Anda di halaman 1dari 47

Panduan Belajar

KETERAMPILAN MEDIK
PENULISAN RESEP

Untuk Mahasiswa Kedokteran

Edisi Revisi
Tahun 2023

Laboratorium Keterampilan Medik


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
Jalan Pendidikan 37 Mataram Telp. (0370) 640874
Panduan Belajar
KETERAMPILAN MEDIK
PENULISAN RESEP
Untuk Mahasiswa Kedokteran

Edisi Revisi 2023

Kontributor

dr. Nurhidayati, M.Kes


apt. Legis Ocktaviana Saputri, M.Biomed.
dr. Anak Agung Ayu Niti Wedayani, M.Sc
dr. Prima Belia Fathana Sp.P(K)

Editor

dr. Nurhidayati, M.Kes


TUJUAN PEMBELAJARAN
TARGET KOMPETENSI
1. Mampu menjelaskan struktur/unsur-unsur dari resep
2. Mampu menjelaskan bahasa latin dalam penulisan resep
3. Mampu menganalisa struktur/unsur-unsur resep.
4. Mampu menjelaskan konsep peresepan yang rasional : tepat diagnosis,
tepat indikasi, tepat pemilihan obat, tepat dosis, cara dan lama pemberian,
tepat informasi, tepat penilaian kondisi pasien, tepat tindak lanjut
5. Mampu menganalisa kerasionalan isi resep
6. Mampu menerapkan penulisan resep secara legeartis dan rasional

KATEGORI KOMPETENSI
Kategori keterampilan klinis ditetapkan berdasarkan Standar Kompetensi Dokter
Indonesai (SKDI) tahun 2012 :
Tingkat Kompetesnsi 4 (Does) : mampu melakukan secara mandiri terbagi atas:
4 A : Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter
4B : Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internship dan atau
pendidikan dokter berkelanjutan (PKB)
Metode Metode Evaluasi
CPMK Pokok Bahasan Target Kompetensi Alokasi Waktu Bidang Terkait
Pembelajaran dan Bobot
Mampu Struktur / unsur-unsur Mampu menjelaskan Praktikum : Laporan • Farmakologi
menerapkan resep yang memenuhi struktur/unsur-unsur dari Praktikum 4 kali tatap muka penugasan 5 % • Bagian Anak
prinsip kaidah lege artis resep Penugasan Ujian Praktikum/ • Bagian
penulisan Mampu menjelaskan Tiap tatap muka 3 tentamen (90 %) Interna
resep yang bahasa latin dalam (Setiap x 50 menit MCQ (5 %) • Bagian Obgin
legeartis dan penulisan resep kelompok akan
rasional Mampu menganalisa mendapatkan 4 I. Demonstrasi
struktur/unsur-unsur kasus II. Latihan
resep peresepan/ terstruktur I
Penulisan resep yang Mampu menjelaskan tatap muka) III. Latihan
rasional pada pada : konsep peresepan yang terstruktur II
• Respirasi : rasional : tepat IV. Latihan
Iinfeksi saluran diagnosis, tepat indikasi, mandiri
pernapasan tepat pemilihan obat,
(ISPA, TBC dan tepat dosis, cara dan
Pneumonia) lama pemberian, tepat Ujian :
o Asma Bronchial informasi, tepat penilaian 3 x 50 menit
• Kardiovaskuler: kondisi pasien, tepat
o Hipertensi tindak lanjut
o Angina Mampu menganalisa
o Gagal Jantung kerasionalan isi resep
• Indra Mampu menerapkan
o Infeksi Mata penulisan resep secara
o Infeksi Kulit legeartis dan rasional
o Infeksi Telinga
• Anak

Penggunaan Obat Secara Rasional
dr. Nurhidayati, M.Kes.
dr. Anak Agung Ayu Niti Wedayani, M.Sc

Langkah Pengobatan

Pemberian obat pada penderita yang membutuhkan, merupakan bagian langkah


pengobatan. Agar pengobatan memberikan hasil yang optimal, dan dapat terhindar dari
efek yang merugikan, baik bagi penderita maupun masyarakat, maka pemberian
pengobatan secara rasional merupakan suatu keharusan.
Penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien menerima obat yang sesuai
dengan kebutuhannya, untuk periode waktu yang adekuat dan dengan harga yang
paling murah untuk pasien dan masyarakat (WHO, 1985).
Pengobatan dikatakan rasional jika memenuhi kriteria 7 (tujuh) tepat, yaitu :
1. Tepat diagnosis
2. Tepat indikasi
3. Tepat pemilihan obat
4. Tepat dosis, cara dan lama pemberian
5. Tepat informasi
6. Tepat penilaian kondisi pasien
7. Tepat tindak lanjut
Beberapa sumber menyatakan pula menambahkan waspada efek samping dan
tepat penyerahan obat (dispensing).

Tepat Diagnosis
Penggunaan obat disebut rasional harus diawali dengan ketepatan diagnosa.
Ketidaktepatan diagnosa akan menyebabkan kesalahan dalam pemilihan obat,
sehingga obat yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan indikasi yang
seharusnya.

Tepat Indikasi Penyakit


Setiap penyakit, memiliki penyebab tertentu dan memberikan manifestasi gejala
tertentu pula. Beberapa penyakit atau gejala, tidak membutuhkan pengobatan, atau
beberapa gejala membutuhkan obat yang sama. Oleh karena itu pemilihan obat harus
sesuai dengan indikasi penyakit pasien.

Tepat Pemilihan Obat


Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan
dengan benar. Dengan demikian, obat yang dipilih harus yang memiliki efek terapi
sesuai dengan spektrum penyakit.
Untuk mendukung tepat pemilihan obat, maka dokter wajib mengacu pada
pedoman pengobatan dengan pertimbangan utama bahwa obat yang tercantum di
buku pedoman pengobatan telah terbukti memberikan manfaat yang maksimal dengan
risiko yang sekecil-kecilnya.
Tepat pemilihan obat juga tercakup di dalamnya kesesuaian bentuk sediaan obat
(BSO) yang diberikan serta mempertimbangan ekonomi pasien.

Tepat obat

ketepatan dosis obat sangat berpengaruh terhadap efek terapi obat, termasuk efek
samping yang mungkin akan dialami oleh pasien. Pemberian dosis yang kurang,
menyebabkan efek terapi yang diharapkan tidak tercapai, dalam kasus antibiotik,
misalnya, dapat memicu terjadinya resistensi obat. Pemberian dosis melebihi dosis
terapi, terutama untuk obat yang dengan rentang terapi yang sempit, beresiko
menimbulkannya efek samping.

Tepat Cara Pemberian


Pemberian obat dengan dosis yang tepat, harus disertai dengan ketepatan
dalam cara pemberian dan rute pemberian. Penyakit ada kulit, misalnya tinea
corporis dengan area yang terbatas, cukup dengan pemberian anti jamur topikal.
Contoh lain, antasida seharusnya dikunyah dulu baru ditelan.

Tepat Interval Waktu Pemberian


Interval pemberian merupakan salah satu faktor yang mempegaruhi
bioavibilitas obat. pemelihatn obat, juga harsu mempertimbangan frekwensi
pemberian. Pada anak kecil, manula, penderta penyakit kronis, dapat dipilih obat
dengan frekwensi minum yang sedikit sehingga meningkatkan kepatuhan penderita.

Tepat lama pemberian


Lama pemberian obat juga menentukan efektifitas terapi. Pemberian
antituberkulosis, minimal selama bulan. Pemberian obat yang terlalu singkat atau
terlalu lama dari yang seharusnya akan berpengaruh terhadap hasil pengobatan.

