Tugas Hukum Acara Pidana Kel 3
Tugas Hukum Acara Pidana Kel 3
Kelompok 3
Disusun oleh:
1 Haikal Wisnu Saputra 1312200189
2 Destito Kristian Hekar 1312200219
3 Akbar Putra Pradana 1312200255
4 Tejo Steven Timotius 1312200257
5 Teuku Mohammad Fadhil 1312200297
Daftar Isi......................................................................................................................i
Latar Belakang...........................................................................................................1
Rumusan Masalah......................................................................................................5
Pembahasan................................................................................................................6
Penangkapan...............................................................................................................6
Pengertian Penangkapan.............................................................................................6
Alasan Penangkapan...................................................................................................9
Kesimpulan...............................................................................................................19
Saran.........................................................................................................................20
1
Latar Belakang
Melihat dari aspek filosofis hukum merupakan ujung tombak masyarakat dalam
mendapat keadilan dari kebenaran hakiki serta kemanfaatan dari produk hukum yang di
buat atau yang lebih di kenal dengan “positivtik” juga dapat memberikan kapastian bagi
itu sendiri, hukum memberi jaminan di tengah konflik yang terjadi terkhusus pada
hukum yang tertulis atau di undang kan dengan tujuan agar hukum tersebut dapat di
taati, hukum telah ada sebelum negara itu ada serta hukum itu juga dapat berubah
seiring dengan perkembangan jaman, hukum itu bagaikan tanaman yang hidup dan
mengakar hukum pula disebut sebagai alat pengontrol masyarakat “ law is a tools of
engineering” berperan sangat vital bagi masyarakat atau suatu negara dengan control
yang ada maka masyarakat dalam suatu negara dapat hidup dengan nyaman dan damai,
di damping itu hukum sebagai alat pengontrol masyarakat pula memiliki nila-nilai yang
terkandung di dalam nya seperti etika, dogmatika, efesiensi, meminjam karya ahli
hukum yakni Richard A posner dalam buku nya yang berjudul “economic analysis of
law” yang mengatakan bahwa manusia yang bertindak menerapkan hukum pula
meninjau dari sisi economis, karena menurut Posner manusia merupakan makhluk
economis yang mempertimbangkan nila-nilai keefisienan, telah kita bahas dari sisi
filosofis menurut hikmat penulis bahwa tiada seorang pun yang dapat mendefinisikan
hukum secara mutlak mengingat hukum adalah suatu cabang ilmu yang berdiri sendiri
sui generis, setiap pakar dan ahli hukum pasti memiliki definisi yang berbeda-beda
1
Melihat dari aspek sosiologis, yang sebelumnya kita telah mengerti bahwa hukum
merupakan alat pengontrol di dalam suatu masyarakat tertentu, disini dapat kita maknai
bahwa hukum memiliki nilai fungsional yang hidup yakni sebagai alat pengontrol,
pertanyaannya mengapa perlu di control?, apakah tanpa control masyarakat tidak dapat
hidup?, Thomas Hobbes seorang filsuf beraliran empiris dalam teori nya mengatakan
bahwa manusia bagaikan serigala bagi manusia lain (Homo homini lupus) oleh karena
itu manusia saling berperang dengan manusia lain (bellum om nium contra omnes) agar
tetap bertahan hidup serta mempertahankan wilayah nya, dari hal tersebut dapat kita
maknai bahawa pada jaman hobbes belum ada aturan yang tertulis untuk mengontrol
perilaku manusia pada saat itu, dapat kita bayangkan bagaimana keosnya dan betapa
brutalnya manusia tanpa aturan, maka menurut penulis dalam kedua hal yang telah di
jabarkan di atas terdapat korelasi antara hukum dan masyarakat sangatlah erat dan
berperan penting dalam berkehidupan, seiring dengan perkembangan jaman yang sangat
pesat mau tidak mau hukum itu sendiri dapat berubah menyesuaikan di mana hukum itu
berada bagaikan air yang di tuangkan dalam gelas pasti mengikuti bentuk dari gelas
tersebut, maka ketika hukum yang telah ada namun tidak di perbaharui dan karena tidak
dapat mengikat atau ketika tindakan yang melanggar norma namun belum ada hukum
yang mengatur maka terjadi kekosongan aturan pada saat itu juga.
