net/publication/362707541
CITATIONS READS
0 1,111
12 authors, including:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Zulfa Mahdiatur Rasyida on 16 August 2022.
Penulis :
Magdalena Tri Putri Apriyani, Aulia Fatmayanti,
Astuti Suardi, Helen Evelina, Syamsuriyati,
Neta Ayu Andera, Ayudita, Hukmiyah Aspar,
Zulfa Mahdiatur Rasyida, Intan Nugraheni,
Asyima, Ratna Mildawati
GET PRESS
KETERAMPILAN DASAR
KEBIDANAN: TEORI DAN PRAKTIK
Penulis :
Magdalena Tri Putri Apriyani
Aulia Fatmayanti
Astuti Suardi
Helen Evelina
Syamsuriyati
Neta ayu andera
Ayudita
Hukmiyah Aspar
Zulfa Mahdiatur Rasyida
Intan Nugraheni
Asyima
Ratna Mildawati
ISBN : 978-623-5383-97-2
Redaksi :
Jl. Pasir Sebelah No. 30 RT 002 RW 001
Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto Tangah
Padang Sumatera Barat
Website : www.globaleksekutifteknologi.co.id
Email : globaleksekutifteknologi@gmail.com
i
DAFTAR ISI
iv
BAB 9 .................................................................................................................101
BREAKING BAD NEWS PADA KLIEN DAN KELUARGA KLIEN .101
9.1 Pendahuluan ................................................................................. 101
9.2 Definisi Berita Buruk ................................................................. 101
9.2.1 Menyampaikan berita buruk Menggunakan
Protokol SPIKES................................................................... 102
9.2.2 Menyampaikan berita buruk Memperhatikan
Protokol BREAKS ................................................................. 106
9.3 Hal-Hal Yang Dianggap Penting Dalam
Menyampaikan Berita Buruk Bagi Klien dan Keluarga ....... 108
9.3.1 Isi ............................................................................................... 109
9.3.2 Dukungan (Support) ........................................................... 109
9.3.3 Fasilitas ................................................................................... 109
9.3.4 Cara Penyampaian .............................................................. 110
9.4 Kesalahan Umum Dalam Menyampaikan Berita
Buruk ................................................................................................ 110
BAB 10 ..............................................................................................................115
PERAWATAN JENAZAH DAN PEMASANGAN SONDAGE BAYI115
10.1 Perawatan Jenazah................................................................... 115
10.1.1 Teori....................................................................................... 115
10.1.2 Pengertian Kematian ....................................................... 115
10.1.3 Tanda Tanda Kematian .................................................. 115
10.1.4 Asuhan Pada Perawatan Jenazah ............................... 116
10.1.5 Standard Operasional Prosedur
Pendampingan Pasien Sakaratul Maut .................... 117
10.1.6 Standard Operasional Prosedur Perawatan
Jenazah ................................................................................. 118
10.1.7 Hal hal yang diperhatikan ............................................. 120
10.2 Pemasangan Sondage Bayi.................................................... 120
10.2.1 Pengertian ........................................................................... 120
10.2.2 Tujuan ................................................................................... 120
10.2.3 Jenis Sondage .................................................................... 120
10.2.4 Indikasi ................................................................................. 121
10.2.5 Efek Samping ...................................................................... 121
10.2.6 Durasi Penggunaan Sondage ........................................ 121
10.2.7 Standard Operasional Prosedur ................................ 121
v
BAB 11 ..............................................................................................................125
KIP/KIE DISASTER MANAJEMEN ........................................................125
11.1 Pendahuluan ............................................................................... 125
11.2 Disaster Manajemen ................................................................ 125
11.3 Tujuan Disaster Manajemen ................................................ 125
11.4 Siklus Disaster Manajemen ................................................... 125
11.5 Pengertian KIP dan KIE .......................................................... 127
BAB 12 ..............................................................................................................135
KIP/KIE OBAT TRADISIONAL ...............................................................135
12.1 Pengertian Obat Tradisional ................................................ 135
12.2 Sumber Obat Tradisional....................................................... 135
12.3 Bentuk Sediaan Obat Tradisional ....................................... 137
12.4 Kategori Obat Tradisional ..................................................... 140
12.5 Penggunaan Obat Tradisional ............................................. 142
12.6 Kelebihan dan Kekurangan Obat Tradisional................ 144
12.7 Pencegahan Untuk Menghindari Bahaya
Penggunaan Obat Tradisional .............................................. 146
BIODATA PENULIS
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB 1
KONSEP MANUSIA
Oleh Magdalena Tri Putri
Spiritual
Biologis
Sosial
KEBUTUHAN
AKTUALISAS
I DIRI
KEBUTUHAN HARGA
DIRI
2.1 Pendahuluan
Sehat dan sakit merupakan dua kata yang saling
berkaitan dan dalam kehidupan sehari-hari. Sejarah
mengatakan kehidupan manusia dengan istilah sehat dan sakit
sudah dikenal di semua kebudayaan. Sehat dan sakit adalah
kondisi yang seringkali sulit diartikan walaupun keadaan ini
suatu kondisi yang dapat dirasakan dan dapat kita amati dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat mempengaruhi
pemahaman dan pengertian seseorang terhadap konsep sehat
misalnya, jika seseorang tidak memiliki keluhan-keluhan fisik
dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat
beranggapan bahwa anak yang gemuk bisa dikatakan anak
sehat walaupun jika mengacu pada standar gizi kondisinya
berada dalam status gizi lebih atau overweight. Jadi faktor
kultural dan subyektifitas dapat mempengaruhi pengertian,
pemahaman mengenai konsep sehat dalam masyarakat.
Maka dari itu, mari kita belajar mengenai Definisi Sehat
sakit, model sehat sakit, sakit dan perilaku sakit, dampak sakit,
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit serta faktor
yang mempengaruhi keyakinan Tindakan Kesehatan.
Aulia Fatmayanti 16
apapun secara klinis. Fungsi organ tubuhnya berfungsi secara
baik, dan dia memang tidak sakit. Sehat secara mental/psikis
adalah sehatnya pikiran, emosional, maupun spiritual dari
seseorang. (Notoatmodjo S. 2003).
WHO (2015) menyatakan bahwa "Health is a state of
complete physical, mental and social well-being and not merely
the absence of diseases or infirmity”.
Definisi sehat terkini yang dianut oleh beberapa negara
maju seperti Kanada yang mengutamakan konsep sehat-
produktif, sehat adalah sarana atau alat untuk hidup sehari-hari
secara produktif. Upaya kesehatan harus diarahkan untuk dapat
membawa setiap penduduk memiliki kesehatan yang cukup
agar bisa hidup produktif (Efendi and Makhfudli, 2010).
Menurut John Wayne (dalam Yuliandari, 2018: 24)
bahwa ada 6 parameter kesehatan, yaitu : 1) fungsi fisik, orang
sehat tidak mengalami gangguan fisik, 2) kesehatan mental,
dimana perasaan nyaman, mampu mengontrol emosi diri,
perilaku positif, 3) social well-being, hubungan interpersonal
aktif, 4) fungsi peran, tidak mengalami gangguan hubungan
dengan sesama, 5) persepsi umum, pandangan diri tentang
kesehatan pribadi, 6) symptom-symtom, tidak ada gangguan
fisiologi maupun psikologi (Rofifah, 2020)
Sehingga pengertian sehat dapat diartikan sebagai
keadaan sejahtera dari jiwa, badan dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. (Istiningtyas A. 2010).
Sedangkan menurut KBBI, Sakit merupakan perasaan
tidak nyaman di tubuh atau bagian tubuh karena menderita
sesuatu contohnya demam, sakit perut, dan sakit kepala dll.
Aulia Fatmayanti 17
individu secara total. Menurut model kontinum sehat sakit,
sehat adalah sebuah keadaan yang bersifat dinamis dan
dapat berubah terus menerus sesuai dengan adaptasi dari
individu terhadap perubahan suatu lingkungan baik
internal dan eksternal dan mampu mempertahankan
keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan
dan spiritual yang sehat, sedangkan sakit adalah sebuah
proses perubahan atau penurunan fungsi dari individu bila
dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya, karena
sehat dan sakit merupakan bagian yang mempunyai
beberapa tingkat dan kualitas yang bersifat relatif, maka
keakuratannya harus ditentukan sesuai dengan titik
tertentu pada skala kontinum sehat sakit.
