MIKROTEKNIK
Disusun oleh:
Nama : Jihan Afifah Nugrahaini
NIM : K4322063
Kelas :C
Kelompok : 12
II. TUJUAN: Membuat sediaan smear dari berbagai bahan (jaringan darah dan jaringan
mukosa)
Mengeringkan apusan,
Menetesi apusan darah Mencuci apusan darah
kemudian setelah kering
dengan satu tetes dengan air lalu
memfiksir dengan
giemsa, menunggunya mengamati dengan
methanol selama 5
selama 10 menit mikroskop
menit
B. SMEAR MUKOSA
Menorehkan secara
Meneteskan sedikit
perlahan bagian Menutup objek
air di atas kaca objek
dalam pipi di rongga glass menggunakan
dan
mulut menggunakan cover glass tanpa
mencampurkannya
ujung tumpul tusuk adanya gelebung
dengan lapisan lendir
gigi hingga udara di dalam
hingga sel-sel
memperoleh lapisan preparat
menyebar
lendirnya
2
1. Eritrosit
2. Trombosit
3
2. Smear mukosa
Pada gambar hasil pengamatan smear mukosa terlihat beberapa bagian-bagian
struktur sel, yaitu membran plasma, sitoplasma, inti sel dan sel epitel. Hal ini didukung
oleh hasil pewarnaan menggunakan pewarna methylen blue yang memberikan efek
warna biru pada sel-selnya sehingga dapat mengidentifikasi bagian struktur sel seperti
yang telah dilaksanakan (Titin, 2019). Namun, pada pengamatan yang telah dilakukan
seluruh preparat menjadi berwarna biru yang cukup gelap, dimana seharusnya cukup
sel mukosa saja yang berubah menjadi warna biru. Hal ini dapat terjadi karena sampel
kurang dikeringudarakan sehingga warna belum terserap sempurna (Syafiq, 2022)
B. PEMBAHASAN
a. Pembahasan Teknik Handling Bahan
1. Smear darah
Pemeriksaan preparat apus darah tepi sebagai bagian penting serangkaian
pemeriksaan hematologi untuk menilai unsur-unsur sel darah, seperti morfologi
(eritrosit, leukosit, trombosit), jumlah dan jenis sel leukosit, dan
mengidentifikasi keberadaan parasit (Nirmala et al., 2022).
Preparat apus darah tepi dilakukan pewarnaan agar memudahkan dalam
melihat berbagai juenis sel dan dapat mengevaluasi morfologi sel-sel tersebut.
Penggunaan pewarnaan romanowsky dikarenakan warna ini memberikan hasil
yang jelas pada apusan darah tepi sehingga memudahkan dalam pengamatan
mikroskop. Sebelum pewarnaan preparat, perlu dilakukan fiksasi menggunakan
methanol agar dinding sel eritrosit terbuka dan apusan darah dapat melekat
sempurna pada objek glass sehingga tidak mengelupas serta dapat menghentikan
proses metabolisme tanpa mengubah struktur sel sebenarnya, fiksasi dilakukan
sesegera mungkin agar tidak memberikan latar belakang biru. Proses fiksasi
yang salah dapat menyebabkan perubahan morfologi sel dan perlekatan apusan
darah kurang maksimal, hal ini terjadi apabila methanol yang digunakan tidak
absolute karena telah menguap dan terjadi perubahan konsentrasi methanol
(Warsita et al., 2019).
2. Smear mukosa
Pemeriksaan sitologi eksfoliatif rongga mulut dilakukan dengan
memeriksa mikroskopis sel-sel yang dikerok dari permukaan mukosa. Eksfoliasi
artifisial terjadi jika permukaan mukosa dikerok dan sel-sel yang masih kontak
dengan jaringan terambil sebelum waktu deskuamasi fisiologisnya. Rongga
mulut sehat ditandai dengan keseimbangan ekologi yang ditentukan berbagai
faktor, seperti komponen seluler, humoral, serta flora normal. Ketika sistem
kekebalan tubuh menurun, bakteri dalam rongga mulut berubah menjadi patogen
sehingga menyebabkan infeksi yang dapat menjadi penyakit sistemik. Rongga
mulut dilapisi oleh mukosa yang terdiri dari epitel, lamina propria, dan jaringan
ikat. Berbagai tipe leukosit pada lapisan submukosa dapat bermigrasi ke mukosa
yang ditemui pada saliva. Epitel rongga mulut terdiri dari epitel berlapis gepeng
tanpa lapisan tanduk sebagai pelindung yang secara berkala mengalami
proliferase, maturasi dan eksfoliasi. Kelainan ini akan diikuti perubahan
4
komposisi sitologi sel leukosit dan sel epitel akibat migrasi atau eksfoliasi sel.
