KTI M Nafis Albi Docx1665626752
KTI M Nafis Albi Docx1665626752
Karya Tulis Ilmiah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas peserta didik
pada MAN Insan Cendekia Tanah Laut
Oleh:
i
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
Muhammad Nafis
Albi
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui dan dipertahankan di depan tim penguji
pada tanggal 23 September 2021
Susunan Dewan
Penguji: Pembimbing,
Mengesahkan,
Kepala MAN Insan Cendekia Tanah Laut,
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah Karya
Tulis Ilmiah hasil penelitian saya dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat
karya/pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang
secara tertulis diacu dalam Karya Tulis Ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
iv
INTISARI
Oleh:
Muhammad Nafis
Albi
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Mie Instan pada Siswa MAN Insan
Cendekia Tanah Laut”. Penulisan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk
memenuhi syarat kelulusan siswa MAN Insan Cendekia Tanah Laut.
Penulis menyadari skripsi ini tidak akan terealisasi tanpa adanya bantuan
dari berbagai pihak yang telah memberikan nasihat, saran-saran, dorongan,
serta bantuan-bantuan lainnya. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Hilal Najmi, S.Ag., M.Pd.I selaku Kepala MAN Insan Cendekia
Tanah Laut yang telah memberikan kesempatan dalam melakukan
penelitian.
2. Bapak Muhammad Taufik Akbar, M.Pd selaku pembimbing atas
segala masukan dan koreksinya terhadap penulisan karya tulis ilmiah
ini.
3. Bunda Misnah, S.Pd.I. dan Bapak Rahmadi, S.Ag., M.Pd.I selaku
penguji yang telah memberikan saran dan masukan dalam penuisan
karya tulis ilmiah ini.
4. Orangtua penulis yang selalu memberikan doa, dukungan, serta
motivasi dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
5. Teman-teman penulis yang telah membantu dan memberikan
dukungan untuk terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.
6. Seluruh keluarga MAN Insan Cendekia Tanah Laut yang telah
mendukung terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN..............................................................................iii
INTISARI..............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Pembatasan Masalah.....................................................................................3
C. Rumusan Masalah.........................................................................................4
D. Hipotesis........................................................................................................4
E. Tujuan Penelitian..........................................................................................4
F. Manfaat Penelitian........................................................................................4
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................6
A. Landasan Teori..............................................................................................6
1. Sejarah dan Definisi Mie Instan................................................................6
2. Teori Perilaku Konsumen..........................................................................7
3. Teori Konsumsi.......................................................................................14
B. Penelitian Terdahulu...................................................................................16
C. Kerangka Berpikir.......................................................................................18
viii
F. Teknik Analisis Data...................................................................................24
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
industri pengolahan pangan dalam menciptakan produk baru di
masyarakat. Mie instan umumnya diproduksi oleh industri pengolahan
pangan dengan teknologi dan memberikan berbagai zat aditif untuk
mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut (Savitri,
2009).
Mie instan merupakan makanan cepat saji yang dibuat dari tepung
terigu dengan tambahan bahan makanan lain yang dimasak atau diseduh
dengan air mendidih kurang lebih 4 menit. Mie instan dapat dikonsumsi
dengan makanan pendampingnya seperti telur, sosis, kornet atau bisa juga
dicampur dengan sea food dan sebagainya.
Gulia et al. (2014) menyatakan bahwa konsumsi mie instan terus
meningkat di seluruh dunia, terutama di negara-negara Asia. Hal ini dapat
dilihat dari penjualan mie instan tertinggi yang berada di negara Cina pada
tahun 2013, yang mencapai 46,22 miliar bungkus. Adapun Indonesia
merupakan negara tertinggi kedua setelah Cina dalam mengonsumsi mie
instan, dengan jumlah penjualan mie instan mencapai 14,9 miliar bungkus
pada tahun 2013.
Mie instan di Indoesia digemari oleh berbagai kalangan, mulai anak-
anak hingga lanjut usia. Alasannya karena sifat mie yang enak, praktis dan
mengenyangkan. Kandungan karbohidrat yang tinggi, menjadikan mie
digunakan sebagai sumber karbohidrat pengganti nasi. Mie dapat diolah
menjadi berbagai produk seperti mie baso, mie goreng, mie ayam, mie
aceh dan lain sebagainya (Astawan, M, 2004).
Dibalik rasa mie instan yang enak, mie instan tidak memiliki nutrisi
yang dibutuhkan oleh tubuh. Mie instan juga memiliki banyak dampak
yang berbahaya bagi kesehatan jika dikonsumsi terlalu sering. Mie instan
dapat menyebabkan obesitas, penyerapan nutrisi menjadi terhambat,
berisiko keguguran, berisiko terkena kanker, mengganggu sistem
pencernaan, menyebabkan kerusakan pada hati, meningkanya tekanan
darah, memicu batu ginjal, merusak jaringan otak, memicu kencing manis,
dan mengganggu jadwal menstruasi.
2
Riskesdas (2013) menyatakan makanan jadi olahan dari tepung,
termasuk mie instan, dicurigai mengandung bahan atau lapisan lilin dan
bahan pengawet yang dapat menyebabkan risiko kesehatan. Mengonsumsi
mie instan terlalu sering tentunya dapat mengganggu kesehatan tubuh,
akan tetapi masih banyak orang yang sering dalam mengonsumsi mie
instan bahkan menjadikannya sebagai makanan sehari-hari.
Perilaku konsumsi mie instan memiliki pola yang berbeda pada setiap
individu. Perilaku konsumsi mie instan ini dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, baik faktor individu maupun faktor lingkungan. Beberapa faktor
yang mempengaruhi konsumsi mie instan meliputi kendala waktu, harga,
praktis, rasa lapar, aroma mie instan yang khas, rasa yang enak, hobi, pola
hubungan keluarga, pola pertemanan, akses untuk membeli mie instan,
kebijakan kampus/sekolah, norma sosial di masyarakat, dan pengaruh
iklan. Berdasarkan permasalahan yang telah di uraikan diatas, maka
peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Mie Instan pada Siswa
MAN Insan
Cendekia Tanah Laut”.