Telah kita simak dan mengetahui dari aspek filosofis dan sosiologis mengenai
hakikat hukum dan bagaimana hukum itu dapat berperan sangat penting bagi kehidupan
tercapai, sekarang mari kita bahas dari aspek yuridis-normatif dan bagaimana cara
2
hukum yang di maksud ialah hukum positif yakni hukum yang di tungkan menjadi
besar di suatu wilayah dan jumlah masyarakat yang besar yakni Negara, hanya Negara
tersebut, maka penulis memakai contoh yang lebih konkret dalam penjelasnnya denga
maksud agar pembaca dapat memahami dengan mudah, maka penulis menggunakan
Indonesia mengakui terdpat 3 (tiga) hukum yang hidup yakni hukum positif, hukum
adat dan hukum agama islam, namun hanya satu hukum yang bersifat mengikat secara
nasional dan semua warga Negara tanpa terkeculi harus tunduk pada hukum tersebut
yakni Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang memuat segala ketentuan
dan larangan (materiil) serta hukum yang memuat tata cara dan prosedur (formil)
kitab tersbut bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, dalam
tersebut di anggap telah melawan Negara dan Negara dalam hal ini melalui alat
KUHAP.
3
kepolisian bertindak atau mengambil tindakan yang melampaui batas serta tidak dengan
didasarkan oleh ketentuan di dalam KUHAP?, serta bagaimana cara kita ketika
mengetahui hal tersebut di lakukan,dan bagaimana kita sebagai yuris menyikapi hal
tersebut, maka penulis akan membahasnya satu persatu di sertai contoh faktual yang
4
Rumusan Masalah
KUHAP?
KUHAP?
5
Pembahasan
Penangkapan
Pengertian Penangkapan
tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan dan
penuntutandan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini. Tujuan dengan dilakukan penangkapan sudah dijelaskan pada Pasal 1 angka
Beberapa definisi atau pengertian penangkapan menurut para ahli adalah sebagai
berikut:
pidana.
3. Menurut Prof. Dr. Abdul Aziz Saleh, penangkapan adalah suatu tindakan
6
Pengertian penangkapan menurut para ahli tersebut menggambarkan bahwa
melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup harus dilakikan
surat tugas serta memberikan kepada tersangka surat perintah penangkapan serta
uraian singkat atas perkara kejahatan yang disangkakan serta tempat ia dioperiksa.
tangan).
pembantu.
7
penelesaian melakukan penangkapan tertangkap tangan yang diatur pada Pasal 111
KUHAP yaitu:
a.Dalam tertangkap tangan setiap orang berhak sedangkan setiap orang yang mempunyai
penyelidik/penyidik.
atau penyidik wajib segera melakukan pemeriksaan dan tindakan lain dalam rangka
penyidikan.
c.Penyelidik dan penyidik yang telah menerima laporan tersebut segera datang ketempat
8
ayat (1) KUHAP. Maka dari itu penyelidik memiliki kewenangan untuk melakukan
penangkapan hanya pada tahap penyelidikan dan hal tersebut atas perintah penyidik.
Apabila penyidik tidak memberi perintah, maka penyelidik tidak berwenang melakukan
penangkapan.
Alasan Penangkapan
diperbolehkan apabila “terdapat cukup bukti”. Dengan demikian mengacu pada Pasal 17
KUHAP, frase “terdapat cukup bukti” ini dimaknai sebagai “seseorang yang diduga
keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup”. Mengenai
makna bukti permulaan yang cukup yaitu penangkapan hanya dilakukan oleh penyidik
atau penyelidik atas perintah penyidik serta didasarkan dengan minimal dua alat bukti
yang sah sebagaimana diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP menyatakan bahwa:
1. keterangan saksi ;
2. keterangan ahli;
3. surat;
4. petunjuk;
5. keterangan terdakwa.”
