Laporan Penelitian Sulfatasi Minyak Kedelai
Laporan Penelitian Sulfatasi Minyak Kedelai
Disusun Oleh:
Monika Rahayu
16/400151/TK/45165
Dosen Pembimbing :
Ir. Sofiyah, M.T.
Lisendra Marbelia, S.T., M.Sc., Ph.D.
LAPORAN PENELITIAN
Disusun Oleh :
Monika Rahayu
NIM : 16/400151/TK/45165
ii
PRAKATA
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
INTISARI
Minyak kedelai banyak mengandung asam lemak tak jenuh yaitu sekitar
85% dari total asam lemak yang terkandung dalam minyak kedelai, sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai surfaktan dengan cara proses sulfatasi. Tujuan
penelitian ini adalah mempelajari pengaruh perbandingan reaktan pada reaksi
sulfatasi minyak kedelai dan menguji kemampuan minyak hasil sulfatasi dalam
menurunkan tegangan muka air.
Suhu reaksi sulfatasi dijaga 20oC, dengan variasi perbandingan ekivalen
pereaksi dari 1:1, 1.1:1, 1.2:1, 1.3:1, dan 1.4:1 mgek H2SO4/mgek minyak kedelai
dengan waktu reaksi 60 menit. Percobaan dimulai dengan mereaksikan minyak
kedelai dan asam sulfat 98% dengan kecepatan penambahan asam sulfat konstan
kemudian hasil minyak sulfat dipisahkan dari zat-zat organiknya, kemudian
dinetralkan dengan NaOH dan dianalisis bilangan iod nya. Selanjutnya minyak
sulfat hasil sulfatasi diuji kemampuannya untuk menurunkan tegangan muka air.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar perbandingan
ekivalen pereaksi, nilai bilangan iod semakin kecil. Nilai bilangan iod terendah
yaitu 101.1864 g iod/100 g minyak diperoleh pada perbandingan ekivalen
pereaksi 1.3:1 mgek H2SO4/mgek minyak kedelai, dengan suhu 20oC dan waktu
reaksi 60 menit. Minyak kedelai tersulfatasi dapat menurunkan tegangan muka air
sebesar 62.50%.
v
ABSTRACT
Soybean oil contains lots of unsaturated fatty acid (85%), so that can be
converted to surfactant by sulfation process. The purpose of this research was to
study the effect of the sulfation reaction time on oil in the sulfation process and
verify the ability of the sulfated oil in decreasing the surface tension of water.
The experiment was carried out at a temperature of 20oC, reaction time of
of 60 minute, and variations in equivalent ratio from 1:1;1.1:1;1.2:1;1.3:1; and
1.4:1 mgeqH2SO4/mgeq oil. The experiment was done by reacting soybean oil
with concentrated sulfuric acid that was added at a constant rate. The sulfated oil
was separated from its organic compound and then neutralized using sodium
hydroxide solution and analyzed its iodine number. After that, sulfated oil was
tested its capability to decrease the surface tension of water.
The results showed that the greater the equivalent ratio of reactant caused
the value iodine numbers are getting smaller. The lowest iodine number is
101.1864 g iod/100 g oil which obtained at a equivalent ratio of 1.3:1 mgek
H2SO4/mgek soybean oil, with a temperature of 20oC and with a reaction time of
60 minutes. The sulfated soybean oil can decrease the surface tension of water as
much as 62.50%.
vi
PENGANTAR
Latar Belakang
Surfaktan (surface active agent) adalah zat yang dapat menurunkan
tegangan antar muka, antara minyak dan air karena strukturnya yang amphifilik,
yaitu adanya gugus hidrofilik yang bersifat mudah larut dalam air, dan gugus
hidrofobik yang bersifat mudah larut dalam minyak (Cullum, 1993).
Pada aplikasinya, surfaktan digunakan dalam produk kosmetik, farmasi,
tekstil, industri pembersih, dan industri petroleum. Surfaktan juga dapat
digunakan sebagai bahan pencuci karena mengandung zat antikuman yang
membuat surfaktan banyak digunakan di rumah sakit (Rachim dkk., 2012).
Surfaktan yang biasa digunakan adalah petroleum sulfonate yang merupakan
turunan dari minyak bumi. Kelemahan surfaktan tersebut adalah sifatnya yang
tidak terbarukan dan tidak ramah lingkungan. Sehingga banyak dilakukan
pengembangan pembuatan surfaktan dari minyak nabati, karena sifatnya yang
terbarukan, ramah lingkungandan limbah yang dihasilkan mudah terdegradasi.
