Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

MIKROTEKNIK

“Preparasi Smear (Apus/Ulas)”

Disusun oleh:
Nama : Jihan Afifah Nugrahaini
NIM : K4322063
Kelas :C
Kelompok : 12

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA
2022
LAPORAN RESMI MIKROTEKNIK
I. JUDUL: Preparasi Smear (Apus/Ulas)

II. TUJUAN: Membuat sediaan smear dari berbagai bahan (jaringan darah dan jaringan
mukosa)

III. ALAT & BAHAN:


Alat: Jarum frankle/lancet, staining jar, object glass, pipet tetes, mikroskop, tusuk gigi,
bunsen, korek api
Bahan: Alkohol 70%, air mineral, aquades, jaringan darah manusia, jaringan mukosa
rongga mulut, giemsa azzure, kapas, methanol methylen blue

IV. CARA KERJA


A. SMEAR DARAH
Menekan-nekan jari Mengambil darah
Meneteskan tetesan Melakukan apusan pada
probandus yang akan probandus
darah kedua diatas darah dengan setipis
diambil sampel menggunakan jarum
object glass mungkin
darahnya francle

Mengeringkan apusan,
Menetesi apusan darah Mencuci apusan darah
kemudian setelah kering
dengan satu tetes dengan air lalu
memfiksir dengan
giemsa, menunggunya mengamati dengan
methanol selama 5
selama 10 menit mikroskop
menit

B. SMEAR MUKOSA
Menorehkan secara
Meneteskan sedikit
perlahan bagian Menutup objek
air di atas kaca objek
dalam pipi di rongga glass menggunakan
dan
mulut menggunakan cover glass tanpa
mencampurkannya
ujung tumpul tusuk adanya gelebung
dengan lapisan lendir
gigi hingga udara di dalam
hingga sel-sel
memperoleh lapisan preparat
menyebar
lendirnya

Menghisap air Meneteskan metylen


Mengamati berlebihan bue sebanyak 1 tetes
menggunakan melalui tepi cover
preparat mukosa
glass dan sedikit
di bawah ujung tisu pada
menggoyangkannya
mikroskop tepi-tepi cover hingga warna
glass menyebar rata

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Praktikum
1. Preparat Smear Darah
Gambar Hasil Keterangan

2
1. Eritrosit
2. Trombosit

2. Preparat Smear Mukosa


Gambar Hasil Keterangan
1. Membran sel
2. Sitoplasma
3. Inti sel
4. Sel epitel

Penjelasan data pengamatan


1. Smear darah
Pada gambar hasil pengamatan smear darah terlihat beberapa jenis sel, yaitu
eritrosit dan trombosit. Hal ini didukung oleh hasil pewarnaan menggunakan pewarna
giemsa yang memberikan efek warna ungu pada sel-selnya. Pewarnaan ini bertujuan
untuk mempertajam berbagai elemen sel sehingga dapat dibedakan dan diidentifikasi
seperti yang telah dilaksanakan (Titin, 2019). Namun, pada pengamatan yang telah
dilakukan tidak mampu mengidentifikasi struktur sel, seperti membran hingga nukleus
karena gambar sel yang kurang jelas. Hal ini dapat dikarenakan perbesaran lensa
maupun kerusakan sel akibat waktu dalam proses tahapan terlalu lama (Musyarifah &
Agus, 2018).