Mie instan banyak digemari oleh kalangan remaja, terutama yang
sekolahnya berasrama. Mie instan yang praktis untuk dikonsumsi
menjadikannya makanan favorit untuk dikonsumsi, baik dikonsumsi
secara pribadi maupun dikonsumsi bersama-sama dengan teman di asrama.
Jenis makanan serta jam buka kantin yang terbatas juga dapat membuat
mie instan instan menjadi makanan yang digemari. Sehingga peneliti
tertarik melakukan penelitian ini pada siswa MAN Insan Cendekia Tanah
Laut, yang mana MAN Insan Cendekia Tanah Laut merupakan sekolah
berasrama.
B. Pembatasan Masalah
Dari berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi, peneliti
membatasi masalah hanya pada beberapa faktor, yaitu faktor budaya,
sosial, pribadi, psikologis.
3
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah
penelitian adalah “Apakah faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis
berpengaruh terhadap perilaku konsumsi mie instan pada siswa MAN
Insan Cendekia Tanah Laut?”
D. Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang perlu dikaji kebenarannya,
dikatakan sementara karena dugaan yang diberikan baru didasarkan pada
teori yang relevan belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2006:51). Hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
H1 = Faktor kebudayaan berpengaruh positif terhadap perilaku konsumsi
mie instan.
H2 = Faktor sosial berpengaruh positif terhadap perilaku konsumsi mie
instan.
H3 = Faktor pribadi berpengaruh positif terhadap perilaku konsumsi mie
instan.
H4 = Faktor psikologi berpengaruh positif terhadap perilaku konsumsi mie
instan.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian yang ingin
dicapai adalah: mengetahui besar pengaruh faktor budaya, sosial, pribadi,
dan psikologis terhadap perilaku konsumsi mie instan pada siswa MAN
Insan Cendekia Tanah Laut.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai faktor
yang berpengaruh terhadap perilaku konsumsi mie instan pada siswa
MAN Insan Cendekia Tanah Laut.
4
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan serta referensi
bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan topik
yang sama.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembanding hasil-hasil
penelitian terdahulu yang menyangkut topik yang sama.
4. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan kepustakaan di
bidang antropologi mengenai pola konsumsi mie instan.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Sejarah dan Definisi Mie Instan
Mie instan adalah sejenis produk makanan berbentuk pasta yang
menggunakan bahan baku utamanya berupa tepung terigu, yang diolah
dengan merebus dalam air panas dan kemudian disajikan sesuai selera.
Mie instan pada umumnya dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok
berdasarkan kondisi sebelum dikonsumsi yaitu mie basah, mie kering,
dan mie mentah.
Alimentarius (2006) menyatakan bahwa mie instan adalah sebuah
produk yang dibuat dari tepung terigu atau tepung beras atau pati
sebagai bahan utamanya, dengan atau tanpa penambahan bahan
lainnya. Karakterisasi didapat dari proses pra-gelatinisasi dan dehidrasi
dengan menggunakan metode penggorengan ataupun metode lainnya.
Mie instan pertama kali diproduksi secara besar-besaran oleh
Mamofuku Ando, pria kelahiran Taiwan berkewarganegaraan Jepang
yang mendirikan perusahaan Nissin Food Industries. Perusahaan
tersebut didirikan pada bulan Desember 1958.
Mie instan di Indonesia diawali dengan berdirinya PT. Lima Satu
Sankyu pada bulan April 1968, yang merupakan bentuk kerjasama
antara pengusaha domestik dengan Sankyu Shakusin Kabushiki dari
Jepang. Perusahaan ini mengganti namanya menjadi PT. Lima Satu
Sankyu Indonesia pada tahun 1977. Perusahaan tersebut kemudian
berganti nama menjadi PT. Supermie Indonesia yang memproduksi
produk mie instan dengan merek Supermie.
Selain PT. Supermie Indonesia, PT. Sanmaru Food manufacturing
juga berdiri pada tahun 1970 sebagai salah satu anak perusahaan baru
dari Jangkar Jati Group yang memproduksi mie instan dengan merek
6
Indomie. PT. Sarimi Asli Jaya (Salira) juga berdiri pada tahun 1982
dan memproduksi mie instan dengan merek Sarimi. Sejak saat itu
persaingan di industri pasar mie instan mulai sangat ketat, terutama
setelah Indofood bergabung dengan Jangkar Jati Group pada tahun
1984 dengan membuat PT Indofood Interna Corporation, yang
merupakan asal mula berdirinya Indofood Group yang bernaung di
bawah PT. Indofood Sukses makmur Tbk.
Indofood mengambil alih PT. Supermie Indonesia pada tahun
1986 dan tahun 1992 group ini juga mengambil alih seluruh saham
Jangkar Jati Group di PT. Indofood Interna Corporation. Sejak saat itu
dominasi Indofood dengan mie instan merek Indomie, Sarimie, dan
Supermie semakin menguasai pasar mie instan di pasar domestik.
Hingga tahun 2007 pangsa pangsa pasar PT Indofood masih
memimpin di atas 50 persen.
Mie instan sudah menjadi makanan yang sering dikonsumsi oleh
semua kalangan usia. Mie instan memiliki rasa yang enak dan praktis
untuk menghilangkan rasa lapar. Dibalik rasa mie instan yang enak,
mie instan memiliki dampak negatif bagi kesehatan tubuh jika
dikonsumsi terlalu sering.
Beberapa dampak negatif mie instan jika dikonsumsi terlalu sering
antara lain: menghambat penyerapan nutrisi, obesitas, berisiko
keguguran, berisiko terkena kanker, sistem pencernaan terganggu,
kerusakan hati, tekanan darah tinggi, memicu batu ginjal, kerusakan
jaringan otak, memicu kencing manis, serta mengganggu jadwal
menstruasi.
2. Teori Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai perilaku yang erat
kaitannya dengan membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan
menghabiskan produk atau jasa yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan konsumen. Selain melibatkan proses tindakan, perilaku
7
konsumen juga melibatkan proses psikologis yang dapat didefinisikan
sebagai persepsi konsumen, sikap konsumen dan referensi konsumen.