Surfaktan dari minyak nabati juga bisa menguntungkan Indonesia karena
Indonesia adalah negara agraris yang termasuk salah satu negara penghasil
minyak nabati terbesar di dunia. Ditunjukkan dengan data produksi minyak nabati
di beberapa negara pada tahun 2015, Indonesia memiliki jumlah terbesar dengan
33 juta ton diikuti Malaysia dengan jumlah 21.25 juta ton dan Thailand dengan
jumlah 2.25 juta ton.
Produksi minyak nabati terbesar di dunia adalah minyak sawit dengan 35%,
kemudian diikuti minyak kedelai dengan 27%, selanjutnya minyak canola dengan
15% pada tahun 2011. Minyak kedelai adalah minyak nabati yang diproduksi
terbesar ke dua di dunia. Pada tahun 1961, produksi minyak kedelai di dunia
adalah 3 juta ton dan pada tahun 2011 produksi minyak kedelai di dunia mencapai
41.6 juta ton (Koushki dkk., 2015).
Shabrina (2015) melakukan penelitian mengenai sulfatasi minyak kelapa
sawit dengan pengujian kadar SO3 terikat dan penurunan tegangan muka air.
Amrullah(2018) melakukan penelitian mengenai sulfatasi minyak dedak padi
1
dengan pengujian kadar SO3 terikat dan penurunan tegangan muka. Nasir (2012)
melakukan penelitian mengenai sulfatasi minyak jagung dengan pengujian kadar
SO3 terikat. Penelitian yang akan dilakukan adalah sulfatasi minyak kedelai
dengan variasi perbandingan reaktan, pengujian bilangan iod dan penurunan
tegangan muka air. Dari penelitian ini dapat diketahui pengaruh perbandingan
reaktan terhadap jumlah ikatan rangkap yang bereaksi dan besar penurunan
tegangan muka air.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh perbandingan reaktan pada reaksi sulfatasi minyak
kedelai terhadap penurunan bilangan iod minyak kedelai.
2. Menguji apakah minyak sulfat yang dihasilkan dari proses sulfatasi minyak
kedelai dapat menurunkan tegangan muka air.
Tinjauan Pustaka
Lemak dan minyak termasuk golongan lipida. Salah satu sifatnya adalah
larut dalam pelarut organik (misalnya ether, benzene, chloroform) dan tidak larut
dalam pelarut air. Salah satu kelompok lipida yang banyak dimanfaatkan adalah
kelompok trigliserida yang merupakan senyawa hasil kondensasi satumolekul
gliserol dengan tiga molekul asam lemak (Rohman dan Sumantri, 2017).
Kandungan asam lemak dalam minyak nabati berbeda-beda, tergantung dari
jenisnya. Minyak kelapa sawit mengandung 51% asam lemak jenuh dan 49%
asam lemak tak jenuh. Minyak kedelai mengandung 15% asam lemak jenuh dan
85% asam lemak tak jenuh. Minyak jagung mengandung 13% asam lemak jenuh
dan 87% asam lemak tak jenuh.Asam lemak tak jenuh menunjukkan jumlah
ikatan rangkapnya. Semakin banyak asam lemak tak jenuhnya maka semakin
besar jumlah ikatan rangkapnya (Gunstone, 2002).
Asam lemak dalam minyak kedelai sebagian besar terdiri dari asam lemak
esensial seperti yang ditunjukkan pada daftar I dan sifat fisisnya dapat dilihat pada
daftar II di bawah ini:
2
Daftar I. Komposisi Asam Lemak Minyak Kedelai
Asam Lemak Nilai , %
Asam lemak tak jenuh 85
1. Asamlinoleat 15-64
2. Asamoleat 11-60
3. Asamlinolenat 1-12
Asam lemak jenuh 15
1. Asam palmitat 7-10
2. Asam stearat 2-5
3. Asam arschidat 0.2-1
Sifat Nilai
Bilangan asam 0.3-3.000
Bilangan penyabunan 189-195
Bilangan iod 117-141
Bilangan hidroksil 4-8
Dari daftar di atas minyak kedelai memiliki bilangan iod sebesar 117-141.
Bilangan iod menyatakan derajat ketidakjenuhan dari minyak yang dapat
menunjukkan banyaknya ikatan rangkap pada minyak tersebut. Kandungan asam
lemak tidak jenuh yang tinggi dan bilangan iod yang besar membuat minyak
kedelai ini sangat cocok untuk pembuatan minyak sulfat dengan reaksi sulfatasi
(Rahayu dan Nofela, 2014). Minyak sulfat adalah minyak nabati yang direaksikan
dengan asam sulfat atau gas SO3 untuk mendapatkan minyak yang dapat teremulsi
dalam air. Penambahan asam sulfat dilakukan secara perlahan dan suhu reaksi
harus dikontrol < 28ºC. Minyak sulfat hasil reaksi dicuci menggunakan larutan
garam untuk menghilangkan kelebihan asam bebas, selanjutnya minyak sulfat
dinetralisasi menggunakan NaOH (Kasmudjiastuti dkk., 2018).
