KETERAMPILAN MEDIK
PENULISAN RESEP
Edisi Revisi
Tahun 2023
Kontributor
Editor
KATEGORI KOMPETENSI
Kategori keterampilan klinis ditetapkan berdasarkan Standar Kompetensi Dokter
Indonesai (SKDI) tahun 2012 :
Tingkat Kompetesnsi 4 (Does) : mampu melakukan secara mandiri terbagi atas:
4 A : Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter
4B : Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internship dan atau
pendidikan dokter berkelanjutan (PKB)
Metode Metode Evaluasi
CPMK Pokok Bahasan Target Kompetensi Alokasi Waktu Bidang Terkait
Pembelajaran dan Bobot
Mampu Struktur / unsur-unsur Mampu menjelaskan Praktikum : Laporan • Farmakologi
menerapkan resep yang memenuhi struktur/unsur-unsur dari Praktikum 4 kali tatap muka penugasan 5 % • Bagian Anak
prinsip kaidah lege artis resep Penugasan Ujian Praktikum/ • Bagian
penulisan Mampu menjelaskan Tiap tatap muka 3 tentamen (90 %) Interna
resep yang bahasa latin dalam (Setiap x 50 menit MCQ (5 %) • Bagian Obgin
legeartis dan penulisan resep kelompok akan
rasional Mampu menganalisa mendapatkan 4 I. Demonstrasi
struktur/unsur-unsur kasus II. Latihan
resep peresepan/ terstruktur I
Penulisan resep yang Mampu menjelaskan tatap muka) III. Latihan
rasional pada pada : konsep peresepan yang terstruktur II
• Respirasi : rasional : tepat IV. Latihan
Iinfeksi saluran diagnosis, tepat indikasi, mandiri
pernapasan tepat pemilihan obat,
(ISPA, TBC dan tepat dosis, cara dan
Pneumonia) lama pemberian, tepat Ujian :
o Asma Bronchial informasi, tepat penilaian 3 x 50 menit
• Kardiovaskuler: kondisi pasien, tepat
o Hipertensi tindak lanjut
o Angina Mampu menganalisa
o Gagal Jantung kerasionalan isi resep
• Indra Mampu menerapkan
o Infeksi Mata penulisan resep secara
o Infeksi Kulit legeartis dan rasional
o Infeksi Telinga
• Anak
•
Penggunaan Obat Secara Rasional
dr. Nurhidayati, M.Kes.
dr. Anak Agung Ayu Niti Wedayani, M.Sc
Langkah Pengobatan
Tepat Diagnosis
Penggunaan obat disebut rasional harus diawali dengan ketepatan diagnosa.
Ketidaktepatan diagnosa akan menyebabkan kesalahan dalam pemilihan obat,
sehingga obat yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan indikasi yang
seharusnya.
Tepat obat
ketepatan dosis obat sangat berpengaruh terhadap efek terapi obat, termasuk efek
samping yang mungkin akan dialami oleh pasien. Pemberian dosis yang kurang,
menyebabkan efek terapi yang diharapkan tidak tercapai, dalam kasus antibiotik,
misalnya, dapat memicu terjadinya resistensi obat. Pemberian dosis melebihi dosis
terapi, terutama untuk obat yang dengan rentang terapi yang sempit, beresiko
menimbulkannya efek samping.
Tepat informasi
Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting dalam
menunjang keberhasilan terapi. Untuk menunjang ketepatan informasi ini, salah satu
aspek yang penting adalah ketepatan penulisan resep. Resep yang tidak tepat,
menyebabkan obat dan informasi yang diberikan oleh apoteker kepada pasien juga
tidak tepat.
NO LANGKAH KETERANGAN
NO ASPEK KETERANGAN
Data resistensi
Pemberian terapi dengan obat oleh dokter secara tidak langsung akan ditulis
dalam lembar resep atau blangko resep. Resep dalam arti yang sempit adalah
permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker untuk
membuatkan obat dalam bentuk sediaan tertentu dan menyerahkannya kepada
pasien. Resep merupakan perwujudan akhir dari kompetensi pengetahuan dan
keahlian dokter dalam menerapkan pengetahuannya dalam bidang farmakologi dan
terapi.