Sebagai contoh, ada konsumen yang lebih menyukai warna
merah, warna hijau, atau warna kuning. Ada konsumen yang suka dan
ada juga konsumen yang tidak suka. Perilaku konsumen juga
didefinisikan sebagai perilaku yang ditunjukkan dalam mencari,
membeli, menggunakan, menilai dan memutuskan produk, jasa, dan
gagasan (Schiffman and Kanuk, 2004).
Wells dan Prensky (1996) mengemukakan bahwa perilaku
konsumen adalah studi tentang konsumen ketika mereka melakukan
pertukaran sesuatu yang berharga untuk sebuah produk atau jasa yang
memuaskan kebutuhan mereka.
Definisi lain dari perilaku konsumen menurut Blythe (2008)
adalah interaksi yang dinamis antara afeksi, kognisi, perilaku, dan
lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran berbagai aspek
dalam kehidupannya.
Dharmesta dan Handoko (1987) mengemukakan bahwa perilaku
konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung
terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang atau
jasa-jasa, termasuk proses pengambilan keputusan pada persiapan dan
penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Engel et al. (1994) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai
tindakan-tindakan yang secara langsung memengaruhi seseorang
dalam usaha mendapatkan, mengonsumsi dan menghabiskan produk
atau jasa, termasuk proses keputusan sebelum dan sesudah tindakan
tersebut dilakukan.
Perilaku konsumen adalah sejumlah tindakan-tindakan nyata
individu (konsumen) yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan
eksternal yang mengarahkan mereka untuk menilai, memilih,
mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa yang diinginkannya
(Totok Subianto, 2007).
8
Perilaku konsumen dipengaruhi beberapa faktor berikut:
a. Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan budaya, sosial,
pengaruh pribadi, dan situasi.
b. Perbedaan individu, yang meliputi sumber daya konsumen,
motivasi keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian dan gaya
hidup.
c. Proses psikologis yang meliputi pengolahan informasi,
pembelajaran dan perubahan sikap atau perilaku.
Kotler (1994:183) menyatakan bahwa empat faktor yang
memengaruhi perilaku konsumen, yaitu:
a. Faktor kebudayaan
Faktor kebudayaan merupakan penentu keinginan dan
perilaku yang paling mendasar untuk mendapatkan nilai, persepsi,
preferensi dan perilaku dari lembaga-lembaga penting lainnya.
Faktor kebudayaan memberikan pengaruh paling luas pada tingkah
laku konsumen. Faktor kebudayaan terdiri dari:
1) Budaya
Budaya adalah kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi,
keinginan dan tingkah laku yang dipelajari oleh seorang
anggotaa masyarakat dari keluarga dan lembaga penting
lainnya. Menurut Kotler dan Amstrong (1881:144) yang
termasuk dalam budaya, yaitu pergeseran budaya serta nilai-
nilai dalam keluarga. Budaya populer merupakan karakteristik
budaya yang sangat banyak peminatnya. Peminat budaya ini
sangat banyak bahkan melintasi batas budaya tradisional yang
telah mengakar lama dalam suatu masyarakat. Dampak dari
budaya populer sangat luar biasa, baik pada perubahan perilaku
suatu masyarakat maupun pada tingkat konsumsi akibat
munculnya budaya populer. Contoh dari budaya populer:
budaya populer bisa direpresentasikan dalam kegiatan
mengkonsumsi fastfood di mana mengkonsumsi fastfood saat
ini merupakan bentuk dari adanya budaya popular yang
9
menuntut kepraktisan.
10
2) Sub-budaya
Sub-budaya adalah sekelompok orang dengan sistem nilai
terpisah berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang
umum. Sub-budaya terdiri dari kebangsaan, agama, kelompok
ras dan wilayah geografis.
3) Kelas sosial
Kelas sosial adalah divisi masyarakat yang relatif
permanen dan teratur dengan para anggotanya menganut nilai-
nilai, minat dan tingkah laku serupa.
b. Faktor sosial
Faktor sosial merupakan interaksi formal maupun informal
dalam masyarakat yang relatif permanen yang anggotanya
menganut minat dan perilaku serupa dalam usahanya mencapai
tujuan bersama. Faktor sosial terdiri dari:
1) Kelompok acuan
Kelompok acuan adalah dua orang atau lebih yang
berinteraksi untuk mencapai sasaran individu atau bersama.
Beberapa merupakan kelompok primer yang mempunyai
interaksi regular tetapi informal seperti keluarga, teman,
tetangga dan rekan kerja. Beberapa merupakan kelompok
sekunder yang mempunyai interaksi lebih formal dan kurang
reguler seperti kelompok keagamaan, asosiasi, profesional dan
serikat pekerja.
2) Keluarga
Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen terkecil
dalam masyarakat, dan telah menjadi objek penelitian yang luas
(Kotler dan Amstrong, 1997:149).
3) Peran dan status
Peran terdiri dari aktivitas yang diharapkan dilakukan
seseorang menurut orang-orang yang ada disekitarnya. Setiap
peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang
11
diberikan oleh masyarakat. Orang seringkali memilih produk
yang menunjukkan statusnya dalam masyarakat. Setiap peran
akan memengaruhi perilaku pembelian konsumen (Anoraga,
2000:227).
c. Faktor pribadi
Faktor pribadi didefinisikan sebagai karakteristik psikologis
seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan
tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap
lingkungan (Kotler dan Amstrong, 1997:151-153). Faktor pribadi
terdiri dari:
1) Usia dan tahap siklus hidup
Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama
masa hidupnya. Selera akan makan seringkali berhubungan
dengan usia. Proses pembelian juga dibentuk oleh tahap daur
hidup keluarga, tahap-tahap yang dilalui oleh keluarga sesuai
dengan kedewasaannya. Remaja merupakan salah satu periode
perkembangan manusia yang berlangsung pada usia 13-21
tahun (Monks,1994). Menurut Mappiare (1982) remaja
mempunyai kebutuhan khas antara lain kebutuhan akan
keikutsertaan dalam kelompok, kebutuhan pengakuan dari
orang lain, dan kebutuhan untuk dihargai. Mereka menganggap
bahwa fastfood merupakan suatu kecenderungan gaya hidup
orang barat atau Amerika yang identik dengan kebebasan dan
kepraktisan (Listyorini, 2001).
