yang sangat spesifik dan khas dalam kegiatan dakwah
adalah orientasinya penghargaan terhadap harkat dan derajat manusia
(Human Oriented), di mana setiap bentuk dakwah tersebut adalah mutlak
menghargai prinsip-prinsip humanisme. Tidak dibenarkan sama sekali
dalam prinsip ini dengan cara yang bersifat memaksa (coersive), melainkan
harus dilakukan dengan pendekatan yang sifatnya persuasif dengan penuh
hikmah dan melakukan cara pembelajaran yang baik. Sebagaimana
disebutkan dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 125.
َ‫َ ي‬ َ ‫ذ‬ َ
َ ِ ‫جَٰدِل ي ُهم بِٱلذِت‬ َ ‫ٱۡل يِك َمةِ َوٱل ي َم يوع َِظةِ ي‬
‫ي‬ َ َ َ َٰ َ ُ ‫ي‬
‫ِه أ يح َس ُنُۚ إِن َر ذبك ُه َو أعل ُم ب ِ َمن‬ ِ
َ ‫ٱۡل َس َنةِِۖ َو‬
ِ ‫يل ربِك ب‬ ِ ِ ‫ٱدع إَِل سب‬
َ ‫ض ذل َعن َسبيلِهِۦ َو ُه َو أَ يعلَ ُم بٱل ي ُم يه َتد‬
‫ِين‬
َ
ِ ِ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk”.

Ayat tersebut jika dipahami dan ditafsirkan menggunakan pendekatan


ilmu komunikasi mengandung pengertian bahwasannya seorang
komunikator dituntut untuk mengetahui dan memahami kondisi orang yang
diajak berkomunikasi dari berbagai aspek, di antaranya dari status sosial,
latar belakang pendidikan, ekonomi, dan budaya atau dalam istilah
komunikasi disebut frame of reference. Selain itu seorang komunikator
juga harus memahami kondisi orang yang diajak berkomunikasi dari aspek
pengalaman masa lalu mereka atau dikenal dengan field of experience.

15
Lina Masruuroh, Komunikasi Persuasif dalam Dakwah Konteks Indonesia, (Batu: Scopindo
Media Pustaka,2020), H.15.
27

Kedua faktor tersebut mesti mendapat perhatian bagi seorang yang akan
melakukan kegiatan komunikasi persuasif.16
Ayat ini menyatakan: Wahai Nabi Muhammad, serulah, yakni
lanjutkan usahamu untuk menyeru semua yang engkau sanggup seru
kepada jalan yang ditunjukkan Tuhanmu, yakni ajaran Islam dengan
hikmah dan pengajran yang baik dan bantahlah mereka, yakni siapapun
yang menolak atau meragukan ajaran Islam dengan cara yang terbaik.
Surat An-Nahl ayat 125 mengandung pengertian bahwa dakwah Islam
merupakan perilaku keberagamaan Islam berupa internalisasi, transmisi,
difusi, dan transformasi ajaran Islam, yang dalam prosesnya melibatkan
unsur subyek (da'i), pesan (maudhi), metode (ushlub), media (washilah),
dan obyek (mad'u), yang berlangsung dalam rentangan ruang dan waktu,
untuk mewujudkan kehidupan individu dan kelompok yang salam,
hasanah, thayyibah, dan memperoleh ridha Allah. Selanjutnya mengacu
pada sistem penjelasan obyektif proporsional macam inti bentuk dakwah,
maka dapat disebutkan bahwa bentuk dakwah terdiri dari irsyad,
(internalisasi dan bimbingan), tabligh (transmisi dan penyebarluasan),
tadbir (rekayasa daya manusia), atwir (pengembangan kehidupan muslim)
dan aspek-aspek kultur universal. Penjelasan Al-Quran yang diturunkan
melalui istinbath (berpikir deduktif) menjadi teori utama ilmu dakwah.
Jika dikaji melalui perspektif Al-quran, prinsip-prinsip komunikasi
persuasif dalam menumbuhkan perhatian komunikan lazim pula dipahami
sebagai ilmu dakwah. Dengan kata kunci berkomunikasi yang
dipergunakan al-quran yaitu: al-qaul, sehingga melahirkan prinsip-prinsip
komunikasi yakni qaulan sadidan dan gaulan baligha serta gaulan layyinan
dan gaulanma 'rufan. Dapat kita saksikan bahwasanya Allah SWT
menciptakan manusia, mengajarnya pandai bicara telah mengajarkan al-