Tepat penilaian kondisi pasien dan Waspada terhadap efek samping


Setiap individu yang mengkonsumsi obat, dapat memberikan respon yang
berbeda. Semua obat, memiliki potesni meimbulkan efek samping, baik efek samping
yang telah diperkirakan (dependent dose), maupun efek samping yang tidak dapat
diperkirakan (seperti reaksi alergi).
Efek samping yang telah diperkirakan (dependent dose) dapat dihindari, misalnya
dengan memilihkan golongan obat, bentuk sediaan obat, dan juga waktu penggunaan
obat yang sesuai. Efek samping yang tidak dapat diperkirakan (seperti reaksi alergi),
dapat dikurangi dengan menyingkirkan obat yang menimbulkan alergi (berdasarkan
anamnesis).

Tepat informasi
Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting dalam
menunjang keberhasilan terapi. Untuk menunjang ketepatan informasi ini, salah satu
aspek yang penting adalah ketepatan penulisan resep. Resep yang tidak tepat,
menyebabkan obat dan informasi yang diberikan oleh apoteker kepada pasien juga
tidak tepat.

Tepat tindak lanjut (follow-up)

Pada saat memutuskan pemberian terapi, harus sudah dipertimbangkan upaya


tindak lanjut yang diperlukan, misalnya jika pasien tidak sembuh atau mengalami efek
samping. Terutama pada penderita penyakit kronis, seperti hipertensi, diabetes dan
TBC.

Tepat penyerahan obat (dispensing)


Penggunaan obat rasional juga melibatkan dispenser sebagai penyerah obat
dan pasien sebagai konsumen. Resep yang dituliskan oleh dokter, akan dibawa oleh
pasien ke apotik atau tempat pelayanan obat (depo farmasi di RS).
Pada saat resep dibawa ke tempat penyerahan obat, apoteker dan atau asisten
apoteker menyiapkan obat yang dituliskan peresep pada lembar resep untuk
kemudian diberikan kepada pasien. Proses penyiapan dan penyerahan harus
dilakukan secara tepat, agar pasien mendapatkan obat sebagaimana harusnya.
Pada saat pemberian obat, dalam menyerahkan obat, apoteker dan atau asisten
apoteker harus memberikan informasi yang tepat kepada pasien sesuai dengan
informasi dalam resep.
Langkah Dalam POSR

NO LANGKAH KETERANGAN

1 Menetapkan Sesuai Pedoman


Diagnosis penegakan diagnosa
yang berlaku
2 Menetapkan Berdasarkan diagnosa
permasalahan dan keluhan
pasien
3 Menetapkan tujuan Berdasarkan diagnosa
terapi dan keluhan
4 Memilih obat (P Menentukan golongan Berdasarkan 4 aspek :
Drug) obat yang terpilih sesuai efficacy, safety,
masing-masing tujuan suitibiliyy, dan cost
terapi
Menentukan sediaan obat
yang terpilih (dari golongan
yang terpilih) untuk masing-
masing tujuan terapi
Menentukan BSO, dosis
(per pemberian dan per
regimen terapi), jumlah
obat, jadwal pemberian
obat terpilih untuk masing-
masing tujuan terapi

4 (Empat) Aspek Penentuan P- DRUG

NO ASPEK KETERANGAN

1 Efikasi Efektivitas obat sesuai tujuan Contoh : Spektrum


terapi antibakteri

Data resistensi

2 Safety Keamanan obat pada pasien : Kontra indikasi mutlak,


Kontraindikasi mutlak dan relatif misal : KI untuk ibu hamil
dan anak, alergi

Kontra indikasi relatif,


misal : memperburuk
penyakit / keluhan
penyerta
3 Suitibility Ketersediaan obat dan Ketersediaan obat pada
ketersediaan/ kesesuaian BSO suatu wilayah

4 Cost Biaya yang dikeluarkan untuk 1 Sumber pembiayaan :


(satu) siklus terapi : berdasarkan BPJS, mandiri
pertimbangan sumber
pembiayaan).
Jika mandiri, maka dampak ke Contoh : pada layanan
pendapatan per bulan PPK I, 2 dan 3 BPJS
Analisis Penulisan Resep yang Benar
apt. Legis Ocktaviana Saputri, M.Biomed
dr. Nurhidayati, M.Kes.

Pemberian terapi dengan obat oleh dokter secara tidak langsung akan ditulis
dalam lembar resep atau blangko resep. Resep dalam arti yang sempit adalah
permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk
membuatkan obat dalam bentuk sediaan tertentu dan menyerahkannya kepada
pasien. Resep merupakan perwujudan akhir dari kompetensi pengetahuan dan
keahlian dokter dalam menerapkan pengetahuannya dalam bidang farmakologi dan
terapi.
Penulisan resep harus jelas, baik, dan benar mengikuti prinsip-prinsip penulisan
resep. Resep yang lengkap menurut SK Menkes RI No 26/1981 (Bab III, pasal 10)
dan Kepmenkes No. 28/Menkes/SK/U/98, Bab II tentang RESEP memuat unsur-
unsur tertentu.

Unsur-Unsur Resep
1. Identitas dokter: Nama, alamat praktek/ rumah, nomor telpon, dan nomor Surat
Izin Praktek (SIP), hari dan jam praktek
2. Nama kota dan tanggal penulisan resep
3. Superscriptio: Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
4. Inscriptio: Nama setiap obat/komponen obat serta jumlah atau dosis, bila perlu
diterangkan cara membuat dan cara menyerahkannya.
5. Subscriptio: Bentuk sediaan obat yang dikehendaki
6. Signatura: Aturan pakai ditulis dalam bahasa latin, yaitu meliputi frekuensi,
jumlah obat dan saat minum obat, dan lain-lain
7. Tanda penutup (ditandai dengan garis dan tanda tangan/paraf dokter penulis
resep)
8. Pro: nama pasien dan umur, akan lebih baik dicantumkan juga berat badan
dan alamat pasien. Apabila penderita anak, harus dituliskan umur atau berat
badan agar apoteker dapat mencek apakah dosisnya sudah sesuai.

Catatan:
1. Poin nomor 1 dan normor 2 sudah tercetak pada lembar resep.
1) Untuk dokter praktek swasta, harus mencantumkan nama dokter, izin
kerja, alamat praktek dan rumah, paraf dokter
2) Untuk dokter yang berpraktek di RS/Klinik/Poliklinik, harus mencantumkan
nama dan alamat RS/Klinik/Poliklinik, bagian/unit di RS, serta nama,
alamat, paraf dokter penulis resep
2. Nomor 3 dan seterusnya adalah mulai dokter menulis resep
3. Recipe (R/) berarti harap ambil yang biasanya sudah tercetak pada resep.
Bila diperlukan lebih dari satu bentuk sediaan obat/formula resep, diperlukan
penulisan R/ lagi.
4. Pada saat menulis resep :
1) Hindari penulisan nama kimia, tulis nama latin atau generiknya;
2) Apabila dalam satu lembar resep terdiri lebih dari satu R/, maka : tiap
R/ dilengkapi dengan signa (S), dan tiap R/ diparaf atau ditandatangani
dokter penulisnya;
3) Dokter yang bijaksana akan memperhatikan keadaan sosio-ekonomi
pasien, maka pemilihan obat dapat ke obat generik.
5. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat dengan
jumlah melebihi dosis maksimum
6. Pada penulisan obat narkotika dan psikotropika, jumlah obat tidak cukup
hanya dengan angka saja, namun disertai dengan huruf angka tersebut,
misal X (decem) dan agar sah harus dibubuhi tanda tangan dokter (bukan
paraf). Hal ini dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan obat di
masyarakat.
Contoh blanko resep dokter praktek mandiri Contoh blanko resep dokter Klinik

dr. Enni Poliklinik Unram


Alamat Praktek: Jalan Ahmad Yani No. 9 Jalan Pemuda No. 37 Mataram
Gerung - Lombok Barat
SIP. DU-2000/III/1999 Mataram,
Gerung,
Dokter :
R/ R

