Anda di halaman 1dari 25

PENGERTIAN- PENGERTIAN TENTANG

PENANGKAPAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM


ACARA PIDANA DAN BAGAIMANA DIATUR DALAM
KUHAP

Kelompok 3
Disusun oleh:
1 Haikal Wisnu Saputra 1312200189
2 Destito Kristian Hekar 1312200219
3 Akbar Putra Pradana 1312200255
4 Tejo Steven Timotius 1312200257
5 Teuku Mohammad Fadhil 1312200297

PRODI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
Daftar Isi

PENGERTIAN- PENGERTIAN TENTANG PENANGKAPAN DALAM


PERSPEKTIF HUKUM ACARA PIDANA DAN BAGAIMANA DIATUR DALAM
KUHAP.............................................................................................................................1

Daftar Isi......................................................................................................................i

Latar Belakang...........................................................................................................1

Rumusan Masalah......................................................................................................5

Pembahasan................................................................................................................6

Penangkapan...............................................................................................................6

Pengertian Penangkapan.............................................................................................6

1. Penangkapan yang disertai dengan surat penangkapan..........................................7

2. Penangkapan yang tidak disertai dengan surat penangkapan (tertangkap tangan).7

Kewenangan Untuk Melakukan Penangkapan...........................................................8

Alasan Penangkapan...................................................................................................9

Tata Cara Penangkapan..............................................................................................9

Jangka Waktu Penangkapan.....................................................................................10

Penangkapan diluar ketentuan KUHAP...................................................................10

Syarat- Syarat Melakukan Penangkapan Di Dalam KUHAP..................................16

Kesimpulan dan Saran..............................................................................................19

Kesimpulan...............................................................................................................19

Saran.........................................................................................................................20

1
Latar Belakang

Melihat dari aspek filosofis hukum merupakan ujung tombak masyarakat dalam

mendapat keadilan dari kebenaran hakiki serta kemanfaatan dari produk hukum yang di

buat atau yang lebih di kenal dengan “positivtik” juga dapat memberikan kapastian bagi

masyarakat bertujuan untuk menghindari kekosongan dan kesamaran di dalam hukum

itu sendiri, hukum memberi jaminan di tengah konflik yang terjadi terkhusus pada

hukum yang tertulis atau di undang kan dengan tujuan agar hukum tersebut dapat di

taati, hukum telah ada sebelum negara itu ada serta hukum itu juga dapat berubah

seiring dengan perkembangan jaman, hukum itu bagaikan tanaman yang hidup dan

mengakar hukum pula disebut sebagai alat pengontrol masyarakat “ law is a tools of

engineering” berperan sangat vital bagi masyarakat atau suatu negara dengan control

yang ada maka masyarakat dalam suatu negara dapat hidup dengan nyaman dan damai,

di damping itu hukum sebagai alat pengontrol masyarakat pula memiliki nila-nilai yang

terkandung di dalam nya seperti etika, dogmatika, efesiensi, meminjam karya ahli

hukum yakni Richard A posner dalam buku nya yang berjudul “economic analysis of

law” yang mengatakan bahwa manusia yang bertindak menerapkan hukum pula

meninjau dari sisi economis, karena menurut Posner manusia merupakan makhluk

economis yang mempertimbangkan nila-nilai keefisienan, telah kita bahas dari sisi

filosofis menurut hikmat penulis bahwa tiada seorang pun yang dapat mendefinisikan

hukum secara mutlak mengingat hukum adalah suatu cabang ilmu yang berdiri sendiri

sui generis, setiap pakar dan ahli hukum pasti memiliki definisi yang berbeda-beda

tergantung cara seseorang itu melihatnya.