3
Minyak sulfat diperoleh dari reaksi sulfatasi atau sulfonasi minyak nabati.
Reaksi dapat dijalankan jika minyak memiliki asam lemak yang berikatan ganda
atau gugus hidroksil. Reaksi antara asam sulfat dengan minyak dapat ditulis
menurut persamaan :
Pada reaksi sulfatasi (1), asam sulfat akan menyerang ikatan rangkap
(reaksi adisi), sedangkan pada reaksi sulfonasi (2), gugus sulfonat akan
menggantikan gugus hidroksil atau atom H dalam ikatan asam lemak (reaksi
subtitusi). Reaksi sulfonasi (2) lebih sukar terjadi daripada reaksi sulfatasi (1),
apabila pereaksinya adalah H2SO4. Apabila pereaksi yang digunakan adalah
oleum (SO3) maka keduanya dapat terjadi dengan mudah (Bailley, 1945).
Selain itu, minyak kedelai memiliki kandungan asam lemak tak jenuh yang
tinggi, sehingga lebih mudah dilakukan reaksi sulfatasi.
Reaksi Sulfatasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah
waktu reaksi, konsentrasi pereaksi, perbandingan pereaksi, dan suhu reaksi.
Waktu reaksi akan mempengaruhi hasil dari reaksi, dimana semakin
panjang waktu reaksi maka konversi akan semakin besar, namun jika waktu
reaksi terlalu lama maka sebagian hasil akan mengalami kerusakan dan
konversi menurun (Groggins, 1958). Pada reaksi sulfatasi minyak jagung,
kadar SO3 terikat yang diperoleh dalam waktu reaksi 120 menit adalah 5.70%,
sedangkan dalam waktu 30 menit yaitu sebesar 4.85% (Nasir, 2012).
4
Konsentrasi zat pereaksi yang semakin tinggi akan mempercepat reaksi
sulfatasi. Pada reaksi sulfatasi umumnya digunakan asam sulfat pekat (93-94%)
(Groggins, 1958). Pada reaksi sulfatasi minyak sawit, kadar SO3 pada penggunaan
asam sulfat 96% sebesar 2.9291%, dan terus menurun seiring berkurangnya
konsentrasi asam sulfat. Dengan kadar SO3 terendah sebesar 0.0712% pada
penggunaan asam sulfat 70% (Shabrina, 2015).
Perbandingan zat pereaksi yaitu perbandinganekivalen antara asam
sulfat dengan minyak nabati dapat menggeser kesetimbangan ke kanan bila
perbandingan dibuat lebih besar dari stoikiometri. Apabila asam sulfat yang
digunakan terlalu berlebihan dapat menyebabkan pengarangan (Groggins, 1958).
Pada reaksi sulfatasi minyak dedak padi, kadar SO3 terikat yang diperoleh pada
perbandingan pereaksi 1 adalah 0.39%, dan terus meningkat seiring bertambahnya
perbandingan pereaksi. Untuk perbandingan pereaksi 1.4 diperoleh kadar SO3
terikat sebesar 1.17% (Amrullah, 2018).
Suhu reaksi yang semakin tinggi mengakibatkan kecepatan reaksi
meningkat tetapi proses akan bergeser ke arah reaktan dikarenakan reaksi sulfatasi
bersifat eksotermis, sehingga reaksi sulfatasi umumnya dilakukan pada suhu yang
rendah.Pada reaksi sulfatasi minyak sawit, kadar SO3 terikat tertinggi didapatkan
pada suhu rendah 20oC yaitu sebesar 0.62% (Rusydania, 2009).
Minyak sulfat terdiri dari bahan lemak netral yaitu gliserida yang tidak
bereaksi, digliserid dan glicerida sulfat, serta asam lemak sulfat yang memiliki
sifat surfaktan. Surfaktan (Surface Active Agent) adalah molekul yang mempunyai
sifat hidrofilik dan hidrofobik. Sehingga surfaktan membagi antar permukaan
antara fase cair yang mempunyai derajat polaritas yang berbeda. Salah satu
karakteristiknya adalah dapat menurunkan tegangan permukaan suatu larutan,
membentuk dan menjaga kestabilan emulsi (Cullum,1993).