2) Pekerjaan
Pekerjaan seseorang memengaruhi barang atau jasa yang
akan dibelinya. Sebuah perusahaan bahkan dapat melakukan
spesialisasi dalam memasarkan produk menurut kelompok
pekerja tertentu. Orang yang mempunyai pendapatan tinggi
dalam golongan sosial mereka dinamakan hak istimewa yang
lebih, sementara mereka dalam golongan yang sama yang
12
mempunyai pendapatan yang rendah disebut hak istimewa
yang kurang (Mowen 2002:331).
3) Situasi ekonomi
Situasi ekonomi akan memengaruhi pilihan produk.
Pemasar produk yang peka terhadap pendapatan akan
mengamati kecenderungan dalam pendapatan pribadi,
tabungan, tingkat minat. Apabila indikator ekonomi
menunjukkan resesi, pemasar dapat mengambil langkah-
langkah untuk merancang ulang, memposisikan kembali dan
mengubah harga produknya.
4) Gaya hidup
Pola kehidupan seseorang diwujudkan dalam aktivitas
(pekerjaan, hobi, belanja, olahraga, kegiatan sosial), minat
(makanan, mode, rekreasi) dan opini yang lebih dari sekedar
kelas sosial dan kepribadian seseorang. Gaya hidup
menampilkan pola interaksi secara keseluruhan.
5) Kepribadian dan konsep diri
Kepribadian seseorang jelas akan memengaruhi tingkah
laku pembeliannya. Kepribadian mengacu pada karakteristik
psikologis unik yang menyebabkan respon relatif konsisten dan
bertahan lama terhadap lingkungan dirinya sendiri.
Kepribadian biasanya diuraikan dalam arti sifat-sifat seperti
rasa percaya diri, dominasi, kemudahan bergaul, otonomi,
mempertahankan diri, kemampuan menyesuaikan diri dan
keagresifan. Kepribadian bermanfaat untuk menganalisis
tingkah laku konsumen untuk pemilihan produk atau merek
tertentu.
d. Faktor psikologis
Faktor psikologis sebagai bagian dari pengaruh lingkungan
dimana ia tinggal dan hidup pada waktu sekarang tanpa
mengabaikan pengaruh masa lampau atau antisipasinya terhadap
waktu yang akan datang. Faktor psikologi terdiri dari:
13
1) Motivasi
14
Kebutuhan yang cukup untuk mengarahkan seseorang
mencari cara untuk memuaskan kebutuhannya. Dalam urutan
kepentingan, jenjang kebutuhannya adalah kebutuhan
fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan
penghargaan dan kebutuhan pengaktualisasian diri. Mula-mula
seseorang mencoba untuk memuaskan kebutuhan yang paling
penting, jika sudah terpuaskan maka kebutuhan tersebut tidak
lagi menjadi motivator dan kemudian orang tersebut akan
mencoba memuaskan kebutuhan paling penting lainnya.
2) Persepsi
Persepsi adalah proses yang dilalui orang dalam memilih,
mengorganisasikan dan mengintepretasikan informasi guna
membentuk gambaran yang berarti mengenai dunia. Seseorang
yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana orang
tersebut bertindak dipengaruhi oleh persepsinya mengenai
situasi. Orang dapat membentuk persepsi berbeda dari
rangsangan yang sama karena tiga macam proses penerimaan
indera, yaitu: perhatian selektif, distorsi selektif, ingatan
selektif, dan pengetahuan.
3) Keyakinan dan sikap
Melalui tindakan dan pembelajaran, orang akan
mendapatkan keyakinan dan sikap. Keduanya ini, pada
waktunya dapat memengaruhi tingkah laku membeli.
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang
mengenai sesuatu. Keyakinan didasarkan pada pengetahuan
yang sebenarnya, pendapat atau kepercayaan dan mungkin
menaikkan emosi atau mungkin tidak. Pemasaran tertarik pada
keyakinan bahwa orang yang merumuskan mengenai produk
dan jasa spesifik, karena keyakinan ini menyusun citra produk
dan merek yang mempengaruhi tingkah laku membeli yang
mempengaruhi tingkah laku membeli. Bila ada sebagian
keyakinan yang salah
15
dan menghalangi pembelian, pemasar pasti ingin meluncurkan
usaha untuk mengkoreksinya. Sikap menguraikan evaluasi,
perasaan dan kecenderungan dari seseorang terhadap suatu
obyek atau ide yang relatif konsisten. Sikap menempatkan
orang dalam suatu kerangka pemikiran mengenai menyukai
atau tidak menyukai sesuatu mengenai mendekati atau
menjauhinya. Menurut Kotler (2000:157) Keyakinan adalah
pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu.
Keyakinan ini mungkin didasarkan pada pengetahuan
sebenarnya, pendapat atau kepercayaan dan mungkin
menaikkan emosi dan mungkin tidak. Menurut Kazt yang
dikutip oleh Sutisna (2001:104) terdapat empat klasifikasi
fungsi sikap, yaitu: utilitarian, fungsi ekspresi nilai, fungsi
mempertahankan ego, dan fungsi pengetahuan.
3. Teori Konsumsi
Konsumsi didefinisikan sebagai penggunaan barang dan jasa yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Barang dan jasa yang digunakan dalam proses
produksi tidak termasuk konsumsi, karena barang dan jasa tersebut
tidak
16
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Barang dan
jasa dalam proses produksi ini digunakan untuk memproduksi barang
lain.
Definisi lain dari konsumsi adalah suatu tindakan penggunaan
barang dan jasa akhir yang siap digunakan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Fungsi utama daripada barang-barang dan jasa-jasa
konsumsi ialah memenuhi kebutuhan langsung pemakainya
(Soediyono, 1989).
Samuelson & Nordhaus (1996) menyatakan bahwa konsumsi
adalah pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa akhir
guna mendapatkan kepuasan ataupun memenuhi kebutuhannya.
Mankiw (2000) menyatakan bahwa konsumsi adalah barang atau
jasa yang dibeli oleh rumah tangga konsumsi yang terdiri dari barang
tidak tahan lama atau barang yang habis dipakai dalam jangka pendek,
seperti makanan dan pakaian. Kedua adalah barang tahan lama atau
barang yang mempunyai usia panjang seperti mobil, televisi, alat
elektronik dan lainnya. Ketiga adalah jasa yang meliputi pekerjaan
yang dilakukan untuk konsumen oleh individu atau perusahaan seperti
jasa potong rambut dan berobat ke dokter (Perkasa, 2012:8).