1
Melihat dari aspek sosiologis, yang sebelumnya kita telah mengerti bahwa hukum

merupakan alat pengontrol di dalam suatu masyarakat tertentu, disini dapat kita maknai

bahwa hukum memiliki nilai fungsional yang hidup yakni sebagai alat pengontrol,

pertanyaannya mengapa perlu di control?, apakah tanpa control masyarakat tidak dapat

hidup?, Thomas Hobbes seorang filsuf beraliran empiris dalam teori nya mengatakan

bahwa manusia bagaikan serigala bagi manusia lain (Homo homini lupus) oleh karena

itu manusia saling berperang dengan manusia lain (bellum om nium contra omnes) agar

tetap bertahan hidup serta mempertahankan wilayah nya, dari hal tersebut dapat kita

maknai bahawa pada jaman hobbes belum ada aturan yang tertulis untuk mengontrol

perilaku manusia pada saat itu, dapat kita bayangkan bagaimana keosnya dan betapa

brutalnya manusia tanpa aturan, maka menurut penulis dalam kedua hal yang telah di

jabarkan di atas terdapat korelasi antara hukum dan masyarakat sangatlah erat dan

berperan penting dalam berkehidupan, seiring dengan perkembangan jaman yang sangat

pesat mau tidak mau hukum itu sendiri dapat berubah menyesuaikan di mana hukum itu

berada bagaikan air yang di tuangkan dalam gelas pasti mengikuti bentuk dari gelas

tersebut, maka ketika hukum yang telah ada namun tidak di perbaharui dan karena tidak

dapat mengikat atau ketika tindakan yang melanggar norma namun belum ada hukum

yang mengatur maka terjadi kekosongan aturan pada saat itu juga.

Telah kita simak dan mengetahui dari aspek filosofis dan sosiologis mengenai

hakikat hukum dan bagaimana hukum itu dapat berperan sangat penting bagi kehidupan

bermasyarakat agar cita-cita hukum yakni keadilan,kemanfaatan dan kepastian dapat

tercapai, sekarang mari kita bahas dari aspek yuridis-normatif dan bagaimana cara

penerapannya secara langsung bagi kehidupan bermasyarakat, secara yuridis-normatif

2
hukum yang di maksud ialah hukum positif yakni hukum yang di tungkan menjadi

undang-udang, mengingat undang-udang hanya dapat di buat oleh suatu organisasi

besar di suatu wilayah dan jumlah masyarakat yang besar yakni Negara, hanya Negara

lah yang dapat membuat undang-undang berdasarkan aspek fundamental di Negara

tersebut, maka penulis memakai contoh yang lebih konkret dalam penjelasnnya denga

maksud agar pembaca dapat memahami dengan mudah, maka penulis menggunakan

contoh undang-udang Negara Indonesia supaya terdapt korelasi dengan rumusan

masalah yang akan di bahas.

Indonesia mengakui terdpat 3 (tiga) hukum yang hidup yakni hukum positif, hukum

adat dan hukum agama islam, namun hanya satu hukum yang bersifat mengikat secara

nasional dan semua warga Negara tanpa terkeculi harus tunduk pada hukum tersebut

yakni Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang memuat segala ketentuan

dan larangan (materiil) serta hukum yang memuat tata cara dan prosedur (formil)

pelaksanaanya yakni Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), kedua

kitab tersbut bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, dalam

penerapannya ketika seseorang melanggar ketentuan dalam KUHP maka seseoran

tersebut di anggap telah melawan Negara dan Negara dalam hal ini melalui alat

pelengkapnya yakni kepolisian dapat melakukan tindakan tegas dengan cara

mengangkap yang di duga sebagai pelaku dengan berdasarkan ketentuan di dalam

KUHAP.

KUHAP mengatur segala tata cara mula dari tahap

penyidikan,penyelidikan,pengangkapan dan penahanan serta ketentua lainnya sampai

pada tahap persidangan di muka pengadilan, lantas pertanyaannya bagaiman ketika

3
kepolisian bertindak atau mengambil tindakan yang melampaui batas serta tidak dengan

didasarkan oleh ketentuan di dalam KUHAP?, serta bagaimana cara kita ketika

mengetahui hal tersebut di lakukan,dan bagaimana kita sebagai yuris menyikapi hal

tersebut, maka penulis akan membahasnya satu persatu di sertai contoh faktual yang

terjadi dalam rumusan masalah, pembahasan, saran, dan kesimpulan.

4
Rumusan Masalah

1. Bagaimana langkah-langkah prosedur penangkapan sesuai ketentuan

KUHAP?

2. Mengapa aparat penegak hukum melakukan Tindakan diluar ketentuan

KUHAP?