5
Gambar 1. Struktur Molekul Surfaktan
6
CARA PENELITIAN
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Minyak kedelai kemasan yang diperoleh dari MIROTA KAMPUS Jl. C.
Simanjuntak, Yogyakarta. Minyak kedelai tersebut memiliki kadar air sebesar
0.1375 %, rapat massa 0.9135 g/mL, ekivalen asam lemak bebas (EALB)
sebesar 0.0523 mgek/g minyak dan ekivalen asam lemak total (EALT) sebesar
3.3512 mgek/g minyak, serta bilangan iod 126.4692 g iod/100 g minyak..
2. Asam sulfat pekat 98%, diperoleh dari Laboratorium Teknik Reaksi Kimia
dan Katalisis, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Gadjah Mada, digunakan sebagai pereaksi..
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini berupa gelas beker yang dilengkapi
dengan pengaduk listrik, thermometer, pengumpan asam sulfat, dan baskom
pendingin yang dirangkai seperti pada Gambar 2. Pengukuran tegangan muka
dilakukan dengan metode kenaikan pipa kapiler dengan rangkaian yang tertera
pada Gambar 3.
Keterangan :
1. Gelas beker
2. Pengaduk
3. Termometer
4. Motor pengaduk
5. Pengumpan H2SO4
6. Pendingin
7
Keterangan :
1. Gelas beker
2. Pipa kapiler
3. Penggaris
4. Larutan minyak sulfat/aquadest
Cara penelitian
Minyak kedelai sebanyak 30 mL dimasukkan ke dalam gelas beker
yang ditempatkan di dalam baskom berisi air es untuk mendapatkan dan
mempertahankan suhu operasi yang diinginkan. Termometer dipasang pada
gelas beker, dipastikan tercelup di dalam larutan. Pengaduk listrik dipasang
dan dinyalakan dengan kecepatan 500 rpm, larutan H2SO4 diteteskan perlahan
ke dalam gelas beker menggunakan corong pemisah dengan laju tertentu.
Konsentrasi larutan H2SO4 yang digunakan adalah 98%. Selama proses
sulfatasi berlangsung, suhu operasi dijaga konstan 20⁰C. Waktu reaksi
dijalankan untuk 60 menit. Percobaan dilakukan untuk perbandingan reaktan
minyak kedelai : larutan H2SO4 adalah 1; 1.1; 1.2; 1.3 dan 1.4 mgek
H2SO4/mgek minyak kedelai. Minyak sulfat yang dihasilkan ditimbang,
kemudian ditambahkan larutan Na2SO4 8% sebanyak 120 mL, kemudian
campuran diaduk kembali selama 15 menit. Minyak lalu dipisahkan dari
senyawa anorganiknya dengan corong pemisah. Minyak yang dihasilkan
ditimbang, kemudian dinetralkan dengan larutan NaOH 0.5 N yang
dimasukkan tetes demi tetes serta diaduk dengan magnetic stirrer, lalu
dibiarkan selama waktu tertentuhingga terjadi pemisahan sempurna. Minyak
yang dihasilkan ditimbang. Jumlah ikatan rangkap yang dimiliki dapat di
ukur dengan uji bilangan iodin. Uji bilangan iodin dilakukan pada minyak
kedelai sebelum reaksi dan minyak sulfat yang dihasilkan. Minyak kedelai
tersulfatasi hasil proses diuji kemampuannya untuk menurunkan tegangan
muka air.
8
Analisis Hasil
Analisis Bilangan Iod
Jumlah ikatan rangkap dalam minyak kedelai dapat ditunjukkan dengan
besarnya nilai bilangan iod. Nilai bilangan iod didapatkan dari titrasi
iodometri cara Hanus dengan natrium tiosulfat dan indikator amilum.Minyak
sulfat hasil reaksi sebanyak 0.25 gram di larutkan dalam 10 mL chloroform,
sebanyak 25 mL larutan Hanus di tambahkan kedalam larutan tersebut dan
digojog hingga tercampur. Larutan didiamkan dalam tempat gelap tertutup
selama 1 jam. Larutan KI 15% sebanyak 10 mL dan aquadestsebanyak 100
mL ditambahkan ke dalam larutan yang sudah didiamkan. Larutan kemudian
dititrasi dengan natrium tiosulfat yang sudah distandardisasidan indikator
yang digunakan adalah amilum.