Penulisan resep harus jelas, baik, dan benar mengikuti prinsip-prinsip penulisan
resep. Resep yang lengkap menurut SK Menkes RI No 26/1981 (Bab III, pasal 10)
dan Kepmenkes No. 28/Menkes/SK/U/98, Bab II tentang RESEP memuat unsur-
unsur tertentu.
Unsur-Unsur Resep
1. Identitas dokter: Nama, alamat praktek/ rumah, nomor telpon, dan nomor Surat
Izin Praktek (SIP), hari dan jam praktek
2. Nama kota dan tanggal penulisan resep
3. Superscriptio: Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep
4. Inscriptio: Nama setiap obat/komponen obat serta jumlah atau dosis, bila perlu
diterangkan cara membuat dan cara menyerahkannya.
5. Subscriptio: Bentuk sediaan obat yang dikehendaki
6. Signatura: Aturan pakai ditulis dalam bahasa latin, yaitu meliputi frekuensi,
jumlah obat dan saat minum obat, dan lain-lain
7. Tanda penutup (ditandai dengan garis dan tanda tangan/paraf dokter penulis
resep)
8. Pro: nama pasien dan umur, akan lebih baik dicantumkan juga berat badan
dan alamat pasien. Apabila penderita anak, harus dituliskan umur atau berat
badan agar apoteker dapat mencek apakah dosisnya sudah sesuai.
Catatan:
1. Poin nomor 1 dan normor 2 sudah tercetak pada lembar resep.
1) Untuk dokter praktek swasta, harus mencantumkan nama dokter, izin
kerja, alamat praktek dan rumah, paraf dokter
2) Untuk dokter yang berpraktek di RS/Klinik/Poliklinik, harus mencantumkan
nama dan alamat RS/Klinik/Poliklinik, bagian/unit di RS, serta nama,
alamat, paraf dokter penulis resep
2. Nomor 3 dan seterusnya adalah mulai dokter menulis resep
3. Recipe (R/) berarti harap ambil yang biasanya sudah tercetak pada resep.
Bila diperlukan lebih dari satu bentuk sediaan obat/formula resep, diperlukan
penulisan R/ lagi.
4. Pada saat menulis resep :
1) Hindari penulisan nama kimia, tulis nama latin atau generiknya;
2) Apabila dalam satu lembar resep terdiri lebih dari satu R/, maka : tiap
R/ dilengkapi dengan signa (S), dan tiap R/ diparaf atau ditandatangani
dokter penulisnya;
3) Dokter yang bijaksana akan memperhatikan keadaan sosio-ekonomi
pasien, maka pemilihan obat dapat ke obat generik.
5. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat dengan
jumlah melebihi dosis maksimum
6. Pada penulisan obat narkotika dan psikotropika, jumlah obat tidak cukup
hanya dengan angka saja, namun disertai dengan huruf angka tersebut,
misal X (decem) dan agar sah harus dibubuhi tanda tangan dokter (bukan
paraf). Hal ini dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan obat di
masyarakat.
Contoh blanko resep dokter praktek mandiri Contoh blanko resep dokter Klinik
Pro :
Umur : Pro :
Alamat : Umur :
Alamat :
Catatan :
• Untuk resep-resep internal misalnya Rumah Sakit, bagian nama sampai
dengan alamat dapat diganti oleh kop Rumah Sakit, dokter, dan SMF.
• Untuk tanda-tanda khusus seperti ‘Cito’ atau ‘PIM’ harus ditulis di sebelah
kanan pada bagian atas kertas resep. Pada setiap R/ yang memerlukan
pengulangan maka harus ditulis pada sebelah kiri atas dari resep.
Formula Resep
Terdapat 3 jenis formula dalam penulisan resep, antara lain:
1. Formula Magistralis
Formula magistralis yaitu sediaan disusun oleh dokter sendiri. Obat yang dipilih
dapat berupa bahan baku (racikan) atau sediaan Non Generik / obat dengan
nama dagang. Dalam hal ini, dokter selain menuliskan bahan obat, juga bahan
tambahan. Bahan tambahan yang ditambahkan tergantung dari sediaan yang
diinginkan, misalnya berupa vehikulum/constituen. Jika seorang dokter
menggunakan formula ini, maka harus memahami sifat obat, interaksi
farmasetika, spesifikasi/kekhususan dan macam bahan tambahan yang dapat
digunakan serta pedoman penulisan resep magistralis.