5
Pembahasan

Penangkapan

Pengertian Penangkapan

Berdasarkan Pasal 1 angka 20 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab

Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) menyatakan bahwa, Penangkapan

adalah suatu Tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan

tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan dan

penuntutandan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-

undang ini. Tujuan dengan dilakukan penangkapan sudah dijelaskan pada Pasal 1 angka

20 KUHAP, untuk kepentingan penyidikan atau penuntutan dan peradilan.

Beberapa definisi atau pengertian penangkapan menurut para ahli adalah sebagai

berikut:

1. Menurut Prof. Dr. Mahmud Tahir, penangkapan merupakan proses

penahanan seseorang oleh petugas yang berwenang berdasarkan alasan dan

prosedur hukum tertentu karena adanya dugaan keterlibatan dalam tindak

pidana.

2. Menurut Prof. Dr. Suherman Rosyidi, penangkapan adalah tindakan atau

upaya untuk meniadakan atau membatasi kebebasan pribadi seseorang,

baik dengan cara memasukkan ke dalam tempat tertutup atau menahan di

suatu tempat secara pribadi maupun dengan tindakan-tindakan yang lain.

3. Menurut Prof. Dr. Abdul Aziz Saleh, penangkapan adalah suatu tindakan

resmi dari aparat penegak hukum yang dilakukan untuk menahan

seseorang karena adanya dugaan keterlibatannya dalam tindak pidana.

6
Pengertian penangkapan menurut para ahli tersebut menggambarkan bahwa

penangkapan merupakan upaya petugas penegak hukum untuk menahan seseorang

dengan tujuan membatasi kebebasan pribadinya karena adanya dugaan keterlibatan

dalam tindak pidana.

Beberapa jenis penangkapan Penangkapan yang diatur didalam KUHAP dapat

dibagi atas dua bagian yaitu :

1. Penangkapan yang disertai dengan surat penangkapan.

Di dalam hal tidak tertangkap tangan penangkapan yang diduga keras

melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup harus dilakikan

dengan menggunakan surat penangkapan.

Pelaksanaan penangkapan dengan disertai dengan surat penangkapan ini diatur

pada pasal 18 ayat 1 KUHAP yang menyatakan pelaksanaan petugas penangkapan

dilakukan oleh petugas polisi nagara Republik Indonesia dengan memperlihatkan

surat tugas serta memberikan kepada tersangka surat perintah penangkapan serta

uraian singkat atas perkara kejahatan yang disangkakan serta tempat ia dioperiksa.

2. Penangkapan yang tidak disertai dengan surat penangkapan (tertangkap

tangan).

Pasal 18 ayat 2 KUHAP menyatakan dalam hal tertangkap tangan

penangkapan dilakukan tanpa surat perintah dengan ketentuan bahwa penangkapan

harus segera menyerahkan tertangkap beserta barang bukti kepada penyidik/pendikik

pembantu.

Pada kejadian tertangkap tangan, KUHAP memberikan landasan cara-cara

7
penelesaian melakukan penangkapan tertangkap tangan yang diatur pada Pasal 111

KUHAP yaitu:

a.Dalam tertangkap tangan setiap orang berhak sedangkan setiap orang yang mempunyai

wewenang dalam tugas ketertiban ketentraman dan keamanan umum wajib

menangkap tersangka guna diserahkan beserta atau barang bukti kepada

penyelidik/penyidik.

b. Menerima penyerahan tersangka sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 penyelidikan

atau penyidik wajib segera melakukan pemeriksaan dan tindakan lain dalam rangka

penyidikan.

c.Penyelidik dan penyidik yang telah menerima laporan tersebut segera datang ketempat

kejadian dapat melarang setiap orang untuk meninggalkan tempat selama

pemeriksaan disitu belum selesai.

d. Melanggar larangan tersebut dapat dipaksa tinggal ditempat sampai pemeriksaan

dimaksud diatas selesai.

Kewenangan Untuk Melakukan Penangkapan

Pemberian kewenangan menurut KUHAP hanya kepada penyidik untuk melakukan

penangkapan. Tetapi untuk kepentingan penyelidikan, sehingga penyidik dapat

memerintah penyelidik untuk melakukan penangkapan. Hal ini berdasarkan Pasal 16

8
ayat (1) KUHAP. Maka dari itu penyelidik memiliki kewenangan untuk melakukan

penangkapan hanya pada tahap penyelidikan dan hal tersebut atas perintah penyidik.