Pro :
Umur : Pro :
Alamat : Umur :
Alamat :

Kaidah Penulisan Resep


1. Ukuran blanko resep (ukuran ideal lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm)
2. Nama obat ditulis dengan jelas, dimulai dengan huruf besar secara lengkap
atau dengan singkatan resmi (dalam farmakope Indonesia atau nomenklatur
internasional) misal: ac. Salic; acetosal. Nama obat dapat menggunakan
nama generik, nama standar atau nama paten, tidak ditulis dengan nama
kimia (misal: kali chloride ditulis KCl) atau singkatan lain dengan huruf capital
(misal clorpromazin dapat disingkat CPZ)
3. Penulisan jumlah obat dengan satuan biji menggunakan angka Romawi dan
kekuatan obat dalam satuan berat atau volume dengan sistem metrik (misal:
Tab Amlodipin 5 mg No. XX). Satuan berat untuk obat 1 gram ditulis 1 g (tidak
ditulis 1 gr)
4. Penulisan kekuatan obat dalam sediaan obat jadi (generik/paten) yang
beredar di pasaran dengan beberapa kekuatan, maka kekuatan yang diminta
harus ditulis (missal: Tab. Primperan 5 mg atau Tab. Primperan 10 mg.
Penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal dalam tube dari
sediaan jadi yang tersedia beberapa kemasan, maka harus ditulis (misal:
Allerin exp. 60 ml atau 120 ml; Garamycin cream 5 mg/tube atau 15 mg/tube).
5. Angka dosis tidak ditulis sebagai perhitungan decimal.
6. Dosis diperhitungkan dengan tepat disesuaikan dengan umur/ berat badan/
luas permukaan tubuh, dan kondisi organ/fungsi organ tubu.
7. Penulisan dosis
8. Penulisan bentuk sediaan obat tidak hanya untuk formula magistralis, tetapi
juga untuk formula officialis dan spesialistis (misal: Tab Paracetamol 500 mg
No.X; Tab Antalgin 250 mg No.X);
9. Penulisan jadwal dosis/aturan pemakaian (signatura) harus benar (misal:
s.t.d.d. pulv. I.p.c atau s..t.d.d.tab.I prn atau S prn.tdd tab I). Untuk pemakaian
yang rumit seperti pemakaian tapering up/down gunakan tanda s.u.c (usus
cognitus = pemakaian sudah diketahui). Penjelasan kepada pasien ditulis
pada kertas dengan bahasa yang dipahami.
10. Edukasi pasien untuk cara penggunaan obat khusus, atau tuliskan dalam
kertas yang terpisah dengan resep obat.
11. Setiap selesai menuliskan resep diberi tanda penutup berupa garis penutup
(untuk 1 R/) atau tanda pemisah di antara R/ (untuk > 2R/) dan paraf/tanda
tangan pada setiap R/.
12. Resep ditulis sekali jadi, tidak boleh ragu-ragu, hindari coretan, hapusan dan
tindasan.
13. Penulisan tanda Iter (Itteretur/ harap diulang) dan N.I. (Ne Iterretur/tidak boleh
diulang. Resep yang memerlukan pengulanagan dapat diberi tanda: Iter n X
di sebelah kiri atas dari resep untuk seluruh resep yang diulang. Bila tidak
semua resep, maka ditulis di bawah setiap resep yang diulang. Resep yang
tidak boleh diulang, dapat diberi tanda: NI di sebelah kiri atas dari resep untuk
seluruh resep yang tidak boleh diulang. Bila tidak semua resep, maka ditulis
di bawah setiap resep yang diulang.
14. Penulisan tanda Cito atau PIM apabila diperlukan agar resep segera dilayani
karena obat sangat diperlukan bagi penderita harus ditulis di sebelah kanan
atas resep
15. Terapi dengan obat (narkotika) diberikan hanya untuk indikasi yang jelas.
16. Ketentuan tentang obat ditulis dengan jelas.
17. Hindari pemberian obat terlalu banyak
18. Hindari pemberian obat dalam jangka waktu lama
19. Obat sama dengan nama dagang yang berbeda dimungkinkan
bioavailabilitasnya beda.
20. Harus hati-hati bila akan memberikan beberapa obat seara bersamaan,
pastikan tidak ada inkompatibilatas/interaksi yang merugikan.

Catatan :
• Untuk resep-resep internal misalnya Rumah Sakit, bagian nama sampai
dengan alamat dapat diganti oleh kop Rumah Sakit, dokter, dan SMF.
• Untuk tanda-tanda khusus seperti ‘Cito’ atau ‘PIM’ harus ditulis di sebelah
kanan pada bagian atas kertas resep. Pada setiap R/ yang memerlukan
pengulangan maka harus ditulis pada sebelah kiri atas dari resep.

Formula Resep
Terdapat 3 jenis formula dalam penulisan resep, antara lain:
1. Formula Magistralis
Formula magistralis yaitu sediaan disusun oleh dokter sendiri. Obat yang dipilih
dapat berupa bahan baku (racikan) atau sediaan Non Generik / obat dengan
nama dagang. Dalam hal ini, dokter selain menuliskan bahan obat, juga bahan
tambahan. Bahan tambahan yang ditambahkan tergantung dari sediaan yang
diinginkan, misalnya berupa vehikulum/constituen. Jika seorang dokter
menggunakan formula ini, maka harus memahami sifat obat, interaksi
farmasetika, spesifikasi/kekhususan dan macam bahan tambahan yang dapat
digunakan serta pedoman penulisan resep magistralis.
2. Formula Officinalis
Formula officinalis, yaitu resep yang tercantum dalam buku farmakope atau
buku lainnya dan merupakan standar (resep standar). Dengan
menggunakan formula ini, berarti dokter sudah tahu komposisi bahan aktif dan
kegunaannya. Penulisan ini cepat dan sederhana serta harganya lebih murah.
Dokter harus memahami isi / komposisi obat dan indikasinya.
3. Formula Spesialistis
Formula spesialistis ditulis dengan obat nama dagang/branded generik atau obat
paten dari pabrik obat. Pabrik obat kadang membuat 1 (satu) jenis obat obat
dengan berbagai sediaan, kekuatan, dan kombinasi obat. Dokter harus
memahami spesifikasi, sifat dan tujuan produk obat yang akan diberikan. Bila
penulisan resep ini kurang jelas atau tidak lengkap dapat mengakibatklan
kesalahan dalam pelayanan di apotek.