Oleh karena itu, guna meminimalisir subjektifitas terhadap penyidik atau penyelidik
dalam melakukan penangkapan, serta agar penangkapan yang dilakukan oleh penyidik
9
Tata Cara Penangkapan
uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan dan tempat ia diperiksa, Apabila
tertangkap tangan, tidak diperlukan lagi surat perintah penangkapan. Tetapi, penangkap
harus segera menyerahkan tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada penyidik
atau penyidik pembantu yang terdekat, setelah melakukan penangkapan surat perintah
Dalam hal penangkapan juga memiliki batas waktu diatur dalam Pasal 19 ayat (1)
paling lama satu hari. Hal ini artinya penyidik atau penyelidik dapat menangkap
seseorang kurang dari 24 jam, tetapi tidak boleh lewat dari 24 jam. Jika penangkapan
dilakukan lewat dari satu hari atau 24 jam, maka terjadi pelanggaran hukum yang
menyebabkan tersangka harus dibebaskan demi hukum atau batal demi hukum.
merupakan tindakan yang tidak di dasari oleh hukum tentu hal ini berpotensi
10
mencederai amanat dari Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD
Hak asasi merupakan anugerah dari sang pencipta bertujuan agar manusia saling
menjaga dan menghargai harkat dan martabatnya di antara manusia lain nya itulah
sebabnya di setiap dasar dari negara atau sistem bernegara tentu menjunjung tinggi hak
asasi tersebut.
Nilai-nilai yang terkandung dalam HAM antara lain yang pertama manusia dapat
berbagai bentuk dapat berupa lisan atau tertulis, kebebasan berpendapat timbul dari hati
nurani atas tindakan – tindakan atau fenomena yang bertentangan dengan etika atau
ketidakpuasan golongan tertentu atas kebijakan yang di buat, kemudian di olah melalui
pikiran dan di ucapkan melalui panca Indra yakni mulut,selama kebebasan berpendapat
ini hanya lah suara-suara yang menggangu “kuping” dari penguasa maka seseorang itu
tidak dapat di penjara kan, kedua hak berkehidupan, yang mana manusia dapat hidup
dengan bebas dalam arti kata bebas menentukan arah kehidupan nya apakah seseorang
itu beragama atau tidak, menikah atau tidak, dan lain sebagainya itu merupakan
membahas mengenai HAM itu sendiri maka sangat lah panjang pembahasan kita dan
tidak cukup apalagi saat ini kita berfokus membahas pada tindakan represif dari aparat
penegak hukum, dari pengertian aparat penegak hukum itu sendiri yakni aparat yang
Aparat penegak hukum bertindak bukan atas nama hukum menurut penulis
“memakai” atribut intasi penegak hukum, yang menjadi masalah apabila warga sipil
11
mendapat perlakuan seperti ini tentu tunduk dan tidak menanyakan apakah tindakan
tersebut telah sesuai dengan prosedur atau kah tidak, inilah yang terjadi oleh seorang
pria bernama Ardianto warga asal Bojonegoro yang sedang mengantarkan putri nya
yang telah tiada dari Rumah Sakit Dr.Soetomo surabaya menuju tempat peristirahatan
tersebut sedang mengendarai mobil beserta menantunya Galih mengawal mobil jenazah
yang sedang membawa putrinya tersebut, tiba-tiba di perjalanan mobil dari Ardianto di
cegat oleh mobil yang tidak di ketahui dari mana asalnya,dari mobil tersebut keluar 5
(lima) orang ada yang memakai pakaian preman bersenjata dan ada yang memakai
pakaian dinas kepolisian, kemudian salah satu dari ke 5 (lima) anggota tersebut
kemudian Galih menanyakan maksud dan tujuan dari aparat tersebut,namun yang terjadi
aparat bukannya menjawab tujuan justru yang terjadi Ardianto mendapat pukulan
menurut pengakuan dari galih sang menantu, setelah kejadian tersebut Ardianto dan
Galih menurut perintah dari pihak kepolisian untuk ikut ke kantor sampai nya di kantor
singkat cerita Pihak Ardianto memutuskan untuk mengakhiri pertikaian ini dengan
1. Di saat pihak kepolisian di tanya tujuan dan maksud dari tindakan nya, pihak
seharusnya pihak kepolisian dapat memberikan jawaban atas tujuan dan maksud
12
2. Ardianto selaku terduga tidak melakukan perlawanan secara fisik ataupun
verbal bahkan Ardianto pada saat itu tidak melarikan diri,namun pihak
3. Pihak kepolisian melakukan tindakan yang kurang etis dengan bermain fisik
Dari ketiga analisis ini penulis dapat menarik kesimpulan bahwa tindakan
kepolisian tidak berdasarkan prosedur KUHAP dan UU Polri, sehingga Ardianto dan
Galih telah mengalami kerugian secara immaterial dan material, menurut penulis
Ardianto dan Galih selaku warga negara Indonesia yang statusnya dan Hak nya di jamin
aparat penegak hukum, dia dapat mengajukan laporan atau keluhan kepada instansi
itu, orang yang merasa dirugikan juga dapat mencari bantuan dari pengacara atau
advokat untuk melindungi hak-hak mereka dan mengejar tindakan hukum jika
diperlukan.