Apabila penyidik tidak memberi perintah, maka penyelidik tidak berwenang melakukan

penangkapan.

Alasan Penangkapan

Berdasarkan definisi penangkapan dalam Pasal 1 angka 20 KUHAP, penangkapan

diperbolehkan apabila “terdapat cukup bukti”. Dengan demikian mengacu pada Pasal 17

KUHAP, frase “terdapat cukup bukti” ini dimaknai sebagai “seseorang yang diduga

keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup”. Mengenai

makna bukti permulaan yang cukup yaitu penangkapan hanya dilakukan oleh penyidik

atau penyelidik atas perintah penyidik serta didasarkan dengan minimal dua alat bukti

yang sah sebagaimana diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP menyatakan bahwa:

“alat bukti yang sah ialah:

1. keterangan saksi ;

2. keterangan ahli;

3. surat;

4. petunjuk;

5. keterangan terdakwa.”

Oleh karena itu, guna meminimalisir subjektifitas terhadap penyidik atau penyelidik

dalam melakukan penangkapan, serta agar penangkapan yang dilakukan oleh penyidik

tetap menghormati hak asasi manusia terdakwa.

9
Tata Cara Penangkapan

Penyidik atau penyelidik memperlihatkan surat tugas Ketika melakukan

penangkapan, kemudian memberikan kepada tersangka surat perintah penangkapan

yang mencamtumkan identitas tersangka dan menyebutkan alasan penangkapan serta

uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan dan tempat ia diperiksa, Apabila

tertangkap tangan, tidak diperlukan lagi surat perintah penangkapan. Tetapi, penangkap

harus segera menyerahkan tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada penyidik

atau penyidik pembantu yang terdekat, setelah melakukan penangkapan surat perintah

penangkapan harus segera diberikan kepada pihak keluarganya. sebagaimana diatur

dalam Pasal 18 KUHAP.

Jangka Waktu Penangkapan

Dalam hal penangkapan juga memiliki batas waktu diatur dalam Pasal 19 ayat (1)

KUHAP. Berdasarkan Pasal tersebut menyatakan bahwa penangkapan dapat dilakukan

paling lama satu hari. Hal ini artinya penyidik atau penyelidik dapat menangkap

seseorang kurang dari 24 jam, tetapi tidak boleh lewat dari 24 jam. Jika penangkapan

dilakukan lewat dari satu hari atau 24 jam, maka terjadi pelanggaran hukum yang

menyebabkan tersangka harus dibebaskan demi hukum atau batal demi hukum.

Penangkapan diluar ketentuan KUHAP

Tindakan aparatur dalam melakukan penangkapan diluar prosedur yang di tentukan

merupakan tindakan yang tidak di dasari oleh hukum tentu hal ini berpotensi

menimbulkan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), pelanggaran HAM telah

10
mencederai amanat dari Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD

NRI 1945) dan konstitusi.

Hak asasi merupakan anugerah dari sang pencipta bertujuan agar manusia saling

menjaga dan menghargai harkat dan martabatnya di antara manusia lain nya itulah

sebabnya di setiap dasar dari negara atau sistem bernegara tentu menjunjung tinggi hak

asasi tersebut.

Nilai-nilai yang terkandung dalam HAM antara lain yang pertama manusia dapat

menyuarakan pendapat atau kebebasan dalam berpendapat (freedom of speech) melalui

berbagai bentuk dapat berupa lisan atau tertulis, kebebasan berpendapat timbul dari hati

nurani atas tindakan – tindakan atau fenomena yang bertentangan dengan etika atau

ketidakpuasan golongan tertentu atas kebijakan yang di buat, kemudian di olah melalui

pikiran dan di ucapkan melalui panca Indra yakni mulut,selama kebebasan berpendapat

ini hanya lah suara-suara yang menggangu “kuping” dari penguasa maka seseorang itu

tidak dapat di penjara kan, kedua hak berkehidupan, yang mana manusia dapat hidup

dengan bebas dalam arti kata bebas menentukan arah kehidupan nya apakah seseorang

itu beragama atau tidak, menikah atau tidak, dan lain sebagainya itu merupakan

kebebasan menentukan pilihan hidup ( freedom of choice), tentu apabila penulis

membahas mengenai HAM itu sendiri maka sangat lah panjang pembahasan kita dan

tidak cukup apalagi saat ini kita berfokus membahas pada tindakan represif dari aparat

penegak hukum, dari pengertian aparat penegak hukum itu sendiri yakni aparat yang

menegakkan atau bertindak berdasarkan hukum.