16
Muhammad Saleh, Kamaruzzaman, “Sender and Trust: Suatu Kajian Ilmu Komunikasi
Persuasif Dalam Pandangan Al-Quran”, Jurnal Network Media, Vol. 5, No.1, (2022),h.66-67
28

bayan (pandai bicara) sebagaimana tersebut dalam al-quran pada surat Ar-
Rahman ayat 1-4 yang artinya: "(Allah) Yang Maha Pengasih-Yang telah
mengajarkan Al-quran-Dia menciptakan manusia-manusia pandai
berbicara".
Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW mengandung
ajaran yang komprehensif, meliputi seluruh aspek kehidupan manusia
dengan tujuan membimbing manusia agar bahagia di dunia dan di akhirat,
termasuk didalamnya menekankan bagaimana komunikator melakukan
komunikasi persuasif yang sesuai dengan prinsip-prinsip Al-quran. Secara
garis besar gambaran yang diberikan Al-quran terkait hal tersebut dapat
diperoleh. namun untuk mendapatkan gambaran detail dengan kajian yang
benar-benar reliabel dalam ilmu komunikasi masih harus terus dilakukan.
Hal tersebut dilakukan demi tujuan besar, agar Alquran dan Hadist benar-
benar membumi dan dapat dijadikan sumber rujukan haik secara
metodologis ataupun sistematis sehingga nantinya dapat teraplikasi dalam
kajian ilmu komunikasi Islam Kontemporer.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian dan lokasi penelitian


1. Jenis penelitian
Berdasarkan pada permasalahan yang telah ditentukan, maka Jenis
penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang menggunakan metode
deskriktif-kualitatif yang menggambarkan keadaan pada suatu objek.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistic
(utuh) dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan Bahasa pada
suatu konteks khusus yang alamiah, serta dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah yang salah satunya bermanfaat untuk keperluan meneliti
dari segi prosesnya.
Berdasarkan dari penjelasan tersebut, maka penelitian kualitatif dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk mencari sebuah fakta kemudian
memberikan penjelasan yang ditemukan di lapangan. Penelitian kualitatif
menuntut tingkat alamiah yang tinggi. Seorang peneliti harus masuk
dalam sebuah komunitas untuk mendapatkan gambaran utuh sebuah
situasi atau pengalaman. Penelitian ini bermaksud mendeskripsikan
gambaran tentang bagaimana komunikasi persuasif PKK di desa
maccinibaji dalam mengatasi Masalah stunting.

2. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Maccinibaji Kecamatan Kepulauan
Tanakeke, Kabupaten takalar, Sulawesi Selatan.

29
30

B. Pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan


komunikasi persuasif. Pendekatan komunikasi persuasif yang dimaksudkan
ialah sebuah sudut pandang yang menilat bagaimana komunikasi persuasif
yang dilakukan PKK desa Maccinibaji dalam mengatasi masalah stunting.
C. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu sebagai berikut:

1. Sumber data primer


Sumber data primer adalah data yang diperoleh dari penelitian lapangan
secara langsung menemui para informan melalui pengamatan langsung
pada kegiatan komunikasi persuasif PKK desa Maccinibaji dalam
mencegah masalah stunting dan wawancara mendalam secara intim berasa
pihak-pihak yang bekerjasama dengan PKK, dimana peneliti berusaha
mengetahui diri secara psikologis dan dunia sosial subjek penelitian secara
mendalam. Hal inilah yang peneliti terapkan ke seluruh informan yang
diwawancarai..
2. Sumber data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua, yaitu
didapatkan dengan cara studi dokumentasi, baik cetak, buku-buku refensi
maupun melakukan penelusuran secara online yang berkaitan dengan
penelitian penyuluhan pencegahan stunting di desa Maccinibaji.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan data mengunakan tiga teknik,
yaitu sebagai berikut :
1. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap kader TP PKK
desa Maccinibaji. Dengan perlengkapan panca indera yang dimiliki
31

manusia terutama mata dan telinga, observasi dilakukan untuk mengamati


objek objek yang ada disekitar kita. Penulis menggunakan metode
observasi ini untuk mendapatkan data yang terkait dengan fokus masalah
yang akan diteliti dengan cara terjun langsung ke lapangan yaitu Desa
Maccinibaji
2. Wawancara
Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya
jawab langsung kepada informan untuk menggali informasi yang lebih
akurat tentang permasalahan yang telah dirumuskan atau objek yang akan
diteliti. Keuntungan dengan teknik wawancara ini adalah peneliti dapat
menangkap suasana batin responden, seperti gelisah, takut, senang, sedih
atau jawaban yang tidak wajar, bahkan jawaban bohong pun dapat segera
terdeteksi
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data dengan cara melakukan
analisis terhadap dokumen-dokumen yang berisi data yang menunjang
analisis dalam penelitian. Peneliti melakukan teknik dokumentasi pada
saat penelitian berlangsung di Desa Maccinibaji.
E. Instrumen penelitian
Instrument penelitian merupakan alat bantu atau fasilitas bagi peneliti dalam
mengumpulkan data agar penelitian dapat lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti cermat, lengkap dan sistemis, sehingga data yang diperoleh
mudah dioalah.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua instrument. Instrumen Pokok,
dan Instrumen Penunjang. Instrumen pokok merupakan manusia itu sendri,
sedangkan instrument penunjang ialah pedoman observasi, dan pedoman
wawancara. Adapun instrument lain yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu menggunakan kamera dalam proses observasi untuk merekam kegiatan-
32

kegiatan berupa data penelitian yang ditemukan pada kantor Desa


Maccinibaji.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data .
Dalam melakukan analisis data penelitian, tentu harus menggunakan metode
pengolahan yang bersifat kualitatif. Data kualitatif dapat berupa kata-kata,
kalimat ataupun narasi-narasi, baik yang diperoleh dari wawancara ataupun
observasi.Analisis data yang digunakan adalah analisis data interaktif menurut
Miles dan Huberman, yaitu:
1. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan-catatan yang tertulis dilapangan.
2. Penyajian data
Penyajian data dalam penelitian ini melibatkan langkah-langkah
mengorganisasikan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dengan mencermati penyajian data ini, peneliti akan lebih mudah
memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Penarikan kesimpulan dan verivikasi merupakan tahap terakhir dimana
peneliti mengimplementasikan prinsipinduktif dengan mempertimbangkan
pola pola data yang ada dan kecendrungan dari data yang dibuat. Jadi
peneliti dapat memaparkan kesimpulan dari sudut pandang peneliti untuk
lebih mempertegas penelitian skripsi.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Andrew Lee, dkk. (2023). Service Learning: Pencegahan stunting. Indonesia: Zahir
Publising.
Darmayanti, R., Puspasari. B. . (2021). Upaya Pencegahan Stunting saat Kehamilan.
Jawa Tengah: Penerbit NEM.
Effendy, o. U. (2015). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Erniyanti, Syaputra . R. (2023). Fungsi Yurdis Lembaga Kemasyarakatan di Daerah.
Padang: CV.Gita Lentera.
Hidayanti, p. I. (2016). Penyuluhan dan Komunikasi. Malang: Media Nusa Creativ.
Makhrajani Majid, d. (2022). Cegah Stunting Melalui Perilaku Hidup Sehat. Jawa
Tengah: Penerbit NEM.
Masruroh, L. (2020). Komunikasi Persuasif Dalam dakwah Konteks Indonesia. Batu:
Scopindo Media Pustaka.
Nahar, S. (2022). Komunikasi Edukatif orangtua dan anak dalam Al-Quran: Kajian
Tafsir Tarbawi. Indramayu: CV. Adanu Abimata.
Neherta.M, dkk. (2023). Faktor-Faktor Penyebab Stunting Pada Anak. Indramayu:
CV, Adanu Abimata.
Prawirohartono, E. p. (2021). Stunting: Dari teori dan Bukti ke implementasi di
lapangan. Yogyakarta: Gadja Mada University Press.
Santi I.P, Jayantari. D. (2023). Kenali Faktor Penyebab Stunting. Malang: Penerbit
Rena Cipta Mandiri.
Sarman, Dermin. (2021). Epidemologi Stunting. Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad
Zaini.
Sukmawati, P, dkk. (2022). Remaja dan Stunting. Jawa Tengah: Penerbit NEM.
Yanti, F. (2022). Komunikasi Pesantren. Lampung: CV. Agree Publishing.

33
34

Jurnal

Afiani. N, Fadli .A. (2023). Komunikasi Persuasif Yayasan Berkah Sauyunan dalam
Mensosialisasikan Kesadaran Pendidikan pada Program Beasiswa Anak Asuh
Bagi Keluarga Dhuafa. Jurnal e-proceeding of Management , 2837.

Agustin. L, Rahmawati. D. (2021). Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Kejadian


Stunting. Indonesian Jurnal Of Midwifery , 31.

Esha.D, dkk. (2023). Mengenal Lebih dalam Ciri-ciri Stunting, cara Pencegahannya
dan Perilaku hidup sehat dan bersih. Jurnal Pengabdian Cendikia , 24-25.

Fitriana. I, Budi, A. (2023). Menanik Tantangan Pembangunan Kesehatan di


Indonesia: Faktor Penyebab Stunting di Kabupaten Jember. Jurnal Sosial
Politik , 203.

Komara, E. (2022). Komunikasi Persuasiaf Dkawah Dr. Zakir Naik. Jurnal


Penelitian dan Studi Ilmu Komunikasi , 28.

Latifah.P, Nurani. N. (2020). Kontribusi Metode Coaching dalam Komunikasi


Persuasiaf Pegawai di RSUD R. Syamsuddin, SH, Kota Sukabumi. Jurnal
Sebatik , 215.

Maviati, dkk. (2022). Model Komunikasi Persuasif pada Pembelajaran Materi


Praktek Shalat Fardu pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesi , 7224.

Saleh.M, Kamaruzaman. (2022). Sender and Trust: Suatu Kajian Ilmu Komunikasi
Persuasif Dalam Pandangan Al-Quran. Jurnal Network Media , 66-67.

Primasari. F, Anna. B. (2020). Praktik Pengasuhan Sebagai upaya Pencegahan


dampak stunting pada perkembangan psikososial Kanak-kanak. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa , 264.

Putri, P. K. (2016). Aplikasi Pendekatan-Pendekatan Persuasif Pada Riset


Komunikasi Pemasaran; Iklan Melibatkan Penciptaan dan Penerimaan Pesan
Komunikasi Persuasif Mengubah Perilaku Pembelian. Jurnal The Massenger ,
5.

Rahmadhita, K. (2020). Permasalahan Stunting dan Pencegahannya. Jurnal


IlmiahKesehatan Sandi Husada , 226.
35

Suryaningsih, A. (2020). Peninglatan Motivasi Belajar Siswa Secara Online Pada


PelajaranAnimasi 2D Melalui Strategi Komunikasi Persuasif. Jurnal Karya
Ilmiah Guru , 11.

Internet

Sitti Nadia, Prevalensi Stunting di Indonesia Tururn ke 21,6% dari 24,4%. Diakses di
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilismedia/20230125/3142280
/prevalensi-stunting-di-indonesia-turun-ke-216-dari-244/. Diakses
pada tanggal 12 Oktober 2023

Anda mungkin juga menyukai