PENGGUDANGAN PERBEKALAN
Sayangnya, seringkali masih kita temui suatu kejadian bahwa secara fisik suatu
organisasi telah memiliki gudang, tetapi dalam pengelolaannya belum mendapat
perhatian sebagaimana mestinya yang selaras dengan tingkat urgensi fungsi
penggudangan.
Agar beberapa pedoman umum ini dapat diimplemantasikan dengan baik, perlu
adanya rancangan dan implementasi sistem kerja Penggudangan perbekalan yang
jelas dan tepat dalam setiap organisasi.
Apabila kesalahan-kesalahan umum tersebut terjadi amak oeientasi awal dan utama
dalam kegiatan Penggudangan jelas tidak akan terjadi, dan justru sebaliknya,
Penggudangan tidak mampu menjamin kelancaran dan kelangsungan kegiatan
organisasi. Tentu saja bila hal itu terjadi, pada akhirnya akan sangat mempengaruhi
tingkat efektivitas dan produktivitas kerja unit maupun akan mempengaruhi tingkat
efektivitas dan efisiensi organisasi secara keseluruhan.
3
C. Macam-macam Gudang
Berdasarkan pada pengalaman dan pengamatan yang paling sering kita temui, kita
dapat menyatakan bahwa gudang merupakan suatu ruangan tertutup, tidak
bergerak, tidak untuk lalu lintas umum, dan berfungsi untuk menyimpan barang.
Berdasarkan pengertian ini dapat ditegaskan bahwa gudang merupakan bangunan
yang memiliki tiga dimensi (panjang, lebar dan tinggi), memiliki dinding dan atap,
hanya petugas gudang yang boleh masuk keluar gudang dan gudang hanya untuk
menyimpan perbekalan (barang).
Bila beberapa batasan gudang tersebit dilanggar, khususnya dua poin terakhir dari
hakikat pengertian gudang, tentu akan mempengaruhi hakikat fungsi gudang itu
sendiri dan sebagai dampaknya optimalisasi gungsi gudang guna menjamin dan
menjaga kontinuitas kerja organisasi tidak akan tercapai.
Bila dilihat secara fisik, ternyata gudang tidak hanya dalam bentuk ruangan yang
tertutup saja, tetapi bisa juga dalam bentuk ruangan yang terbuka ataupun semi
tertutup. Namun, untuk kegiatan-kegiatan perkantoran biasanya gudang yang
dibutuhkan adalah jenis gudang tertutup.
Gudang terbuka sering dibedakan atas gudang yang tidak diolah dan gudang terbuka
diolah. Gudang terbuka tidak diolah berupa suatu lapangan terbuka, yang
permukaannya hanya diratakan tanpa diperkeras. Penggunaan gudang semacam ini
tidak memakan biaya yang relatif besar dalam pemeliharaannya dan diperntukkan
hanya untuk perbekalan yang tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca atau hanya
untuk penyimpanan yang sifatnya sementara. Sementara gudang terbuka diolah
berupa suatu lapangan terbuka yang sudah diratakan dan diperkeras, gudang jenis
ini juga hanya dipentukkan bagi perbekalan yang tidak cepat terpengaruh oleh cuaca
sementara gudang semi tertutup atau seing disebut dengan istilah lumbung
merupakan bangunan yang beratap tanpa bining-binding ujung yang lengkap dan
diperuntukkan untuk menyimpan perbekalan yang memerlukan pertukaran udara
maksimum serta tidak memerlukan perlindungan dengan lengkap terhadap udara.
5. Hendaknya dalam ruang gudang ada ruang untuk pengecekan barang keluar.
Ruang ini berfungsi untuk memeriksa dan mengecek barang yang akan
dikeluarkan dari gudang karena adanya permintaan dari unit kerja. Sebagaimana
fungsi ruang cek barang masuk, ruang cek barang keluar ini dimaksudkan guna
menjamin pengeluaran perbekalan baik secara fisik maupun adminisratif dapat
dipertanggungjawabkan. Adapun penempatan ruang cek barang keluar, bisa
berdekatan dengan ruang cek barang masuk ataupun terpisah, dengan
mempertimbangkan frekuensi mutasi perbekalan.