Dalam konsumsi mie instan juga terdapat berbagai faktor yang
berpengaruh. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi mie instan
dalam penelitian yang dilakukan oleh Vera Utami, dkk (2017) yang
berjudul “Determinan konsumsi mie instan pada mahasiswa
universitas Sriwijaya” adalah sebagai berikut:
a. Faktor individu, yang meliputi kendala waktu, harga, praktis, rasa
lapar, aroma mie instan yang khas, rasa yang enak dan hobi.
b. Faktor lingkungan sosial, yang meliputi pola hubungan keluarga
dan pola pertemanan.
c. Faktor lingkungan fisik, yang meliputi akses untuk membeli mie
instan sangat terjangkau.
d. Faktor lingkungan makro, yang meliputi kebijakan kampus, norma
sosial di masyarakat dan pengaruh iklan.
17
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai
rujukan yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Penelitian Mia Audina (2019)
Penelitian yang dilakukan oleh Mia Audina pada tahun 2019 yang
berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Mie
Instan pada Mahasiswa STIKes Perintis Padang Tahun 2019”. Tujuan
penelitian ini ialah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan konsumsi mie instan pada Mahasiwa STIKes Perintis Padang.
Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan
pendekatan waktu cross sectional (potong lintang). Populasi dalam
penelitian ini adalah Mahasiswa aktif STIKes Perintis Prodi S1-Gizi
tingkat 1 dan 2 dan Prodi D4 TLM tingkat 1 dan 2 sebanyak 168
orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara pengetahuan gizi, uang jajan, dan ketersediaan mie
instan dengan konsumsi mie intstan pada mahasiswa STIKes Perintis
Padang. Teman sebaya memiliki hubungan yang bermakna dengan
konsumsi mie instan pada Mahasiswa STIKes Perintis Padang yang
disebabkan oleh salah satu faktor yang mempengaruhi kebiasaan
makan yaitu adanya faktor ekstrinsik (dari luar) contohnya lingkungan
sosial.
Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti
mengenai konsumsi mie instan dan sama-sama menggunakan teknik
pengumpulan data kuesioner. Perbedaan dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode observasional dengan pendekatan waktu cross
sectional (potong lintang), sedangakan penelitian yang sekarang
menggunakan metode deskriptif kuantitatif.
2. Penelitian Tri Puji Astuti (2018)
Penelitian yang dilakukan oleh Tri Puji Astuti pada tahun 2018
dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola
Konsumsi Mahasiswa (Studi Kasus: Mahasiswa Jurusan Pendidikan
18
IPS
19
FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi
mahasiswa Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
pendekatan deskriptif. Populasi dalam penelitian ini ialah mahasiswa
aktif (semester 2, 4, 6, 8) jurusan pendidikan IPS FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang berjumlah 413 mahasiswa. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan
kuesioner/angket.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan dan gaya hidup
berpengaruh terhadap konsumsi non makanan mahasiswa. Tingkat
harga tidak berpengaruh terhadap konsumsi non makanan mahasiswa.
Hal tersebut terjadi karena sebagian mahasiswa Pendidikan IPS FITK
UIN Jakarta bertempat tinggal kos yang pengeluaran terbesar adalah
untuk konsumsi makanan. Jadi kebutuhan akan konsumsi non
makanan lebih sedikit dipenuhi daripada konsumsi makanan.
Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti
tentang konsumsi, sama-sama menggunakan metode deskriptif
kuantitatif dan sama-sama menggunakan teknik pengumpulan data
kuesioner/angket. Perbedaan dalam penelitian ini adalah perbedaan
objek penelitian yang digunakan, yakni pada penelitian ini meneliti
mengenai konsumsi non makanan, sedangkan pada penelitian sekarang
meneliti mengenai konsumsi makanan.
3. Penelitian Syifa Puji Suci (2011)
Penelitian yang dilakukan oleh Syifa Puji Suci pada tahun 2011
dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Makan
Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2011”. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan pola makan mahasiswa PSKM Fakultas
20
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2011.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan tahun
2008-2010 yang berjumlah 125 mahasiswa. Teknik pengumpulan data
yang digunakan yaitu kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 57.6% mahasiswa PSKM
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki pola makan yang
tidak sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang (PUGS). Sikap gizi
berhubungan dengan pola makan. Sedangkan uang saku, pengetahuan
gizi, jenis kelamin, aktivitas, dan tempat tinggal tidak terdapat
hubungan dengan pola makan.
Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama meneliti
mengenai perilaku makan, sama-sama menggunakan metode
kuantitatif, dan sama-sama menggunakan teknik pengumpulan data
kuesioner.
C. Kerangka Berpikir
Konsumsi merupakan penggunaan barang dan jasa yang dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh kepuasan
ataupun memenuhi kebutuhan hidupnya. Konsumsi adalah barang atau
jasa yang dibeli oleh rumah tangga yang terdiri dari barang tidak tahan
lama seperti makanan dan pakaian, barang tahan lama seperti kendaraan
dan alat elektronik, dan jasa seperti layanan kesehatan dan jasa potong
rambut. Konsumsi seseorang disebabkan oleh banyak faktor dan masing-
masing faktor saling terkait.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi terdiri dari, faktor
biologis meliputi respon terhadap cita rasa makanan, dan mekanisme lapar
dan kenyang, faktor ekonomi meliputi pendapatan dan jumlah uang yang
akan dibelanjakan, faktor fisik meliputi aksesbilitas makanan, faktor sosial
meliputi pengaruh teman sebaya, dan keterpaparan terhadap media masa.
21
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi menurut Prathama
Rahardja & Mandala Manurung yaitu, faktor ekonomi yang meliputi
pendapatan rumah tangga, kekayaan rumah tangga, jumlah barang
konsumsi tahan lama, tingkat bunga, dan perkiraan tentang masa depan.
Faktor demografi yang meliputi jumlah penduduk, dan komposisi
penduduk. Faktor non ekonomi yang meliputi sosial budaya masyarakat.