2. Model Kesejahteraan Tingkat Tinggi (Dunn)
Model kesejahteraan tingkat tinggi adalah model
kesejahteraan yang orientasinya adalah memaksimalkan
potensi sehat yang ada pada setiap individu untuk mampu
mempertahankan rentang keseimbangan dan arah yang
memiliki tujuan tertentu dalam lingkungan. Model ini
berusaha untuk memajukan tingkat fungsi ke arah yang
lebih tinggi, dimana individu mampu hidup dengan potensi
yang paling maksimal, dan merupakan suatu proses yang
dinamis, bukan suatu keadaan yang statis dan pasif.
3. Model Agen-Pejamu Lingkungan (Leavel et all)
Model agen-pejamu-lingkungan adalah model yang
tingkat sehat sakit dari individu atau kelompok tersebut
ditentukan oleh hubungan antara ketiga variabel yakni
agen, penjamu dan lingkungan secara dinamis.
4. Model Keyakinan Kesehatan
Model ini menyatakan hubungan antara keyakinan
seseorang dengan perilaku yang ditampilkannya. Ada tiga
komponen model keyakinan kesehatan, yaitu:
a. Komponen pertama adalah persepsi bahwa individu
memiliki dirinya rentan terhadap penyakit. Misalnya,
klien atau individu harus menyadari adanya penyakit
melalui riwayat keluarganya. Jika ada riwayat keluarga
diabetes dan dalam 4 dekade terakhir ada anggota
Aulia Fatmayanti 18
keluarga yang meninggal karena penyakit tersebut,
kemungkinan besar klien akan terkena diabetes.
b. Faktor kedua adalah persepsi individu tentang
keparahan penyakit tertentu. Variabel demografi dan
psikososial merupakan faktor utama yang
mempengaruhinya, perasaan terancam oleh penyakit,
dan tanda-tanda untuk bertindak.
c. Komponen ketiga di mana individu mencoba untuk
mengambil tindakan pencegahan, misalnya dengan
mengubah gaya hidupnya. Model Keyakinan Kesehatan
berguna bagi perawat untuk memahami berbagai faktor
yang dapat mempengaruhi persepsi, keyakinan, dan
perilaku klien dan untuk membantu perawat
merancang rencana yang paling efektif bagi klien untuk
mempertahankan atau memperoleh kembali keadaan
kesehatan dan mencegah penyakit.
5. Model Peningkatan Kesehatan
Menurut Pender, promosi kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan klien. Model peningkatan
kesejahteraan adalah salah satu yang mengidentifikasi
beberapa faktor seperti demografi dan masyarakat. Faktor-
faktor dalam model dapat meningkatkan atau menurunkan
partisipasi, yang mengarah pada peningkatan
kesejahteraan, dan memodulasi berbagai penanda yang
muncul dalam model yang dapat menjelaskan kemungkinan
individu terlibat dalam perilaku yang meningkatkan
kesehatan (Maulana, 2014).
Aulia Fatmayanti 19
dari gejala yang dialami dan dari terganggunya kemampuan
individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Cholifah, Ameli,
dan Umi, 2019).
Aulia Fatmayanti 20
i. Adanya fasilitas pelayanan kesehatan meliputi tenaga
medis, obat-obatan, kendaraan dan transportasi. (Irwan,
2018).
Aulia Fatmayanti 21
2.6.3 Terhadap Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan interpretasi seseorang terhadap
penampilannya. Beberapa penyakit dapat menyebabkan
perubahan fisik. Pasien dan orang yang mereka cintai akan
bereaksi berbeda terhadap perubahan yang terjadi. Itu
tergantung pada jenis perubahan yang diderita (misalnya
penyandang disabilitas akan memiliki dampak tersendiri
terhadap diri dan orang sekitarnya).
Aulia Fatmayanti 22
b. Meningkatkan kesehatan lingkungan
c. Peningkatan kesehatan kerja dan olahraga
d. Peningkatan kesehatan keluarga; musim panas
e. Manajemen penyakit. (Rai, Artana and Candrawati,
2018).
Aulia Fatmayanti 23
menjaga kesehatan. Misalnya, seseorang dengan riwayat
diabetes akan mempersepsikan status kesehatannya
secara berbeda dari seseorang yang tidak menderita
diabetes. Oleh karena itu, keyakinan kesehatan antara
penderita diabetes dan non penderita akan berbeda.
Berbeda pula keyakinan Kesehatan antara penderita
diabetes dengan penderita penyakit kanker, artinya
setiap individu memiliki keyakinan akan kesehatan dan
cara menjaga kesehatan yang berbeda-beda sesuai
dengan kondisi tubuhnya. Demikian pula, seseorang yang
pulih dari penyakit serius akan sering mengubah
keyakinan mereka tentang kesehatan mereka dan
bagaimana mereka mempertahankannya.
d. Faktor Emosi
Kepercayaan terhadap kesehatan juga dipengaruhi
oleh faktor emosional. Seseorang yang rentan stres
dalam menghadapi masalah hidup akan mudah bereaksi
terhadap gejala penyakit. Orang tersebut mungkin
merasa terlalu khawatir tentang penyakitnya dan bahkan
mungkin mudah untuk berpikir bahwa penyakitnya
dapat mengancam jiwa. Sebaliknya, orang dengan tingkat
emosi yang stabil dan tenang cenderung memiliki reaksi
emosional yang baik selama sakit. Berpikir positif dan
perasaan gembira akan meningkatkan kesehatan
tubuhnya.
e. Spiritual Atau Agama
Tingkat spiritual seseorang tercermin dari cara
orang tersebut menjalani hidupnya, didalamnya
terkandung nilai dan keyakinan tentang apa yang
dialami. Selanjutnya, hal ini tercermin dalam hubungan
sosial mereka dengan keluarga, teman atau lingkungan
dan kemampuan mereka untuk menemukan makna
dalam hidup. Demikian pula dalam hal kesehatan,
spiritualitas seseorang juga akan mempengaruhi
pandangannya tentang kesehatan secara umum. Agama
dan kepercayaan seseorang secara tidak langsung
mempengaruhi perilaku kesehatannya. Misalnya, dalam
Islam ada hadits yang mengatakan bahwa kebersihan
Aulia Fatmayanti 24
adalah sebagian dari iman. Bagi umat Islam cenderung
menjalankan kewajiban untuk hidup bersih dan sehat.
b. Sosio ekonomi
Faktor sosial ekonomi seperti pendapatan,
pekerjaan, hubungan sosial sangat mempengaruhi
status kesehatan seseorang. Faktor-faktor tersebut
juga mempengaruhi pemikiran dan sikap seseorang
terhadap masalah kesehatan. Misalnya, masyarakat
dengan ekonomi rata-rata rendah akan sering
memilih obat generik untuk pengobatan, sedangkan
masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas akan
sering memilih obat paten yang seringkali mahal.
c. Latar Belakang Budaya
Kebudayaan dapat menjadi tolak ukur
perbuatan manusia, perbuatan yang mendatangkan
keselamatan atau bencana. Seseorang bisa sakit atau
tidak karena perilakunya. Dengan demikian, budaya
dihadirkan sebagai perspektif untuk menjelaskan
hubungan antara gejala sosiokultural dan biologis
(budaya biologis) terhadap fenomena penyakit dan
kesehatan dalam suatu kelompok etnis. Keyakinan
dan kebiasaan Kesehatan seseorang juga sangat
dipengaruhi oleh budaya. Ada budaya yang
mendukung perilaku kesehatan, dan ada juga budaya
yang menentang perilaku kesehatan. Misalnya,
kebudayaan minum jamu ketika hamil dan pijat
hamil di mbah dukun. Minum jamu ketika hamil
sangat berisiko terhadap Kesehatan janin yang
dipengaruhi dari kualitas air ketuban, sedangkan
Aulia Fatmayanti 25
pijat hamil pada orang yang belum memiliki
keterampilan dan sertifikasi pijat justru
membahayakan kondisi janin dalam kandungan ibu
(Muslimin and dkk, 2022).
