Anda di halaman 1dari 13

KELISTRIKAN BODY

Disusun Oleh :

Nama : Muhammad Aidil


Nim : 226112044
Kelas : 3D

JURUSAN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERAWATAN


DAN PERBAIKAN MESIN POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
Apa Itu Sistem Starter
Sistem starter merupakan komponen pada kendaraan yang berfungsi untuk menghidupkan atau
menjalankan mesin. Komponen ini berfungsi untuk mengubah arus listrik yang terdapat pada aki
menjadi energi mekanik.
Saat starter kendaraan diaktifkan, makan komponen mesin akan mendapatkan putaran awal melalui
bantuan dari flywheel yang dimotori oleh sistem starter. Selanjutnya mesin akan dapat melakukan
perputaran dengan sendirinya karena proses pembakaran dalam mesin sudah berjalan.
Prinsip kerja starter adalah dengan mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik
ini selanjutnya akan membuat mesin kendaraan dapat bergerak dan berjalan. Selain itu, sistem
starter juga berfungsi sebagai penggerak awal sehingga mesin kendaraan dapat melakukan proses
pembakaran.
Dengan fungsi yang sangat penting untuk membantu menghidupkan dan menjalankan sebuah
mesin, jika sistem starter bermasalah maka kendaraan tidak bisa dihidupkan dan dijalankan.

Komponen Utama dalam Sistem Starter


Untuk menjalankan fungsinya dalam membantu menghidupkan dan menjalankan mesin kendaraan,
cara kerja sistem starter didukung oleh berbagai komponen yang saling terhubung. Berikut ini
beberapa komponen utama dalam sistem starter yang perlu Anda ketahui.
1. Battery atau accu
Battery atau baterai merupakan komponen sistem starter yang berfungsi sebagai penyedia atau
sumber arus listrik kemudian menyalurkannya ke seluruh komponen sistem starter mobil. Arus listrik
yang dikirimkan dari battery ini selanjutnya akan diubah menjadi tenaga putar oleh starter kendaraan
sehingga mesin bisa berputar.
2. Saklar starter
Komponen ini berfungsi untuk mengalirkan arus listrik ke seluruh komponen sistem starter.
Saklar starter akan menghantarkan listrik berarus besar yang berguna untuk memutar mesin
kendaraan
3. Relay starter
Relay starter terdiri dari dua komponen yaitu fuse dan relay. Fuse atau sekring berfungsi untuk
membatasi arus yang diperbolehkan mengalir dalam kabel sehingga risiko panas dan terbakar bisa
dihindari. Sedangkan relay berfungsi sebagai penghubung antara
ignition switch dengan starter sehingga lebih aman dan awet.
4. Motor starter
Fungsi sistem starter yang satu ini adalah merubah tenaga listrik yang telah dialirkan menjadi
sebuah momen putar pada mesin. Starter motor akan memutar roda gigi di flywheel sehingga mesin
dapat melakukan kompresi, hidup dan berputar.
5. Ignition switch
Ignition switch atau kunci kontak berfungsi sebagai penghubung atau pemutus arus dan tegangan
dari battery ke starter motor.
Untuk memastikan sistem starter kendaraan bisa bekerja dengan optimal, maka semua komponen
di atas juga harus dipastikan dalam kondisi baik. Jika ada satu komponen saja yang bermasalah,
maka akan mengganggu kinerja sistem starter secara keseluruhan.
Cara Kerja Sistem Starter
Untuk melakukan tugasnya dalam menghidupkan atau mematikan mesin kendaraan, sistem starter
memiliki cara kerja yang cukup sederhana. Berikut ini penjelasan tentang bagaimana sistem starter
bekerja setelah Anda memahami pengertian sistem starter:
1. Ignition switch atau kunci kontak diputar ke arah start maka arus listrik dari battery (aki) akan
mengalir melalui fuse dan relay menuju ke terminal S di starter kendaraan
2. Listrik di terminal S akan menggerakkan magnetic switch menjadi ON sehingga arus listrik yang
besar dari battery akan mengalir melalui kabel besar menuju ke terminal B.
3. Di saat yang sama, magnetic switch akan mendorong roda gigi di starter motor menjadi terkait
dengan roda gigi di mesin atau flywheel.
4. Listrik dari terminal B akan mengalir ke terminal M dan membuat komponen dalam starter motor
menjadi berputar sekaligus memutar roda gigi yang terkait dengan mesin tadi sehingga mesin mobil
juga akan ikut berputar.
Cara kerja sistem starter kendaraan sangat berpengaruh terhadap komponen kelistrikan dalam
mesin. Maka dari itu, pastikan Anda merawat sistem kelistrikan dan starter mobil secara berkala
untuk memastikan bahwa semua komponen tersebut berfungsi dengan baik sehingga sistem starter
kendaraan juga bisa bekerja dengan maksimal.
Jenis dan Tipe Sistem Starter
Pada dasarnya ada beberapa jenis dan tipe sistem starter mobil yang digunakan saat ini. Berikut ini
penjelasan lengkap apa saja jenis dan tipe sistem starter yang perlu Anda ketahui.
Jenis Sistem Starter
Jenis sistem starter mobil meliputi:
1. Starter mekanik
Starter mekanik merupakan jenis sistem starter yang paling umum dijumpai pada
kendaraan. Starter jenis ini biasanya digerakkan oleh tenaga manusia seperti kick starter pada
sepeda motor dan slenger pada mesin diesel.
2. Starter elektrik
Sistem starter jenis ini mengubah energi arus listrik sehingga bisa menjalankan sebuah mesin
kendaraan. Starter elektrik banyak digunakan pada sepeda motor dan mobil karena memungkinkan
mesin kendaraan bisa hidup dan berjalan dengan mudah.
3. Starter pneumatic
Cara kerja sistem starter mobil jenis ini adalah dengan mengubah udara yang memiliki tekanan
besar menjadi sumber tenaga atau penggeraknya. Biasanya starter pneumatic diaplikasikan pada
kapal laut yang memiliki mesin cukup besar.

