Anda di halaman 1dari 8

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Jl. Puspita Jaya Desa Pintu Jenangan Ponorogo

USULAN JUDUL SKRIPSI

Nama : Moh Saifudin Ngabdulloh


NIM : 403200017
Jurusan/Prodi : Manajemen Zakat dan Wakaf
Latar Belakang
Distribusi adalah penyaluran (pembagian) kepada orang banyak atau beberapa
tempat. Jadi distribusi zakat adalah penyaluran atau pembagian zakat kekayaan yang
terkumpul kepada pihak tertentu dalm meraih tujuan sosial ekonomi dari pemungutan
zakat. Tidak diperkenankan para penguasa membagikan zakat menurut kehendak mereka
sendiri, karena dikuasai nafsu atau karena adanya fanatik buta. Dengan datangnya Islam,
maka zakat disalurkan kepada golongan yang sangat membutuhkan.
Zakat adalah salah satu pilar penting dan strategis dalam agama Islam, bersama
dengan syahadat, shalat, puasa, dan haji. Zakat menduduki peringkat ketiga dalam rukun
Islam setelah syahadat dan shalat, dan berkaitan erat dengan hubungan antarmanusia
(hablum minan nas) serta memiliki dimensi sosial yang kuat sebagai wujud tanggung
jawab manusia di dunia untuk saling membantu dan berbagi dengan sesama.
Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu instrumen
pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan baik, dimungkinkan
membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan, economic with
equity. Monzer Kahf menyatakan zakat dan sistem pewarisan Islam cenderung kepada
distribusi harta yang egaliter dan bahwa sebagai manfaat dari zakat, harta akan selalu
beredar. Oleh karena itu perlu dikembangkan adanya sistem pendistribusian zakat, agar
proses penyaluran dana zakat kepada mustahik dapat berjalan lancar dan sesuai dengan
aturan yang berlaku. Menggali potensi zakat perlu dilakukan melalui identifikasi objek
zakat. Pengelolaan zakat bukanlah semata-mata dilakukan secara individual dari para
Muzakki diserahkan kepada Mustahiq, tetapi dilaksanakan oleh sebuah lembaga yang
khusus menangani zakat, yang memenuhi persyaratan tertentu yang disebut Amil zakat.
Kemudian Amil zakat inilah yang bertugas untuk mensosialisasikan kepada masyarakat,
melakukan penghimpunan dan pendistribusian zakat tersebut dengan tepat dan benar.
Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur melalui berbagai lembaga zakat yang telah
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Jl. Puspita Jaya Desa Pintu Jenangan Ponorogo

terdaftar. Saat ini, terdapat 34 Lembaga Amil Zakat dengan skala nasional, 4 Lembaga
Amil Zakat dengan skala provinsi, dan 50 Lembaga Amil Zakat dengan skala Kabupaten
atau Kota yang telah terdaftar pada Badan Amil Zakat Nasional atau BAZNAS. Salah
satu organisasi pengelola zakat di wilayah Ponorogo adalah Lembaga Amil Zakat Yatim
Mandiri, yang telah aktif melaksanakan berbagai program untuk memberdayakan
ekonomi, kegiatan amal, dan meningkatkan usaha mikro, kecil, dan menengah
masyarakat.
Salah satu program pendistibusian dana zakat yang dijalankan oleh Lembaga Amil
Zakat Yatim Mandiri Ponorogo adalah program kampung mandiri yang pada
penyaluranya untuk memberdayakan masyarakat dengan cara optimaliasasi terhadap
potensi agro di desa melalui intervensi pembentukan kelompok usaha bersama. Dengan
harapan agar masyarakat tersebut dapat memaksimalkan potensi sumberdaya alam
supaya dapat dimaanfatkan oleh masyarakat dengan semaksimal mungkin.
Dari peryataan diatas penulis melihat bahwa Laznas Yatim Mandiri Ponorogo
memiliki peranaan yang penting dalam mengelola dana zakat yang turut serta dalam
membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program kampung mandiri,
oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis skripsi yang berjudul “EFEKTIVITAS
PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT MELALUI PROGRAM KAMPUNG MANDIRI
PADA LAZNAS YATIM MANDIRI PONOROGO”.

Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang diatas, maka disusunlah rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana mekanisme pendistribusian dana zakat melalui program kampung mandiri
pada Laznas Yatim Mandiri Ponorogo?
2. Bagaimana efektivitas pendistribusian dana zakat melalui program kampong mandiri
pada Laznas Yatim mandiri Ponorogo?
Rencana Judul
“EFEKTIVITAS PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT MELALUI PROGRAM
KAMPUNG MANDIRI PADA LAZNAS YATIM MANDIRI PONOROGO ”
Teori Yang Relevan
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Jl. Puspita Jaya Desa Pintu Jenangan Ponorogo