Aulia Fatmayanti 26
DAFTAR PUSTAKA
Aulia Fatmayanti 27
BAB 3
KONSEP STRES DAN ADAPTASI
Oleh Astuti Suardi
3.1 Pendahuluan
Dalam hidup manusia stres adalah bagian dari berbagai
persoalan dalam kehidupan yang tidak dapat terpisahkan,
karena pada dasarnya setiap orang dari berbagai macam
masyarakat berpotensi atau memiliki peluang untuk mengalami
stres. Meskipun tingkat atau kadar stres yang dialami masing-
masing individu itu berbeda-beda atau tidak sama. Beberapa
individu bisa mengalami stres baik itu stres dalam ruang
lingkup yang kecil ataupun berat. Hal ini tergantung dan sangat
dipengaruhi oleh bagaimana tingkat kedewasaan, serta
kematangan emosional dan spiritual yang dimilikinya.
Pada kondisi seperti sekarang ini banyak sekali hal yang
terkadang sulit untuk diterima oleh beberapa orang tertentu.
Terutama dalam hal ekonomi. Tentunya orang-orang yang
termasuk kedalam kalangan perekonomian atas tidak akan
terlalu memusingkan hal–hal yang terjadi dalam pengaruh
tersebut. Berbeda dengan orang-orang yang termasuk kalangan
perekonomian menengah kebawah yang mungkin saja dengan
keadaan ekonomi yang dapat dikatakan sulit akan merasakan
kesulitan dalam menerima hal-hal yang terjadi dalam kondisi
sekarang.
Tingkat pengangguran yang tinggi juga dapat
meningkatkan tekanan bagi orang-orang yang tidak
berpenghasilan. Untuk itu perlu bagi kita untuk mengetahui
apakah itu stres, cara mengatasi stres serta bagaimana cara
mencegah stres dan apa saja faktor yang memengaruhi stres.
Selain itu di era sekarang ini juga terdapat beberapa
perubahan yang harus dihadapi oleh seluruh orang. Sangat
penting bagi semua orang melakukan adaptasi agar orang
tersebut tidak terlalu stres dalam menghadapi perubahan yang
Astuti Suardi 28
terjadi akibat proses globalisasi tersebut. Untuk itu kita harus
mengetahui apa yang dimaksud dengan adaptasi, tujuan
adaptasi agar kita lebih mengerti. Khususnya untuk tenaga kerja
kesehatan, agar dapat memberikan dampak positif bagi pasien
serta untuk kehidupan sehari-hari.
3.2Konsep Stres
3.2.1 Pengertian Stres
Stres adalah reaksi seseorang baik secara fisik maupun
emosional (mental/psikis) apabila ada perubahan dari
lingkungan yang mengharuskan seseorang menyesuaikan
diri. Stres adalah bagian alami dan penting dari kehidupan,
tetapi apabila berat dan berlangsung lama dapat merusak
kesehatan kita.
Stress (stres) juga merupakan sebuah tekanan psikologis
dan fisik yang bereaksi ketika menghadapi situasi yang
dianggap berbahaya. Dengan kata lain, stres merupakan cara
tubuh Anda menanggapi jenis tuntutan, ancaman, atau tekanan
apa pun.
Adapun beberapa pengertian stres menurut para ahli
sebagai berikut:
1. Stres merupakan suatu kondisi yang menekan keadaan pola
fikir seseorang dalam mencapai sesuatu kesempatan di
mana dalam mencapai hal tersebut memiliki beberapa
batasan atau penghalang dalam mencapainya.
2. Stres sebagai “a substantial imbalance between demand
(physical and psychological) and response capability, under
condition where failure to meet that demand has importance
concequences”. Artinya, adanya ketidakseimbangan antara
tuntutan fisik dan psikis dan kemampuan memenuhinya.
Gagal dalam memenuhi kebutuhan tersebut akan
berdampak krusial.
3. Stres merupakan tanggapan seseorang, baik secara fisik
maupun secara mental terhadap suatu perubahan di
lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan
mengakibatkan dirinya terancam.
Astuti Suardi 29
4. Stres adalah reaksi tubuh terhadap perubahan yang
membutuhkan respon, regulasi, dan atau adaptasi fisik,
psikologis dan emosional. Stres dapat berasal dari situasi,
kondisi, pemikiran, atau penyebab frustasi, kemarahan,
kegugupan ataupun kecemasan.
Astuti Suardi 30
f. Stres psikis atau emosional, disebabkan oleh gangguan
hubungan interpersonal, sosial, budaya dan keagamaan.
b. Stres Kerja
Dimasa pandemi Covid-19 diterapkan social distancing
dan pekerja beraktifitas dari rumah (WFH). Bagi pekerja
yang dapat beraktifitas dirumah tidak menjadi suatu
masalah yang berarti. Tetapi para pekerja yang bekerja
dibidang jasa dan produksi mengharuskan mereka berada
Astuti Suardi 31
dilokasi tempat mereka bekerja. Kondisi demikian akan
mengalami konflik dan akan mempengaruhi tekanan jiwa
seseorang. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
adanya ketidakpastian situasi, masalah ekonomi, gaji yang
dipangkas atau bahkan terkena putusan kerja (PHK)
sehingga dapat menjadi faktor yang dapat emicu terjadinya
stres dalam kerja.
Astuti Suardi 34
d) Menerima dengan lapang dada serta berusaha
menerima peristiwa atau keadaan yang terjadi, karena
dengan cara apapun kita tidak dapat mengubah
penyebab stres yang terjadi, kita hanya bisa
melepaskan emosi dan mengurangi ketegangan seperti
menangis, berteriak atau melucu, bisa juga melakukan
tindakan meloncat-loncat, memukul- mukul meja atau
berjalan keluar rumah untuk menghirup udara segar.
e) Interpsikis atau sesuatu yang berkaitan dengan
peristiwa atau proses di dalam fikiran yaitu dengan
memanfaatkan strategi kognitif atau usaha pemahaman
untuk menilai kembali situasi stres yang dialami,
berupa strategi merumuskan kembali secara kognitif
bentuk lain dari proses intrapsikis adalah apa yang
disebut oleh Sigmund Frued yaitu mekanisme
pertahanan (defence mechanisme), denial
(penyangkalan), penekanan (suppresi).
3.3Adaptasi
3.3.1 Pengertian Adaptasi
Adaptasi yaitu Mampu Menyesuaikan diri terhadap
perubahan dan bagaimana mempertahankan. Kemampuan
tubuh untuk mempertahankan keadaan relatif seimbang. Serta
memiliki Tujuan yang harus dilaksanakan yaitu mampu
bersikap terbuka dan tertutup.
Adaptasi psikologis merupakan proses penyesuaian
secara psikologis akibat stressor yang ada, dengan cara
memberikan mekanisme pertahanan diri dengan harapan dan
dapat melindungi atau bertahan dari serangan-serangan atau
hal-hal yang tidak menyenangkan (Sunaryo, 2004).
Astuti Suardi 35
3.3.3 Macam-macam Adaptasi
a) Adaptasi fisiologis Adalah proses dimana respon tubuh
terhadap stresor untuk mempertahankan fungsi kehidupan,
dirangsang oleh faktor eksternal dan internal, respons
dapat dari sebagian tubuh atau seluruh tubuh serta setiap
tahap perkembangan punya stresor tertentu. Mekanisme
fisiologis adaptasi berfungsi melalui umpan balik negatif,
yaitu suatu proses dimana mekanisme kontrol merasakan
suatu keadaan abnormal seperti penurunan suhu tubuh dan
membuat suatu respons adaptif seperti mulai mengigil
untuk membangkitkan panas tubuh.
b) Adaptasi psikologis Perilaku adaptasi psikologi membantu
kemampuan seseorang untuk menghadapi stresor,
diarahkan pada penatalaksanaan stres dan didapatkan
melalui pembelajaran dan pengalaman sejalan dengan
pengidentifikasian perilaku yang dapat diterima dan
berhasil.
c) Adaptasi perkembanganp ada setiap tahap perkembangan,
seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan
menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap
perkembangan tersebut. Stres yang berkepanjangan dapat
mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan
tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk ekstrem,
d) Adaptasi sosial budaya Mengkaji stresor dan sumber koping
dalam dimensi sosial mencakup penggalian tentang
besaranya, tipe dan kualitas dari interaksi sosial yang ada.
