Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN KEMAJUAN KEGIATAN BIMBINGAN

WARGA BUTA AKSARA


NAMA MAHASISWA : ABDILLAH FAHMI

NIM : 859663208

UPBJJ : BANDAR LAMPUNG

PROPINSI/KABUPATEN/KOTA : LAMPUNG TIMUR

KECAMATAN : SUKADANA

A. PENDAHULUAN

Bagi mereka yang telah tidak lagi buta aksara, putus sekolah atau tamat sekolah tetapi tidak
melanjutkan, perlu disediakan suatu program agar dapat meningkatkan kemampuan
pengetahuan, keterampilan, dan memperluas wawasan sebagai bekal untuk mengembangkan
diri, bekerja, atau berusaha secara mandiri. Keberadaan program pemberantasan buta aksara
sangat penting sebagai sarana belajar masyarakat. Dengan demikian, sebagai sarana yang
diharapkan dapat menjadi pembina dalam kegiatan pemberantasan buta aksara dan dapat
memanfaatkan makalah ini sebagai sumber yang baik. Melalui program pendidikan dari
masyarakat substansi dari praktik mata kuliah Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan,
penulis melakukan penelitian yang meliputi bimbingan Warga Belajar (WB).

Adapun substansi yang menjadi objek penelitian adalah kegiatan Buta Aksara bidang
memasak, menjahit, menenun, tukang batu, tukang kayu dan lain-lain. Hal ini penulis
lakukan karena masih banyak warga belajar usia produktif yang belum mempunyai
keterampilan, hal ini dapat dilihat pada data di Desa Raman Fajar 40% masyarakat buta
aksara usia non produktif yang tidak memiliki keterampilan. Apabila dilakukan bimbingan
terhadap para pesertanya maka akan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dibidang keterampilan khususnya. Selain itu kegiatan ini juga dapat meningkatkan
perekonomian dan memperkecil pengangguran di desa kami.

Keaksaraan merupakan keadaan mengenai aksara yang meliputi membaca, menulis,


berhitung, dan berkomunikasi secara fungsional yang memungkinkan seseorang untuk secara
terus-menerus mengembangkan kompetensinya sehingga dapat meningkatkan mutu dan taraf
kehidupannya. Sementara itu, yang dimaksud dengan pendidikan keaksaraan adalah usaha
untuk membimbing dan dan membelajarkan pengetahuan mengenai keaksaraan agar
bermanfaat bagi dirinya. Permasalahan yang saat ini terjadi di Indonesia adalah tingginya
tingkat warga buta aksara yang disebabkan oleh kurangnya kesempatan belajar yang dapat
diperoleh karena tingkat kemiskinan yang cukup tinggi, sehingga warga tidak mampu
memfasilitasi dirinya untuk belajar.

Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya meningkatkan harkat dan
martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan kualitas manusia yang lebih tinggi guna
menjamin pelaksanaan dan kelangsungan pembangunan. Pendidikan berkualitas harus
dipenuhi melalui peningkatan kualitas dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan
lainnya.Pembaharuan kurikulum yang sesuai dengan ilmu pegetahuan dan teknologi tanpa
mengesampingkan nilai-nilai luhur sopan santun, etika serta didukung penyediaan sarana dan
prasarana yang memadai, karena pendidikan yang dilaksanakan sedinimungkin dan
berlangsung seumur hidup menjadi tanggung jawab keluarga, sekolah, masyarakat, dan
pemerintah Dimana sekarang banyak orang mengukur keberhasilan suatu pendidikan hanya
dilihat dari segi hasil. Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh dalam
melaksanakannya dan mencakup berbagai aspek, baik aspek kognetif, afektif maupun
psikomotorik, sehingga dalam pengukuran peningkatan dari hasil keberhasilannya selain
dilihat dari segi kuantitas juga dari kualitas yang telah dilakukan di sekolah-sekolah.

Mengacu dari pendapat tersebut, maka pembelajaran yang aktif ditandai adanya rangkaian
terencana yang melibatkan siswa secara langsung, komprehensif, baik fisik, mental maupun
emosi. Hal ini sering diabadikan oleh guru, karena guru lebih mementingkan pada pencapaian
tujuan dan target kurikulum. Salah satu upaya guru dalam menciptakan suasana aktif, efektif
dan menyenangkan dalam pembelajaran yakni dengan menggunakan alat peraga. Hal ini
dapat membantu guru dalam menggerakan, menjelaskan gambaran ide dari suatu misteri.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua orang dapat


memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat
didunia. Dengan demikian setiap orang perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih
dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan
penuh persaingan. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif
dan kemampuan bekerjasama yang efektif

B. PROSES PEMBIMBINGAN

Warga belajar belum memiliki kemampuan dalam membaca dan menulistingkat dasar.
kemampuan. Warga belajar dalam hal berhitung dan berkomunikasi sudah cukup untuk bekal
hidup di masyarakat9data terlampir Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui
pemberantasan Buta aksara yang memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar
konsepnya sehingga memungkinkan kita terampil berpikir rasional. Kehidupan sehari-hari
tidak pernah lepas dari Bahasa Indonesia, hal ini dikarenakan kegiatan yang dilakukan sehari-
hari memerlukan pemikiran serta berbahasa sempurna.