Aparat penegak hukum bertindak bukan atas nama hukum menurut penulis

tindakan tersebut merupakan tindakan kekejian atau kekerasan,yang berlindung atau

“memakai” atribut intasi penegak hukum, yang menjadi masalah apabila warga sipil

11
mendapat perlakuan seperti ini tentu tunduk dan tidak menanyakan apakah tindakan

tersebut telah sesuai dengan prosedur atau kah tidak, inilah yang terjadi oleh seorang

pria bernama Ardianto warga asal Bojonegoro yang sedang mengantarkan putri nya

yang telah tiada dari Rumah Sakit Dr.Soetomo surabaya menuju tempat peristirahatan

terakhir di kampung halamannya, kronologi penangkapan bermula saat Ardianto

tersebut sedang mengendarai mobil beserta menantunya Galih mengawal mobil jenazah

yang sedang membawa putrinya tersebut, tiba-tiba di perjalanan mobil dari Ardianto di

cegat oleh mobil yang tidak di ketahui dari mana asalnya,dari mobil tersebut keluar 5

(lima) orang ada yang memakai pakaian preman bersenjata dan ada yang memakai

pakaian dinas kepolisian, kemudian salah satu dari ke 5 (lima) anggota tersebut

menembak senjata ke udara, yang menurut penulis merupakan suatu peringatan

kemudian Galih menanyakan maksud dan tujuan dari aparat tersebut,namun yang terjadi

aparat bukannya menjawab tujuan justru yang terjadi Ardianto mendapat pukulan

menurut pengakuan dari galih sang menantu, setelah kejadian tersebut Ardianto dan

Galih menurut perintah dari pihak kepolisian untuk ikut ke kantor sampai nya di kantor

kepolisian setempat di ketahui bahwa Ardianto merupakan korban salah tangkap,

singkat cerita Pihak Ardianto memutuskan untuk mengakhiri pertikaian ini dengan

damai dengan pihak kepolisian.

Dari fakta kasus di atas penulis memberikan analisis nya

1. Di saat pihak kepolisian di tanya tujuan dan maksud dari tindakan nya, pihak

kepolisian tidak memberikan jawaban dan justru melakukan tindakan represif,

apabila mengacu pada ketentuan KUHAP di saat terjadi penangkapan

seharusnya pihak kepolisian dapat memberikan jawaban atas tujuan dan maksud

dari penangkapan melalui surat perintah di sertai indentitas pelaku

12
2. Ardianto selaku terduga tidak melakukan perlawanan secara fisik ataupun

verbal bahkan Ardianto pada saat itu tidak melarikan diri,namun pihak

kepolisian secara terang-terangan melepaskan tembakan ke udara, mengacu

pada undang-undang polri tembakan peringatan dapat dilakukan apabila terduga

pelaku melakukan perlawanan dan berupaya melarikan diri

3. Pihak kepolisian melakukan tindakan yang kurang etis dengan bermain fisik

sehingga menyebabkan cidera pada si terduga pelaku yakni Ardianto

Dari ketiga analisis ini penulis dapat menarik kesimpulan bahwa tindakan

kepolisian tidak berdasarkan prosedur KUHAP dan UU Polri, sehingga Ardianto dan

Galih telah mengalami kerugian secara immaterial dan material, menurut penulis

Ardianto dan Galih selaku warga negara Indonesia yang statusnya dan Hak nya di jamin

oleh negara dapat melaporkan Tindakan tersebut.

Dalam kasus-kasus di mana seseorang merasa hak-haknya telah dilanggar oleh

aparat penegak hukum, dia dapat mengajukan laporan atau keluhan kepada instansi

yang berwenang, seperti Inspektorat Kepolisian, Kejaksaan, atau Ombudsman. Selain

itu, orang yang merasa dirugikan juga dapat mencari bantuan dari pengacara atau

advokat untuk melindungi hak-hak mereka dan mengejar tindakan hukum jika

diperlukan.