3
2. Smear mukosa
Pada gambar hasil pengamatan smear mukosa terlihat beberapa bagian-bagian
struktur sel, yaitu membran plasma, sitoplasma, inti sel dan sel epitel. Hal ini didukung
oleh hasil pewarnaan menggunakan pewarna methylen blue yang memberikan efek
warna biru pada sel-selnya sehingga dapat mengidentifikasi bagian struktur sel seperti
yang telah dilaksanakan (Titin, 2019). Namun, pada pengamatan yang telah dilakukan
seluruh preparat menjadi berwarna biru yang cukup gelap, dimana seharusnya cukup
sel mukosa saja yang berubah menjadi warna biru. Hal ini dapat terjadi karena sampel
kurang dikeringudarakan sehingga warna belum terserap sempurna (Syafiq, 2022)
B. PEMBAHASAN
a. Pembahasan Teknik Handling Bahan
1. Smear darah
Pemeriksaan preparat apus darah tepi sebagai bagian penting serangkaian
pemeriksaan hematologi untuk menilai unsur-unsur sel darah, seperti morfologi
(eritrosit, leukosit, trombosit), jumlah dan jenis sel leukosit, dan
mengidentifikasi keberadaan parasit (Nirmala et al., 2022).
Preparat apus darah tepi dilakukan pewarnaan agar memudahkan dalam
melihat berbagai juenis sel dan dapat mengevaluasi morfologi sel-sel tersebut.
Penggunaan pewarnaan romanowsky dikarenakan warna ini memberikan hasil
yang jelas pada apusan darah tepi sehingga memudahkan dalam pengamatan
mikroskop. Sebelum pewarnaan preparat, perlu dilakukan fiksasi menggunakan
methanol agar dinding sel eritrosit terbuka dan apusan darah dapat melekat
sempurna pada objek glass sehingga tidak mengelupas serta dapat menghentikan
proses metabolisme tanpa mengubah struktur sel sebenarnya, fiksasi dilakukan
sesegera mungkin agar tidak memberikan latar belakang biru. Proses fiksasi
yang salah dapat menyebabkan perubahan morfologi sel dan perlekatan apusan
darah kurang maksimal, hal ini terjadi apabila methanol yang digunakan tidak
absolute karena telah menguap dan terjadi perubahan konsentrasi methanol
(Warsita et al., 2019).

2. Smear mukosa
Pemeriksaan sitologi eksfoliatif rongga mulut dilakukan dengan
memeriksa mikroskopis sel-sel yang dikerok dari permukaan mukosa. Eksfoliasi
artifisial terjadi jika permukaan mukosa dikerok dan sel-sel yang masih kontak
dengan jaringan terambil sebelum waktu deskuamasi fisiologisnya. Rongga
mulut sehat ditandai dengan keseimbangan ekologi yang ditentukan berbagai
faktor, seperti komponen seluler, humoral, serta flora normal. Ketika sistem
kekebalan tubuh menurun, bakteri dalam rongga mulut berubah menjadi patogen
sehingga menyebabkan infeksi yang dapat menjadi penyakit sistemik. Rongga
mulut dilapisi oleh mukosa yang terdiri dari epitel, lamina propria, dan jaringan
ikat. Berbagai tipe leukosit pada lapisan submukosa dapat bermigrasi ke mukosa
yang ditemui pada saliva. Epitel rongga mulut terdiri dari epitel berlapis gepeng
tanpa lapisan tanduk sebagai pelindung yang secara berkala mengalami
proliferase, maturasi dan eksfoliasi. Kelainan ini akan diikuti perubahan
4
komposisi sitologi sel leukosit dan sel epitel akibat migrasi atau eksfoliasi sel.
Pemeriksaan sitologi smear mukosa diperlukan untuk mendeteksi penyakit
dengan mengamati sel dibawah mikroskop (Rahmawati et al., 2018).

b. Pelaksanaan Penggunaan Teknik


1. Smear darah
Pengambilan sampel darah dilakukan menggunakan jarum lancet dengan
menusukkan jari probandus hingga darah keluar. Gunakan tetesan darah kedua
dan selanjutnya pada objek glass yang bersih. Apusan darah dibuat dengan
setipis mungkin menggunakan bantuan objek glass lain dengan meletakkannya
di sisi kiri tetesan darah hingga membentuk sudut 45˚C, objek glass tersebut
ditarik ke kanan dan dorong kekiri dengan cepat sehingga terbentuk apusan
darah tipis. Selanjutnya, preparat difiksasi menggunakan methanol selama 5
menit dan dikeringkan dengan dianginkan, kemudian preparat dicuci
menggunakan aquades dan dikeringkan kembali. Hasil pembuatan preparat
apusan darah dapat diamati dibawah mikroskop (Ardina & Rosalinda, 2018).