Berkaitan dengan perencanaan dan penetapan tata ruang gudang tersebut, dapat
dilihat rancangan tata ruang gudang pada gambar 4.1 dan gambar 4.2
RB RB RB RB RB
Ruang TU
Gambar 4.1 Tata ruang gudang (Frekuensi mutasi barang yang rendah)
RB RB RB RB RB
Pintu Masuk
Pintu keluar RB RB RB RB RB
Ruang Pengecekan
Barang Keluar (CBK)
Gambar 4.2 Tata ruang gudang (Frekuensi mutasi barang yang tinggi)
E. Administrasi Pergudangan.
Bagi petugas gudang administrasi penggudangan juga dapat digunakan sebagai alat
pertanggungjawaban dalam pengelolaan penggudangan yang dibebankan
kepadanya. Sehubungan dengan administrasi penggudangan perbekalan tersebut,
yang penting dalam kegiatan penggudangan harus ada buku penerimaan gudang,
buku pengeluaran gudang, kartu persediaan/stock, bon permintaan barang dan surat
penyerahan barang. Masing-masing buku tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Unit/Bagian : Gudang
No. Tanggal No. Kode Kode Nama & Asal Juml Harga Jumlah
bukti keluar Barang Spesifikasi Barang ah persat Harga
Barang uan (Rp)
(Rp)
1. 30 april 04/02/2008 05.01.01 Kertas HVS Toko 50 21.000 1.050.000
2008 Kwarto 60 Gr Gramedia rim
(Sinar Dunia)
2. 30 april 04/02/2008 05.01.02 Kertas HVS Toko 50 23.000 1.050.000
2008 Kwarto 70 Gr Gramedia rim
(Sinar Dunia)
3. 30 april 04/02/2008 05.01.07 Kertas HVS Toko 30 25.000 750.000
2008 Kwarto 60 Gr Gramedia rim
(Sinar Dunia)
4. 2 Mei 01/03/2008 05.06.01 Amplop panjang Indo 50 20.000 100.000
2008 polos merpati Grosir box
5. 2 Mei 01/03/2008 08.02.01 Ribbon Cartridge Sun Tech 25 13.000 325.000
2008 : Epson 8750 unit
Berdasarkan contoh formulir 4.1, dapat dicermati bahwa ada beberapa informasi
yang penting untuk dicatat, yakni tanggal pembelian, nomor kode terima, nomor
kode barang, nama dan spesifikasi barang, asal barang, jumlah barang, harga
persatuan barang, dan jumlah total barang. Berkaitan dengan pemberian nomor
kode terima, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni sebagai berikut :
a. Nomor kode bukti terima didasarkan pada nomor kode bukti terima yang telah
dibuat dan dituliskan pada bukti terima barang, baik berupa faktur, nota
ataupun kuitansi. Pada bukti-bukti terima barang tersebut nomor kode bukti
terima barang dituliskan pada sebelah kanan atas lembar bukti yang disusun
berdasakan urutan kronologis transaksi dan dituliskan secara jelas dan
mencolok sehingga akan mempermudah untuk menemukan dan mengecek
bukti terima tersebut.
b. Pembuatan nomor kode bukti terima bisa menuliskan angka secara berurutan.
Mulai dari angka 1 sampai tidak terbatas mulai dari awal tahun sampai dengan
akhir tahun. Namun juga bisa dengan cara lain yang disusun lebih terperinci
dengan mempertimbangkan periode perbekalan (periode permintaan dan
pengadaan perbekalan) sebagaimana dicontohkan pada lembar buku
penerimaan gudang di atas. Sebagai contoh pembelian tanggal 30 april 2008
dengan nomor kode bukti terima 04/02/2008, angka 4 menunjukkan
pembelian keempat, dalam periode perbekalan kedua (angka 02) periode
pertama diandaikan bulan Januari sampai dengan februari, periode kedua
8
diandaikan bulan maret sampai dengan april, periode ketiga diandaikan bulan
mei sampai dengan juni dan seterusnya selama tahun 2008 (angka 2008)
c. Apabila terjadi pembelian atas beberapa jenis perbekalan di temat yang sama,
dalam waktu yang sama, dan dijadikan dalam satu faktur/nota/kuitansi maka
nomor kode bukti terima adalah sama. Tetapi, apabila melakukan pembelian
di tempat yang sama dalam tanggal yang sam (tetapi beda jam) dan tidak
dijadikan dalam satu faktur/nota/kuitansi maka nomor kode bukti terima akan
berbeda.
Unit/Bagian : Gudang
No. Tanggal No. Kode Kode Nama & Tujuan Juml Keterangan
bukti keluar Barang Spesifikasi Barang ah
Barang
1. 1 Mei 01/03/2008 05.01.01 Kertas HVS Sekretariat 2 Pembuatan buku
2008 Kwarto 60 Gr rim
(Sinar Dunia)
2. 1 Mei 01/03/2008 05.01.02 Kertas HVS Sekterariat 4 Pembuatan buku
2008 Kwarto 70 Gr rim
(Sinar Dunia)
3. 1 Mei 02/03/2008 05.01.07 Kertas HVS Bag. 2 Pembuatan buku
2008 Kwarto 60 Gr Personalia rim
(Sinar Dunia)
4. 2 Mei 03/03/2008 05.06.01 Amplop panjang Bag. 4 Pembuatan naskah
2008 polos merpati Akademik box soal ujian
5. 2 Mei 03/03/2008 08.02.01 Ribbon Cartridge Bag. 4 -
2008 : Epson 8750 Akademik unit
Prosedur penomoran dan pembuatan nomor kode bukti keluar secara substansial
sama dengan prosedur penomoran dan cara pembuatan nomor kode bukti
terima, hanya saja nomor kode bukti keluar didasarkan pada nomor kode bukti
keluar yang telah dibuat dan ditulis pada lembar bukti keluar yang bisa berupa
bon pengeluaran barang atau surat penyeraahan barang atau bon gudang.
3. Kartu persediaan/Stock
Surat Penyerahan Barang atau sering pula disebut Bon Pengeluaran Barang
merupakan surat bukti pengeluaran/penyerahan barang dengan jenis dan
spesifikasi tertentu serta jumlah tertentu oleh bagian gudang kepada unit kerja
tertentu pada waktu tertentu. Penyerahan barang kepada unit kerja bisa
dilakukan apabila telah dievaluasi oleh beberapa pihak yang berkewajiban dan
berhak mengambil keputusan untuk bisa atau tidaknya barang tersebut untuk
diberikan/diserahkan kepada unit kerja tertentu dengan mempertimbangkan
berbagai kepentingan. Sehubungan dengan hal itu ,Surat Penyerahan Barang
baru dinyatakan sah apabila ditandatangani oleh: (1) yang menyetujui, (2), yang
menyerahkan, dan (3) yang menerima barang . Contoh Surat Penyerahan Barang
dapat dilihat pada Contoh Formulir 4.4.
Agar perbekalan di dalam gudang tidak sekadar sebagai barang persediaan, tetapi
juga perbekalan yang siap pakai ( ready for use) maka perlu dan penting dilakukan
kegiatan perawatan barang di dalam gudang secara benar.
11
Ada beberapa hal yang penting diperhatikan sehubungan dengan kegiatan perawatan
barang dalam gudang tersebut antara lain :
DISTRIBUSI PERBEKALAN
Setelah adanya kesesuaian antara pesanan dan perbekalan yang ada maka
tindakan berikutnya adalah membawa perbekalan-perbekalan tersebut untuk
diletakan pada tempat khusus yang merupakan tempat persiapan penyerahan
perbekalan kepada unit kerja yang membutuhkan. Setelah itu dilakukan persiapan
administratif untuk penyerahan barang.
Dalam penyerahan perbekalan kepada unit kerja tersebut harus disertakan surat
penyerahan barang dan surat tersebut harus ditandatangani pihak yang
menyetujui yang menyerahkan dan yang menerima barang. Surat ini penting
karena selain sebagai bukti bahwa unit kerja tertentu telah menerima kebutuhan
perbekalannya juga penting bagi unit penyalur perbekalan atau secara lebih
khusus bagi petugas penyalur perbekalan karena surat ini dapat dijadikan sebagai
instrumen pertanggungjawaban atas tugas dan wewenang yang telah dilimpahkan
kepadanya. Adapun contoh surat penyerahan barang dapat dilihat pada contoh
formulir 4.4 pada bab penggudangan perbekalan.
PEMELIHARAAN PERBEKALAN
Khusus untuk perbekalan yang bersifat elektronik atau berkaitan dengan mesin, cara
perawatan perbekalan dapat dibedakan dan dapat diklasifikasikan dalam beberapa
tingkatan dan tingkatan-tingkatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perawatan Tingkat I
Perawatan Tingkat I ini bersifat perawatan pencegahan (preventive)
2. Perawatan Tingkat II
Perawatan Tingkat II ini berupa pengecekan (check up)
3. Perawatan Tingkat III
Perawatan Tingkat III ini bersifat perbaikan/pengantian (repair/replacement)
4. Perawatan Tingkat IV
Perawatan Tingkat IV ini bersifat revisi/perbaikan berat (reviced)
5. Perawatan Tingkat V
Perawatan Tingkat V ini bersifat bongkar pasang secara menyeluruh
Masih berkaitan dengan perawatan untuk perbekalan yang sifatnya elektronik atau
berkaitan dengan mesin dan lebih khusus berkaitan dengan perawatan perbekalan
secara preventif ada satu metode perawatan yang telah dikembangkan yang dikenal
dengan istilah metode FITCAL. Metode ini merupakan metode perawatan perbekalan
yang bersifat pencegahan perawatan dengan memperhatikan dan melakukan
tindakan-tindakan tertentu. Istilah FITCAL sendiri merupakan akronim dari kata
feeling, inspection, tighten, clean, adjusment dan inbrication secara operasional
metode ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Walaupun metode FITCAL ini pada awalnya ditujukan untuk perawatan preventif bagi
perbekalan yang sifatnya elektronik atau berkaitan dengan mesin, kiranya dapat juga
dijadikan pedoman bagi pegawai untuk melakukan pemeliharaan setiap perbekalan
yang dimiliki organisasi dengan cara mengambil nilai-nilai yang ada dari metode
tersebut antara alain setipa pegawai atau petugas yang bertanggungjawab dalam
pemeliharaan perbekalan untuk senantiasa melakukan tindakan perawatan dan
pengecekan secara rutin, peka terhadap perubahan-perubahan yang menyimpang
dari keadaan normal, segera melakukan tindakan pengecekan dan perbaikan setelah
terjadi penyimpangan dan senantiasa mengevaluasi atas tindakan perbaikan
tersebut.
Apabila pemeliharaan perbekalan dapat dilakukan secara optimal tentunya hal ini
akan mendukung pencapaian umur pemakaian perbekalan secara optimal.
Tercapainya umur pemakaian pemeliharaan perbekalan secara optimal selain
ditentukan oleh diterapkann pemeliharaanya metode pemeliharaan perbekalan
sebagaimana mestinya juga ditentukan oleh cara penggunaan perbekalan itu sendiri
penting dan harus mendapat perhatian untuk mencapai tujuan tersebut. Sehubungan
dengan hal itu, personel pengguna (user) perbekalan harus menggunakan setiap
perbekalan sebagaimana mestinya secara wajara dan sesuai dengan fungsi dan
kapasitas kerjanya. Disamping itu, apabila berkaitan dengan barang-barang
elektronik atau mesin harus senantiasa berpedoman pada buku petunjuk/panduan
penggunaan atau pengoperasian perbekalan tertentu ( Operating instruction).
Dalam hal ini bertindak dalam jabatan dan atas nama instansi tersebut diatas
sebagai pemakai mesin sebagai berikut :
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PT Kawan Sejati yang selanjutnya disebut
sebagai pihak II
Pihak I dan pihak II telah menyetujui mengadakan perjanjian perawatan mesin tersebut
diatas dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Masa Perjanjian ini berlaku selama periode waktu : tanggal 21 Juli 2007 sampai
dengan tanggal 21 Juli 2008.
2. Biaya perawatan mesin tersebut selama masa berlakunya perjanjian ini adalah
sebesar Rp. 800.000,- (delapan ratus ribu rupiah) dan dibayar dimuka oleh pihak I
kepada pihak II.
3. Biaya perawatan mesin tersebut tidak termasuk biaya untuk pembelian suku cadang
dan bukan habis pakai.
4. Pihak II harus menugaskan teknisinya untuk melaksanakan service/perawatan rutin
atas mesin tersebut sesuai dengan ketentuan yang tertera diatas selama perjanjian
perawatan mesin ini berlaku.
5. Bila terjadi kerusakan pada mesin tersebut dalam masa perjanjian ini maka pihak II
harus segera menugaskan teknisinya untuk melakukan perbaikan. Untuk perbaikan
tersebut pihak II tidak memugut biaya reparasi lagi kepada pihak I.
6. Pelaksanaan perawatan maupun reparasi mesin tersebut dilakukan pada jam kerja
pihak II.
7. Pihak I harus menyediakan daya dan tegangan listrik yang cukup serta bahan pakai
standar untuk pekerjaan mesin tersebut atas pelanggaran ini maka segala klaim atas
suku cadang atau bahan pakai yang tidak mencapai garansi pabrik bukan menjadi
tanggung jawab pihak II lagi.
8. Perjanjian ini hanya berlaku dalam kota yang memiliki cabang PT Kawan Sejati atau
pinggiran kota dalam radius maksimal 30 KM dari cabang PT Kawan Sejati.
10. Perjanjian ini menjadi tidak berlaku sebelum masa Perjanjian perawatan ini habis
bila mesin tersebut telah dipindah tangan.
11. Perjanjian ini dibuat di Yogyakarta, tanggal 21 Juli 2007
Pihak I Pihak II
BAB 7
PENGHAPUSAN PERBEKALAN
20
3. Dipindahkan
Penghapusan dengan cara dipindahkan adalah secara fisik perbekalan yang
sudah tidak dibutuhkan dimutasikan ke unit kerja lain ataupun kantor/institusi
cabang. Dengan demikian pemusnahan perbekalan ini sifatnya masih dalam
ruang lingkup organisasi internal.
4. Dihibahkan
Penghapusan perbekalan dengan cara dihibahkan berarti organisasi memberikan
secara Cuma-Cuma kepada pihak/organisasi lain yang membutuhkan perbekalan
yang dihapuskan tersebut.
6. Dimusnahkan
Penghapusan perbekalan dengan cara dimusnahkan adalah perbekalan benar-
benar dihilangkan/dimusnahkan dan hal ini dilakukan apabila cara penghapusan
perbekalan lain sudah tidak mungkin untuk diimplementasikan.
menyetujui, maupun yang menerima perbekalan (bila ada). adapun contoh berita
acara penghapusan perbekalan dapat dilihat pada formulir 7.1.
Demikian Berita acara ini dibuat dalam rangkap ....................... untuk dapat
dipergunakan seperlunya.
Dibuat di : ...............................
Tanggal : ................................
Mengetahui
........................................
Tanggal ......................
Panitia Penghapusan Barang
Sekretaris Ketua
........................ ........................
unit kerja harus mengisi formulir kartu barang, khususnya pada kolom penghapusan
barang sesuai dengan cara penghapusan perbekalan yang dilakukan.
BAB 8
25
Berkaitan dengan upaya membangun sistemkerja yang ideal, sudah diuraikan dan
dijelaskan secara mendetail dalam bab-bab terdahulu, mulai dari uraian dan
pembahasan mengenai pengadaan perbekalan sampai dengan pengendalian
perbekalan. Sehubungan dengan hal ini, dalam bab ini akan dipaparkan dan dibahas
berkaitan dengan upaya membangun moralitas pegawai, sekaligus memberikan
rambu-rambu normatif bagi pengelolaan perbekalan, baik untuk personel tingkat
manajerial maupun operasional.
Apabila kita tinjau secara etimologis, kita dapat menemukan pengertian yang
persis sama antara pengertian etika dan moralitas, walaupun kedua istilah itu
berasal dari kata yunani ethos yang dalam bentuk jamaknya to etha berarti adat
istiadat atau kebiasaan. Dalam pengertian ini etika berkaitan dengan kebiasaan
hidup yang baik, aturan hidup yang baik dan segala kebiasaan dan aturan hidup
tersebut dianut dan diwariskan dari orang yang satu ke orang yang lain. maupun
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan ini kemudian melembaga
dalam suatu pola perilaku. Sementara moralitas berasal dari kata latin Mos yang
dalam bentuk jamaknya mores, yang berarti pula adat istiadat atau kebiasaan,
dengan demikian dalam hal ini bermakna sama dengan pengertian etika tersebut.
Dari tinjauan etimologis tersebut dapat diungkapkan bahwa pengertian etika dan
moralitas secara substansial sama, yakni keduanya menunjuk pada suatu sistem
sebagai pedoman perilaku, baik bagi individu maupun bagi kelompok dalam hidup
bersama yang kemudian sistem nilai itu dikembangkan daalam suatu pola perilaku
dan secara terus menerus dilembagakan dalam praktik kehidupan sehari-hari.
26
Kecuali etika dan moralitas dapat dipahami sebagai suatu pengertian yang sama,
namun juga dapat dipahami sebagai pengertian yang berbeda. Dalam pengertian
ini, etika dimengerti sebagai filsafat moral atau ilmu yang membahas dan mengkaji
nilai dan norma yang diberikan oleh moralitas. Karena etika dipahami sebagai ilmu,
maka etika dalam pengertian ini sangat menekankan pendekatan kritis dalam
melihat dan mengumuli nilai dan norma moral serta permasalahan-permasalahan
moral yang timbul dalam kehidupan, khususnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian nilai-nilai atau aturan-aturan normatif yang berasal dari
moralitas justru menjadi objek normal dari etika dalam pengertian kedua ini.
Berkaitan dengan kedua makna etika tersebut, uraian dan bahasan dalam tulisan
ini akan lebih ditekankan pada pengertian etika yang pertama, yakni etika sebagai
suatu sistem nilai yang dijadikan pedoman dan pegangan dalam berperilaku,
bukan etika dalam makna sebagai sebuah filsafat moral.
Dari beberapa aturan normatif tersebut dapat digarisbawahi bahwa point 1 sampai
6 merupakan perintah, sedangkan point 7 sampai dengan 16 merupakan larangan
yang harus dihindari oleh setiap personel yang terlibat dalam pengelolaan dan
pengurusan perbekalan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, Agus. 1988. Efesiensi Persediaan Barang: Buku Panduan Untuk Perusahaan-
Perusahaan Kecil dan Menengah.
Yogyakarta: BPFE.
29
Kadarman, AM., Jusuf Udaya. 1993. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Keraf, A.Sony. 1998. Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Leenders, Michiel, et.al. 1989. Purchasing and Materials Management. Boston: Irwin.
Lembaga Administrasi Negara. 1997. Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia.
Jakarta: PT Toko Gunung Agung.
Nawawi, Hadari, Martini Hadari. 1994. Ilmu Administrasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Siagian, Sondang P 2001. Kerangka Dasar Ilmu Administrasi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soetrisno, R.I. 1978. Aneka Sari Ilmu Administrasi: Bidang Perbekalan. Yogyakarta:
Balai Pembinaan Administrasi Universitas Gajah Mada.
Suparjati, dkk. 2000. Tata Usaha Dan Kearsipan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
----------------2000. Surat Menyerat Dalam Perkantoran. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
30
Surtato, The Liang Gie. 1999. Administrasi Yang Baik Dalam Gambar. Yogyakarta:
PUBIB (Pusat Belajar Tlmu Berguna).
The Liang Gie. 1982. Ilmu Administrasi: Pengertian Kedudukan, dan perincian.
Yogyakarta: Penerbit Supersukses.
Pokok Bahasan :
1. Pengertian dasar administrasi perbekalan.
2. Pengadaan perbekalan.
3. Inventarisasi perbekalan.
4. Penggudangan perbekalan.
5. Distriusi Perbekalan.
6. Pemeliharaan perbekalan.
7. Penghapusan perbekalan.
8. Etika Manajemen perbekalan.
Referensi
1. Handayaningrat, Soewarno. 1994. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Manajemen. Jakarta: CV Hajimasagung.
2. Handoko, T Hani. 2001. Manajemen (edisi 2). Yogyakarta: BPFE.
3. Kadarman, AM., Jusuf Udaya. 1993. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
4. Keraf, A.Sony. 1998. Etika Bisnis : Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta :
Penerbit Kanisius.
5. Lembaga Administrasi Negara. 1997. Sistem Administrasi Negara Republik
Indonesia. Jakarta : PT Toko Gunung Agung.
6. Nawawi, Hadari, Martini Hadari. 1994. Ilmu Administrasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.
7. Revino. 2000. Purchasing. Suatu Pengantar Praktis. Jakarta : Penerbit Djambatan.
8. Siagian, Sondang P 2001. Kerangka Dasar Ilmu Administrasi. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Pokok Bahasan :
1. Keberadaan Desa di Indonesia.
2. Otonomi Desa.
3. Pertumbuhan Pemerintah Desa
4. Pemerintah Desa dalam Pengaturan UU RI No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
5. Pengelolaan Keuangan/Kekayaan Desa dan Laporan Pertanggungjawaban.
6. Pelayanan, Pembangunan dan kerjasama desa.
7. Peraturan Desa, Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa.
8. Administrasi Pemerintahan Desa.
9. Lembaga Kemasyarakatan Desa.
10. Pembinaan dan Pengawasan terhadap Pemerintahan Desa
11. Intervensi Negara, Pembangunan Desa dan Keberdayaan Masyarakat Desa.
12. Desa dalam Konsepsi Founding Fathers dan Penataan masa Depan.
Referensi
1. Hanif Nurcholis 2011. Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerinah Desa . Jakarta:
Penerit Erlangga.
2. Lincolin Arsyad, Elan Satriawan, Jangkung Handoyo Mulyo, Ardyanto Fitrady 2011.
Strategi Pembangunan Perdesaan Berbasis Lokal. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
3. Rahardjo Adisasmita. 2006. Membangun Desa Partisipatif. Yogyakarta : Graha Ilmu.
4. Undang-undang RI Nomor 6 Tahun 2014. Bandung: Citra Umbara.