Aparat penegak hukum melakukan tindakan di luar ketentuan KUHAP karena

KUHAP tidak mengatur secara tegas tentang sanksi bagi aparat penegak hukum yang

melakukan praktik kekerasan ataupun praktik-praktik lain yang melanggar. Selain itu,

terdapat tindak pidana di luar KUHP yang disebut sebagai tindak pidana khusus, yang

bertujuan untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum yang tidak tercakup

pengaturannya dalam KUHP. Namun, KUHAP merupakan norma yang mengatur

13
pembatasan terhadap kewenangan aparat penegak hukum dalam rangka melindungi

hak-hak masyarakat. Dalam menjalankan tugasnya, aparat penegak hukum harus

mematuhi ketentuan-ketentuan yang ada di KUHAP agar tidak melakukan tindakan

sewenang-wenang.

namun Ardianto dan Galih tidak mengetahui akan hal tersebut karena pihak

kepolisian sendiri tidak memberi tahu justru hal yang di ambil malah sebaliknya

yakni mengajak korban dan kelima anggota polisi tersebut untuk damai, tentu hal

ini tidak mencerminkan tugas dari kepolisian itu sendiri yakni sebagai pelindung,

pengayoman,dan pengaman bagi warga sipil, dari kasus tersebut kita dapat melihat

walau terdapat Undang -Undang yang mengatur prosedur penangkapan nyatanya

pada praktek nya berbanding terbalik, hal ini perlu atensi khusus bagi lembaga-

lembaga non pemerintah dan juris untuk terus mengawal dan mengawasi tindakan

dari aparatur negara dalam bertindak tanduk, agar nilai-nilai dalam HAM dapat

terwujud dan bukan sebagai bualam semata.

Tindakan di luar ketentuan KUHAP adalah pelanggaran hukum dan dapat merusak

integritas sistem peradilan dan kepercayaan publik terhadap aparat penegak hukum.

Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa aparat penegak hukum diberikan

pelatihan yang memadai, dipantau secara ketat, dan diberikan sumber daya yang cukup

untuk menjalankan tugas mereka dengan benar sesuai dengan hukum. Selain itu, sistem

peradilan harus memiliki mekanisme untuk menyelidiki dan mengadili pelanggaran

yang dilakukan oleh aparat penegak hukum agar mereka bertanggung jawab atas

tindakan mereka.

14
Aparat penegak hukum yang melakukan tindakan diluar ketentuan Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dapat dianggap melanggar hukum. KUHAP

adalah peraturan hukum yang mengatur tata cara penyelidikan, penuntutan, dan

penyelesaian perkara pidana di Indonesia. Tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak

hukum seharusnya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, termasuk KUHAP,

agar proses hukum berjalan dengan adil dan sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan.

Jika aparat penegak hukum melakukan tindakan di luar ketentuan KUHAP, ini

dapat mengakibatkan pelanggaran hak asasi manusia, penyalahgunaan kekuasaan, atau

tindakan sewenang-wenang. Dalam kasus-kasus seperti ini, terdapat beberapa

mekanisme yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut, termasuk:

- Laporan atau pengaduan: Individu yang merasa menjadi korban tindakan aparat

penegak hukum yang melanggar hukum dapat membuat laporan atau pengaduan

kepada instansi yang berwenang, seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

(Komnas HAM) di Indonesia.

- Pengawasan internal: Instansi penegak hukum memiliki mekanisme pengawasan

internal untuk mengatasi perilaku anggota mereka yang melanggar aturan. Hal

ini dapat melibatkan disiplin internal atau penyelidikan terhadap anggota yang

bersangkutan.

- Pengadilan: Jika tindakan aparat penegak hukum dianggap sebagai pelanggaran

hukum yang serius, kasus tersebut dapat dibawa ke pengadilan. Pengadilan akan

memeriksa bukti-bukti dan merinci pelanggaran hukum yang mungkin terjadi.