2. Smear mukosa
Sebelum mengambil sampel, probandus perlu untuk berkumur-kumur
dahulu agar membersihkan debris pada rongga mulut sehingga permukaan
mukosa bersih. Lalu pengambilan sampel sel epitel pada mukosa menggunakan
metode mengerok permukaan mukosa dan meletakkannya pada objek glass
bersih. Lalu, di fiksasi menggunakan alkohol 96% kemudian melakukan
pewarnaan agar sel epitel dapat diamati secara jelas. Sel dapat diamati
menyeluruh dibawah mikroskop dan menghitung jumlah sel epitel pada inti
selnya serta mengamati morfologi selnya untuk mengetahui ada tidaknya
kelainan yang menyebabkan penyakit (Primasari, 2018).

c. Alasan Penggunaan Teknik


1. Smear darah
Penggunaan metode smear darah dikarenakan prosesnya sederhana, lebih
mudah dan cepat dalam mendiagnosis penunjang. Metode ini dapat mendeteksi
perubahan abnormal sel dan menilai sel leukosit dari organisme patogen.
Penggunaan alat dan bahan yang digunakan hanya sedikit dan relatif murah
dalam penggunaan biaya. Dalam hal ini, karena dapat memeriksa berbagai jenis
sek darah, mendeteksi kelainan dan memantau perkembangan penyakit metode
ini banyak digunakan dalam pemeriksaan uji klinis (Agung et al., 2022).

2. Smear Mukosa
Penggunaan metode smear mukosa menggunakan proses yang mampu
meningkatkan keakuratan untuk mendeteksi lesi jinak dan menentukan lesi
ganas. Pengambilan sediaan juga tidak menimbulkan luka dan jejas yang besar
sehingga tidak menyulitkan dalam evaluasi progresivitas penyakit (Sabirin,
2020). Metode ini dapat mengambil permukaan lebih luas terhadap lesi di
5
permukaan mukosa. Strukturnya dapat dilihat lebih jelas karena minimnya
kerutan. Pemeriksaan sitologi dapat mengetahui indeks maturasi sel epitel dan
mendeteksi perubahan dari sel epitel (Santoso & Titien, 2019).

d. Alasan Penggunaan Kemikalia


1. Giemsa
Pewarnaan giemsa pada teknik smear darah mampu mewarnai sel leukosit
dengan jelas. Granula dan inti neutrofil terwarnai dengan sangat baik
dibandingkan sel sekitarnya sehingga bagus dalam mengidentifikasi berbagai sel
granulosit. Giemsa merupakan pewarna diferensial yang baik karena
mengandung campuran eosin, methylen blue dan azzure, dimana eosin bersifat
asam dan methylen blue bersifat basa sehingga pewarnaan mampu melihat
morfologi sel eritrosit, leukosit, trombosit, parasit, dan benda inklusi dengan
jelas. (Aini et al., 2023).

2. Methanol
Penggunaan methanol dalam proses smear darah berfungsi untuk memfiksasi sel
darah agar terbentuk awetan preparat darah tetap dalam bentuk asli tanpa adanya
kerusakan struktur sel. Cara kerja methanol dengan menghentikan proses
metabolisme dan denaturasi protein sehingga sel darah tetap stabil dan dapat
terwarnai dengan baik (Nur et al., 2019).

3. Alkohol
Penggunaan alkohol pada smear darah untuk membersihkan kulit atau jaringan
sekitar jari yang akan ditusuk jarum francle agar meminimalisir terjadinya
infeksi. Selain itu, digunakan setelah darah sampel diambil untuk menghentikan
area jari yang berdarah dengan koagulasi atau membentuk bekuan darah kecil
(Faradisa & Nurcahyo, 2019).