2. Formula Officinalis
Formula officinalis, yaitu resep yang tercantum dalam buku farmakope atau
buku lainnya dan merupakan standar (resep standar). Dengan
menggunakan formula ini, berarti dokter sudah tahu komposisi bahan aktif dan
kegunaannya. Penulisan ini cepat dan sederhana serta harganya lebih murah.
Dokter harus memahami isi / komposisi obat dan indikasinya.
3. Formula Spesialistis
Formula spesialistis ditulis dengan obat nama dagang/branded generik atau obat
paten dari pabrik obat. Pabrik obat kadang membuat 1 (satu) jenis obat obat
dengan berbagai sediaan, kekuatan, dan kombinasi obat. Dokter harus
memahami spesifikasi, sifat dan tujuan produk obat yang akan diberikan. Bila
penulisan resep ini kurang jelas atau tidak lengkap dapat mengakibatklan
kesalahan dalam pelayanan di apotek.
Bahan Obat
Pembagian bahan obat menurut fungsinya adalah sebagai berikut:
1. Remedium Cardinale
Remedium Cardinale adalah obat yang berkhasiat utama yang mutlak harus ada
karena berfungsi untuk menyembuhkan penyebab terjadinya penyakit. Obat ini
disebut obat pokok atau obat utama. Obat pokok ini dapat berupa bahan tunggal,
tetapi juga dapat terdiri dari beberapa bahan. Contoh: Antibiotika pada infeksi
bakteri.
2. Remedium Adjuvans
Remedium Adjuvans adalah bahan yang membantu/menunjang kerja obat pokok
dan tidak mutlak perlu ada dalam resep. Obat ini merupakan obat tambahan yang
membantu untuk kesembuhan biasanya pada obat-obat simpatomatik. Contoh:
Paracetamol sebagai antipiretik, Furosemide untuk edema pada pasien hipertensi
3. Corrigen
Corrigen adalah zat tambahan untuk memperbaiki warna, rasa dan bau dari obat
utama yang umumnya digunakan hanya jika diperlukan. Corrigen terbagi menjadi
5 (lima) yaitu:
- Corrigen Actionis untuk memperbaiki kerja zat berkhasiat utama
- Corrigen Odoris untuk menutupi atau memperbaiki bau obat yang tidak enak
dari obat. Contoh: Oleum Cinnamommi dalam Emulsi Minyak Ikan, Ol.
Rosarum, O. Menthae piperitae
- Corrigen Saporis untuk memperbaiki rasa obat. Contoh : Saccharosa dan
sirupus simplex untuk menutupi rasa pahit
- Corrigen Coloris untuk memperbaiki atau memberikan warna obat agar
terlihat lebih menarik. Contoh : Warna merah strawberry, Carminum untuk
obat serbuk
- Corrigen Solubilis untuk memperbaiki kelarutan obat. Contoh : Na / Kl (
larutan pekat ) untuk membantu melarutkan iodium
4. Constituens = Excipien = Vehiculum adalah zat tambahan yang bersifat netral
yang berfunsi sebagai pelarut, pengisi, dan pemberi bentuk obat sesuai dengan
bentuk sediaan yang akan dibuat. Obat ini lebih sering diperlukan, terutama kalau
resep berupa komposisi dokter sendiri dan bukan obat jadi. Contoh : Lactosa
untuk serbuk oral, Amylum dan Talcum untuk bedak tabur, Aqua untuk Potio,
Vaseline untuk salep, Ol. Caccao untuk suppositoria.
Tabel 1. Perkiraan Dosis Bayi dan Anak Terhadap Dosis Dewasa yang Dihitung
Berdasarkan Bobot Badan
Bobot Badan Dosis Bayi dan Anak
Umur
(kg) Terhadap Dosis Dewasa (%)
Bayi 1,13 2,5 – 5
Prematur 1,81 4–8
2,27 5 – 10
Bayi baru lahir 3,18 12,5
2 bulan 4,54 15
4 bulan 6,35 20
12 bulan 9,98 25
3 tahun 14,97 33
7 tahun 22,68 50
10 tahun 29,94 60
12 tahun 35,52 75
14 tahun 45,36 80
16 tahun 54,43 90
Catatan :
Rumus Clark’s saat ini sudah tidak digunakan karena anak-anak bukan miniatur
orang dewasa, Selain itu, obat aman untuk dewasa belum tentu aman untuk anak-
anak. Jika ingin menggunakan patokan umur, maka berat badan anak harus dalam
range normal berdasarkan tabel antropometri sesuai Permenkes No.2 Tahun 2020
tentang Status Antropometri Anak.