KUHAP tidak mengatur secara tegas tentang sanksi bagi aparat penegak hukum yang
melakukan praktik kekerasan ataupun praktik-praktik lain yang melanggar. Selain itu,
terdapat tindak pidana di luar KUHP yang disebut sebagai tindak pidana khusus, yang
bertujuan untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang tidak tercakup
13
pembatasan terhadap kewenangan aparat penegak hukum dalam rangka melindungi
sewenang-wenang.
namun Ardianto dan Galih tidak mengetahui akan hal tersebut karena pihak
kepolisian sendiri tidak memberi tahu justru hal yang di ambil malah sebaliknya
yakni mengajak korban dan kelima anggota polisi tersebut untuk damai, tentu hal
ini tidak mencerminkan tugas dari kepolisian itu sendiri yakni sebagai pelindung,
pengayoman,dan pengaman bagi warga sipil, dari kasus tersebut kita dapat melihat
pada praktek nya berbanding terbalik, hal ini perlu atensi khusus bagi lembaga-
lembaga non pemerintah dan juris untuk terus mengawal dan mengawasi tindakan
dari aparatur negara dalam bertindak tanduk, agar nilai-nilai dalam HAM dapat
Tindakan di luar ketentuan KUHAP adalah pelanggaran hukum dan dapat merusak
integritas sistem peradilan dan kepercayaan publik terhadap aparat penegak hukum.
Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa aparat penegak hukum diberikan
pelatihan yang memadai, dipantau secara ketat, dan diberikan sumber daya yang cukup
untuk menjalankan tugas mereka dengan benar sesuai dengan hukum. Selain itu, sistem
yang dilakukan oleh aparat penegak hukum agar mereka bertanggung jawab atas
tindakan mereka.
14
Aparat penegak hukum yang melakukan tindakan diluar ketentuan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dapat dianggap melanggar hukum. KUHAP
adalah peraturan hukum yang mengatur tata cara penyelidikan, penuntutan, dan
penyelesaian perkara pidana di Indonesia. Tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak
hukum seharusnya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, termasuk KUHAP,
agar proses hukum berjalan dengan adil dan sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan.
Jika aparat penegak hukum melakukan tindakan di luar ketentuan KUHAP, ini
- Laporan atau pengaduan: Individu yang merasa menjadi korban tindakan aparat
penegak hukum yang melanggar hukum dapat membuat laporan atau pengaduan
kepada instansi yang berwenang, seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
internal untuk mengatasi perilaku anggota mereka yang melanggar aturan. Hal
ini dapat melibatkan disiplin internal atau penyelidikan terhadap anggota yang
bersangkutan.
hukum yang serius, kasus tersebut dapat dibawa ke pengadilan. Pengadilan akan
Penting untuk memastikan bahwa aparat penegak hukum bekerja dalam batas
hukum dan menjalankan tugas mereka dengan integritas dan kepatuhan terhadap
15
prinsip-prinsip hukum. Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat dalam
berhadapan dengan hukum sesuai dengan asas hukum “equality before the law” yang
menandung makna bahwa tidak hanya saja warga sipil yang dapat berhadapan dengna
hukum tetapi aparat penegak hukum pula, karena asas tersebut memandang manusia di
hadapan hukum sama walau memiliki status yang berbeda, inilah prinsip yang seyogya
nya di pegang oleh setiap lapisan masyarakat Indonesia dari tingkat atas hingga bawah,
sesuai dengan yang di amanatkan oleh Undang- Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 dan Konstitusi yang sebagai dasar dari segala cabang hukum di
Indonesia, Hak adalah anugrah yang status nya mutlak dan tidak dapat di Intervensi oleh
Pekerjaan Polisi dan kewenangan polisi sebagai penyidik luar biasa penting dan sulit,
mengingat adanya fungsi dalam tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia
terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, serta
hukum yakni sebagai penyidik dalam bidang pengadilan. Tugas tersebut terutama
ditujukan terhadap tindak pidana yang merintangi tujuan mencapai masyarakat adil
dan makmur. Dalam melaksanakan tugas pokok Polri memiliki fungsi dan peranan
sebagai pengabdi, pelindung dan pengayom masyarakat. Oleh karena fungsi dan
16
peran tersebut diatas, maka terhadap masyarakat yang tersebut yaitu masyarakat yang
pidana, maka polri harus cepat dan tanggap untuk mengambil tindakan berdasarkan
Sudah menjadi suatu kenyataan di masyarakat didapati selalu sering terjadi kejahatan.