Bilangan iod dapat dihitung dengan persamaan (Paquot, 1979):
( )
(3)
(4)
9
dengan,
ɣ = tegangan muka, dyne/cm
ρ = densitas larutan, g/cm3
g = gaya gravitasi, 981 cm/s2
R = jari-jari pipa kapiler, cm
h = beda ketinggian, cm
ϴ = sudut kontak
( ) (5)
dengan,
∆ɣ= persen penurunan tegangan muka cairan, %
ɣ= tegangan muka aquadest setelah penambahan minyak sulfat, dyne/cm
ɣ0= tegangan muka aquadest, dyne/cm
10
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
11
Daftar III. Pengaruh Perbandingan Ekivalen Pereaksi terhadap Penurunan
Bilangan Iod
(Minyak kedelai 27.4 gram, suhu 17-23oC, laju penambahan
asam 25-33 menit, waktu reaksi 60 menit)
Perbandingan ekivalen
Bilangan iod,
pereaksi Penurunan bilangan
g iod/100 g minyak
(mgek H2SO4/mgek minyak) iod, %
1 117.4230 7.15
1.1 110.2469 12.82
1.2 104.7715 17.15
1.3 101.1864 19.99
1.4 102.9461 18.59
120
Bilangan Iod, g iod/100 g minyak
118
116
114
112
110
108
106
104
102
100
0 1 2 3 4 5 6
12
Daftar III dan gambar 4 menunjukkan kecenderungan penurunan bilangan
iod minyak kedelai hasil sulfatasi pada perbagai perbandingan ekivalen pereaksi.
Dari tabel dan gambar tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar perbandingan
pereaksi maka semakin rendah bilangan iod minyak kedelai hasil sulfatasi.
Bilangan iod menyatakan derajat ketidakjenuhan minyak yang dapat
menunjukkan banyaknya ikatan rangkap pada minyak tersebut. Ikatan rangkap
yang terdapat pada asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak mampu menyerap
sejumlah iod atau bereaksi dengan senyawa-senyawa iod. Penurunan bilangan iod
tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak ikatan rangkap dalam minyak yang
dapat teradisi oleh asam sulfat. Perbandingan pereaksi yang semakin besar akan
meningkatkan kesempatan antar zat pereaksi untuk saling bertumbukan dan
bereaksi, sehingga dapat menggeser reaksi ke arah kanan. Akibatnya konversi
minyak kedelai menjadi minyak sulfat semakin tinggi, dan bilangan iod minyak
hasil sulfatasi semakin rendah.
Berdasarkan data hasil penelitian, untuk perbandingan ekivalen pereaksi
sebesar 1 hingga 1.3 mgek H2SO4/mgek minyak menunjukkan kecenderungan
penerunan bilangan iod minyak kedelai tersulfatasi. Hal tersebut menunjukkan
bahwa reaksi antara minyak kedelai dan asam sulfat berlangsung dengan baik dan
sejumlah ikatan rangkap pada minyak kedelai dapat teradisi oleh asam sulfat.
Namun, bila perbandingan ekivalen pereaksi terlalu besar, maka hasil reaksi dapat
mengalami kerusakan. Hal tersebut dapat terjadi karena semakin banyak asam
sulfat yang kontak dengan minyak sehingga ada kemungkinan asam sulfat
mengoksidasi minyak menyebabkan pengarangan yang dapat menurunkan
kualitas hasil reaksi. Penurunan bilangan iod terbesar diperoleh pada
perbandingan ekivalen pereaksi 1.3 mgek H2SO4/mgek minyak. Berdasarkan hasil
penelitian, perbandingan ekivalen pereaksi 1.4 mgek H2SO4/mgek minyak
menunjukkan penurunan bilangan iod yang kurang signifikan bila dibandingkan
waktu sulfatasi perbandingan ekivalen pereaksi 1.3 mgek H2SO4/mgek minyak.
Penelitian ini menunjukkan kecenderungan yang sama seperti yang
diperoleh pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Amrullah (2018)
tentang sulfatasi minyak dedak padi. Penelitian yang dilakukan Amrullah (2018)
13
adalah dengan menganalisis % SO3 terikat pada sampel hasil proses sulfatasi.
Bila % SO3 terikat makin tinggi berarti ikatan rangkap dalam minyak yang
teradisi semakin banyak yang artinya nilai bilangan iod semakin turun. Penelitian
sulfatasi minyak dedak padi yang dilakukan oleh Amrullah (2018) menggunakan
minyak dedak padi 50 gram, suhu ±20oC, waktu reaksi 50 menit menunjukkan
hasil bahwa pada kisaran perbandingan ekivalen pereaksi 1-1.3 mgek
H2SO4/mgek minyak nilai %SO3 terikat semakin besar, sedangkan pada
perbandingan ekivalen pereaksi 1.4 mgek H2SO4/mgek minyak jumlah %SO3
terikat mengalami penurunan karena asam sulfat yang berlebihan dapat
mengoksidasi minyak dan menyebabkan terjadinya pengarangan. Hal ini bisa
dilihat dari hasil proses yang warnanya lebih gelap. Kecenderungan yang sama
juga diperoleh pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Setyawan (2006)
tentang sulfatasi minyak jarak kepyar.