Bahan Obat
Pembagian bahan obat menurut fungsinya adalah sebagai berikut:
1. Remedium Cardinale
Remedium Cardinale adalah obat yang berkhasiat utama yang mutlak harus ada
karena berfungsi untuk menyembuhkan penyebab terjadinya penyakit. Obat ini
disebut obat pokok atau obat utama. Obat pokok ini dapat berupa bahan tunggal,
tetapi juga dapat terdiri dari beberapa bahan. Contoh: Antibiotika pada infeksi
bakteri.
2. Remedium Adjuvans
Remedium Adjuvans adalah bahan yang membantu/menunjang kerja obat pokok
dan tidak mutlak perlu ada dalam resep. Obat ini merupakan obat tambahan yang
membantu untuk kesembuhan biasanya pada obat-obat simpatomatik. Contoh:
Paracetamol sebagai antipiretik, Furosemide untuk edema pada pasien hipertensi
3. Corrigen
Corrigen adalah zat tambahan untuk memperbaiki warna, rasa dan bau dari obat
utama yang umumnya digunakan hanya jika diperlukan. Corrigen terbagi menjadi
5 (lima) yaitu:
- Corrigen Actionis untuk memperbaiki kerja zat berkhasiat utama
- Corrigen Odoris untuk menutupi atau memperbaiki bau obat yang tidak enak
dari obat. Contoh: Oleum Cinnamommi dalam Emulsi Minyak Ikan, Ol.
Rosarum, O. Menthae piperitae
- Corrigen Saporis untuk memperbaiki rasa obat. Contoh : Saccharosa dan
sirupus simplex untuk menutupi rasa pahit
- Corrigen Coloris untuk memperbaiki atau memberikan warna obat agar
terlihat lebih menarik. Contoh : Warna merah strawberry, Carminum untuk
obat serbuk
- Corrigen Solubilis untuk memperbaiki kelarutan obat. Contoh : Na / Kl (
larutan pekat ) untuk membantu melarutkan iodium
4. Constituens = Excipien = Vehiculum adalah zat tambahan yang bersifat netral
yang berfunsi sebagai pelarut, pengisi, dan pemberi bentuk obat sesuai dengan
bentuk sediaan yang akan dibuat. Obat ini lebih sering diperlukan, terutama kalau
resep berupa komposisi dokter sendiri dan bukan obat jadi. Contoh : Lactosa
untuk serbuk oral, Amylum dan Talcum untuk bedak tabur, Aqua untuk Potio,
Vaseline untuk salep, Ol. Caccao untuk suppositoria.

Perhitungan Dosis yang Tepat


Obat dalam dosis yang tepat sangat berguna untuk menyembuhkan penyakit,
tapi dalam dosis tidak tepat, dosis kurang obat tidak efektif dan bila berlebih dapat
merugikan kesehatan bahkan membahayakan jiwa. Dosis yang ideal adalah dosis
yang diberikan per individual. Hal ini mengingat bahwa respon penderita terhadap
obat sangat individualistis. Penentuan dosis perlu mempertimbangkan hal-hal
berikut, antara lain:
- Kondisi pasien (umur, berat badan, fisiologi dan fungsi organ tubuh)
- Kondisi penyakit pasien (akut, kronis, berat/ringan)
- Indeks terapi obat (lebar/sempit)
- Variasi kinetik obat
- Cara/rumus perhitungan dosis anak (pilih yang paling teliti)

Beberapa istilah Dosis obat antara lain:


1. Dosis obat adalah sejumlah obat yang memberikan efek terapetik pada penderita
dewasa, yang disebut juga dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapetik.
2. Dosis maksimum (D.M) adalah takaran terbesar yang dapat diberikan kepada
orang dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan (saat
ini tidak dipergunakan lagi).
3. Dosis toksis adalah takaran obat yang menyebabkan keracunan.
4. Dosis lethalis adalah takaran obat yang menyebabkan kematian.
5. Loading dose/initial dose/dosis awal adalah takaran obat untuk memulai terapi,
sehingga dapat mencapai konsentrasi obat dalam darah dan mempunyai efek
terapi.
6. Dosis pemeliharaan adalah takaran obat yang diperlukan untuk mempertahankan
konsentrasi terapeutik (= konsentrasi obat dalam darah yang mempunyai efek
terapi).
7. Dosis regimen adalah pengaturan dosis serta jarak waktu antar dosis untuk
mempertahankan konsentrasi obat dalam darah sehingga memberikan efek
terapi.

Dosis Obat Untuk Dewasa


Dosis obat untuk dewasa umumnya dicantumkan pada berbagai buku tentang
obat. Seringkali hanya disebutkan parameter usia tentang dosis obat seperti
Ampisilin 250 mg – 500 mg tiap 6 jam tanpa dijelaskan parameter berat badan,
padahal meskipun sama-sama dewasa berat badan tidak sama. Dosis yang
menggunakan parameter berat badan akan lebih menjamin tercapainya konsentrasi
obat di tempat aksinya. Misal : Pirasinamid 20-35 mg/kg BB sehari, Etambutol 150
mg/kgBB perhari. Jadi, bila dibandingkan dengan umur, dosis lebih proporsional
terhadap berat badan.
D.M obat adalah dosis tertinggi yang masih dapat diberikan kepada penderita
dewasa. Apabila dosis ini lebih besar, dimungkinkan terjadi keracunan. Berdasarkan
patofisiologi pasien, dokter boleh memberikan dosis lebih dari D.M. Apabila dengan
pertimbangan tertentu dokter menghendaki dosis yang melebihi D.M, maka harus
diberitahukan ke apoteker di apotek dengan cara dibelakang angka dosis
diberitanda seru dan diberi paraf.

Dosis Obat Untuk Anak


Perhitungan dosis pada anak secara ideal menggunakan dasar ukuran fisik
(berat badan atau luas permukaan tubuh). Apabila dosis anak dihitung dengan
perbandingan dengan dosis dewasa, yaitu dengan memakai rumus perhitungan
dosis anak (antara lain Young, Clark), maka perlu diperhatikan tentang ketelitian dari
rumus yang dipakai. Dosis untuk anak dapat dihitung dengan membandingkan dosis
dewasa berdasar umur atau berdasar berat badan. Ada juga perhitungan berdasar
sekian mg per kgBB untuk sekali atau 24 jam.

1. Perhitungan Dosis Berdasarkan Umur


Perhitungan dosis anak berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 1. Pada
Tabel 1 belum terlalu lengkap misalnya untuk anak usia 4 dan 6 tahun tidak
tercantum perbandingannya terhadap dosis dewasa, untuk mengetahui
perbandingannya dapat dihitung dengan cara berikut:
Selisih persetase usia 3 tahun dengan 7 tahun (lihat Tabel 1) = 50% - 33% = 17%
Beda persentase untuk setiap 1 tahun = 17% : 4 = 4,25%.
Besarnya persentase terhadap dosis dewasa untuk:
- Usia 4 tahun = 33% + 4.25% = 37,25%
- Usia 5 tahun = 33% + (2 x 4.25%) = 41,5%
- Usia 6 tahun = 33% + (3 x 4,25%) = 45,75%

Tabel 1. Perkiraan Dosis Bayi dan Anak Terhadap Dosis Dewasa yang Dihitung
Berdasarkan Bobot Badan
Bobot Badan Dosis Bayi dan Anak
Umur
(kg) Terhadap Dosis Dewasa (%)
Bayi 1,13 2,5 – 5
Prematur 1,81 4–8
2,27 5 – 10
Bayi baru lahir 3,18 12,5
2 bulan 4,54 15
4 bulan 6,35 20
12 bulan 9,98 25
3 tahun 14,97 33
7 tahun 22,68 50
10 tahun 29,94 60
12 tahun 35,52 75
14 tahun 45,36 80
16 tahun 54,43 90

Perhitungan dosis dengan menggunakan umur pasien dapat menggunakan Rumus


Clark’s.