Adapun menurut Kotler (1994:183), faktor-faktor yang memengaruhi
perilaku konsumen terdiri dari faktor kebudayaan yang meliputi budaya,
sub-budaya, dan kelas sosial; faktor sosial yang meliputi kelompok acuan,
keluarga, dan peran dan status; faktor pribadi yang meliputi usia dan tahap
siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian dan
konsep diri; faktor psikologis yang meliputi motivasi, persepsi, dan
keyakinan dan sikap.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku konsumsi mie instan pada siswa MAN Insan
Cendekia Tanah Laut. Peneliti akan mengambil faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumen menurut Kotler (1994:183).
Faktor-faktor tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Faktor Budaya
Faktor Sosial
Konsumsi mie
instan
Faktor Pribadi
Faktor
Psikologis
22
Faktor pertama adalah faktor budaya. Faktor budaya merupakan
penentu keinginan dan perilaku nyang paling mendasar untuk
mendapatkan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari lembaga-lembaga
penting lainnya.
Faktor kedua adalah faktor sosial. Faktor sosial merupakan interaksi
formal maupun informal dalam masyarakat yang relatif permanen yang
anggotanya menganut minat dan perilaku serupa dalam usahanya
mencapai tujuan bersama.
Faktor ketiga adalah faktor pribadi. Faktor pribadi didefinisikan
sebagai karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain
yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama
terhadap lingkungan (Kotler dan Amstrong, 1997:151-153).
Faktor keempat adalah faktor psikologis. Faktor psikologis sebagai
bagian dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal dan hidup pada waktu
sekarang tanpa mengabaikan pengaruh masa lampau atau antisipasinya
terhadap waktu yang akan datang.
23
BAB III
METODE PENELITIAN
2020 2021
No Kegiatan Jul Agu Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep
Penelitian
1 Pengajuan
Judul
2 Penyusunan
Proposal
Seminar
Proposal
3 Penyebaran
Angket
5 Analisis
dan
Pengolahan
Data
6 Penyusunan
Penelitian
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang bertujuan memberikan gambaran yang
jelas dan akurat tentang material atau fenomena yang sedang diselidiki.
Dikatakan kuantitatif karena penyajian hasil penelitian dengan
menggunakan angka-angka statistik.
24
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sugiyono (2013:117) mengemukakan bahwa populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam
penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa MAN Insan Cendekia
Tanah Laut yang berjumlah 248 orang.
2. Sampel
Sugiyono (2012:73) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
sampel yang diambil dari populasi tersebut harus betul-betul
representatif (mewakili). Ukuran sampel merupakan banyaknya sampel
yang akan diambil dari suatu populasi.
Arikunto (2012:104) menyatakan bahwa jika jumlah populasinya
kurang dari 100 orang, maka jumlah sampelnya diambil secara
keseluruhan, tetapi jika populasinya lebih besar dari 100 orang, maka
bisa diambil 10-15% atau 20-25% dari jumlah populasinya.
Pada penelitian ini jumlah populasi melebihi 100 orang, yaitu
sebanyak 248 orang. Maka peneliti mengambil sampel sebanyak
12,5% dari jumlah populasinya, yaitu sebanyak 31 orang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Probability Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2013:120).
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono 2015:178).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket/kuesioner.
Kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur faktor budaya,
faktor sosial, faktor pribadi, dan faktor psikologis.
25
Instrumen pada penelitian ini diukur menggunakan skala likert yang
terdiri dari selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah. Skala
likert digunakan untuk mengukur sikap dan pendapat seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomenal sosial. Jawaban dari angket tersebut
diberi bobot skor atau nilai seperti pada tabel berikut:
26
Tabel 3.3 Angket Penelitian
No Pernyataan Kategori Jawaban
A Faktor Budaya SL SR KD JR TP
1 Saya mengonsumsi mie instan
karena sudah terbiasa mengonsumsi
mie instan sebagai pengganti
makanan pokok
2 Saya mengonsumsi mie instan
karena praktis untuk dikonsumsi
B Faktor Sosial SL SR KD JR TP
3 Saya mengonsumsi mie instan
karena adanya pengaruh dari
lingkungan tempat tinggal saya
4 Saya mengonsumsi mie instan
karena adanya pengaruh dari teman
C Faktor Pribadi SL SR KD JR TP
5 Saya mengonsumsi mie instan
karena keinginan saya sendiri
6 Saya mengonsumsi mie instan
karena hobi dalam mengonsumsi
mie instan
7 Saya mengonsumsi mie instan agar
dapat menghemat pengeluaran
D Faktor Psikologis SL SR KD JR TP
8 Saya termotivasi mengonsumsi mie
instan karena lezat
9 Saya mengonsumsi mie instan
karena terpengaruh iklan
10 Saya mengonsumsi mie instan
karena adanya dorongan rasa lapar
27
permasalahan. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan
teknik analisis data kuantitatif deskriptif.
Sugiyono menyatakan (2004:170) bahwa “Analisis deskriptif adalah
pengujian yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum. Dalam penelitian ini analisis deskriptif
adalah penyajian data dari responden melalui tabel dan grafik yang
diperoleh dari perhitungan persentase (%).
𝑆𝐶
Pr = x 100%
𝑆𝐼
Dengan:
Pr = Persentase capaian
SC = Jumlah skor capaian
SI = Jumalah skor ideal
100 % = Jumlah tetap
28
Tabel 3.4 Status Jawaban Responden
Nomor Rentang Status Skor Kualifikasi/Kriteria
1 81% - 100% Sangat Tinggi
2 61% - 80% Tinggi
3 41% - 60% Cukup Tinggi
4 21% - 40% Rendah
5 0% - 20% Sangat Rendah
29
BAB IV
A. Penyajian Data
Penyajian data merupakan hal yang penting untuk menunjukkan ada
tidaknya pengaruh dari hasil penelitian. Karena itu untuk memperoleh data
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi mie instan,
maka peneliti menyebarkan angket yang harus dijawab dengan 10 item
pernyataan kepada 31 siswa MAN Insan Cendekia Tanah Laut.
Untuk menghitung skor maka dalam penelitian menggunakan skala
likert dan setiap jawaban diberi skornya masing-masing. Skor penelitian
item untuk 10 pernyataan dengan 5 alternatif jawaban SL (selalu) skor 5,
SR (sering) skor 4, KD (kadang-kadang), JR (jarang) skor 2, TP (tidak
pernah) skor 1.
Selanjutnya menghitung skor untuk setiap item dengan rekapitulasi
pengumpulan data angket dari data 31 responden berdasarkan tabel pada
lampiran kemudian menghitung rata-rata skor dengan jumlah skor ideal
atau skor tertinggi untuk semua item 5 x 31 = 155 dan jumlah skor
terendah adalah 1 x 31 = 31.
B. Hasil Penelitian
1. Hasil Persentase Angket Faktor Budaya
30
Tabel 4.1
Saya mengonsumsi mie instan karena sudah terbiasa mengonsumsi mie
instan sebagai pengganti makanan pokok
Tabel 4.2
Saya mengonsumsi mie instan karena praktis untuk dikonsumsi
31
Tabel 4.3
Saya mengonsumsi mie instan karena adanya pengaruh dari
lingkungan tempat tinggal saya
Tabel 4.4
Saya mengonsumsi mie instan karena adanya pengaruh dari teman
32
3. Hasil Persentase Angket Faktor Pribadi
Tabel 4.5
Saya mengonsumsi mie instan karena keinginan saya sendiri
Tabel 4.6
Saya mengonsumsi mie instan karena hobi dalam mengonsumsi mie
instan
33
Dari tabel 4.6 diperoleh data bahwa 4 orang menjawab sering, 11
orang menjawab kadang-kadang, 9 orang menjawab jarang, 7 orang
menjawab tidak pernah . Berdasarkan data di atas diperoleh
persentase skor sebesar 74/155 x 100% = 47,74%.
Tabel 4.7
Saya mengonsumsi mie instan agar dapat menghemat pengeluaran
34
Tabel 4.8
Saya termotivasi mengonsumsi mie instan karena lezat
Tabel 4.9
Saya mengonsumsi mie instan karena terpengaruh iklan
35
Tabel 4.10
Saya mengonsumsi mie instan karena adanya dorongan rasa lapar
C. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis terhadap perilaku konsumsi
mie instan pada siswa MAN Insan Cendekia Tanah Laut. Adapun
pembahasan dari masing-masing faktor disajikan sebagai berikut:
36
1. Pengaruh Faktor Budaya terhadap Perilaku Konsumsi Mie Instan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai sebesar 65,80% dari
faktor budaya dengan kategori tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa
faktor budaya mempengaruhi perilaku konsumsi mie instan pada siswa
MAN Insan Cendekia Tanah Laut.
38
Perilaku seseorang dalam mengonsumsi sesuatu juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor kepribadian dari konsumen yang bersangkutan.
Faktor pribadi menggabungkan antara tatanan psikologis dan pengaruh
lingkungan. Termasuk watak, dasar seseorang, terutama karakteristik
dominan mereka.
4. Pengaruh Faktor Psikologis terhadap Perilaku Konsumsi Mie
Instan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai sebesar 66,24% dari
faktor psikologis dengan kategori tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa
faktor psikologis mempengaruhi perilaku konsumsi mie instan pada
siswa MAN Insan Cendekia Tanah Laut.
Rasa mie instan yang enak memengaruhi siswa untuk
mengonsumsi mie instan. Iklan juga turut berpengaruh terhadap
perilaku konsumsi mie instan siswa. Dorongan rasa lapar juga
mempengaruhi siswa untuk mengonsumsi mie instan, terutama di luar
jam makan. Jam makan yang hanya melayani pada waktu tertentu
memengaruhi siswa untuk mengonsumsi mie instan saat lapar.
Faktor psikologis yang mempengaruhi berdasarkan dari motivasi
mengonsumsi mie instan karena rasa yang lezat, terpengaruh iklan, dan
adanya dorongan rasa lapar. Lamb (2010:224) menjelaskan faktor
psikologis cara yang digunakan untuk mengenali perasaan mereka,
mengumpulkan dan menganalisis informasi merumuskan pikiran dan
pendapat dalam mengambil tindakan. Perilaku konsumsi seseorang
dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama, yaitu motivasi,
persepsi, pembelajaran, dan keyakinan dan sikap.
39
BAB V
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dilakukan, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan:
1. Faktor budaya berpengaruh terhadap perilaku konsumsi mie instan
pada siswa MAN Insan Cendekia Tanah Laut dengan kategori tinggi.
Hal ini dibuktikan dengan nilai sebesar 65,80%. Budaya mengonsumsi
mie instan sebagai pengganti makanan pokok cukup berpengaruh
terhadap perilaku konsumsi mie instan, dikarenakan mie instan yang
mengenyangkan untuk dikonsumsi oleh siswa. Mie instan yang praktis
juga memengaruhi siswa untuk mengonsumsi mie instan. Sebab, di
lingkungan asrama dengan fasilitas memasak yang terbatas, mie instan
merupakan makanan yang mudah dibuat oleh siswa.
2. Faktor sosial berpengaruh terhadap perilaku konsumsi mie instan pada
siswa MAN Insan Cendekia Tanah Laut dengan kategori tinggi. Hal ini
dibuktikan dengan nilai sebesar 62,58%. Siswa yang sekolahnya
berasrama lebih sering berinteraksi dengan teman sebayanya, sehingga
teman di asrama cukup memengaruhi perilaku konsumsi mie instan.
Lingkungan tempat tinggal siswa juga dapat mempengaruhi kebiasan
siswa dalam konsumsi mie instan.
3. Faktor pribadi berpengaruh terhadap perilaku konsumsi mie instan
pada siswa MAN Insan Cendekia Tanah Laut dengan kategori cukup
tinggi. Hal ini dibuktikan dengan nilai sebesar 60,22%. Keinginan
siswa untuk mengonsumsi mie instan berpengaruh terhadap perilaku
konsumsi mie instan, ditambah dengan adanya koperasi yang
menyediakan mie instan. Siswa yang memiliki hobi/gemar dalam
mengonsumsi mie instan juga berpengaruh terhadap perilaku konsumsi
mie instan. Siswa yang ghtr ?mengonsumsi mie instan agar
menghemat pengeluaran juga memengaruhi perilaku konsumsi mie
40
instan. Siswa yang ingin berhemat cenderung memilih makanan yang
murah dan mengenyangkan untuk dimakan baik sebagai makanan
pokok maupun sebagai camilan.
4. Faktor psikologis berpengaruh terhadap perilaku konsumsi mie instan
pada siswa MAN Insan Cendekia Tanah Laut dengan kategori tinggi.
Hal ini dibuktikan dengan nilai sebesar 66,24%. Rasa mie instan yang
enak memengaruhi siswa untuk mengonsumsi mie instan. Iklan juga
turut berpengaruh terhadap perilaku konsumsi mie instan siswa.
Dorongan rasa lapar juga mempengaruhi siswa untuk mengonsumsi
mie instan, terutama di luar jam makan. Jam makan yang hanya
melayani pada waktu tertentu memengaruhi siswa untuk mengonsumsi
mie instan saat lapar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diberikan
saran sebagai berikut:
1. Siswa hendaknya mengurangi konsumsi mie instan dan lebih
menerapkan pola konsumsi makan yang sehat dalam memilih makanan
sehari-hari.
2. Apabila sudah menjadi kebiasaan dalam mengonsumsi makanan instan
sebaiknya menggunakan teknik food combining, yaitu
mengombinasikan makanan instan tersebut dengan makanan lainnya
yang dapat menambah nilai gizi.
3. Untuk penelitian selanjutnya yang akan mengambil topik seperti ini,
hendaknya memperluas dengan mengembangkan penelitian pada
tingkat populasi yang lebih beragam serta menggunkan variabel-
variabel lain dan lebih terperinci.
4. Diharapkan siswa dapat membiasakan diri mengurangi konsumsi mie
instan berdasarkan faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis.
41
DAFTAR PUSTAKA
Codex Alimentarius. 2006. Standard For Instant Noodles. Codex Stan 249-
2006.
Hal Lala Fajrin, Bambang Susilo, Nur Komar. 2013. Uji Karakteristik Mie
Instan Berbahan-Baku Tepung Terigu dengan Substitusi Mocaf. Jurnal
Bioproses Komoditas Tropis. Vol 1 Nomor 2: 11-20.
42
Nurdiansyah, Faishal. 2018. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengeluaran Konsumsi Tenaga Kerja PT. SEIKOU di Kabupaten
Bandung. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pasundan
Bandung.
Pamelia, Icha. 2018. Perilaku Konsumsi Makanan Cepat Saji pada Remaja dan
Dampaknya bagi Kesehatan. Jurnal IKESMA. Vol 14 Nomor 2: 144-153.
Setyawati, Ririn Indah. 2006. Hubungan Antara Pola Konsumsi Makanan dan
Tingkat Konsumsi Gizi dengan Status Gizi Anak Usia Sekolah di Panti
Asuhan. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Surabaya.
Valoka, Angga Dwi. 2017. Dampak Negatif Makanan Cepat Saji terhadap
Kesehatan Tubuh Manusia di Kota Bandung Melalui Still Life
Photography. Skripsi. Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan
Bandung.
43
Lampiran 1
Nama:
Kelas:
Petunjuk:
1. Bacalah pernyataan dibawah ini dengan cermat.
2. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan keadaan anda dengan memilih
salah satu jawaban yang telah disediakan.
3. Keterangan pilihan
jawaban: SL = Selalu
SR = Sering
KD = Kadang-
Kadang JR = Jarang
TP = Tidak Pernah
No Pernyataan SL SR KD JR TP
1 Saya mengonsumsi mie instan
karena sudah terbiasa
mengonsumsi mie instan
sebagai pengganti makanan
pokok
2 Saya mengonsumsi mie instan
karena praktis untuk
dikonsumsi
3 Saya mengonsumsi mie instan
karena adanya pengaruh dari
lingkungan tempat tinggal saya
4 Saya mengonsumsi mie instan
karena adanya pengaruh dari
teman
5 Saya mengonsumsi mie instan
karena keinginan saya sendiri
44
6 Saya mengonsumsi mie instan
karena hobi dalam
mengonsumsi mie instan
7 Saya mengonsumsi mie instan
agar dapat menghemat
pengeluaran
8 Saya termotivasi mengonsumsi
mie instan karena lezat
9 Saya mengonsumsi mie instan
karena terpengaruh iklan
10 Saya mengonsumsi mie instan
karena adanya dorongan rasa
lapar
45
Lampiran 2
Pernyataan
No Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 3 4 2 3 4 3 4 4 1 5 33
2 3 4 3 4 4 3 2 4 2 4 33
3 4 4 4 4 5 2 4 4 2 4 37
4 4 4 4 4 4 4 4 5 2 5 40
5 3 4 2 2 5 3 4 4 1 4 34
6 2 4 2 4 5 1 3 4 4 5 34
7 2 4 3 2 5 3 4 4 3 5 35
8 2 4 2 4 3 2 4 5 2 4 32
9 3 4 2 2 5 1 4 3 2 5 31
10 3 4 3 4 3 1 1 2 2 2 25
11 3 4 3 3 4 3 2 4 1 5 32
12 2 3 2 2 4 1 1 4 3 2 24
13 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 36
14 3 4 2 3 4 3 1 4 1 4 29
15 4 5 4 5 5 4 4 5 3 4 43
16 3 4 4 3 4 3 4 4 2 3 34
17 2 4 3 4 5 4 3 5 2 5 37
18 3 4 3 3 5 2 1 5 2 4 32
19 3 4 1 2 4 1 2 5 1 4 27
20 3 4 2 4 4 3 1 4 2 4 31
21 2 2 2 3 3 2 1 3 1 3 22
22 3 4 3 4 5 4 1 4 1 4 33
23 4 5 5 5 4 3 4 5 2 4 41
24 2 3 2 3 2 2 1 3 2 2 22
25 2 4 3 4 5 1 2 3 2 4 30
26 2 4 3 5 4 2 1 5 2 3 31
27 2 4 3 3 5 2 3 4 3 5 34
28 2 3 3 2 3 2 1 3 1 3 23
29 2 3 4 4 4 1 1 3 1 4 36
30 3 4 4 4 4 3 3 4 2 5 36
31 2 3 3 3 4 2 2 4 2 5 30
46
Lampiran 3
47
48