Hasil penelitian sulfatasi pada berbagai minyak nabati dapat memberikan
kadar SO3 terikat yang berbeda-beda tergantung kondisi proses dan jenis minyak
yang digunakan. Hasil penelitian sulfatasi sebelumnya dapat dilihat pada Daftar
IV.
14
3) = hasil penelitian sulfatasi minyak wijen (Ludvi, 2014)
4) = hasil penelitian sulfatasi minyak jagung (Nasir, 2012)
5) = hasil penelitian sulfatasi minyak jarak kepyar (Setiyawan, 2006)
Dari daftar IV di atas, dapat diamati bahwa minyak sulfat hasil sulfatasi
minyak dedak padi menghasilkan kadar SO3 terikat sebesar 1.35% pada
perbandingan pereaksi 1.3:1 (Amrullah, 2018), minyak sawit sebesar 0.62% pada
perbandingan pereaksi 2:1 (Rusydania, 2009), minyak wijen sebesar 1.68% pada
perbandingan pereaksi 1:1 (Ludvi, 2014), minyak jagung sebesar 5.70% pada
perbandingan pereaksi 1:1 (Nasir, 2012), dan minyak jarak kepyar sebesar 3.21%
pada perbandingan pereaksi 1.06:1 (Setiyawan, 2006). Penelitian ini mengamati
pengaruh perbandingan pereaksi proses sulfatasi minyak sama seperti yang
dilakukan oleh Amrullah (2018) pada proses sulfatasi minyak dedak padi.
Perbandingan pereaksi yang relatif baik yang didapat oleh Amrullah (2018)
adalah 1.3 dengan nilai %SO3 terikat sebesar 1.35%.
Meskipun demikian untuk bisa membandingkan dengan lebih baik dan
lebih akurat maka kondisi operasi untuk proses sulfatasi terhadap masing-masing
minyak harusnya sama semua, sedangkan pada peneltian sulfatasi pada berbagai
jenis minyak yang sudah dilakukan adalah berbeda-beda.
Dari penelitian ini dan kelima penelitian sebelumnya diperoleh
kecenderungan yang sama yaitu jika semakin besar perbandingan ekivalen
pereaksi maka semakin tinggi kadar SO3 terikat pada minyak sulfat, akan tetapi
jika penggunaan asam sulfat berlebih (yang nilainya berdeda-beda pada masing-
masing minyak nabati) maka sebagian minyak bisa teroksidasi oleh asam sulfat
yang berlebih sehingga bisa menurunkan nilai %SO3 terikat. Sehingga, semakin
besar nilai bilangan iodin suatu minyak maka semakin besar nilai %SO3 terikat.
Semakin rendah bilangan iod minyak sulfat, semakin banyak bagian yang bersifat
polar sehingga semakin baik untuk dijadikan sebagai surfaktan. Hal itu dibuktikan
dengan hasil penelitian yang ditunjukkan pada daftar V dan gambar 5 tentang
hubungan antara bilangan iod minyak sulfat dengan penurunan tegangan muka air.
15
Penurunan Tegangan Muka Air
Untuk mengetahui apakah hasil proses bisa dipakai untuk menurunkan
tegangan muka air, maka dilakukan pengukuran tegangan muka aquades saja dan
aquades yang diberi sejumlah tertentu minyak sulfat hasil proses. Ada beberapa
metode yang dapat digunakan untuk mengukur tegangan muka cairan, salah
satunya adalah metode kenaikan pipa kapiler. Metode ini memerlukan alat-alat
yang sederhana tetapi ketelitian pengukurannya cukup rendah. Karena alat yang
tersedia di laboratorium hanya alat ini, maka pengukuran tegangan muka
dilakukan dengan metode ini. Mula-mula dilakukan dulu pengukuran tergangan
muka aquades, selanjutnya aquades sebanyak 50 mL ditambah dengan 1 gram
minyak sulfat lalu diukur tengangan mukanya. Demikian juga dengan 50 mL
aquades yang ditambah 2 gram minyak sulfat hasil reaksi. Hasil penurunan
tegangan muka aquadest dengan penambahan 1 gram dan 2 gram minyak sulfat
ke dalam 50 mL aquades dapat dilihat pada daftar V.