Evektifitas
1. Pengertian efektivitas Efektivitas merupakan sesuatu yang memiliki pengaruh
atau akibat yang ditimbulkan dari sebuah perencanaan kegiatan, yang dapat
membawa keberhasilan dari suatu tindakan atau usaha yang dilakukan.
Efektivitas dari suatu kegiatan dapat dilihat berhasil tidaknya dari tujuan yang
sudah dirancangkan. Emitai Etzioni memberikan penjelasannya tentang
efektivitas seperti yang dijelaskan dalam buku zakat filantropi dalam Islam
dikutip Oleh Atik Abidah mengatakan bahwa efektivitas organisasi dapat
dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai
tujuan dan sasaran. Efektivitas menunjukkan tingkat keberhasilan dari segi
tercapai atau tidaknya sasaran yang sudah ditetapkan, apabila hasil kegiatan
semakin mendekati sasaran, dapat dikatakan keefektifannya tinggi.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas Organisasi akan berjalan jika
memiliki tujuan yang jelas. Dengan adanya tujuan akan memotivasi untuk
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas yaitu adanya tujuan yang jelas, struktur organisasi, adanya dukungan
masyarakat, adanya system nilai yang dianut. Sedangkan menurut Richard M.
Steers sebagaimana dikutip oleh Atik Abidah yaitu:
a) Karakteristik organisasi, yaitu hubungan yang sifatnya tetap seperti
susunan SDM yang ada di organisasi.
b) Karakteristik lingkungan, terbagi menjadi dua aspek, yang pertama
lingkungan ekstern seperti pembuatan keputusan dan pengambilan
keputusan. Yang kedua, lingkungan intern sebagai iklim organisasi.
c) Karakteristik pekerja adalah factor yang sangat memengaruhi efektivitas.
Didalam diri setiap individu banyak ditemukan perbedaan, akan tetapi
kesadaran individu tersebut sangat penting untuk mencapai tujuan
organisasi.
d) Karakteristik manajemen, yaitu strategi kerja yang dirancang untuk
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Jl. Puspita Jaya Desa Pintu Jenangan Ponorogo

mengkondisikan semua hal yang didalam organisasi sehingga efektivitas


tercapai.
Organisasi yang tidak memperhatikan faktor-faktor di atas, akan mengalami
kesulitan untuk mencapai tujuan. Tetapi sebaliknya apabila sebuah organisasi
sangat memperhatikan faktor-faktor tersebut maka tujuan yang dicapai akan lebih
mudah.
3. Ukuran kinerja efektif Kunci untuk menciptakan ukuran kinerja yang efektif yaitu
sebagai berikut:
a) Ukuran memiliki spesifikasi individu atau kelompok individu nyata.
Ukuran kinerja yang efektif selalu membantu orang untuk mengontrol,
memonitoring, mendiagnosis, mengelola, merencanakan ataupun
memperbaiki beberapa aspek pekerjaan.
b) Ukuran kinerja disampaikan kepada pengguna yang ditentukan
sebelumnya. Ketepatan waktu adalah atribut penting terhadap kegunaan,
ukuran kinerja baik harus disampaikan pada waktu yang tepat sehingga
benar-benar dapat digunakan.
c) Penyajian ukuran kinerja dibagikan kepada orang yang tepat dengan
waktu yang tepat atau dengan mudah dapat diakses oleh orang yang tepat.
Oleh sebab itu, harus diidentifikasi siapa pengguna yang memerlukan
informasi sehingga dapat dihindari untuk kemungkinan jatuh pada orang
yang tidak tepat.
Distribusi
Distribusi berasal dari bahasa Inggris yaitu distribute yang berarti pembagian atau
penyaluran. Secara terminologi distribusi adalah penyaluran (pembagian) kepada
orang banyak atau beberapa tempat. Pengertian lain mendefinisikan distribusi sebagai
penyaluran barang keperluan sehari-hari oleh pemerintah kepada pegawai negeri,
penduduk dan sebagainya.
Menurut Philip Kotler, distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling
tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa yang siap
untuk digunakan atau dikonsumsi. Dalam hal ini, distribusi dapat diartikan sebagai
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Jl. Puspita Jaya Desa Pintu Jenangan Ponorogo

kegiatan (membagikan, mengirimkan) kepada orang atau ke beberapa tempat. Secara


garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha
memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada
konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan. (jenis, jumlah,
harga, dan saat dibutuhkan). Dengan kata lain distribusi merupakan aktivitas
pemasaran yang mampu menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi
pemasaran yang dapat merealisasikan kegunaan atau fasilitas bentuk, tempat, dan
kepemilikan serta memperlancar arus saluran pemasaran (marketing chanel flow)
secara fisik dan non fisik. 1

Pendistribusian Zakat
Pendistribusian zakat adalah kegiatan untuk memudahkan dan melancarkan
penyaluran dana zakat dari muzakki kepada mustahik. Danadana yang terkumpul
akan didistribusikan dari muzakki kepada mustahik melalui suatu lembaga yang
mengelola zakat. Dengan pendistribusian, dana zakat yang terkumpul dapat
tersalurkan secara tepat sasaran dan sesuai dengan yang dibutuhkan mustahik. Selain
itu, dengan adanya pendistribusian yang tepat maka kekayaan yang ada dapat
melimpah dan merata dan tidak beredar dalam golongan tertentu saja.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat pasal 25 (1)
dijelaskan bahwa zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syari’at
Islam. Kemudian pada pasal 26 dijelaskan bahwa pendistribusian zakat dilakukan
berdasarkan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan 2 Pendistribusian zakat
dapat dilaksanakan dengan dua pola, yaitu:3
a) Konsumtif,
penyaluran zakat secara konsumtif terbagi menjadi dua bentuk, yaitu:
1) Konsumtif tradisional, yakni zakat yang diberikan secara langsung kepada

1
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Andi, 2001)

2
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

3
Didin Hafidhuddin, dkk. , The Power Of Zakat: Perbandingan Pengelolaan Zakat Asia

Tenggara, (Malang: UIN- Malang Press, 2008), hal. 13.


KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Jl. Puspita Jaya Desa Pintu Jenangan Ponorogo

mustahik, seperti beras dan jagung.


2) Konsumtif kreatif, yakni penyaluran zakat secara langsung dalam bentuk
lain, dengan harapan dapat bermanfaat lebih baik, seperti beasiswa,
peralatan sekolah, dan pakaian anak-anak yatim.
b) Produktif, terdapat dua bentuk pendistribusian zakat secara produktif, yaitu:
1) Produktif tradisional, yaitu zakat yang diberikan dalam bentuk
barangbarang yang dapat berkembang biak atau alat utama bekerja, seperti
sapi, kambing, alat cukur, dan mesin jahit.
2) Produktif kreatif, yaitu penyaluran zakat yang diberikan dalam bentuk
modal kerja sehingga penerimanya dapat mengembangkan usahanya
setahap lebih maju.
Salah satu syarat bagi keberhasilan zakat dalam mencapai tujuan sosial
kemanusiaan adalah dengan cara pendistribusian yang profesional yang didasarkan
kepada landasan yang sehat, sehingga zakat tidak salah sasaran. Supaya dana zakat
yang disalurkan dapat berdaya guna, maka seharusnya pemanfaatnya harus selektif
untuk kebutuhan konsumtif atau produktif. Merujuk pada mekanisme pendistribusian
sebagaimana yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang No. 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat dan berdasarkan syariat ajaran Islam, bahwa
pendistribusian zakat dilakukan dengan beberapa ketentuan, diantaranya:4
1) Mengutamakan distribusi domestik, yaitu distribusi zakat pada masyarakat
setempat atau masyarakat lokal dimana zakat terkumpul sebelum
mendistribusikan ke wilayah lainnya.
2) Pendistribusian secara merata kepada seluruh golongan yang berhak menerima
zakat jika pengumpulan zakat dapat mencapai jumlah yang melimpah.
3) Membangun kepercayaan antara pemberi dan penerima zakat. Zakat baru
dapat diberikan setelah adanya keyakinan dan juga kepercayaan bahwa si
penerima adalah orang yang berhak dengan cara mengetahui atau menanyakan
hal tersebut kepada orang-orang adil yang tinggal di lingkungannya, ataupun
yang mengetahui keadaan penerima zakat yang sebenarnya.

4
Ismail Nawawi, Zakat dalam Perspektif Fiqh, Sosial dan Ekonomi, (Surabaya: Putra Media
Nusantara, 2010),
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Jl. Puspita Jaya Desa Pintu Jenangan Ponorogo

Kampung mandiri
Program Kampung mandiri merupakan salah satu program unggulan Yatim
Mandiri Ponorogo terus digencarkan, guna memberikan keceriaan dan gulirkan
bantuan kepada adik yatim maupun warga dhuafa. program Kampung mandiri ini
merupakan salah upaya untuk mendekatkan diri kepada penerima manfaat dan bentuk
syiar dakwah Yatim Mandiri hadir di tengah-tengah masyarakat. Sehingga kegiatan
yang dilakukan pihaknya ini mampu dirasakan manfaatnya dan membawa
kebahagiaan bagi setiap adik yatim maupun dhuafa yang mendapat bantuan dari
program Yatim Mandiri Ponorogo tersebut.
Tujuan didirikannya program kampong mandiri adalah untuk memberdayakan
masyarakat dengan cara optimaliasasi terhadap potensi agro di desa melalui intervensi
pembentukan kelompok usaha bersama. Dengan harapan agar masyarakat tersebut
dapat memaksimalkan potensi sumberdaya alam supaya dapat dimaanfatkan oleh
masyarakat dengan semaksimal mungkin.

Daftar Putaka
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Andi, 2001)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

Didin Hafidhuddin, dkk. , The Power Of Zakat: Perbandingan Pengelolaan Zakat Asia

Tenggara, (Malang: UIN- Malang Press, 2008), hal. 13.

Ismail Nawawi, Zakat dalam Perspektif Fiqh, Sosial dan Ekonomi, (Surabaya: Putra
Media Nusantara, 2010)
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Jl. Puspita Jaya Desa Pintu Jenangan Ponorogo

Menyetujui, Ponorogo, ...........................


Ketua Jurusan/Prodi Pengusul/mahasiswa

(.................................................) (.................................................)

Anda mungkin juga menyukai