Dengan adanya penelitian penulisan laporan buta aksara ini diharapkan mampu memiliki
sikap keingin tahuan akan buta aksara dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari cara membaca, menulis, mengimlah, serta sikap ulet
dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka dilakukan
penilaian terhadap proses hasil belajar siswa. Hasil penilaian harus dapat menggambarkan
apakah pembelajaran yang dilakukan guru telah menunjukan keberhasilan permbelajaran atau
belum. Dalam buku petunjuk Pelaksanaan Penilaian di Sekolah Dasar dikatakan bahwa,
pembelajaran berhasil apabila 85 % dari jumlah siswa telah memperoleh nilai ≥ 75 %
(Dekdikbud, 1995)
Hal ini dikarenakan rendahnya tingkat penguasaan terhadap materi yang dipelajari dan tidak
memperhatikan penjelasan. Untuk meningkatkan penguasaan terhadap materi pelajaran, maka
peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran.

Program Pendidikan Masyarakat yang menjadi substansi praktik mata kuliah Pembelajaran
Berwawasan Kemasyarakatan salah satunya Program Pemberantasan Buta Aksara. Buta
Aksara merupakan suatu masalah nasional yang sampai saat ini belum tuntas sepenuhnya,
maka dari itu untuk mengatasi masalah buta aksara pemerintah mengadakan Program
Keaksaraan Fungsional yang diadakan di desa-desa yang masih banyak masyarakat buta
huruf, dengan adanya program ini diharapkan masyarakat bisa membaca, menulis, berhitung
dan berkomunikasi sehingga dapat meningkatkan mutu dan taraf kehidupannya.

Pembelajaran keaksaraan merupakan suatu upaya positif untuk membimbing membelajarkan


pengetahuan mengenai keaksaraan agar benar-benar bermanfaat bagi dirinya, sehingga dapat
meningkatkan mutu dan taraf kehidupannya. Pembelajaran keaksaraan untuk warga belajar
( WB ) telah dilakukan oleh berbagai program yang bersentuhan langsung dengan kegiatan
pembelajaran keaksaraan dan peluang maupun permasalahan yang terjadi di masyarakat
dewasa ini. Namun program – program itu ada yang berhasil dan ada yang belum berhasil
Karena dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti : Perencanaan yang tidak matang,
pendamping yang kurang profesional, rendahnya kesadaran warga belajar, minimnya sarana
dan prasarana pendukung serta tidak ada berkelanjutan dan kesenambungan program-
program yang telah dilaksanakan.

Temuan Hasil Evaluasi


Setelah diadakan observasi dan tanya jawab dengan warga belajar,maka diketahui
permasalahan yang dihadapi oleh warga belajar terutama pembelajaran membaca,menulis,dan
berhitung lanjutan dari 5 orang warga belajar ditemukan sebagai berikut :
1. 3 oarang warga lancar membaca,tapi menulis dan berhitung tidak lancar
2. 4 orang warga lancar membaca dan menulis,tapi berhitung tidak lancar

Kegitan praktek lapangan ini bersifat menunjang program pemerintahan dalam


rangka menuntaskan buta aksara,meningkatkan kemampuan warga belajar dalam
pembelajaran CALISTUNG (baca,tulis,hitumg)agar nantinya dapat digunakan dalam
kehidupan sehari –hari.

Temuan Hasil Evaluasi Produk


Berdasarkan hasil diskusi setelah observasi dan pengajian materi,maka hasil yang
dicapai setelah penyajjian materi baca,tulis,hitung ialah hasil secara kualitatif.
Hasil belajar yang dicapai secara kuantitatif yaitu warga belajar mengetahui tehnik
pembelajaran keterampilan membaca,menulis dan berhitung,maka warga menyadari
pentingnya ketiga keterampilan tersebut.
Keterampilan membaca adalah suatu keterampilan untuk memperoleh pesan dari
suatu tulisan,seperti yang dijelaskan oleh Tarigan(1990) dia menyatakan “membaca” adalah
suatu proses yang dilakukan sastra untuk memperoleh pesan –pesan yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata –kata/bahasa tulis.
Warga belajar memiliki kreatifitas untuk menciptakan suasana belajar
membaca,menulis,dan berhitung dengan memanfaatkan barang –barang yang tidak terpakai
lagi seperti :kalender,koran bekas,dan kemasan –kemasan sebuah produk.Kemudian warga
belajar lebih terampil membagi waktu untuk belajar sendiri di rumah sesuai dengan materi
yang diberikan.

C. KELANJUTAN KEGIATAN PEMBIMBINGAN

OKTOBER 2023

Belajar membaca, menulis hal-hal


Pertemuan 8 1 X 2 Jam
yang berkaitan membuat taman

Membaca dan menulis yang


Pertemuan 9 berhubungan dengan keterangan 1 x 2 Jam
meubler

Pertemuan 10 Praktek membuat kue 1 x 2 Jam

Evaluasi hasil belajar yang meliputi


Pertemuan 12 1 x 2 Jam
kecakapan membaca

Pembahasan hasil evaluasi menanam


Pertemuan 13 1 x 2 Jam
sayur

Pertemuan 14 Pembahasan hasil evaluasi memasak 1 x 2 Jam

Pertemuan 15 Pembahasan hasil praktek 1 x 2 Jam

Pertemuan 16 Perbaikan hasil evaluasi


1 x 2 Jam

Belajar membaca, menulis hal-hal


Pertemuan 17 1 x 2 Jam
yang berkaitan meubler

Anda mungkin juga menyukai