16
70
60
55
50
2 gram minyak
45 1 gram minyak
40
35
30
100 105 110 115 120
Bilangan Iod, g iod/100 g minyak
Dari daftar V dan gambar 5 dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan
penurunan tegangan muka pada penambahan 1 g dan 2 g minyak sulfat hasil
reaksi ke dalam 50 mL air. Hasil penelitian ini juga menunjukkan kecenderungan
bahwa semakin rendah bilangan iod minyak sulfat maka penurunan tegangan
muka air semakin besar. Karena itu bisa dikatakan bahwa nilai bilangan iod
minyak sulfat bisa menunjukkan banyaknya surfaktan yang terbentuk. Semakin
banyak surfaktan terbentuk, maka semakin banyak gugus hidrofilik yang dapat
berikatan dengan molekul air sehingga menurunkan gaya kohesif antar molekul
air. Gaya kohesif antar molekul air yang semakin rendah maka dapat menurunkan
tegangan permukaan air. Akan tetapi, pada minyak sulfat dengan bilangan iod
sebesar 104.7715 menunjukkan hasil penurunan tegangan muka air yang sama
yaitu 62.50% dengan minyak sulfat dengan bilangan iod sebesar 101.1864 dan
102.9461. Hal ini dapat terjadi juga karena ketelitian pengukuran dengan metode
kenaikan pipa kapiler sangat terbatas, sehingga pengamatan melalui metode
tersebut sangat sulit dilakukan mengingat skala yang dipakai pada penggaris
terbatas. Kesalahan dalam pengukuran dapat menyebabkan hasil tegangan muka
menyimpang dari nilai yang sebenarnya.
17
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Chemical Engineering University of Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
Rohman, A., dan Sumantri, 2018, Analisis Makanan, UGM PRESS, Yogyakarta.
Rusydania, A.A., 2009, Pembuatan Surfaktan dengan Sulfatasi Minyak Sawit,
Departemen Teknik Kimia-FT-UGM, Yogyakarta.
Sabrina, Aulia., 2015, Laporan penelitian pengaruh konsentrasi asam sulfat terhadap
sulfatasi minyak kelapa sawit, Departemen Teknik Kimia-FT-UGM,
Yogyakarta.
Setiyawan, I., 2006, Pengaruh Perbandingan Pereaksi dan Waktu Reaksi Terhadap
Sulfatasi Minyak Jarak, Laporan Penelitian Laboratorium Teknik Kimia dan
Katalisis, Departemen Teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Texter, J., 2001, Reactions And Synthesis In Surfactant Systems, CRC Press, New
York.
20
LAMPIRAN
LAMPIRAN I
ANALISIS BAHAN BAKU
LAMPIRAN II
PERHITUNGAN VOLUME REAKTAN H2SO4
LAMPIRAN III
ANALISIS HASIL
21
LAMPIRAN I
dengan,
m1 = massa botol timbang yang berisi minyak sebelum dioven, gram
m2 = massa botol timbang yang berisi minyak setelah dioven, gram
mb = massa botol timbang kosong setelah dioven, gram
22
Daftar VI. Data Hasil Pengukuran Kadar Air Minyak Kedelai:
sampel m1, gram m2, gram mb,gram kadar air, %
23
diulangi hingga diperoleh dua data percobaan. Normalitas HCl
dihitung dengan persamaan berikut:
(7)
24
VHCl = volume larutan HCl untuk titrasi, mL.
25
(9)
(10)
26
Sebanyak 20.7 mLlarutan HCL 37% dimasukkan ke dalam gelas
beker berisi aquadest 50 mL. Larutan diaduk kemudian dimasukkan ke
dalam labu ukur 500 mL dan ditambahkan aquadest hingga tanda batas.
Larutan digojog hingga larutan homogen.
c. Standardisasi larutan HCl 0.5 N dengan boraks
Boraks diambil sebanyak 1 gram dan ditimbang dalam gelas arloji
dengan neraca analitis digital. Boraks yang telah ditimbang
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dengan bantuan corong gelas. Sisa
boraks yang menempel pada gelas arloji dibersihkan dengan aquadest
sebanyak 50 mL. Erlenmeyer digojog hingga homogen. Methyl orange
ditambahkan sebanyak 3 tetes ke dalam Erlenmeyer. Buret diisi
dengan larutan HCl 0.5 N sampai tanda batas. Larutan boraks dititrasi
dengan larutan HCl 0.5 N hingga titik ekivalen tercapai. Volume HCl
yang diperlukan dicatat. Percobaan diulangi hingga diperoleh tiga data
percobaan. Normalitas HCl dihitung dengan persamaan berikut:
(11)
27
Normalitas HClrata-rata = = 0.4697 N
(13)
28
Daftar XI. Data Hasil Perhitungan Ekivalen Asam Lemak Total
sampel msampel, gram VHCl sampel, mL VHCl blangko, mL NHCl, N EALT
29
Sebanyak 1.2 gram K2Cr2O7 pditimbang dalam gelas arloji dengan
menggunakan neraca analitis digital. Gelas beker diisi dengan
aquadest sebanyak 50 mL dan ditambahkan K2Cr2O7 ke dalamnya.