Contoh:
Hitung berapa dosis 1 x pakai dan dosis sehari cefadroksil, untuk bayi yang berusia
10 bulan dengan berat badan 8 kg, jika diketahui dosis cefadroksil dalam sehari =
25 mg/kg dalam dosis bagi. Berapa dosis cefadroksil untuk sekali pakai, bila jumlah
pemakaian cefadroksil dalam sehari 2 x pakai.
Jawab:
- Dosis sehari Cefadroksil = 8 kg x 25 mg/ kg = 200 mg
- Dosis cefadroksil sekali pakai = 200 mg : 2 = 100 mg
Catatan:
Rumus perhitungan berat badan adalah rumus utama yang digunakan saat ini.
√130 𝑥 35
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑢𝑏𝑢ℎ = = 1,124 m2
3600
2
Dosis odansetron untuk anak dengan luas perkaan tubuhnya 1,124 m =
1,124 m2 𝑥 8 mg = 5,197 mg
2
1,73 m
Langkah-langkah Menulis Resep
Ambil satu lembar kertas resep/blanko resep, isi tempat dan tanggal ditulisnya resep.
1. Penulisan resep untuk obat yang diramu/diracik :
• Tulis huruf R/
• Tulis nama obat yang terpilih sesuai indikasi
• Tulis dosis yang diperlukan (untuk anak dan geriatri dosis sudah
dihitung lebih dulu)
• Tulis permintaan untuk membuat bentuk sediaan obat : contohnya mfla
(misce fac lege artis), fla (fac lege artis), md (misce da). Bentuk sediaan
yang dipilih sesuaikan dengan kondisi dan/atau kebutuhan pasien.
• Tulis jumlah obat yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan pemberian
obat
• Kalimat berikutnya, tulis S (signa) kemudian tulis apa yang diperlukan
untuk menandai obat tersebut, lazimnya adalah cara penggunaan obat
• Beri garis penutup dan paraf
• Tulis pro : nama pasien, umur, alamat lengkap pasien disertai nomor
rumah (terutama untuk anak)
Contoh Resep:
Keterangan:
m = Misce = Campur
f.l.a = Fac Lege Artis = Buatlah sesuai keahlian/ aturan
pulv = Pulvis = Serbuk
dtd = Da Tales Dosis = Sesuai Dosis
No. XV = Nomero XV = Banyaknya 15
Catatan :
Penulisan signa harus jelas, dengan mencantumkan penjelasan lain yang
diperlukan.
Arti singkatan
sama dengan resep 1.a
Makna resep
“dari bahan obat : Parasetamol 7,5 g, Diazepam 30 mg dicampur dan dibuat
untuk menjadi 15 bungkus puyer dan dimasukkan ke dalam kapsul. Aturan pakai
3 x sehari masing-masing 1 kapsul jika diperlukan. Obat diperlukan untuk 5
hari”.
Perbedaan resep 1.a dan 1.b:
Pada resep 1.a ditulis jumlah banyaknya obat untuk tiap kapsul, sedangkan
resep 1.b ditulis jumlah banyaknya obat untuk 15 kapsul.
Contoh resep sediaan padat 1.c (tidak dianjurkan menulis resep seperti
ini):
Arti singkatan
sama dengan di atas
Makna resep
“ tablet parasetamol (1 tablet =500 mg) sebanyak 15 tablet ( jadi 15 x 500 mg=
7500 mg= 7,5 g); tablet Dazepam (1 tablet = 5 mg) sebanyak 6 tablet ( jadi 6x
5 = 30 mg). Dicampur dan dibuat untuk menjadi 15 bungkus puyer dan
dimasukkan ke dalam kapsul. Jadi tiap kapsul mengandung 500 mg dan
diazepam 2 mg. Aturan pakai 3 x sehari masing-masing 1 kapsul jika diperlukan.
Obat diperlukan untuk 5 hari”.
Resep a
R/ Tetrasiklin 2,5 %
Hidrokortison 2,5 %
Ad.Lan.2*
Vas.alb.ad 15 **
m.f.l.a. ungt***
s.b.d.d.u.e.m.et. v ****
Paraf
Arti singkatan
* Adeps lanae 2= “ Adeps lanae sebanyak 2 gram”
** vaselin album ad 15 = “Vaselin album sampai 15 gram.”
***misce fac lege artis unguenta = “ campur dan buatlah sesuai aturan
salep.”