Keterangan: n = Umur anak

Catatan :
Rumus Clark’s saat ini sudah tidak digunakan karena anak-anak bukan miniatur
orang dewasa, Selain itu, obat aman untuk dewasa belum tentu aman untuk anak-
anak. Jika ingin menggunakan patokan umur, maka berat badan anak harus dalam
range normal berdasarkan tabel antropometri sesuai Permenkes No.2 Tahun 2020
tentang Status Antropometri Anak.

2. Perhitungan Dosis Berdasarkan Berat Badan


Perhitungan dosis obat berdasarkan berat badan sebenarnya paling ideal
karena sesuai dengan kondisi pasien dibandingkan perhitungan berdasarkan umur
yang tidak sesuai dengan berat badan pasien.

Contoh:
Hitung berapa dosis 1 x pakai dan dosis sehari cefadroksil, untuk bayi yang berusia
10 bulan dengan berat badan 8 kg, jika diketahui dosis cefadroksil dalam sehari =
25 mg/kg dalam dosis bagi. Berapa dosis cefadroksil untuk sekali pakai, bila jumlah
pemakaian cefadroksil dalam sehari 2 x pakai.
Jawab:
- Dosis sehari Cefadroksil = 8 kg x 25 mg/ kg = 200 mg
- Dosis cefadroksil sekali pakai = 200 mg : 2 = 100 mg
Catatan:
Rumus perhitungan berat badan adalah rumus utama yang digunakan saat ini.

3. Luas Permukaan Tubuh (Body surface area/ BSA)


Perhitungan dosis obat berdasarkan luas permukaan tubuh, biasanya
digunakan pada perhitungan dosis obat kanker (antineoplastik). Contoh: Dosis
2
Carboplatin 400 mg/m2, chlorambusil 1-3 mg/m . Cara menghitung luas permukaan
tubuh dengan menggunakan rumus berikut:

√𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑐𝑚) 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)


𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑏𝑢ℎ = ……(4)
3600

Dosis anak = Luas Permukaan Tubuh (m2) x dosis dewasa .....(5)


Contoh:
Seorang pasien anak dengan tinggi badan 130 cm, dengan bobot 35 kg, umur 6
tahun mendapat injeksi odansetron, berapa mg odansetron yang dapat diberikan
kepada anak tersebut jika diketahui dosis odansetron orang dewasa dengan luas
2
permukaan tubuh orang dewasa rata- rata = 1,73 m sebesar adalah 8 mg untuk
setiap kali penyuntikan.
Jawab:

√130 𝑥 35
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑏𝑢ℎ = = 1,124 m2
3600
2
Dosis odansetron untuk anak dengan luas perkaan tubuhnya 1,124 m =
1,124 m2 𝑥 8 mg = 5,197 mg

2
1,73 m
Langkah-langkah Menulis Resep
Ambil satu lembar kertas resep/blanko resep, isi tempat dan tanggal ditulisnya resep.
1. Penulisan resep untuk obat yang diramu/diracik :
• Tulis huruf R/
• Tulis nama obat yang terpilih sesuai indikasi
• Tulis dosis yang diperlukan (untuk anak dan geriatri dosis sudah
dihitung lebih dulu)
• Tulis permintaan untuk membuat bentuk sediaan obat : contohnya mfla
(misce fac lege artis), fla (fac lege artis), md (misce da). Bentuk sediaan
yang dipilih sesuaikan dengan kondisi dan/atau kebutuhan pasien.
• Tulis jumlah obat yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan pemberian
obat
• Kalimat berikutnya, tulis S (signa) kemudian tulis apa yang diperlukan
untuk menandai obat tersebut, lazimnya adalah cara penggunaan obat
• Beri garis penutup dan paraf
• Tulis pro : nama pasien, umur, alamat lengkap pasien disertai nomor
rumah (terutama untuk anak)
Contoh Resep:

Keterangan:
m = Misce = Campur
f.l.a = Fac Lege Artis = Buatlah sesuai keahlian/ aturan
pulv = Pulvis = Serbuk
dtd = Da Tales Dosis = Sesuai Dosis
No. XV = Nomero XV = Banyaknya 15

dtd menunjukan bahwa tiap 1 bungkus sediaan pulvis yang dibuat


mengandung dosis sesuai yang tertera dalam resep, misalnya epexol
5 mg tablet diambil sebanyak 5 mg x 15 bungkus = 75 mg/ 15 bungkus.
Jika tanpa dtd maka dosis yang diambil harus dibagi kedalam 15
bungkus sediaan pulvis. Untuk itu penulisan resep dan dosis jika tanpa
dtd harus disesuaikan seperti contoh berikut:

2. Penulisan resep obat jadi :


• Tulis huruf R/
• Tulis nama obat yang terpilih sesuai indikasi
• Tulis bentuk sediaan obat sesuai dengan sifat obat,
bioavailabilitas, kondisi penyakit pasien
• Tulis dosis yang diperlukan (untuk anak dan geriatri dosis sudah
dihitung lebih dulu)
• Tulis jumlah obat yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan pemberian
obat
• Kalimat berikutnya, tulis S (signa), kemudian tulis apa yang
diperlukan untuk menandai obat tersebut, lazimnya adalah cara
penggunaan obat
• Beri garis penutup dan paraf
• Tulis pro : nama pasien, umur, alamat lengkap pasien disertai
nomor rumah.
Contoh Resep

Contoh Macam-macam Penulisan Formula Resep


1. Resep formula magistralis
Arti singkatan :
* misce fac lege artis pulveres da tales dosis nomero quindecem= ”campur
dan buatlah sesuai aturan puyer sebanyak dosis tersebut di atas sebanyak
15 bungkus dan masukkan ke dalam kapsul”.
*** signa pro re nata ter de die pulveres una=” tandai: bila perlu 3x sehari 1
bungkus kapsulr”
Makna resep :
“setiap kapsul mengandung bahan obat: parasetamol 500 mg, dan diazepam 2,5
mg,. Komposisi tersebut dibuat puyer sesuai dengan dosis obat yang
digunakan dan dimasukkan ke dalam kapsul. Buatlah sejumlah 15 bungkus.
Aturan pakai 3x sehari masing-masing 1 (satu) kapsul diperlukan untuk 5
hari.”

Catatan :
Penulisan signa harus jelas, dengan mencantumkan penjelasan lain yang
diperlukan.

Arti singkatan
sama dengan resep 1.a
Makna resep
“dari bahan obat : Parasetamol 7,5 g, Diazepam 30 mg dicampur dan dibuat
untuk menjadi 15 bungkus puyer dan dimasukkan ke dalam kapsul. Aturan pakai
3 x sehari masing-masing 1 kapsul jika diperlukan. Obat diperlukan untuk 5
hari”.
Perbedaan resep 1.a dan 1.b:
Pada resep 1.a ditulis jumlah banyaknya obat untuk tiap kapsul, sedangkan
resep 1.b ditulis jumlah banyaknya obat untuk 15 kapsul.
Contoh resep sediaan padat 1.c (tidak dianjurkan menulis resep seperti
ini):

Arti singkatan
sama dengan di atas
Makna resep
“ tablet parasetamol (1 tablet =500 mg) sebanyak 15 tablet ( jadi 15 x 500 mg=
7500 mg= 7,5 g); tablet Dazepam (1 tablet = 5 mg) sebanyak 6 tablet ( jadi 6x
5 = 30 mg). Dicampur dan dibuat untuk menjadi 15 bungkus puyer dan
dimasukkan ke dalam kapsul. Jadi tiap kapsul mengandung 500 mg dan
diazepam 2 mg. Aturan pakai 3 x sehari masing-masing 1 kapsul jika diperlukan.
Obat diperlukan untuk 5 hari”.