Hal ini tentunya menjadi tugas dan kewajiban kita untuk memberantas dan
sebagai petugas yang diberikan mandat oleh negara untuk menyidik tindak kejahatan
Suatu hal yang tidak dapat dibantai siapapun, semua manusia adalah ciptaan
Tuhan dan semua mesti kembali kepada Tuhan, tidak ada kelebihan dan kemuliaan
antara satu dengan lainnya, semua adalah sama-sama mempunyai harkat dan martabat
yang sesuai dengan hak-hak azasi yang melekat pada tiap diri manusia.
Manusia sebagai hamba tuhan yang juga sebagai mahluk yang sama
derajatnya dengan manusia lainnya harus ditempatkan pada keluruhan harkat dan
martabatnya sebagai mahluk tuhan. Sebagai manusia memiliki hak dan kodrat
kemanusia serta martabat harkat pribadi yang harus dihormati dan penangkapan
pihak terdapat suatu harkat dan martabat yang mesti dilindungi dan dilain pihak ada
17
Dalam pelaksanaan penegakan hukum guna untuk mempertahankan dan melindungi
masyarakat jangan sampai mengorbankan dilindungi oleh setiap orang tanpa kecuali,
tidak ada seorangpun yang ingin direndahkan dan diperlakukan dengan tidak layak.
Semua manusia tidak sudi mendapat perlakukan yang berbeda dengan manusia
lainnya, Manusia tidak akan pernah senang dan akan terluka hatinya setiap perilakuan
yang biadab.
Bersumber dari landasan persamaan derajat hak dan kewajiban serta harkat
dan martabat yang ada pada setiap diri manusia tersebut melahirkan suatu keinginan
kebutuhan akan adanya suatu peraturan hukum yang benar- benar adil atau paling
tidak mendekati keadilan yang mampu menjamin kepastian hukum bagi setiap
yang dihadapi dan diperiksa oleh polisi itu adalah seorang tersangka termasuk
kepentingan masyarakat. Polri yang dalam hal ini mempunyai salah satu wewenang
menempati posisi yang vital dan utama didalam penentuan serta pemenuhan tujuan
dimaksud.
18
uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan dan tempat ia diperiksa, Apabila
penangkap harus segera menyerahkan tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada
penyidik atau penyidik pembantu yang terdekat, setelah melakukan penangkapan surat
19
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
berdasarkan Pasal 17 dan 18 KUHAP, yaitu dilakukan terhadap seorang tersangka yang
diduga keras melakukan tindak pidana dan dugaan tersebut didasarkan pada permulaan
bukti yang cukup. Apabila terjadi penemuan Tindakan apparat yang tidak sesuai
ketentuan di dalam KUHAP, seorang korban salah tangkap atau korban dari Tindakan
represif apparat penegak hukum dapat melaporkan pada pihak berwenang seperti
Penangkapan juga tidak boleh dilakukan lebih dari satu hari, pengangkapan pula di
semena-mena dengan tanpa surat perintah dan alasan yang sah apalagi disertai dengan
kekerasan, oleh karena itu menurut penulis aparat penegak hukum hanya terbatas
melakukan penangkapan berdasarkan prosedur dalam KUHAP tidak boleh kurang atau
20
Saran
Aparat penegak hukum selaku alat pelengkap negara seharunya bertindak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan tidak berlaku di luar ketentuan, mengingat kejadian
yang telah di singgung oleh penulis seharunya hal tersebut tidak terjadi kepada warga
sipil, karena meskipun warga sipil melanggar atau melawan hukum hak mereka tetap di
jamin dan dilindungi oleh undang-undang dasar, penelitian ini bertujuan untuk
mengingatkan para penegak hukum agar lebih cermat lagi dalam mengambil Tindakan
agar cita-cita keadilan dan kemanusiaaan dapat terwujud, sekian kajian yang dapat
21
Daftar Pustaka
22