**** signa bi de die usus externus mane et vespere = “ tandai: 2x sehari
untuk pemakaian luar pagi dan sore hari.”
Makna resep
“ Campur dan buatlah salep sebanyak 15 gram yang mengandung :
Tetrasiklin 2,5 %, Hidrokortison 2,5 %, dan bahan Adeps lanae 2 gram dan
vaseline album( ditambahkan hingga mencapai 15 g). aturan pakai: untuk
pemakaian luar 2x sehari pagi dan sore.”
Resep b
R/ Tetracyclin 0,6 g
Hidrokortison 0,5 g
Ad.Lan.2
Vas.alb.ad 20
m.f.l.a. ungt*
s.b.d.d.u.e.m.et. v **
Paraf
Arti singkatan:
”Ambilkan Tetrasiklin 0,6 gram, Hidrokortison 0,5 gram. Adeps lanae 2 gram
dan Vaseline album sampai jumlah salep sebanyak 20 gram.
* campur dan buatlah menurut aturan salep.
** tandailah dua kali sehari untuk pemakaian luar pagi dan sore hari.
Makna resep :
“Salep resep diatas mengandung Tetrasiklin 3 %, Hidrokortison 2,5 %, dengan
basis salep: Adeps lanae (10 %) dan Vaseline album. Dibuat salep . Aturan
pakai : s.d.a”
Paraf
Arti singkatan:
* signa ter de die capsula una=” tandailah 2 x sehari 1 tablet”.
Makna resep:
” berikan tablet ciprofloksasin 500 mg sebanyak 10 butir. Aturan pakai; 2 x
sehari masing-masing 1 tablet.”
R/ Ungt.Sulf.Salicyl. 20 g*
s.b.d.d.u.e.m.et.v**
Paraf
Arti singkatan :
* Ungentum Sulfuric Salicylitum= “salep Belerang-Salsilat”
** signa bi de die usus externus mane et vespere = tandailah 2 x sehari, pagi
dan sore, untuk pemakaian luar,setelah mandi.
Makna resep :
“ Berikan salep Sulfuris Salisilitum sebanyak 20 gram. Aturan pakai 2x sehari
untuk pemakaian luar, pagi, dan sore hari sesudah mandi.”
Resep Sirup
Paraf
Arti singkatan
* Pro re nata (prn) = “ sesuai kebutuhan / jika diperlukan”
** ter de die (t.d.d) = “ tiga kali sehari.”
***c orig = “ sendok takar asli obat.”
****Post coanem (p.c) = “ setelah makan”
Makna resep
“ minumlah obat (sirup parasetamol) sesuai kebutuhan/jika diperlukan
sejumlah 1 (satu) sendok takar asli obat ( 5 ml) sebanyak 3 x sehari setelah
makan.”
Paraf
Makna resep :
Paraf
Arti singkatan :
“Cohistan expectoran 60 ml lag una”= Cohistan Expectoran 60 ml 1 btl.
Makna resep:
“Berikan Cohistan expectoran 60 ml 1 botol. Aturan pakai : diminum 3x
sehari masing-masing 1 sendok teh.”
Resep 3.b.2
Bila pemberian hanya waktu tertentu, bisa diberi keterangan. Misalnya: selain
p.r.n (pro re nata – bila perlu), dapat diberi keterangan ”febris/demam/panas”.
Keterangan ini dapat digunakan untuk obat-obatan simptomatis yang diminum
bila demam.
Paraf
Makna Resep:
“Berikan Tempra oral drop satu flacon/botol. Aturan pakai : bila demam/panas
berikan 0,4 ml (dengan pipet yang tersedia), dapat diberikan 3x sehari.
Paraf
Arti singkatan :
*Scabicid cream tube una = krim Scabicid 1 tube, berat 15 gram/
** signa usus cognitus =” Tandailah : aturan pakai sudah tahu.”
Makna resep :
“Berikan Scabicid cream 1 tube seberat 15 gram. Aturan pakai ; telah diketahui.”
Catatan:
Dalam penulisan formula spesialistis dokter hanya perlu menuliskan nama Non
Generik / Obat dengan nama dagang yang diberikan oleh pabriknya, kekuatan,
dan jumlahnya. Karena itu,komposisi/ formula harus diketahui secara baik oleh
dokter penulis resep.