Mengapa resep seperti ini (1.c) tidak dianjurkan?


Sediaan tablet Parasetamol dan diazepam mengandung sejumlah obat yang
tertentu per tablet, sehingga bila diperlukan dosis lain yang tidak sama dengan
kandungan obat dalam sediaan tersebut, akan memberikan masalah.

Catatan dalam peresepan racikan (puyer atau kapsul), harus


memperhatikan beberapa aspek berikut ini :
1. Tidak mencampurkan dalam 1 (satu) racikan obat untuk pengobatan gejala
(simptomatis) dengan pengobatan kausal, misalnya antipiretik dengan
antibiotik.
2. Tidak mencampurkan obat dengan frekwensi minum yang berbeda,
misalnya 1 kali sehari dengan 3 kali sehari
3. Tidak mencampurkan obat yang diminum pada waktu yang berbeda,
misalnya obat yang harus diminum dalam perut kosong dengan obat yang
harus diminum setelah makan.
4. Tidak mencampurkan obat yang saling berinteraksi dalam sediaan,
misalnya obat dengan efek higroskopis.
5. Tidak menggunakan tablet salut.

Contoh resep sediaan cair


Saat ini sudah tidak ada lagi sediaan cair yang disusun formula oleh
dokter melalui resep, karena untuk membuat sediaan cair diperlukan teknologi.
Selain itu, sediaan cair sudah tersedia dalam bentuk sediaan jadi siap pakai
yang dibuat oleh pabrik farmasi. Bentuk sediaan obat cair (sirup, suspensi,
emulsi) harus dibuat segera dan memerlukan tambahan pengawet. Stabilitas
tidak dapat dijamin apabila dibuat di apotek. Pencampuran sediaan obat padat
ke dalam sebuah sediaan jadi cair tidak dibenarkan karena sangat tidak
rasional, menggangggu homogenitas, dan akan mempengaruhi kadar obat
dalam darah yang akhirnya akan mempengaruhi tujuan terapi.

Contoh resep sediaan setengah padat

Resep a

R/ Tetrasiklin 2,5 %
Hidrokortison 2,5 %
Ad.Lan.2*
Vas.alb.ad 15 **
m.f.l.a. ungt***
s.b.d.d.u.e.m.et. v ****

Paraf

Arti singkatan
* Adeps lanae 2= “ Adeps lanae sebanyak 2 gram”
** vaselin album ad 15 = “Vaselin album sampai 15 gram.”
***misce fac lege artis unguenta = “ campur dan buatlah sesuai aturan
salep.”
**** signa bi de die usus externus mane et vespere = “ tandai: 2x sehari
untuk pemakaian luar pagi dan sore hari.”
Makna resep
“ Campur dan buatlah salep sebanyak 15 gram yang mengandung :
Tetrasiklin 2,5 %, Hidrokortison 2,5 %, dan bahan Adeps lanae 2 gram dan
vaseline album( ditambahkan hingga mencapai 15 g). aturan pakai: untuk
pemakaian luar 2x sehari pagi dan sore.”

Resep b
R/ Tetracyclin 0,6 g
Hidrokortison 0,5 g
Ad.Lan.2
Vas.alb.ad 20
m.f.l.a. ungt*
s.b.d.d.u.e.m.et. v **

Paraf
Arti singkatan:
”Ambilkan Tetrasiklin 0,6 gram, Hidrokortison 0,5 gram. Adeps lanae 2 gram
dan Vaseline album sampai jumlah salep sebanyak 20 gram.
* campur dan buatlah menurut aturan salep.
** tandailah dua kali sehari untuk pemakaian luar pagi dan sore hari.
Makna resep :
“Salep resep diatas mengandung Tetrasiklin 3 %, Hidrokortison 2,5 %, dengan
basis salep: Adeps lanae (10 %) dan Vaseline album. Dibuat salep . Aturan
pakai : s.d.a”

2. Resep formula officinalis

Contoh resep sediaan padat 2.a

R/ Tab ciprofloksasin 500 mg no.X


s.b.d.d. tabs.I *

Paraf

Arti singkatan:
* signa ter de die capsula una=” tandailah 2 x sehari 1 tablet”.
Makna resep:
” berikan tablet ciprofloksasin 500 mg sebanyak 10 butir. Aturan pakai; 2 x
sehari masing-masing 1 tablet.”

Contoh resep sediaan setengah padat 2.b

R/ Ungt.Sulf.Salicyl. 20 g*
s.b.d.d.u.e.m.et.v**

Paraf

Arti singkatan :
* Ungentum Sulfuric Salicylitum= “salep Belerang-Salsilat”
** signa bi de die usus externus mane et vespere = tandailah 2 x sehari, pagi
dan sore, untuk pemakaian luar,setelah mandi.
Makna resep :
“ Berikan salep Sulfuris Salisilitum sebanyak 20 gram. Aturan pakai 2x sehari
untuk pemakaian luar, pagi, dan sore hari sesudah mandi.”

Formula Ungt. Sulfuris Salicylitum( 2-4 Zalf)


R/ acidum salicylicum 2
Sulfur praesipitatum 4
Vaselin alb. Ad.100

Resep Sirup

R/ Parasetamol syr 120 mg/5 ml 60 ml fl I


S prn t.d.d. c orig I p.c

Paraf

Arti singkatan
* Pro re nata (prn) = “ sesuai kebutuhan / jika diperlukan”
** ter de die (t.d.d) = “ tiga kali sehari.”
***c orig = “ sendok takar asli obat.”
****Post coanem (p.c) = “ setelah makan”

Makna resep
“ minumlah obat (sirup parasetamol) sesuai kebutuhan/jika diperlukan
sejumlah 1 (satu) sendok takar asli obat ( 5 ml) sebanyak 3 x sehari setelah
makan.”

3. Resep formula spesialistis

Contoh resep sediaan padat 3.a

R/ Caps Amoxan 500 mg no.XV


s.t.d.d. caps I

Paraf

Makna resep :

“Berikan kapsul Amoxan 500 mg 15 butir. Aturan pakai: 3x sehari, masing-


masing 1 kapsul.”

Contoh resep sediaan cair 3.b.1

R/ Cohistan expt.60 ml lag.I*


s.t.d.d. Cth.I

Paraf

Arti singkatan :
“Cohistan expectoran 60 ml lag una”= Cohistan Expectoran 60 ml 1 btl.
Makna resep:
“Berikan Cohistan expectoran 60 ml 1 botol. Aturan pakai : diminum 3x
sehari masing-masing 1 sendok teh.”

Resep 3.b.2

Bila pemberian hanya waktu tertentu, bisa diberi keterangan. Misalnya: selain
p.r.n (pro re nata – bila perlu), dapat diberi keterangan ”febris/demam/panas”.
Keterangan ini dapat digunakan untuk obat-obatan simptomatis yang diminum
bila demam.

R/ Tempra oral drop fl.I


s.p.r.n.t.d.d. 0,4 ml

Paraf

Makna Resep:
“Berikan Tempra oral drop satu flacon/botol. Aturan pakai : bila demam/panas
berikan 0,4 ml (dengan pipet yang tersedia), dapat diberikan 3x sehari.

Contoh resep sediaan setengah padat 3.c


R/ Scabicid cr. 15 g Tub.I*
s.u.c.**

Paraf

Arti singkatan :
*Scabicid cream tube una = krim Scabicid 1 tube, berat 15 gram/
** signa usus cognitus =” Tandailah : aturan pakai sudah tahu.”
Makna resep :
“Berikan Scabicid cream 1 tube seberat 15 gram. Aturan pakai ; telah diketahui.”