Larutan diaduk hingga larut kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur
250 mL. Aquadest ditambahkan ke dalam labu ukur hingga tanda batas.
Larutan digojog hingga homogen. Normalitas K2Cr2O7 dihitung
dengan persamaan berikut:
(14)
= 0.0980 N
30
amilum sampai larutan menjadi biru. Titrasi dilanjutkan hingga larutan
berubah warna menjadi hijau kebiruan. Volume larutan Na2S2O3.5H2O
yang diperlukan dicatat. Percobaan dilakukan dengan cara yang sama
hingga diperoleh 3 data percobaan. Normalitas Na2S2O3.5H2O
sebenarnya dihitung dengan persamaan berikut:
(15)
= 0,0988 N
31
blangko dengan langkah yang sama tanpa ditambahkan minyak.
Bilangan iod dihitung dengan persamaan berikut:
( )
(16)
( )
g iod/100 g minyak
( )
g iod/100 g minyak
g iod/100 g minyak
32
LAMPIRAN II
H2SO4 =
33
LAMPIRAN III
ANALISIS HASIL
1. Analisis Bilangan Iod
Minyak hasil sulfatasi ditimbang dalam erlenmeyer sebanyak 0.2 gram,
kemudian ditambahkan 15 mL chloroform serta ditambahkan 25 mL reagen
wijs. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam tempat gelap selama 1 jam.
Kemudian ditambahkan 20 mL larutan KI 15% dan 80 mL aquadest. Larutan
dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0.1 N dengan cepat sampai berubah
warna menjadi kuning jerami. Kemudian ditambahkan indikator amilum dan
dititrasi kembali secara perlahan sampai warna bening. Pembanding
digunakan larutan blangko dengan prosedur yang sama tanpa ditambahkan
minyak. Jumlah bilangan iod dihitung dengan persamaan berikut:
( )
(3)
34
( )
g iod/100 g minyak
Daftar XV. Data Hasil Perhitungan Bilangan Iod Hasil Sulfatasi Pada
Berbagai Perbandingan Ekivalen Reaktan
bilangan
Perbandingan bilangan iod
berat iod, g
ekivalen, mgek sampel V1, N1, V2, N2, rata rata,
sampel, iod/100 g
H2SO4/mgek ke- mL N mL N g iod/ 100 g
gram minyak
minyak minyak
35
2. Analisis Tegangan Muka Cairan
Penurunan tegangan muka dilakukan dengan metode kenaikan pipa
kapiler. Sebanyak 2 gram minyak sulfat hasil sulfatasi dilarutkan dalam 50 mL
aquadest dalam gelas beker. Pipa kapiler dan penggaris dimasukkan ke dalam
gelas beker dan ditarik ke atas secara perlahan sampai ketinggian cairan dalam
pipa kapiler konstan. Tinggi kenaikan aquadest diukur menggunakan
penggaris dari permukaan larutan. Percobaan diulangi dengan 1 gram minyak
sulfat dilarutkan dalam dalam 50 mL aquadest dalam gelas beker. Tengangan
muka dihitung dengan persamaan berikut :
(4)
( ) (5)
dengan,
∆γ = persen penurunan tegangan muka cairan.
γ = tegangan muka aquadest setelah penambahan minyak sulfat,dyne/cm.
γ0 = tegangan muka aquadest, dyne/cm.
36
γ =
γ = 71.6915 dyne/cm
Rasio
Massa Penurunan
Ekivalen 𝞬,
Minyak h, cm Tegangan
(Minyak : dyne/cm
Sulfat, gram Muka, %
H2SO4)
1:1 2.0353 0.50 44.8071 37.20
1:1 1.0207 0.50 44.8071 37.20
1 : 1.1 2.0119 0.40 35.8457 50.00
1 : 1.1 1.0223 0.40 35.8457 50.00
1 : 1.2 2.0344 0.30 26.8843 62.50
1 : 1.2 1.0701 0.30 26.8843 62.50
1 : 1.3 2.0216 0.30 26.8843 62.50
1 : 1.3 1.0094 0.30 26.8843 62.50
1 : 1.4 2.0096 0.30 26.8843 62.50
1 : 1.4 1.0591 0.30 26.8843 62.50
37