Penulisan nama obat Non Generik / obat dengan nama dagang harus secara
lengkap dan jelas.
Resep Narkotika
Arti singkatan:
* injeksi Pethidin ampula duo = “ Injeksi Pethudin dua ampul”
** signa in manum medici = “ Serahkan pada dokter”
Makna resep:
“ serahkan pada dokter, injeksi Pethidin sebanyak 2 ampul”.
Untuk obat tetes, harus jelas peruntukannya; tetes mata, hidung atau telinga,
dan harus jelas pula sisi mana yang akan diobati; sebelah kiri, kanan atau
kedua sisi.
R/ Chloramfenicol ear drop lag I
s.b.d.d gtt.II a.d.*
.
Paraf
Arti singkatan:
*signa bi de die guttae duo auriculae dextra=”Tandailah 2x sehari 2 tetes
pada telinga kanan”.
Makna Resep
“Berikan Chloramfenicol tetes telinga (satu) botol. Aturan pakai 2x sehari 2 tetes
pada telinga kanan “.
.
Paraf
Arti singkatan:
*signa bi de die unguentum opthalmicum ocular dexter et ocular
sinister=” tandailah 2x sehari salep mata, mata kanan dan mata kiri”.
Makna resep:
“ Berikan salep mata tetrasiklin 1 % 1 tube, 5 gram . Aturan pakai : 2x
sehari mata kanan dan kiri”.
Perhatian:
Seperti halnya obat tetes, salep mata jelas untuk mata kanan, kiri atau
keduanya.
Resep Sediaan Khusus
Obat Inhalasi
Paraf
Makna resep :
“ Berikan Bricasma aerosol 1 flacon/botol. Aturan pakai 2x sehari, 2 semprotan.
R/ Bricasma Turbohaler fl I
s.b.d.d inh.II
Paraf
Makna resep :
“ Berikan Bricasama Turbohaler 1 botol. Aturan pakai 2x sehari, 2 hirupan
(inhalan)”.
Frekuensi
Waktu Pemberian
No Nama Singkatan Kepanjangan Arti
1 Ac Ante coenam Sebelum makan
2 Dc Durante coanem Saat sedang makan
3 Pc Post coanem Setelah makan
4 Hs Hora somni Sebelum tidur
5 An Ante noctum Setelah tidur
6 m et v Mane et vespere Pagi dan sore
7 prn Pro renata Bila perlu
Pengunaan
No Nama Singkatan Kepanjangan Arti
1 Ue Usus externum Obat luar
2 Up Usus propius Untuk dipakai sendiri
3 imm Im mane medicine Diberikan kepada dokter
4 Pro inj Pro Injectio Untuk disuntikan
Lain-lain
No Nama Singkatan Kepanjangan Arti
1 dext Dextra Kanan
2 sin Sinister Kiri
3 R/ Recpe Ambillah
4 S Signa Tandailah
5 ad Ad Sampai dengan
6 adde Adde Tambahkan
7 mf Misce fac Campur dan buatlah
8 iter Iter Diulang
9 dtd Datales dosis Berikan dengan takaran
sebanyak itu
10 pcc Pro copy conform Disalin sesuai aslinya
Angka Latin
Inscriptio R/1
R/2
R/3
dst
Subscriptio R/1
R/2
R/3
dst
Signature R/1
R/2
R/3
dst
Paraf R/1
R/2
R/3
dst
Formula Resep
Jika ada,
Formula Ada Tidak ada
tuliskan
Formula Magistralis
Formula Offcianalis
Formula Spesialis
Sediaan Narkotika
Ada Tidak ada Jika ada, tuliskan
Narkotika
1. Tepat Diagnosis
Tuliskan diagnosa pasien di skenario :
2. Tepat Indikasi
NAMA OBAT INDIKASI
1
2
3
4
5
6. Tepat Informasi
Tuliskan informasi yang akan diberikan kepada pasien
Contoh kasus:
Anda seorang dokter jaga di suatu puskesmas. Seorang laki-laki datang ke poli
puskesmas Anda dan mengeluhkan batuk yang sudah ia alami sekitar 2 hari. Batuk
yang dirasakan berdahak dengan dahak berwarna bening dan kental. Selain itu ia
merasa hidung gatal dan bersin-bersin. Sejak dua hari ini pasien juga erasa badannya
agak demam. Demam dirasakan tidak terlalu tinggi dan dirasakan terus menerus.
Anda kemudian melakukan pemeriksaan fisik dan mendapatkan tanda vital dalam
batas normal kecuali temperatur aksila 37,8°C. Rinoskopi anterior didapatkan sekret
serous, edema dan hiperemis pada konka, tonsil dan faring dalam batas normal. Anda
mendiagnosis pasien dengan Common Cold dan meresepkan obat dengan resep
seperti di bawah ini:
R/ Parasetamol 500 mg
Codein HCL 20 mg
CTM 4 mg
GG 50 mg
DMP 10 mg
S.L q.s
m.f.l.a pulv. dtd No. XV da in caps.
S. t.d.d. caps. 1
Penulisan obat
Inscriptio R/1 Tidak Lengkap Tidak - sebaiknya tidak
menggunakan
benar singkatan (CTM
sebaiknya
Klorferinamin
Maleat, DMP
sebaiknya
Dekstrometorfan,
GG
sebaiknya Gliseril
Guaiakolat)
S.L sebaiknya
- ditulis Sacch. Lact.
- Seharusnya
waktu minum obat
dicantumkan
Subscriptio R/1 Lengkap Benar -
Waktu konsumsi
Signatura R/1 Tidak Lengkap Tidak benar obat tidak di tulis
Paraf tidak
Paraf/Tanda R/1 Tidak Lengkap Tidak benar dicantumkan
tangan
Formula Resep
Sediaan Narkotika
Ada Tidak ada Jika ada, tuliskan
Narkotika √ Codein
1. Tepat Diagnosis
Tuliskan diagnosa pasien di skenario : Common Cold
2. Tepat Indikasi
NAMA OBAT INDIKASI
Menurunkan demam (antipiretik) dan
Parasetamol
antipiretik
Codein HCL Antitusif bekerja sentral
DMP (Dekstrometorfan) Antitusif bekerja sentral
Antihistamin yang berfungsi mengurangi
CTM (Klorferinamin Maleat)
keluhan hidung gatal dan bersing-bersin
Gliseril Guaiakolat Mengencerkan dahak (ekspektoran
Saccharum lactum Pemanis dan pembawa
Pada resep tersebut, terdapat perbedaan antara segi fungsi yaitu DMP
dan Codein yang fungsi yaitu untuk menekan batuk. DMP dan Codein
merupakan antitusif yang efeknya sentral. Karena efeknya yang
menekan batuk, maka obat ini dipakai pada pasien dengan batuk kering
dan kontraindikasi pada pasien batuk produktif. Sementara GG (Gliseril
Guaiakolat) merupakan ekspektoran yang fungsinya untuk
mengencerkan dahak agar mudah dikeluarkan. Oleh karena itu, GG
tidak boleh diberikan bersamaan dengan DMP dan Codein.
Kesesuaian
Dosis per resep dengan
kali Kebutuhan dosis, lama,
Nama pemberian Lama obat jumlah dan
Cara/waktu
Obat/ R ke berdasarkan Terapi dalam 1 cara
pemberian
n umur/BB/luas (kali/hari) siklus pemberian
permukaan terapi hasil analisis
tubuh Tidak
Sesuai
Sesuai
Dosis obat dalam resep
5. Tulislah Resep secara Legeartis dan Rasional Berdasarkan Hasil
Analisis
SUMBER PUSTAKA
1. Nurhidayati, Aini SR, Suprianto A, Sari Andang, Dyah T, Hunaifi I, Amalia E.,
2011. Panduan Belajar & Penuntun Praktek Keterampilan Medik : Farmasi
Kedokteran II : Penulisan Resep, Labratorium Keterampilan Medik, Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram
2. Kementerian Kesehatan RI, 2011, Modul Penggunaan Obat Rasional
3. de Vrens T.P.G.M., Henningi R.H., Hogerzeil H.V., Fresle D.A., 1994. Guide to
Good Prescribing, A practical manual, World Health Organization, Action
Programme on Essential Drugs, Geneva
4. WHO Guide to Good Prescribing. Helath Action International
5. British Farmacological Society. Ten Principles of Good Prescribing.
https://www.bps.ac.uk/education-engagement/teaching-pharmacology/ten-
principles-of-good-prescribing.
6. Formularium Nasional tahun 2019