Stresor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi
yang mempengaruhi klien atau keluarga secara
keseluruhan (Reis & Heppner, 2003).
e) Adaptasi spiritual Orang menggunakan sumber spiritual
untuk mengadaptasi stres dalam banyak cara, tetapi stres
dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stres
yang berat dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan,
atau individu mungkin memandang stresor sebagai
hukuman.
Astuti Suardi 36
DAFTAR PUSTAKA
Astuti Suardi 37
BAB 4
PRINSIP PENCEGAHAN INFEKSI
DALAM PRAKTIK KEBIDANAN
Oleh Helen Evelina Siringoringo
Sesudah Melahirkan
a. Sebelum melepaskan sarung tangan pelindung dari tangan
Anda, masukkan semua yang harus dibuang ke dalam
kantong plastik atau tempat sampah dengan penutup yang
rapat.
b. Jahit luka jika dilakukan episiotomi atau jika ada ruptur
pada dinding vagina atau perineum.
c. Isi kedua sarung tangan dengan larutan klorin 0,5 persen
dan balikkan untuk membukanya. Jika Anda akan
membuangnya, masukkan ke dalam kantong plastik anti
bocor atau tempat sampah dengan penutup. Jika barang
akan digunakan kembali, desinfeksi dengan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5 persen selama 10 menit.
5.1 Pendahuluan
Penyembuhan adalah salah satu faktor yang sangat
berguna dalam upaya pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Bidan turut bertanggung jawab dalam menentukan
pemberian obat. Pemberian obat wajib memberi rasa nyaman
buat klien dan menolong serta mengawasi efek pemberian
obat tersebut. Dalam pemberian obat yang rasa aman, perlu
memegang 5 prinsip (five rights). sebutan five rights kerap
diterjemahkan dalam 5 Benar, Benar (lima B). 5 Benar ini
meliputi benar klien (right client), Benar obat (right drug),
benar dosis (right dose), benar waktu (right time), dan benar
rute (right route).
Informasi tentang kesalahan pemberian obat (medication
error) diIndonesia belum dapat ditemui. Ahli Farmakologi dari
FKUI melaporkan kalau kasus pemberian obat yang tidak benar
kerap terjalin diIndonesia, cuma saja tidak terekspos media
massa. (Kuntarti, 2005)
Bersumber pada penelitian yang dicoba oleh Researcher
dari AUBURN Universitydi 366 rumah sakit serta nursing home
di Colorado dan Georgia, USA, pada tahun 2002, dari 3216 jenis
pemberian obat, 43% diberikan pada waktu yang salah, 30%
tidak diberikan, 17% diberikan dengan dosis yang salah, serta
4% diberikan obat yang salah (Joint Commission on
Accreditation of Health Organization, JCAHO,2002). researcher
pada riset ini mengemukakan hasil penelitian tadinya yang
dicoba oleh Institute of Medicine pada tahun 1999, ialah
kesalahan kedokteran (medical error) sudah menimbulkan lebih
dari 1 ( satu) juta luka serta 98. 000 kematian dalam setahun.
Informasi yang didapat JCAHO pula menampilkan kalau 44. 000
dari 98. 000 kematian yang terjalin di rumah sakit setiap tahun
diakibatkan oleh kesalahan kedokteran.
Syamsuriyati 57
Bab 5 ini membahas tentang pemberian obat parenteral
(Injeksi/suntik) dalam bentuk obat cair pervial, obat bubuk
pervial dan obat dari bentuk Ampul. Cara pemberian obat
parenteral dapat melalui cara intra musKuler (IM), Intra kutan
(IC), Intra Vena (IV), dan sub Kutan (SC).(Majestika, 2018)
2. Tepat Obat
a. Tepat obat yang diberikan sesuai dengan yang
diresepkan.
b. harus mengecek resep yang ada dalam catatan medical
record klien
c. Saat akan mempersiapkan obat, harus sesuai dengan
catatan yang ada dalam medical record pasien.
d. Tanya ada tidaknya alergi obat
e. Tanya keluhan pasien sebelum dan setelah
memberikan obat
f. Tahu efek samping obat
g. Hanya memberikan obat yang disiapkan diri sendiri
Syamsuriyati 58
3. Tepat Dosis
a. Memeriksa hasil hitungan dosis obat dengan perawat
lain.
b. Mengoplos obat sesuai petunjuk pada label/ kemasan
obat.
4. Tepat Waktu
a. Obat yang diberikan harus sesuai dengan program
pemberian, frekuensi dan jadwal pemberian.
b. Memberikan obat 30 menit sebelum sampai 30 menit
setelah waktu yang dijadwal.
5. Tepat Rute
Obat yang diberikan harus sesuai rute, dan dipastikan
bahwa rute tersebut aman dan sudah tepat.
6. Tepat Dokumentasi
Dokumentasi setelah melakukan pemberian obat sesuai
standar MAR, yaitu mencatat segera pemberian obat yang
telah diberikan kan kepada pasien, ketidak tepatan
pendokumentasian terhadap kesalahan pemberian dosis
obat sehingga menyebabkan penanganan yang kurang tepat
terhadap klien, mencatat respon klien setelah pemberian
obat apabila ada efek obat maka pendokumentasian waktu,
tanggal dan nama petugas yang memberikan dan yang
menulis resep dalam catatan medical record pasien.
(Kusmiyati, 2007).
5.3.2 Tujuan
1. Dapat Menghindari Penyakit dengan Imunisasi contoh:
BCG, Hepatitis, DPT dan Polio
2. Memberikan respon cepat obat pada tubuh dalam proses
penyembuhan
3. Melakukan Uji coba (Mantoux test, skin test)
4. Melakukan diagnostik
5.3.3 Indikasi
1. Pasien Membutuhkan obat dengan reaksi cepat
2. Pasien yang tidak dapat diberi obat melalui mulut
(Peroral)
3. Pasien dengan penyakit tertentu dan harus diberikan
pengobatan secara injeksi: Streptomicine. (Jurusan
Kebidanan Politeknik Kesehatan KEMENKES Palangka
Raya, 2019)
Syamsuriyati 60
5.3.4 Jenis-jenis Pemberian Obat Parenteral
1. Subkutan
a. Pengertian
Pemberian obat subkutan yaitu memberikan obat
dengan menyuntikkan dibawah kulit dengan
menggunakan spoit. Di suntikan pada daerah lengan atas
sebelah luar (1/3 bagian bahu), paha sebelah luar, bagian
perut dengan membentuk sudut 450 derajat. (Uliyah
Musrifatul, 2011).
Syamsuriyati 61
c. Prosedur Pelaksanaan
Sampaikan pada klien tentang prosedur Tindakan
yang akan dilakukan
Sediakan alat-alat yang akan dipakai dan didekatkan
kepada klien
Jaga Privasi Klien
Beri Posisi Klien dalam keadaan nyaman
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Gunakan Handscuen
lokasi yang akan disuntik
Pasang Perlak dibawah lokasi yang akan disuntik
Berikan antiseptic pada lokasi yang disuntik dengan
cara sirkuler serta menggunakan kapas alkohol.
Angkat kulit sedikit dengan ibu jari dan jari telunjuk
tangan kiri
Suntikan Jarum kebawah kulit dengan posisi jarum
membentuk sudut 45 derajat
Lakukan aspirasi dengan menarik plunger untuk
memastikan jarum masuk dibawah kulit atau
pembuluh darah (apabila dalam aspirasi terdapat
darah cabut spoit dan ganti dengan yang baru)
Lakukan penyuntikan obat perlahan-lahan.
Lakukan masase pada lokasi yang sudah disuntik
Buang sampah dan alat yang sudah digunakan dengan
benar
Lepaskan Handscuen dan rendam dalam larutan
klorin 0,5 %
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan
keringanan dengan tissue.
Lakukan Pendokumentasian terhadap asuhan yang
sudah dilaksanakan. (Kusmiyati, 2007
2. Intrakutan
a. Pengertian
Pemberian obat intrakutan adalah memasukkan obat
dalam jaringan kulit melalui spoit. Dengan membentuk
sudut 5-15 derajat sampai Nampak menggelembung.
Syamsuriyati 62
Penyuntikan dilakukan pada daerah lengan bawah bagian
dalam.(Dahlan A. Kusrida, 2013)
b. Persiapan Alat dan Perlengkapannya
Bak Instrumen
Nierbeken
Kom
Handscuen
Spoit 1 ml, 3 ml, 5 ml atau spoit imunisasi
Kapas Alkohol
Obat injeksi dalam vial atau ampul
Perlak
Tissue/ handuk
Daftar obat
Larutan Klorin 0,5%
c. Prosedur Tindakan
Jelaskan kan kepada klien tentang prosedur yang akan
dilakukan
Bawa alat didekat klien
Jaga Privasi
Beri posisi klien yang nyaman
Cuci Tangan dengan sabun dan air yang mengalir
Gunakan handscuen
lokasi yang akan disuntik
Pasang perlak dibawah lokasi yang akan disuntik
Berikan antiseptic lokasi penyuntikan secara sirkuler
menggunakan kapas alkohol 70%
Angkat kulit sedikit dengan ibu jari dan jari telunjuk
tangan kiri
Suntikan jarum dalam kulit dengan lubang jarum
menghadap keatas dan jarum dengan permukaan
membentuk sudut 15-20 derajat
Masukkan obat perlahan hingga menggelembung pada
kulit
Cabut jarum suntik, dan jangan melakukan masase,
beri tanda melingkar pada daerah suntik
Bersih alat, spoit dan simpan pada tempat sampah
Syamsuriyati 63
Buka handscuen dan rendam dalam larutan klorin 0,5
%.
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Lakukan Pencatatan terhadap Tindakan yang sudah
dilakukan. (Kusmiyati, 2007)
3. Intravena
a. Pengertian
Pemberian obat Intravena adalah menyuntikkan obat
dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan spoit.
Lokasi penyuntikan yaitu: Vena dorsalmetacarpal, vena
cepalika, Vena Basilika, Vena Radial, Medial antebrachial,
vena median cubiti, vena cepalika kaki dll.
b. Jenis-jenis injeksi Intravena
Injeksi obat intravena secara umum ada 3 cara yaitu:
a) Injeksi Intravena langsung
Pengertian
Injeksi obat Intravena adalah memasukan obat
dalam pembuluh darah vena dengan
menggunakan spoit. (Uliyah Musrifatul, 2011)
Persiapan Alat dan Perlengkapan
- Bak Steril
- Spoit 3 ml, 5 ml dan 10 ml sesuai dengan
ukuran
- Wadah cairan (Kantong/botol)
- Obat dalam tempatnya
- Kapas alkohol
- Handscuen
- Handuk/ tissue
- Tempat Sampah
- Larutan Klorin 0,5 %
Prosedur Kerja
- Memberitahu dan menjelaskan pada klien
Tindakan yang akan dilakukan
- Menyiapkan alat dan bahan serta mendekatkan
alat kan kepada klien
- Menjaga privasi
Syamsuriyati 64
- Mencuci tangan dengan sabun dan membilas di
bawah air mengalir
- Memakai handscuen
- Mencari daerah sintuk yang terlihat jelas vena
- Memasang perlak dibawah daerah yang akan
disuntik
- Mengikat bagian diatas daerah yang akan
disuntik dengan karet pembendungsambal
menganjurkan klien mengepalkan tangannya
dengan ibu jari didalam genggaman
- Lakukan antiseptic pada daerah suntik dengan
kapas alkohol secara sirkuler dari dalam
keluar.
- Menegangkan kulit dengan tangan yang tidak
dominan
- Memasukkan jarum suntik menghadap keatas
sampai ke vena
- Lakukan aspirasi dengan menarik sedikit peng
hisap untuk memastikan jarum sudah masuk
pada vena.
- Membuka karet pembendung/, menganjurkan
klien membuka kepalan tangannya dan
memasukkan obat perlahan-lahan dalam vena
- Menarik spoit keluar setelah obat di masukkan
dengan meletakkan kapas alkohol diatas jarum.
- Merapikan alat, buang sampah pada tempatnya
dengan benar
- Membuka hanscuen dan merendam dalam
larutan klorin 0,5 %
- Mencuci tangan dengan sabun dan membilas
dibawa air mengalir
- Melakukan pendokumentasian tentang tindakan
yang telah dilalukan. (Kusmiyati, 2007)
Syamsuriyati 65
b) Injeksi Intravena Drip
Pengertian
Memberikan obat dengan memasukkan obat
dalam wadah cairan intravena dengan tujuan
untuk meminimalkan efek samping dan
mempertahankan kadar terapetik dalam darah.
(Uliyah Musrifatul, 2011)
Persiapan alat dan perlengkapan
- Bak Steril
- Spoit 3 ml, 5 ml dan 10 ml sesuai dengan ukuran
- Wadah cairan (Kantong/botol)
- Obat dalam tempatnya
- Kapas alkohol
- Handscuen
- Handuk/ tissue
- Tempat Sampah
- Larutan Klorin 0,5 %
Prosedur Kerja
- Cuci tangan
- Jelaskan Prosedur tindakan yang akan
dilaksanakan
- Periksa identitas klien dan masukkan obat
dalam spoit
- Cari tempat penyuntikan obat pada daerah
kantong atau botol cairan
- Kemudian selesai Tarik spoit, aduk obat dan
cairan dengan membolak-balikkan wadah/
kantong cairan dengan perlahan-lahan.
- Atur Kecepatan tetesan Infus
- Cuci Tangan dengan sabun dan bilas dengan air
mengalir serta di keringkan dengan handuk
kering
- Catat reaksi pemberian obat, tanggal, waktu dan
dosis pemberian obat. (Uliyah Musrifatul, 2011)
Syamsuriyati 66
c) Injeksi Intravena Bolus
Pengertian
Injeksi intravena melalui bolus adalah memasukkan
obat langsung dalam pembuluh darah vena melalui
karet selang infus dengan menggunakan spoit.
Persiapan Alat dan Perlengkapan
- Bak Steril
- Spoit 3 ml, 5 ml dan 10 ml sesuai dengan ukuran
- Wadah cairan (Kantong/botol)
- Obat dalam tempatnya
- Kapas alkohol
- Handscuen
- Handuk/ tissue
- Tempat Sampah
- Larutan Klorin 0,5 %
Prosedur Kerja
- Cuci tangan dengan sabun dan membilas
dibawah air mengalir
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Periksa identitas pasien dan ambil obat
kemudian masukkan ke dalam spoit
- Cari tempat penyuntikan obat pada daerah
selang karet infus
- Lakukan antiseptic pada daerah tempat
menyuntik dengan kapas alkohol dan stop
aliran cairan Infus.