Tipe Sistem Starter


Sistem starter pada mesin kendaraan juga terdiri dari beberapa tipe, diantaranya:
1. Sistem Starter Tipe Konvensional
Sistem starter tipe ini bekerja dengan memanfaatkan satu buah pinion gear yang akan terhubung
ke flywheel saat drive lever digerakkan oleh pull in coil. Sistem starter tipe konvensional umumnya a
memiliki bentuk sederhana dengan tenaga yang standar.
2. Sistem Starter Tipe Reduksi
Sistem starter tipe reduksi memiliki gigi tambahan yang berguna untuk mereduksi putaran. Hal ini
bertujuan untuk menghasilkan momen puntir yang kuat. Sistem starter jenis ini cocok digunakan
pada mesin yang mempunyai kompresi yang tinggi seperti pada mesin diesel.
3. Sistem Starter Tipe Planetary
Komponen sistem starter mobil tipe planetary sebenarnya memiliki cara kerja yang tidak jauh
berbeda dengan sistem starter tipe reduksi. Perbedaannya hanya terletak pada roda gigi tambahan
yang berbentuk planetary atau memutar. Kelebihan sistem starter tipe ini adalah memiliki daya
reduksi yang lebih baik sehingga ukuran armature coil dapat diperkecil.
Komponen dalam Sistem Pengisian Mobil

Dalam pengisian daya listrik ini ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan.
Masing-masing komponen ini berperan sangat besar agar proses pengisian berjalan
dengan baik. Apabila salah satu komponen saja mengalami kerusakan, maka baterai
tidak terisi.
Berikut ini beberapa komponen yang tersedia dalam sistem pengisian mobil.

Alternator

Komponen pertama ini memiliki fungsi untuk mengubah energi mekanis menjadi listrik.
Saat alternator bekerja maka akan terjadi putaran dari puli poros engkol yang akan
disalurkan melalui v-belt.
Nantinya akan muncul arus bolak balik dan diarahkan ke dioda. Ada beberapa
komponen yang terdapat dalam alternator sebagai berikut:

1. Stator yang berfungsi untuk menciptakan arus bolak balik.


2. Rotor yang berfungsi untuk menciptakan elektromagnet.
3. Dioda yang fungsinya untuk menyearahkan arus.
4. Bearing yang berfungsi agar rotor berputar dengan lembut.
5. Fan yang berfungsi untuk mendinginkan komponen alternator.
6. Puli yang berfungsi untuk menerima putaran dari tali kipas.

Regulator
Komponen kedua adalah regulator yang berfungsi untuk mengatur agar besar
pengisian tidak berlebihan. Hasil tegangan listrik dihasilkan sesuai dengan kecepatan
putaran pada mesin. Lebih cepat maka daya akan semakin besar.
Oleh karena itu dibutuhkan regulator untuk mengatur besaran daya yang dihasilkan.
Regulator akan mengatur besaran arus listrik yang dialirkan ke rotor coil. Regulator juga
bekerja untuk mematikan lampu indikator pengisian apabila alternator sudah bisa
menghasilkan arus listrik.
Ada dua tipe regulator yakni pelana atau konvensional dan ada juga tipe IC regulator.
Ada beberapa keuntungan yang didapatkan jika menggunakan tipe regulator IC yaitu:

1. Ukurannya kecil namun mampu memberikan output yang besar.


2. Tidak perlu adanya penyetelan.
3. Kontrolnya juga lebih baik dan tahan dengan temperatur
Baterai atau Accu
Merupakan komponen yang tentu sudah pernah Anda dengar. Fungsinya adalah
sebagai sumber listrik pada kendaraan untuk berbagai sistem seperti sistem pengapian
hingga sistem starter.
Fungsi lainnya adalah menjadi tempat penampungan daya sementara saat sistem
pengisian berlangsung.

Ampere
Komponen yang fungsinya untuk mengukur besarnya arus listrik. Biasanya
dibangkitkan untuk mengisi baterai.

Kunci Kontak
Komponen ini memiliki fungsi saklar yang bisa memutus dan menghubungkan aliran
arus listrik ke lampu indikator dan regulator.

Penghantar listrik
Dalam hal ini adalah kabel yang menjadi alat konduktor listrik.

Sekering atau fuse


Ada juga sekering yang akan bekerja sebagai pengaman dari semua rangkaian
kelistrikan apabila terjadi konsleting.

Lampu Indikator
Setiap alat selalu dilengkapi dengan lampu indikator yang menunjukan tidak terjadi
masalah pada sistem dan ketika pengisian telah selesai dilakukan.
Rangkaian Seri dan Pararel

Ragkaian Seri

Sebuah rangkaian seri (gambar di bawah) adalah jenis rangkaian yang paling
sederhana. Dalam sistem kelistrikan otomotif hampir tidak pernah mencakup
rangkaian seri murni. Rangkaian seri adalah rangkaian lengkap yang memiliki
lebih dari satu beban listrik yang dengannya arus harus mengalir.

Berikut adalah karakteristik dari semua rangkaian seri:

Tegangan turun (drop voltage) bertambah hingga tegangan sumber atau baterai.

Hanya ada satu jalur untuk aliran arus listrik.

Arus yang sama mengalir melalui setiap komponen. Dengan kata lain, kita akan
mendapatkan pengukuran arus yang sama di titik mana pun di sepanjang
rangkaian.

Karena hanya ada satu jalur, sebuah jalur terbuka di mana saja dalam rangkaian
akan menghentikan aliran arus listrik.
Hambatan tiap beban ditambahkan secara langsung hingga total hambatan sangat
besar.

Rangkaian Paralel

Rangkaian paralel adalah rangkaian lengkap di mana aliran arus listrik memiliki
lebih dari satu jalur.

Berikut adalah karakteristik rangkaian paralel (lihat gambar di atas).

Ada lebih dari satu jalur untuk aliran arus listrik. Setiap jalur aliran arus listrik
disebut cabang.

Semua cabang terhubung ke terminal positif baterai yang sama dan terminal
negatif yang sama. Ini berarti tegangan yang sama diterapkan ke semua cabang.

Setiap cabang menurunkan jumlah tegangan yang sama, tidak peduli terhadap
resistansi yang ada.

Aliran arus listrik di setiap cabang dapat berbeda tergantung pada resistansi. Total
arus dalam rangkaian sama dengan jumlah arus cabang.
Resistan atau hambatan total selalu kurang dari resistansi terkecil di cabang mana
pun.

Apa Itu Sistem Pengapian Konvensional dan


Fungsinya

Secara umum ada empat jenis sistem pengapian yang digunakan pada kendaraan
mobil. Pertama adalah sistem pengapian konvensional, kedua sistem pengapian CDI,
ketiga sistem pengapian transistor dan terakhir sistem pengapian DLI.
Di antara keempatnya, pengapian konvensional adalah sistem yang pertama kali
dirancang oleh manusia dalam sebuah kendaraan bermotor. Pengertian dari sistem ini
adalah rangkaian mekatronika sederhana.
Tujuan dibuat adalah untuk menciptakan percikan api pada busi dengan interval
tertentu.
Busi akan menciptakan percikan api karena energi listrik dari tegangan yang mengalir
tinggi melewati elektroda busi.
Tegangan bisa mencapai 30.000 V DC, di mana celah 0,8 mm pada elektroda tersebut
akan menciptakan lompatan elektron yang bentuknya percikan api. Ciri utamanya
sendiri adalah menggunakan platina untuk menghubungkan dan memutuskan
pengapian.
Ada dua fungsi yang dimiliki sistem pengapian konvensional. Pertama adalah untuk
menciptakan loncatan bunga api pada busi di waktu yang tepat. Waktunya adalah untuk
menciptakan pembakaran antara udara dengan bahan bakar bensin.
Fungsi yang kedua adalah untuk menciptakan loncatan bunga api dibutuhkan tegangan
listrik yang tinggi. Tegangan tersebut akan menaikkan tegangan baterai sehingga
menjadi tegangan tinggi coil melalui hubungan singkat arus primer oleh platina.
Sistem ini berbeda dengan sistem pengapian CDI yang justru menganut prinsip
pengosongan arus pada kapasitor supaya terdapat tegangan pada coil. Berbeda juga
dengan sistem pengapian transistor yang tak lagi menggunakan platina.
Seperti apa cara kerja dari pengapian konvensional dipengaruhi oleh komponen yang
ada di dalamnya.
Komponen dalam Sistem Pengapian
Konvensional

Setiap sistem pengapian memiliki komponen yang berbeda-beda tergantung


bagaimana caranya bekerja. Masing-masing komponen ini memiliki fungsi dan
tugas berbeda namun saling berhubungan untuk menciptakan percikan api.

Jadi busi tidak bekerja sendiri dalam sebuah kendaraan motor atau mobil untuk
bisa menciptakan percikan api. Secara umum ada tiga komponen utama yang
penting yaitu Nok, Ignition Coil dan Distributor.

Berikut ini komponen sistem pengapian konvensional yang digunakan.

Baterai

Sama seperti baterai pada umumnya, baterai di sini fungsi utamanya adalah untuk
menyediakan arus listrik dengan voltase rendah yaitu sekitar 12 volt. Selain untuk
sistem pengapian, baterai juga memiliki fungsi kelistrikan pada bagian lainnya.

Contohnya saja untuk suplai listrik menyalakan klakson, sistem pengisian dan
komponen yang membutuhkan kelistrikan lainnya. Baterai ini lebih sering disebut
dengan aki di mana fungsinya sangat penting untuk kelistrikan kendaraan.

Kondensor
Sesuai dengan namanya, komponen distributor ini memiliki fungsi utama untuk
menyerap loncatan bunga api pada platina. Penyerapan berlangsung ketika terjadi
pembukaan yang bertujuan untuk menaikkan tegangan pada coil sekunder.

Ignition Coil

Komponen inilah yang berperan besar untuk menaikkan daya dari baterai yang
tadinya hanya 12 volt. Daya bisa dinaikan 10 KV bahkan lebih, seperti yang
dijelaskan bahwa untuk menciptakan percikan api dibutuhkan tegangan listrik
yang tinggi.

Ignition coil ini memiliki dua jenis kumparan yang masing-masing dililitkan pada
bagian inti besi. Di mana kumparan yang pertama disebut kumparan primer, yang
akan menerima arus dari baterai dan diputus breaker point atau platina.

Kumparan kedua atau kumparan sekunder ini nantinya akan menciptakan induksi
elektromagnetik ketika arus listrik diputus oleh platina sehingga bisa
membangkitkan tegangan sampai 10 KV bahkan lebih.

Kumparan primer biasanya menggunakan kawat tembaga yang ukurannya 0,5


hingga 1,0 mm bahkan lebih besar dan gulungannya sedikit. Sedangkan kumparan
sekunder lebih kecil dan jumlah gulungannya lebih banyak.

Distributor

Kemudian komponen distributor ini sendiri terdiri dari banyak komponen di mana
fungsi utamanya adalah untuk mendistribusikan tegangan listrik yang sudah
dibangkitkan ignition coil ke setiap silinder. Berikut ini macam-macam bagian dari
distributor.

Nok
Disebut juga dengan Cam, komponen ini akan membuka platina di sudut poros
engkol dengan tepat bagi masing-masing silinder. Nok sendiri terhubung dengan
poros distributor dan akan digerakkan oleh poros nok.

Platina

Pada sistem pengapian konvensional fungsi platina adalah untuk memutuskan arus
listrik yang mengalir ke kumparan primer dalam ignition coil. Tujuannya agar
ignition coil mampu menciptakan tegangan listrik yang lebih tinggi dari baterai

Centrifugal Governor Advancer

Fungsi dari komponen ini adalah untuk memajukan pada saat pengapian yang
disesuaikan dengan putaran dari mesin.

Vakum Advancer

Komponen ini dipasang pada bagian distributor dan dihubungkan ke backing plate
atau dudukan platina. Bentuknya sendiri seperti piringan yang memiliki dua selang
dan dihubungkan ke karburator dan intake manifold.

Pada saat komponen ini menyala maka akan menggeser backing plate dan
menciptakan buka tutup platina. Fungsinya adalah memajukan saat pengapian
sesuai dengan beban mesin.

Rotor

Komponen sistem pengapian konvensional ini memiliki fungsi untuk membagikan


arus listrik tegangan tinggi yang sudah dihasilkan ignition coil ke busi.

Distributor Cap

Fungsi distributor ini adalah untuk membagikan arus listrik dari rotor ke kabel
tegangan listrik sehingga setiap busi bisa menghasilkan percikan api.

Kabel Tegangan Tinggi

Komponen dari sistem pengapian konvensional ini memiliki fungsi untuk


mengalirkan arus dengan tegangan sangat tinggi ke busi dari

Anda mungkin juga menyukai