Pemeriksaan sitologi smear mukosa diperlukan untuk mendeteksi penyakit
dengan mengamati sel dibawah mikroskop (Rahmawati et al., 2018).
2. Smear mukosa
Sebelum mengambil sampel, probandus perlu untuk berkumur-kumur
dahulu agar membersihkan debris pada rongga mulut sehingga permukaan
mukosa bersih. Lalu pengambilan sampel sel epitel pada mukosa menggunakan
metode mengerok permukaan mukosa dan meletakkannya pada objek glass
bersih. Lalu, di fiksasi menggunakan alkohol 96% kemudian melakukan
pewarnaan agar sel epitel dapat diamati secara jelas. Sel dapat diamati
menyeluruh dibawah mikroskop dan menghitung jumlah sel epitel pada inti
selnya serta mengamati morfologi selnya untuk mengetahui ada tidaknya
kelainan yang menyebabkan penyakit (Primasari, 2018).
2. Smear Mukosa
Penggunaan metode smear mukosa menggunakan proses yang mampu
meningkatkan keakuratan untuk mendeteksi lesi jinak dan menentukan lesi
ganas. Pengambilan sediaan juga tidak menimbulkan luka dan jejas yang besar
sehingga tidak menyulitkan dalam evaluasi progresivitas penyakit (Sabirin,
2020). Metode ini dapat mengambil permukaan lebih luas terhadap lesi di
5
permukaan mukosa. Strukturnya dapat dilihat lebih jelas karena minimnya
kerutan. Pemeriksaan sitologi dapat mengetahui indeks maturasi sel epitel dan
mendeteksi perubahan dari sel epitel (Santoso & Titien, 2019).
2. Methanol
Penggunaan methanol dalam proses smear darah berfungsi untuk memfiksasi sel
darah agar terbentuk awetan preparat darah tetap dalam bentuk asli tanpa adanya
kerusakan struktur sel. Cara kerja methanol dengan menghentikan proses
metabolisme dan denaturasi protein sehingga sel darah tetap stabil dan dapat
terwarnai dengan baik (Nur et al., 2019).
3. Alkohol
Penggunaan alkohol pada smear darah untuk membersihkan kulit atau jaringan
sekitar jari yang akan ditusuk jarum francle agar meminimalisir terjadinya
infeksi. Selain itu, digunakan setelah darah sampel diambil untuk menghentikan
area jari yang berdarah dengan koagulasi atau membentuk bekuan darah kecil
(Faradisa & Nurcahyo, 2019).
4. Methylen blue
Methylen blue sebagai pewarna dalam proses smear mukosa berfungsi sebagai
pewarna yang mampu mewarnai sel epitel mukosa sehingga terlihat jelas selama
pengamatan dan mampu mengidentifikasi berbagai jenis selnya (Azka et al.,
2021)
6
1. Eritrosit
2. Trombosit
Dokumentasi kelompok 5
Gambar referensi Keterangan
1. Eritrosit
2. Leukosit
2. Smear mukosa
Gambar Hasil Keterangan
7
1. Membran sel
2. Sitoplasma
3. Inti sel
4. Sel epitel
Dokumentasi kelompok 12
Gambar referensi Keterangan
1. Inti sel
2. Sitoplasma
3. Sel epitel
4. Dinding sel
8
C. KESIMPULAN
Pembuatan sediaan apusan darah tepi dilakukan dengan meneteskan darah
probandus, mewarnai dan memfiksasinya sehingga dapat diamati jenis-jenis sel pada
darah tersebut. Sedangkan pembuatan sediaan sel mukosa rongga mulut melalui
penorehan dan pewarnaan untuk diamati bagian-bagian struktur selnya. Pada sediaan
yang telah dibuat diperoleh bahwa sediaan smear darah berhasil diidentifikasi jenis
sel eritrosit dan trombosit. Lalu, pada sediaan smear mukosa berhasil diidentifikasi
beberapa bagian struktur sel mukosa, yaitu membran sel, sitoplasma, inti sel dan sel
epitel. Beberapa kendala dialami dalam proses pembuatan sediaan, salah satunya
lensa perbesaran mikroskop hanya bisa menggunakan perbesaran 10× saja.
9
VII. DAFTAR PUSTAKA
Agung, A., Eka, A., & Parwati, P. A. (2022). Manajemen Pengambilan dan Pengelolaan
Spesimen Darah di Laboratorium RSUD Wangaya Denpasar. The Journal of
Muhamadiyah Medical Laboratory Technologist, 2(5).
Aini, N., Khasanah, H., Husen, F., & Yuniati, N. I. (2023). Pewarnaan Sediaan Apusan
Darah Tepi ( SADT ) Menggunakan Infusa Bunga Telang (Clitorea ternatea). Jurnal
Bina Cipta Husada, 19(1), 67–76.
Ardina, Rinny, & Rosalinda Sherly. (2018). Morfologi Eosinofil pada Apusan Darah Tepi
menggunakan Pewarnaan Giemsa, Wright, dan Kombinasi Wright-Giemsa. Jurnal
Surya Medika, 3(2), 5–12.
Azka, E. N., Mandasari, A. A., & Santoso, S. D. (2021). Comparison of Natural Dyes from
Telang Flower Extracts (Clitoria ternatea L) as a Substitute for Methylen Blue in Diff
Quik Painting. Procedia of Engineering and Life Science, 1(2).
Faradisa, I. S., & Nurcahyo, E. (2019). Aplikasi Arduino Untuk Otomatisasi Apusan Darah
Tepi Dan Pengecatan Menggunakan Pewarna Giemsa. Seniati, 2(1), 221–228.
Lestadi, J., Ester, M., & Monica, E. (2009). Sitologi Pap Smear. EGC.
Muhammad, Rizki, Y., Adrian, Sakina, D., Edianto, Resqa, A., & Yudha, S. (2023). Buku
Ajar Ginekologi. USU Press.
Musyarifah, Z., & Agus, S. (2018). Proses Fiksasi pada Pemeriksaan Histopatologik. Jurnal
Kesehatan Andalas, 7(3), 443.
Nirmala, Sari, A., & Masrillah, M. (2022). Morfologi Sel Darah pada Apusan Darah Tepi
(SADT) menggunakan Pewarnaan Alternatif Ekstrak Kol Ungu (Brassica oleracea L).
Prosiding Seminar Nasional Biotik, 9(2), 189.
Nur, I., Uslafiah, A., Hartini, S., & Setiyo, D. (2019). Gambaran Pewarnaan Giemsa, Wright
dan Wright-Giemsa pada Sediaan Apusan Darah Tepi. Jurnal Temapela, 2(1).
Primasari, A. (2018). Perubahan Sel Epitel pada Permukaan Mukosa Bukal Wanita Hamil.
Jurnal Ilmiah PANNMED, 12(3), 222–226.
Rahmawati, A., Tofrizal, T., Yenita, Y., & Nurhajjah, S. (2018). Gambaran Sitologi
Eksfoliatif Pada Apusan Mukosa Mulut Murid SD Negeri 13 Sungai Buluh Batang
Anai Padang Pariaman. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(2), 246.
Sabirin, I. P. R. (2020). Sitopatologi Eksfoliatif Mukosa Oral sebagai Pemeriksaan
Penunjang di Kedokteran Gigi. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 2(1), 157–161.
Santoso, D., & Titien, I. (2019). Pengaruh Pemakaian Breket terhadap Maturasi Sel Epitel
Mukosa Bukal pada Pasien Anak Periode Gigi Bercampur. Jurnal Kedokteran Gigi,
4(4), 248–253.
Syafiq, Naqsyabandi. (2022). Gambaran Variasi Waktu Pewarnaan Papanicolaou pada
Preparat Sitologi Mukosa Mulut Perokok. Jurnal Medika Husada, 2(1), 19–24.
Titin, Y. (2019). Pennetuan Konsentrasi Pewarna Giemsa, Waktu, dan Suhu Inkubasi pada
Aktivitas Fagositosis Ikan Lele. Tempela, 2(1).
Warsita, N., Fikri, Z., & Ariami, P. (2019). Pengaruh Lama Penundaan Pengecatan Setelah
Fiksasi Apusan Darah Tepi terhadap Morfologi Eritrosit. Jurnal Analis Medika
Biosains (JAMBS), 6(2), 125.
Wibowo, R. H., Sipriyadi, S., Fatimatuzzahra, F., Wahyuni, R., Setiawan, R., Prastika, A.,
& Rizawati, R. (2021). Pelatihan Pembuatan Preparat Segar Biologi Untuk
Meningkatkan Keterampilan Guru dan Siswa di SMA Negeri 1 Argamakmur,
Kabupaten Bengkulu Utara. Jurnal Ilmiah Pengembangan Dan Penerapan IPTEK,
19(2), 389–398.
10
VIII. LEMBAR PENGESAHAN
11
IX. LAMPIRAN
12
b. Abstrak Jurnal
13
c. Laporan Sementara
14