- Lakukan penyuntikan pada daerah karet selang
infus hingga menembus bagian tengah dan
masukkan obat perlahan-lahan dalam selang
infus
- Setelah selesai tarik spoit
- Atur kecepatan infus dan Observasi reaksi obat
- Cuci tangan dengan sabun dan bilas dibawah air
mengalir
- Buang sampah ditempat dengan benar. (Uliyah
Musrifatul, 2011)
Syamsuriyati 67
4. Injeksi Intramuskuler
a. Pengertian
Injeksi Obat intramuskuler adalah memasukkan obat
dalam jaringan otot dengan spoit. Lokasi penyuntikan
pada daerah paha (Vastus Lateralis), ventro gluteal) posisi
berbaring, dorso gluteal (posisi Tengkurap), Lengan atas
(deltoid). Tujuan agar absorpsi obat lebih cepat.(Uliyah
Musrifatul, 2011).
b. Persiapan Alat
- Bak Steril
- Spoit 3 ml, 5 ml dan 10 ml sesuai dengan ukuran
- Wadah cairan (Kantong/botol)
- Obat dalam tempatnya
- Kapas alkohol
- Handscuen
- Handuk/ tissue
- Tempat Sampah
- Larutan Klorin 0,5 %
c. Prosedur Kerja
- Memberitahu dan menjelaskan pada klien Tindakan
yang akan dilakukan
- Menyiapkan alat dan bahan serta mendekatkan alat
kan kepada klien
- Menjaga privasi
- Mencuci tangan dengan sabun dan membilas di bawah
air mengalir
- Memakai handscuen
- Mencari daerah sintuk yang terlihat jelas vena
- Memasang perlak dibawah daerah yang akan disuntik
- Mengikat bagian diatas daerah yang a kan disuntik
dengan karet pembendung, sambal menganjurkan
klien mengepalkan tangannya dengan ibu jari didalam
genggaman
- Lakukan antiseptic pada daerah suntik dengan kapas
alkohol secara sirkuler dari dalam keluar.
- Menegangkan kulit dengan tangan yang tidak dominan
Syamsuriyati 68
- Memasukkan jarum suntik menghadap keatas sampai
ke vena
- Lakukan aspirasi dengan menarik sedikit peng hisap
untuk memastikan jarum sudah masuk pada vena.
- Membuka karet pembendung, menganjurkan klien
membuka kepalan tangannya dan memasukkan obat
perlahan-lahan dalam vena
- Menarik spoit keluar setelah obat di masukkan dengan
meletakkan kapas alkohol diatas jarum.
- Merapikan alat, buang sampah pada tempatnya dengan
benar
- Membuka hanscuen dan merendam dalam larutan
klorin 0,5 %
- Mencuci tangan dengan sabun dan membilas dibawa
air mengalir
- Melakukan pendokumentasian tentang tindakan yang
telah dilalukan. (Kusmiyati, 2007)
Syamsuriyati 69
DAFTAR PUSTAKA
Syamsuriyati 70
BAB 6
PEMENUHAN KEBUTUHAN
MANUSIA
Oleh Neta Ayu Andera
7.1 Pendahuluan
Luka merupakan kerusakan kontinuitas kulit, muosa
membran dan tulang atau organ tubuh lainnya (Drakbar, 2008).
Luka yang sering terjadi dalam praktik kebidanan antara lain
adalah luka episiotomi atau luka perineum, luka bedah seksio
sesaria, luka bedah abdomen karena kasus ginekologi, atau luka
akibat kompliasi kehamilan dan proses persalinan.
Ayudita 80
Gambar 8. Lapisan Kulit Epidermis
Ayudita 81
darah didalam tuuh dan getah bening dapat membuat
jaringan yang mengatur pengeluaran darah.
3. Subkutan / Hipodermis
Merupakan lapisan (fasia superfisial) yang tersusun
atas jaringan ikat, serat elastik, dan sel-sel lemak.
Hipodermis menghasilkan bantalan lemak yang disebut
panniculus adiposus ketika lobulus lemak didistribusikan
secara merata. Lapisan ini bisa mencapai ketebalan tiga
sentimeter di daerah perut, meski tidak mengandung lemak
di mata, penis, atau skrotum. Pada lapisan kulit ini, akan
terihat adanya kelenjar keringat, folikel rambut yang
berada di lapisan paling atas dari subkutan. Selain itu
terdapat pembuluh darah dan saraf.
Selain itu didalam kulit juga terdapat saraf yang
seperti organ lainnya, memiliki cabang saraf tulang
belakang serta permukaan saraf motorik dan sensorik.
Saraf sensorik digunakan untuk menerima impuls dari luar
atau kulit, sedangkan sel otot diaktifkan oleh ujung saraf
motorik pada kulit. Saraf sensorik ini membuat berbagai
aktivitas di ujung kulit untuk menerima rangsangan. Pada
epidermis terdapat banyak ujung saraf yang bebas
menerima rangsang nyeri/nyeri, dan ujung saraf ini
memiliki bentuk khas yang sudah menjadi organ.
Ayudita 83
3) Fase Remodeling atau maturasi (24 hari sampai 1
tahun)
Proses ini disebut juga dengan fase penyembuhan
luka. Serat kolagen menebal seiring waktu dan
kemudian terjadi remodling luka dengan bantuan
proteinase. Kolagen adalah komponen matriks yang
paling penting. Serat kolagen berinteraksi satu sama
lain. Ini terkait dan menyatu, dan membantu perbaikan
jaringan dari waktu ke waktu. Pada akhir proses
penyembuhan, bekas luka yang matang ditemukan,
yang 80 persen lebih kuat dari kulit normal.
Ayudita 85
b) Posisi tubuh
Trauma perineum dapat dikurangi dengan posisi
ibu saat persalinan. Posisi yang dianggap paling
berkontibusi menurut hasil dari banyak penelitian
adalah posisi ibu bersalin pada kala II yaitu posisi
yang lebih tegak misalnya posisi jongkok/berdiri,
duduk/setengah duduk/tegak, dan merangkak.
c) Pemijatan perineum
Pemijatan pada bagian ini sangat dianjurkan
untuk ibu yang dimulai pada saat kehamilan
trimester 3 untuk mengurangi trauma perineum
pada saat persalinan.
Ayudita 86
NO LANGKAH KETERANGAN
7. Meletakan perlak dan pengalas
dibawah bokong
8. Menanggalkan celana dna pembalut
lalu meletakkan pispot sembari
mengkaji luka dan lokea.
9. Fasilitasi klien jika hendak Bunag air
keci atau besar.
10. Mengenakan handscoon sebelah
(kiri)
11. Menyiram vulva dan sekitar dengan
air hangat
12. Memasang nierbeken di dekat Vagina
13. Mengenakan handscoon sebelah
kanan.
14. Melakukan vulva hygiene dengan
kapas DTT.
15. Membersihkan vulva mulai dari
labia mayora terjauh dari bidan,
labia mayora yang terdekat, labia
minora terjauh, labia minora
terdekat, vestibulum, perineum.
A n u s . B e r s i h k a n dari atas
ke bawah dengan kapas basah,
tidak boleh bola balik 1 kapas hanya
dipkai untuk 1 kali usap.
16. Memakaikan kembali celana dan
pembalut b a r u serta pakaian
pasien.
17. Merapikan klien
18. Membereskan alat-alat
19. Mencuci tangan
20. Melakukan dokumentasi
b. Manajemen Perawatan luka Operasi Sesar (Sectio
Caesarea)
Tidak semua proses persalinan berjalan dengan mudah;
dalam beberapa kasus, kondisi medis mengharuskan seorang
ibu menjalani operasi untuk melahirkan. Sectio Caesarea adalah
nama untuk prosedur ini. Membuat sayatan di dinding rahim
Ayudita 87
untuk melahirkan janin dikenal sebagai sectio Caesarea. Hal ini
memerlukan beberapa perawatan pada pasien yang menjalani
operasi caesar, karena ibu postpartum yang melahirkan melalui
operasi caesar dapat menghindari kesulitan selama fase
penyembuhan pasca operasi.
Perawatan luka bertujuan untuk mempercepat
penyembuhan luka sekaligus mengurangi komplikasi dan biaya
pengobatan. Tujuan dasar dari manajemen luka adalah untuk
menghilangkan semua hematoma dan seroma sambil juga
mengobati infeksi. Awasi perdarahan hebat (pemeriksaan
lapisan perut atau perineum).
Perawatan umum luka pasca bedah seksio sesarea dan
luka kebidanan dalam rangka pencegahan infeksi yaitu;
1. Melindungi luka yang sudah dijahit dengan
perban/balutan streril selama 24 sampai 48 jaam pasca
bedah
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah perasat
3. Gunakan teknik aseptik saat ganti perban atau balutan
4. Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan
keluarga mengenai perawatan luka
Ayudita 89
DAFTAR PUSTAKA
Ayudita 90
BAB 8
PROBLEM SOLVING DENGAN PDCA
Oleh Hukmiyah Aspar
8.1 Pendahuluan
Pemecahan0masalah (problem solving) merupakan
bagian dari keterampilan atau kecakapan intelektual yang
dinilai sebagai hasil belajar yang penting dan signifikan dalam
proses pendidikan. Signifikasi kecakapan pemecahan masalah
itu dapat dilihat baik melalui banyaknya perhatian berbagai
aliran psikologi terhadap kecakapan intelektual ini,
tingginya0peringkat kecakapan itu dalam berbagai0 taksonomi
hasil belajar, maupun dari posisi kecakapan ini dalam
taksonomi0 desain pembelajaran. Terdapat banyak ragam
pengertian maupun klasifikasi masalah.
Dari segi cara pernyataannya masalah ada yang0 bersifat
kebahasaan (lingustik), dan masalah yang bersifat bukan
kebahasaan (non-linguistik). Dari segi perumusan, cara
menjawab dan kemungkinan jawabannya, masalah dapat
dibedakan menjadi masalah yang dibatasi dengan baik (well-
defined), dan masalah0 yang dibatasi tidak dengan baik (ill-
defined). Ada juga yang membedakan menjadi masalah
yang0well-structured (distrukturkan dengan baik) dan masalah
yang ill-structured (tidak distrukturkan dengan0baik).
Demikian0juga0terdapat0banyak0pendapat0tentang0po
ses pemecahan atas berbagai macam masalah yang ada
tersebut. Ada juga yang berpendapat bahwa proses pemecahan
atas masalah yang well defined maupun yang ill defined sama,
namun ada juga yang0berpendapat bahwa proses pemecahan
kedua jenis masalah di atas berbeda. Kemampuan problem
solving pada dasarnya merupakan hakikat tujuan pembelajaran
yang menjadi kebutuhan peserta didik dalam menghadapi
kehidupan nyata. Di dalam kehidupan sehari hari peserta didik
telah banyak dihadapkan dengan sebuah masalah baik di
lingkungan rumah, di sekolah ataupun di masyarakat.
Hukmiyah Aspar 91
Kurangnya kepercayaan yang diberikan kepada0peserta didik
di lingkungan keluarga untuk0menghadapi masalah-masalah
yang ada merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
peserta didik tidak terlatih untuk melakukan-problem0solving.
Selain0itu0kurangnya0pengalaman0yang0dimiliki0oleh
peserta didik dalam menghadapi masalah dalam kehidupan
sehari-hari juga faktor yang membuat susah terlaksananya
problem solving. Mutu pelayanan0dapat diketahui apabila
sebelumnya0telah dilakukan penilaian. Dalam0praktiknya
melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam
pelayanan kebidanan bersifat multi dimensional. Artinya setiap
orang dapat berbeda persepsi penilaiannya tergantung dari
dimensi penilaian yang dipakai. Salah0satu0cara untuk menilai
mutu pelayanan0adalah0dengan0PDCA0merupakan rangkaian
kegiatan0yang0terdiri0dari0perencanaan0kerja,0pelaksanaank
erja,0dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan
berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan
dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah0dalam
rangka peningkatan0mutu0pelayanan0kesehatan.
Dalam0sistem0tenaga0kesehatan0ini tidak luput
merupakan tugas untuk bagaimana membangun dengan
indikator Mutu pelayanan Kebidanan0maka kami membuat
suatu perencanaan didalamnya0penilaian Mutu Pelayanan
Kebidanan Berdasarkan Daftar Tilik, salah satunya kami
menggunakan0sistem0PDCA (Plan, Do,0Check,0 Action)0 yaitu
Rencanakan, Kerjakan, Cek,0Tindak0lanjuti.
Hukmiyah Aspar 92
8.2 Pengertian0Problem0Solving
Pemecahan0masalah0(problem0solving)0merupakan0ba
gian0dari keterampilan atau kecakapan intelektual yang dinilai
sebagai hasil belajar yang penting dan signifikan dalam proses
pendidikan. Signifikansi kecakapan pemecahan masalah itu
dapat dilihat baik dari banyaknya perhatian berbagai aliran
psikologi terhadap kecakapan intelektual ini, tingginya
peringkat kecakapan itu dalam berbagai taksonomi hasil
belajar, maupun dari posisi kecakapan ini dalam taksonomi
desain pembelajaran. Terdapat banyak ragam pengertian
maupun klasifikasi masalah.
Hukmiyah Aspar 93
untuk memecahkannya berdasarkan data serta informasi akurat
sehingga mampu mendapatkan kesimpulan dengan cermat dan
cepat.
Problem Solving PDCA merupakan penerapan 4 siklus
Plan-Do-Check-Action dalam penyelesaian masalah. Siklus PDCA
menyediakan Anda kerangka kerja mengevaluasinya secara
objektif. Secara objektif artinya berdasarkan data dan fakta.
Dengan menggunakan PDCA, perusahaan maupun
organisasi Anda dapat menciptakan sumber daya manusia yang
kritis, pembelajar dan problem solver terbaik. Setelah sebuah ide
terbukti efektif, ide tersebut dapat dijadikan standar
perusahaan.
Hukmiyah Aspar 94
8.4 Siklus PDCA
Hukmiyah Aspar 95
Tabel 4. Program Problem Solving PDCA
Hukmiyah Aspar 96
Siklus PDCA (Plan, Do, Check, Act) Berikut ini adalah
penjelasan singkat mengenai siklus PDCA (PDCA Cycle) :
a. PLAN (Merencanakan)
Tahap PLAN adalah tahap untuk menetapkan Target atau
Sasaran yang ingin dicapai dalam peningkatan proses
ataupun permasalahan yang ingin dipecahkan, kemudian
menentukan Metode yang akan digunakan untuk mencapai
Target atau Sasaran yang telah ditetapkan tersebut. Dalam
Tahap PLAN ini juga meliputi pembentukan Tim
Peningkatan Proses (Process Improvement Team) dan
melakukan pelatihan-pelatihan terhadap sumber daya
manusia yang berada di dalam Tim tersebut serta batas-
batas waktu (Jadwal) yang diperlukan untuk melakukan
perencanaan-perencanaan yang telah ditentukan.
Perencanaan terhadap penggunaan sumber daya lainnya
seperti biaya dan mesin juga perlukan dipertimbangkan
dalam Tahap PLAN ini.
b. DO (Melaksanakan)
Tahap DO adalah tahap penerapan atau melaksanakan
semua yang telah direncanakan di Tahap PLAN termasuk
menjalankan prosesnya, memproduksi serta melakukan
Hukmiyah Aspar 97
pengumpulan data (data collection) yang kemudian akan
digunakan untuk tahap CHECK dan ACT.
c. CHECK (Memeriksa)
Tahap CHECK adalah tahap pemeriksaan dan peninjauan
ulang serta mempelajari hasil-hasil dari penerapan di tahap
DO. Melakukan perbandingan antara hasil aktual yang telah
dicapai dengan Target yang ditetapkan dan juga ketepatan
jadwal yang telah ditentukan.
d. ACT (Tindakan)
Tahap ACT adalah tahap untuk mengambil tindakan yang
seperlunya terhadap hasil-hasil dari tahap CHECK. Terdapat
2 jenis Tindakan yang harus dilakukan berdasarkan hasil
yang dicapainya, antara lain :
Tindakan Perbaikan (Corrective Action) yang berupa
solusi terhadap masalah yang dihadapi dalam pencapaian
Target, Tindakan Perbaikan ini perlu diambil jika hasilnya
tidak mencapai apa yang telah ditargetkan.
Tindakan Standarisasi (Standardization Action) yaitu
tindakan untuk men-standarisasi-kan cara ataupun praktek
terbaik yang telah dilakukan, Tindakan Standarisasi ini
dilakukan jika hasilnya mencapai Target yang telah
ditetapkan.
Siklus tersebut akan kembali lagi ke tahap PLAN untuk
melakukan peningkatan proses selanjutnya sehingga terjadi
siklus peningkatan proses yang terus menerus (Continuous
Process Improvement).
Hukmiyah Aspar 98
2. Kita bisa mengambil tindakan koreksi dan perbaikan
berkelanjutan. Dengan data, kita mendapatkan track
record agar masalah yang sama tidak berulang.
3. Sesuai dengan namanya, siklus PDCA adalah siklus yang
dilakukan berulang ulang, dinamis dan improvement
pun pasti tercapai.
8.6 Kesimpulan
Problem0Solving0PDCA merupakan0penerapan empat
siklus Plan-Do-Check-Action dalam penyelesaian masalah. Siklus
PDCA menyediakan Anda kerangka kerja mengevaluasinya
secara0objektif. Secara objektif artinya berdasarkan data dan
fakta.
Dengan0menggunakan0PDCA,0perusahaan0maupun0or
ganisasi0Anda0dapat menciptakan sumber daya manusia yang
kritis, pembelajar dan problem solver terbaik. Setelah sebuah ide
terbukti efektif, ide tersebut dapat dijadikan standar
perusahaan.
PDCA0pertama0kali0diperkenalkan0oleh0Walter0Shew
hart pada tahun01930 yang0disebut0dengan0“Shewhart cycle“.
PDCA, singkatan0bahasa0Inggris dari "Plan, Do, Check, Action"
(Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti), adalah suatu0
proses pemecahan masalah empat langkah alternative yang0
umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya0
konsep ini dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming
yang kemudian dikenal dengan ” The Deming Wheel”. (Tjitro,
2009)
Hukmiyah Aspar 99
DAFTAR PUSTAKA
9.1 Pendahuluan
Menyampaikan berita buruk kepada klien dan keluarga
klien merupakan kemampuan komunikasi yang wajib dimiliki
oleh tenaga kesehatan termasuk seorang bidan dikarenakan
sering kali dijumpai kondisi buruk klien yang harus
diinformasikan oleh tenaga kesehatan. Tugas menyampaikan
berita buruk membutuhkan kesabaran dan keterampilan
komunikasi yang halus dengan pendekatan teknik empati yang
tepat (Rosenzweig, 2012).
Menyampaikan berita buruk adalah tugas multifaset
yang dapat dikelola dengan sukses jika dilakukan benar. Banyak
aspek interaksi dapat diprediksi, terutama jika pasien sudah
dalam praktik perawatan primer atau praktik khusus NP.
Strategi mental untuk tidak hanya menyampaikan informasi,
tetapi juga berurusan dengan emosi, keluarga, dan rencana
untuk perawatan dan dukungan lebih lanjut dapat lebih mudah
direncanakan ketika suatu hubungan telah sebelumnya telah
ditetapkan dengan pasien. Proses ini harus didekati dengan
memperhatikan pasien dan keluarga menerima berita ini.
9.3.1 Isi
Isi merupakan informasi apa saja yang dibicarakan serta
seberapa banyak informasi yang diberikan oleh tenaga
kesehatan. Poin ini berhubungan dengan asumsi bahwa klien
percaya atau tidak dengan kompetensi tenaga kesehatan di
bidangnya dan terkait pengetahuan tenaga kesehatan mengenai
perkembangan terbaru mengenai penyakit klien. Klien dengan
pendidikan lebih tinggi akan menginginkan mendapatkan isi
yang lebih banyak (Parker, et al., 2001). Klien dengan
kharakteristik usia muda, jenis kelamin wanita, dan memiliki
pendidikan tinggi dilaporkan memiliki kepercayaan terhadap
tenaga kesehatan yang merawat mereka, serta memiliki
keinginan untuk menginginkan informasi yang lebih detail terkait
kondisi penyakit, terapi, dan prognosisnya. Pasien dengan
tingkat kecemasan yang tinggi dan motivasi tinggi untuk
menjalankan terapi, juga menginginkan informasi yang lebih detail
(Maramis, 2009).
9.3.3 Fasilitas
Fasilitas adalah dimana dan kapan waktu penyampaian
berita buruk kepada klien dan keluarga. Dengan
Zulfa Mahdiatur Rasyida 109
memperhatikan privasi, atensi yang baik terhadap klien dan
keluarga ketika menginformasikan berita buruk, dan kecukupan
data untuk menyimpulkan situasi sebelum akhirnya tenaga
kesehatan menyampaikan berita buruk kepada kliean dan
keluarga. Diketahui bahwa pasien lebih muda, wanita dan
berpendidikan lebih tinggi bersama dengan pasien yang tidak
menjalani pengobatan aktif lebih mementingkan poin ini
(Fujimori, et al., 2016).
Keterangan :
Zulfa Mahdiatur Rasyida 111
0 Bila tidak dilakukan mahasiswa, atau sudah dilakukan tetapi
keliru
1) Bila sudah dilakukan mahasiswa tapi belum tepat
(meliputi diagnosis, prognosis, dan
penatalaksanaan)
2) Bila sudah dilakukan mahasiswa dan dianggap tepat
(minimal 75% tepat), meliputi diagnosis, prognosis,
dan penatalaksanaan
10.2.2 Tujuan
a. Untuk mengeluarkan cairan lambung (washing) dan gas
lambung (dekompresi)
b. Sebagai pencegahan mual dan muntah setelah proses
operasi atau trauma.
c. Irigasi yang disebabkan oleh perdarahan
d. Sebagai pemberian obat dan makanan ke lambung
e. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan laboratorium
10.2.4 Indikasi
a. Bayi dalam kondisi koma
b. Bayi yang mengalami penyempitan atau penyumbatan
saluran pencernaan
c. Bayi yang menggunakan alat bantu pernapasan
/ventilator
d. Bayi yang lahir prematur atau menderita kelainan
bawaan lahir
e. Pengambilan sampel isi lambung dan pengosongan
lambung, misalnya untuk mengeluarkan zat beracun
(Potter&Perry, 2006)
11.1 Pendahuluan
Manajemen bencana sebagai praktik dan profesi yang
berkembang pesat dan meningkat. Perubahan ini tidak
diragukan lagi didorong oleh kebutuhan modern
pemerintah dan organisasi non-pemerintah mengenai
satu atau lebih dari empat fase manajemen darurat:
mitigasi, kesiapsiagaan, respon, dan pemulihan.
3. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah obat tradisional yang telah teruji
khasiatnya melalui uji pra-klinis (pada hewan percobaan)
dan uji klinis (pada manusia) serta terbukti keamanannya
melalui uji toksisitas. Uji praklinik sendiri me;liputi
beberapa uji, yaitu: uji khasiat dan toksisitas, uji teknologi
farmasi untuk menentukan identitas atau bahan baku yang
terstandarisasi. Fitofarmaka diproduksi secara higienis,
bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan. Contoh:
Stimuno, Tensigard, Rheumaneer, X-gra dan Nodiar
(Rahayuda, 2016)
148
BIODATA PENULIS
149
BIODATA PENULIS
150
BIODATA PENULIS
151
BIODATA PENULIS
Syamsuriati
Dosen tetap di Universitas Megaerezky
152
Nasional dan internasional juga Pernah Mengikuti International
Research Conference ST. Paul University Phillipinness Tahun
2014, international Conference For Midwives (ICMID) Universitas
Padjajaran Bandung Tahun 2016, Conference Course for Cancer
Post Graduate Program Hasanuddin University, International
Conference on Environmental Risk And Public Health (ICERPH)
Tahun 2018, International Conference On Recent Advancement in
Medical Education, Nursing and Health Science tahun 2019, The
3rd International Conference on Women And Societal Perspective
On Quality Of Life (WOSQUAL) tahun 2021. Penulis menekuni
bidang menulis saat kuliah S3 tahun 2015.
153
BIODATA PENULIS
154
BIODATA PENULIS
155
BIODATA PENULIS
156
BIODATA PENULIS
157
BIODATA PENULIS
158
BIODATA PENULIS
159