Catatan:
Dalam penulisan formula spesialistis dokter hanya perlu menuliskan nama Non
Generik / Obat dengan nama dagang yang diberikan oleh pabriknya, kekuatan,
dan jumlahnya. Karena itu,komposisi/ formula harus diketahui secara baik oleh
dokter penulis resep.
Penulisan nama obat Non Generik / obat dengan nama dagang harus secara
lengkap dan jelas.

Resep Narkotika

Pada peresepan obat-obat yang termasuk golongan narkotika, dokter harus


memberi tanda tangan bukan paraf. Contoh: Pethidin.
.
R/ Inj. Pethidin amp. II ( duo) *
s.i.m.m**
Tanda tangan

Arti singkatan:
* injeksi Pethidin ampula duo = “ Injeksi Pethudin dua ampul”
** signa in manum medici = “ Serahkan pada dokter”
Makna resep:
“ serahkan pada dokter, injeksi Pethidin sebanyak 2 ampul”.

Masih untuk keamanan peresepan obat-obat golongan narkotika, penulisan


numero dengan menggunakan angka romawi, misalnya’X’, dapat ditulis’-X-‘.
Tujuannya agar angka tersebut tidak ditambahi, baik oleh pasien maupun
apotek untuk kepentingan tertentu.

Resep Sediaan Khusus


Obat Tetes

Untuk obat tetes, harus jelas peruntukannya; tetes mata, hidung atau telinga,
dan harus jelas pula sisi mana yang akan diobati; sebelah kiri, kanan atau
kedua sisi.
R/ Chloramfenicol ear drop lag I
s.b.d.d gtt.II a.d.*
.
Paraf

Arti singkatan:
*signa bi de die guttae duo auriculae dextra=”Tandailah 2x sehari 2 tetes
pada telinga kanan”.
Makna Resep
“Berikan Chloramfenicol tetes telinga (satu) botol. Aturan pakai 2x sehari 2 tetes
pada telinga kanan “.
.

R/ Tetrasiklin Ungt.Opth. 1 % 5 g tub.I


s.b.d.d. ungt. Opth. Od & Os.*

Paraf

Arti singkatan:
*signa bi de die unguentum opthalmicum ocular dexter et ocular
sinister=” tandailah 2x sehari salep mata, mata kanan dan mata kiri”.
Makna resep:
“ Berikan salep mata tetrasiklin 1 % 1 tube, 5 gram . Aturan pakai : 2x
sehari mata kanan dan kiri”.

Perhatian:
Seperti halnya obat tetes, salep mata jelas untuk mata kanan, kiri atau
keduanya.
Resep Sediaan Khusus
Obat Inhalasi

Perbedaan cara peresepan obat-obatan aeorosol dan inhalasi


R/ Bricasma Aerosol fl I
s.b.d.d puff.II

Paraf

Makna resep :
“ Berikan Bricasma aerosol 1 flacon/botol. Aturan pakai 2x sehari, 2 semprotan.

R/ Bricasma Turbohaler fl I
s.b.d.d inh.II

Paraf

Makna resep :
“ Berikan Bricasama Turbohaler 1 botol. Aturan pakai 2x sehari, 2 hirupan
(inhalan)”.

Perhatikan perbedaan kedua resep di atas:


Perhatikan perbedaan aturan pakai dan sediaan/alat yang digunakan. Yang
satu adalah aerosol sementara yang lain adalah inhalasi.
Daftar Singkatan Penulisan Resep
Bentuk Sediaan

No Nama Singkatan Kepanjangan Arti


1 Emuls Emulsum Emulsi
2 Inj Injectio Obat injeksi/ suntik
3 Sol Solutio Larutan
4 Susp Suspensio Suspensi
5 Syr Syrupus Sirup
6 Garg Gargarisma Obat kumur
7 Gtt auric Guttae auriculares Obat tetes telinga
8 Gtt nasal Guttae nasales Obat tetes hidung
9 Gtt opthl Guttae opthalmicae Obat tetes mata
10 Amp Ampule Ampul
11 Fl Flacon Botol kecil
12 Sup Suppositorium Suppositoria
13 Cr Cream Krim
14 Cap/ Caps Capsule Kapsul
15 Tab Tabulae Tablet
16 Pulv Pulvis/Pulveres Serbuk/ serbuk terbagi
17 Nebul Nebula Obat semprot

Frekuensi

No Nama Singkatan Kepanjangan Arti


1 1 dd/ sdd Semel de die Satu kali sehari
2 2 dd/ bdd Bis de die Dua kali sehari
3 3 dd/ tdd Ter de die Tiga kali sehari
4 4 dd/ qdd Quarter de die Empat kali sehari
5 Oh Omni hora Setiap jam

Waktu Pemberian
No Nama Singkatan Kepanjangan Arti
1 Ac Ante coenam Sebelum makan
2 Dc Durante coanem Saat sedang makan
3 Pc Post coanem Setelah makan
4 Hs Hora somni Sebelum tidur
5 An Ante noctum Setelah tidur
6 m et v Mane et vespere Pagi dan sore
7 prn Pro renata Bila perlu

Pengunaan
No Nama Singkatan Kepanjangan Arti
1 Ue Usus externum Obat luar
2 Up Usus propius Untuk dipakai sendiri
3 imm Im mane medicine Diberikan kepada dokter
4 Pro inj Pro Injectio Untuk disuntikan

Lain-lain
No Nama Singkatan Kepanjangan Arti
1 dext Dextra Kanan
2 sin Sinister Kiri
3 R/ Recpe Ambillah
4 S Signa Tandailah
5 ad Ad Sampai dengan
6 adde Adde Tambahkan
7 mf Misce fac Campur dan buatlah
8 iter Iter Diulang
9 dtd Datales dosis Berikan dengan takaran
sebanyak itu
10 pcc Pro copy conform Disalin sesuai aslinya

Angka Latin

1= I = Unus, unae, unum, una 21=XXI=unus et viginti


2=II= duo, ae 25=XXV=quinguae et viginti
3=III=tres 30=XXX=trigenta
4=IV=quatuor 40=XL=quadragenta
5=V=quinguae 50=L=Quingenta
6=VI=sex 51=LI=unus quingenta
7=VII=Septem 90=XC=nona genta
8=VIII= octo 100=C=Centum
9=IX=novem 500=D=quncenti
10=X= decem 1000=M=mille
12=XII=duodecem 2000=MM=duo mille
15=XV=quidacem 121=CXXI=centum unus et viginti
20=XX=viginti 131=CXXXI= centum unus trigenta.
FORMAT PENILAIAN RESEP
(PER KASUS)

A. Penilaian Struktur Resep

STRUKTUR RESEP Lengkap/Tidak Benar (Jelas)/ Komentar


Tidak
Superscriptio

Inscriptio R/1

R/2

R/3

dst

Subscriptio R/1

R/2

R/3

dst

Signature R/1

R/2

R/3

dst

Paraf R/1

R/2

R/3

dst
Formula Resep

Jika ada,
Formula Ada Tidak ada
tuliskan
Formula Magistralis

Formula Offcianalis

Formula Spesialis

Sediaan Narkotika
Ada Tidak ada Jika ada, tuliskan

Narkotika

B. PENILAIAN KERASIONALAN RESEP

1. Tepat Diagnosis
Tuliskan diagnosa pasien di skenario :
2. Tepat Indikasi
NAMA OBAT INDIKASI

3. Tepat Pemilihan Obat


a) Penilaian BSO
Kesesuaian dengan Pasien
Nama Obat /
BSO (Umur, Kondisi pasien dll )
R ke n
Ya Tidak Komentar
b) Kontraindikasi dan interaksi obat yang merugikan (bagian dari
waspada terhadap efek samping dan tepat penilaian kondisi pasien)
Nama Obat / Kontraindikasi/ Interaksi Obat
BSO
R ke n Ya Tidak Komentar