4. Methylen blue
Methylen blue sebagai pewarna dalam proses smear mukosa berfungsi sebagai
pewarna yang mampu mewarnai sel epitel mukosa sehingga terlihat jelas selama
pengamatan dan mampu mengidentifikasi berbagai jenis selnya (Azka et al.,
2021)

e. Kendala Selama Praktikum


Penggunaan lensa perbesaran mikroskop hanya bisa mencapai 10× sehingga
pengamatan tidak maksimal dan pengidentifikasian menjadi sulit dalam
menentukan jenis sel serta strukturnya.

f. Perbandingan gambar referensi


1. Smear darah
Gambar Hasil Keterangan

6
1. Eritrosit
2. Trombosit

Dokumentasi kelompok 5
Gambar referensi Keterangan
1. Eritrosit
2. Leukosit

Sumber: (Wibowo et al., 2021)


Perbandingan
Pada hasil pengamatan yang telah dilakukan kelompok 5, berhasil diidentifikasi
jenis sel darah eritrosit dan trombosit, sedangkan pada referensi berhasil
mengidentifikasi jenis sel darah eritrosit dan leukosit. Pada perbedaan ini bisa
dikarenakan beberapa faktor, yaitu teknik, preparat, dan pengamat.
Pengidentifikasian jenis sel memerlukan keahlian untuk mengenali jenis-jenis sel
darah agar dapat tepat dan cepat (Muhammad et al., 2023). Beberapa jenis sel dapat
tidak teridentifikasi karena pengamat yang kurang tahu bentuk jenis-jenis sel
darah.

2. Smear mukosa
Gambar Hasil Keterangan

7
1. Membran sel
2. Sitoplasma
3. Inti sel
4. Sel epitel

Dokumentasi kelompok 12
Gambar referensi Keterangan
1. Inti sel
2. Sitoplasma
3. Sel epitel
4. Dinding sel

Sumber: (Wibowo et al., 2021)


Perbandingan
Pada pengamatan yang telah dilakukan kelompok 12 didapatkan beberapa
pengidentifikasian bagian struktur sel, yaitu membran sel, sitoplasma, inti sel, dan
sel epitel. Sedangkan pada referensi berhasil mengidentifikasi bagian struktur sel
berupa inti sel, sitoplasma, sel epitel, dan dinding sel. Terjadi beberapa perbedaan
yang bisa disebabkan karena keahlian pengamat maupun metode yang digunakan
dalam membuat preparat (Lestadi et al., 2009).

8
C. KESIMPULAN
Pembuatan sediaan apusan darah tepi dilakukan dengan meneteskan darah
probandus, mewarnai dan memfiksasinya sehingga dapat diamati jenis-jenis sel pada
darah tersebut. Sedangkan pembuatan sediaan sel mukosa rongga mulut melalui
penorehan dan pewarnaan untuk diamati bagian-bagian struktur selnya. Pada sediaan
yang telah dibuat diperoleh bahwa sediaan smear darah berhasil diidentifikasi jenis
sel eritrosit dan trombosit. Lalu, pada sediaan smear mukosa berhasil diidentifikasi
beberapa bagian struktur sel mukosa, yaitu membran sel, sitoplasma, inti sel dan sel
epitel. Beberapa kendala dialami dalam proses pembuatan sediaan, salah satunya
lensa perbesaran mikroskop hanya bisa menggunakan perbesaran 10× saja.

9
VII. DAFTAR PUSTAKA
Agung, A., Eka, A., & Parwati, P. A. (2022). Manajemen Pengambilan dan Pengelolaan
Spesimen Darah di Laboratorium RSUD Wangaya Denpasar. The Journal of
Muhamadiyah Medical Laboratory Technologist, 2(5).
Aini, N., Khasanah, H., Husen, F., & Yuniati, N. I. (2023). Pewarnaan Sediaan Apusan
Darah Tepi ( SADT ) Menggunakan Infusa Bunga Telang (Clitorea ternatea). Jurnal
Bina Cipta Husada, 19(1), 67–76.
Ardina, Rinny, & Rosalinda Sherly. (2018). Morfologi Eosinofil pada Apusan Darah Tepi
menggunakan Pewarnaan Giemsa, Wright, dan Kombinasi Wright-Giemsa. Jurnal
Surya Medika, 3(2), 5–12.
Azka, E. N., Mandasari, A. A., & Santoso, S. D. (2021). Comparison of Natural Dyes from
Telang Flower Extracts (Clitoria ternatea L) as a Substitute for Methylen Blue in Diff
Quik Painting. Procedia of Engineering and Life Science, 1(2).
Faradisa, I. S., & Nurcahyo, E. (2019). Aplikasi Arduino Untuk Otomatisasi Apusan Darah
Tepi Dan Pengecatan Menggunakan Pewarna Giemsa. Seniati, 2(1), 221–228.
Lestadi, J., Ester, M., & Monica, E. (2009). Sitologi Pap Smear. EGC.
Muhammad, Rizki, Y., Adrian, Sakina, D., Edianto, Resqa, A., & Yudha, S. (2023). Buku
Ajar Ginekologi. USU Press.
Musyarifah, Z., & Agus, S. (2018). Proses Fiksasi pada Pemeriksaan Histopatologik. Jurnal
Kesehatan Andalas, 7(3), 443.
Nirmala, Sari, A., & Masrillah, M. (2022). Morfologi Sel Darah pada Apusan Darah Tepi
(SADT) menggunakan Pewarnaan Alternatif Ekstrak Kol Ungu (Brassica oleracea L).
Prosiding Seminar Nasional Biotik, 9(2), 189.
Nur, I., Uslafiah, A., Hartini, S., & Setiyo, D. (2019). Gambaran Pewarnaan Giemsa, Wright
dan Wright-Giemsa pada Sediaan Apusan Darah Tepi. Jurnal Temapela, 2(1).
Primasari, A. (2018). Perubahan Sel Epitel pada Permukaan Mukosa Bukal Wanita Hamil.
Jurnal Ilmiah PANNMED, 12(3), 222–226.
Rahmawati, A., Tofrizal, T., Yenita, Y., & Nurhajjah, S. (2018). Gambaran Sitologi
Eksfoliatif Pada Apusan Mukosa Mulut Murid SD Negeri 13 Sungai Buluh Batang
Anai Padang Pariaman. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(2), 246.
Sabirin, I. P. R. (2020). Sitopatologi Eksfoliatif Mukosa Oral sebagai Pemeriksaan
Penunjang di Kedokteran Gigi. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 2(1), 157–161.
Santoso, D., & Titien, I. (2019). Pengaruh Pemakaian Breket terhadap Maturasi Sel Epitel
Mukosa Bukal pada Pasien Anak Periode Gigi Bercampur. Jurnal Kedokteran Gigi,
4(4), 248–253.
Syafiq, Naqsyabandi. (2022). Gambaran Variasi Waktu Pewarnaan Papanicolaou pada
Preparat Sitologi Mukosa Mulut Perokok. Jurnal Medika Husada, 2(1), 19–24.
Titin, Y. (2019). Pennetuan Konsentrasi Pewarna Giemsa, Waktu, dan Suhu Inkubasi pada
Aktivitas Fagositosis Ikan Lele. Tempela, 2(1).
Warsita, N., Fikri, Z., & Ariami, P. (2019). Pengaruh Lama Penundaan Pengecatan Setelah
Fiksasi Apusan Darah Tepi terhadap Morfologi Eritrosit. Jurnal Analis Medika
Biosains (JAMBS), 6(2), 125.
Wibowo, R. H., Sipriyadi, S., Fatimatuzzahra, F., Wahyuni, R., Setiawan, R., Prastika, A.,
& Rizawati, R. (2021). Pelatihan Pembuatan Preparat Segar Biologi Untuk
Meningkatkan Keterampilan Guru dan Siswa di SMA Negeri 1 Argamakmur,
Kabupaten Bengkulu Utara. Jurnal Ilmiah Pengembangan Dan Penerapan IPTEK,
19(2), 389–398.

10
VIII. LEMBAR PENGESAHAN

Surakarta, 10 Oktober 2023

Asisten Praktikum Praktikan

Amanda Diana Listyaningtyas Jihan Afifah Nugrahaini


NIM. K4321005 NIM. K4322063

11
IX. LAMPIRAN

a. Dokumentasi Kegiatan Praktikum

Meneteskan air biasa pada objek glass Mengambil sampel mukosa

Mencampurkan sampel mukosa ke air Menutup cover glass

Meneteskan pewarna metylen blue Menghisap air disekitar cover glass

Mengamati preparat di bawah mikroskop Memfoto hasil pengamatan

12
b. Abstrak Jurnal

13
c. Laporan Sementara

14

Anda mungkin juga menyukai