Penting untuk memastikan bahwa aparat penegak hukum bekerja dalam batas

hukum dan menjalankan tugas mereka dengan integritas dan kepatuhan terhadap

15
prinsip-prinsip hukum. Hal ini penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat dalam

sistem peradilan dan penegakan hukum di Indonesia

Menjamin keseimbangan antara warga sipil dengan aparat hukum dalam

berhadapan dengan hukum sesuai dengan asas hukum “equality before the law” yang

menandung makna bahwa tidak hanya saja warga sipil yang dapat berhadapan dengna

hukum tetapi aparat penegak hukum pula, karena asas tersebut memandang manusia di

hadapan hukum sama walau memiliki status yang berbeda, inilah prinsip yang seyogya

nya di pegang oleh setiap lapisan masyarakat Indonesia dari tingkat atas hingga bawah,

sesuai dengan yang di amanatkan oleh Undang- Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945 dan Konstitusi yang sebagai dasar dari segala cabang hukum di

Indonesia, Hak adalah anugrah yang status nya mutlak dan tidak dapat di Intervensi oleh

siapapun termasuk pemerintahan.

Syarat- Syarat Melakukan Penangkapan Di Dalam KUHAP

Pekerjaan Polisi dan kewenangan polisi sebagai penyidik luar biasa penting dan sulit,

mengingat adanya fungsi dalam tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia

sebagai Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang kepolisian Negara Kepublik

Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi

terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, serta

terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak azasi penegak

hukum yakni sebagai penyidik dalam bidang pengadilan. Tugas tersebut terutama

ditujukan terhadap tindak pidana yang merintangi tujuan mencapai masyarakat adil

dan makmur. Dalam melaksanakan tugas pokok Polri memiliki fungsi dan peranan

sebagai pengabdi, pelindung dan pengayom masyarakat. Oleh karena fungsi dan

16
peran tersebut diatas, maka terhadap masyarakat yang tersebut yaitu masyarakat yang

melanggar peraturan hukum dan perundangan-undang serta berbagai macam bentuk

pidana, maka polri harus cepat dan tanggap untuk mengambil tindakan berdasarkan

peraturan dan hukum yang berlaku.

Tidak dapat disangka bahwa didalam suatu masyarakat membutuhkan polisi.

Sudah menjadi suatu kenyataan di masyarakat didapati selalu sering terjadi kejahatan.

Hal ini tentunya menjadi tugas dan kewajiban kita untuk memberantas dan

menegakan hukum terhadap perilaku kejahatan tersebut khususnya pihak kepolisian

sebagai petugas yang diberikan mandat oleh negara untuk menyidik tindak kejahatan

agar dapat diperoses dipengadilan.

Suatu hal yang tidak dapat dibantai siapapun, semua manusia adalah ciptaan

Tuhan dan semua mesti kembali kepada Tuhan, tidak ada kelebihan dan kemuliaan

antara satu dengan lainnya, semua adalah sama-sama mempunyai harkat dan martabat

yang sesuai dengan hak-hak azasi yang melekat pada tiap diri manusia.

Manusia sebagai hamba tuhan yang juga sebagai mahluk yang sama

derajatnya dengan manusia lainnya harus ditempatkan pada keluruhan harkat dan

martabatnya sebagai mahluk tuhan. Sebagai manusia memiliki hak dan kodrat

kemanusia serta martabat harkat pribadi yang harus dihormati dan penangkapan

tidaklah semudah seperti kita membalikan telapak tangan karena dalam

pelaksanaannya membutuhkan pemahaman manusia dan kemanusian, dimana disitu

pihak terdapat suatu harkat dan martabat yang mesti dilindungi dan dilain pihak ada

pemenuhan tujuan tindakan penegakan hukum yaitu untuk mempertahankan dan

melindungi kepentingan masyarakat.

17
Dalam pelaksanaan penegakan hukum guna untuk mempertahankan dan melindungi

masyarakat jangan sampai mengorbankan dilindungi oleh setiap orang tanpa kecuali,

tidak ada seorangpun yang ingin direndahkan dan diperlakukan dengan tidak layak.

Semua manusia tidak sudi mendapat perlakukan yang berbeda dengan manusia

lainnya, Manusia tidak akan pernah senang dan akan terluka hatinya setiap perilakuan

yang biadab.

Bersumber dari landasan persamaan derajat hak dan kewajiban serta harkat

dan martabat yang ada pada setiap diri manusia tersebut melahirkan suatu keinginan

kebutuhan akan adanya suatu peraturan hukum yang benar- benar adil atau paling

tidak mendekati keadilan yang mampu menjamin kepastian hukum bagi setiap

manusia untuk diperlakukan secara wajar dengan cara-cara manusiawi, sekalipun

yang dihadapi dan diperiksa oleh polisi itu adalah seorang tersangka termasuk

didalam hal tersebut diatas termasuk tindakan penangkapan.

Dalam menghadapi dan memeriksa sesuatu tindakan pidana (melakukan

penyilidikan/penyidikan) khususnya hak dan martabat tersangka atau juga sebaliknya

demi melindungi dan menjunjung harkat dan martabat tersangka dikorbankan

kepentingan masyarakat. Polri yang dalam hal ini mempunyai salah satu wewenang

untuk mengambil suatu tindakan penangkapan memegang peranan penting dan

menempati posisi yang vital dan utama didalam penentuan serta pemenuhan tujuan

dimaksud.

Penyidik atau penyelidik memperlihatkan surat tugas Ketika melakukan

penangkapan, kemudian memberikan kepada tersangka surat perintah penangkapan

yang mencamtumkan identitas tersangka dan menyebutkan alasan penangkapan serta

18
uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan dan tempat ia diperiksa, Apabila

tertangkap tangan, tidak diperlukan lagi surat perintah penangkapan. Tetapi,

penangkap harus segera menyerahkan tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada

penyidik atau penyidik pembantu yang terdekat, setelah melakukan penangkapan surat

perintah penangkapan harus segera diberikan kepada pihak keluarganya. sebagaimana

diatur dalam Pasal 18 KUHAP.

19
Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Dapat di tarik kesimpulan bahwa penangkapan bertujuan untuk kepentingan

penyidikan atau penuntutan dan/atau peradilan. Penangkapan harus dilakukan

berdasarkan Pasal 17 dan 18 KUHAP, yaitu dilakukan terhadap seorang tersangka yang

diduga keras melakukan tindak pidana dan dugaan tersebut didasarkan pada permulaan

bukti yang cukup. Apabila terjadi penemuan Tindakan apparat yang tidak sesuai

ketentuan di dalam KUHAP, seorang korban salah tangkap atau korban dari Tindakan

represif apparat penegak hukum dapat melaporkan pada pihak berwenang seperti

Propam (profesi dan keamanan) atau ombushman.

Penangkapan juga tidak boleh dilakukan lebih dari satu hari, pengangkapan pula di

sertai dengan surat perintah yang mencantumkan indentitas tersangka, menyebutkan

alasan penangkapan secara singkat, bertujuan untuk terduga pelaku mengetahui

mengapa dirinya di tangkap, dalam KUHAP tidak di tentukan penangkapan secara

semena-mena dengan tanpa surat perintah dan alasan yang sah apalagi disertai dengan

kekerasan, oleh karena itu menurut penulis aparat penegak hukum hanya terbatas

melakukan penangkapan berdasarkan prosedur dalam KUHAP tidak boleh kurang atau

tidak boleh lebih.

20
Saran

Aparat penegak hukum selaku alat pelengkap negara seharunya bertindak sesuai

dengan ketentuan yang berlaku dan tidak berlaku di luar ketentuan, mengingat kejadian

yang telah di singgung oleh penulis seharunya hal tersebut tidak terjadi kepada warga

sipil, karena meskipun warga sipil melanggar atau melawan hukum hak mereka tetap di

jamin dan dilindungi oleh undang-undang dasar, penelitian ini bertujuan untuk

mengingatkan para penegak hukum agar lebih cermat lagi dalam mengambil Tindakan

agar cita-cita keadilan dan kemanusiaaan dapat terwujud, sekian kajian yang dapat

penulis sajinkan sekurang-kurang nya kami memohon maaf, terimakasi

21
Daftar Pustaka

Arfah, H. (2022, Januari 14). surabaya.kompas.com. Retrieved from Kompas.com:


https://surabaya.kompas.com/read/2022/01/14/114143278/cerita-andrianto-
diringkus-polisi-saat-antar-jenazah-putrinya-ternyata?page=all#page2
Sofyan, A. M., & SH, M. (2020). Hukum Acara Pidana. Prenada Media.
(Arfah, 2022)

22

Anda mungkin juga menyukai