4. Tepat Dosis, Cara & Lama Pemberian


Kesesuaian resep
Dosis per kali dengan dosis,
Kebutuhan
pemberian lama, jumlah dan
Nama Lama obat
berdasarkan Cara/waktu cara pemberian
Obat/ Terapi dalam 1
umur/BB/luas pemberian hasil analisis
R ke n (kali/hari) siklus
permukaan Tidak
terapi
tubuh Sesuai Sesuai

1
2
3
4
5

5. Tulislah Resep secara Legeartis dan Rasional Berdasarkan Hasil


Analisis

6. Tepat Informasi
Tuliskan informasi yang akan diberikan kepada pasien
Contoh kasus:
Anda seorang dokter jaga di suatu puskesmas. Seorang laki-laki datang ke poli
puskesmas Anda dan mengeluhkan batuk yang sudah ia alami sekitar 2 hari. Batuk
yang dirasakan berdahak dengan dahak berwarna bening dan kental. Selain itu ia
merasa hidung gatal dan bersin-bersin. Sejak dua hari ini pasien juga erasa badannya
agak demam. Demam dirasakan tidak terlalu tinggi dan dirasakan terus menerus.
Anda kemudian melakukan pemeriksaan fisik dan mendapatkan tanda vital dalam
batas normal kecuali temperatur aksila 37,8°C. Rinoskopi anterior didapatkan sekret
serous, edema dan hiperemis pada konka, tonsil dan faring dalam batas normal. Anda
mendiagnosis pasien dengan Common Cold dan meresepkan obat dengan resep
seperti di bawah ini:

dr. Danar Wicaksono


SIP.DU-2000/III/1999
Praktek: Jl Ahmad Yani no 9 Gerung- Lombok Barat

Gerung, 5 Maret 2023

R/ Parasetamol 500 mg
Codein HCL 20 mg
CTM 4 mg
GG 50 mg
DMP 10 mg
S.L q.s
m.f.l.a pulv. dtd No. XV da in caps.
S. t.d.d. caps. 1

Pro : Tn. Jaya,


Umur : 25 tahun
Alamat : Mataram
A. Penilaian Struktur Resep

Analisis Kelengkapan Resep


Struktur Resep Lengkap/Tidak Benar (jelas)/tidak Keterangan
Superscriptio Nama, alamat, Lengkap Benar -
nomor izin
praktek dokter
Tempat Lengkap Benar -
dan tanggal
tanggal
penulisan
resep
Simbol R/ Lengkap Benar -
Nama, umur, Tidak lengkap Benar Alamat lengkap tidak
alamat pasien tercantum pada
resep

Penulisan obat
Inscriptio R/1 Tidak Lengkap Tidak - sebaiknya tidak
menggunakan
benar singkatan (CTM
sebaiknya
Klorferinamin
Maleat, DMP
sebaiknya
Dekstrometorfan,
GG
sebaiknya Gliseril
Guaiakolat)
S.L sebaiknya
- ditulis Sacch. Lact.
- Seharusnya
waktu minum obat
dicantumkan
Subscriptio R/1 Lengkap Benar -
Waktu konsumsi
Signatura R/1 Tidak Lengkap Tidak benar obat tidak di tulis
Paraf tidak
Paraf/Tanda R/1 Tidak Lengkap Tidak benar dicantumkan
tangan
Formula Resep

Formula Ada Tidak ada Jika ada, tuliskan


Formula √ Racikan sesuai resep di atas
Magistralis
Formula √
Offcianalis
Formula √
Spesialis

Sediaan Narkotika
Ada Tidak ada Jika ada, tuliskan

Narkotika √ Codein

B. Penilaian Kerasionalan Resep

1. Tepat Diagnosis
Tuliskan diagnosa pasien di skenario : Common Cold
2. Tepat Indikasi
NAMA OBAT INDIKASI
Menurunkan demam (antipiretik) dan
Parasetamol
antipiretik
Codein HCL Antitusif bekerja sentral
DMP (Dekstrometorfan) Antitusif bekerja sentral
Antihistamin yang berfungsi mengurangi
CTM (Klorferinamin Maleat)
keluhan hidung gatal dan bersing-bersin
Gliseril Guaiakolat Mengencerkan dahak (ekspektoran
Saccharum lactum Pemanis dan pembawa

3. Tepat Pemilihan Obat


a) Penilaian BSO
Kesesuaian dengan Pasien
Nama Obat /
BSO (Umur, Kondisi pasien dll )
R ke n
Ya Tidak Komentar
R/ 1 Kapsul √ Pasien dewasa,
(puyer yang dapat meninum
dikapsulkan) BSO kapsul
b) Kontraindikasi dan interaksi obat yang merugikan (bagian dari
waspada terhadap efek samping dan tepat penilaian kondisi
pasien)
Nama Obat/ Kontraindikasi/ Interaksi Obat
R ke n Ya Tidak Komentar
R /1 √ Pada resep terdapat 2 jenis
antitusif. Pasien mengeluhkan
batuk berdahak, diperlukan
adalah mukolitik dan atau
ekspektorant.

Pada resep tersebut, terdapat perbedaan antara segi fungsi yaitu DMP
dan Codein yang fungsi yaitu untuk menekan batuk. DMP dan Codein
merupakan antitusif yang efeknya sentral. Karena efeknya yang
menekan batuk, maka obat ini dipakai pada pasien dengan batuk kering
dan kontraindikasi pada pasien batuk produktif. Sementara GG (Gliseril
Guaiakolat) merupakan ekspektoran yang fungsinya untuk
mengencerkan dahak agar mudah dikeluarkan. Oleh karena itu, GG
tidak boleh diberikan bersamaan dengan DMP dan Codein.

4. Tepat Dosis, Cara & Lama Pemberian

Kesesuaian
Dosis per resep dengan
kali Kebutuhan dosis, lama,
Nama pemberian Lama obat jumlah dan
Cara/waktu
Obat/ R ke berdasarkan Terapi dalam 1 cara
pemberian
n umur/BB/luas (kali/hari) siklus pemberian
permukaan terapi hasil analisis
tubuh Tidak
Sesuai
Sesuai
Dosis obat dalam resep
5. Tulislah Resep secara Legeartis dan Rasional Berdasarkan Hasil
Analisis
SUMBER PUSTAKA

1. Nurhidayati, Aini SR, Suprianto A, Sari Andang, Dyah T, Hunaifi I, Amalia E.,
2011. Panduan Belajar & Penuntun Praktek Keterampilan Medik : Farmasi
Kedokteran II : Penulisan Resep, Labratorium Keterampilan Medik, Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram
2. Kementerian Kesehatan RI, 2011, Modul Penggunaan Obat Rasional
3. de Vrens T.P.G.M., Henningi R.H., Hogerzeil H.V., Fresle D.A., 1994. Guide to
Good Prescribing, A practical manual, World Health Organization, Action
Programme on Essential Drugs, Geneva
4. WHO Guide to Good Prescribing. Helath Action International
5. British Farmacological Society. Ten Principles of Good Prescribing.
https://www.bps.ac.uk/education-engagement/teaching-pharmacology/ten-
principles-of-good-prescribing.
6. Formularium Nasional tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai