Anda di halaman 1dari 2

Pro Mosi Eks Narapidana Koruptor jadi Caleg pada pemil

Secara Pemikiran Rizal Pinter

Dalam ketentuan UU No.7 tahun 2017 pada pasal 240 point G secara konkrit menyatakan bakal calon
legislative yang dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap yang diancam pidana penajara 5 tahun, kecuali secara terbuka dan jujur mengemukakan
kepada publik bahwa yang bersangkutan mantan terpidana.

Dalam diksi tersebut dapat dimaknai bahwa bagi mereka yang secara terbuka dan jujur mengemukakan
kepada public bahwa ia adalah mantan terpidana maka diperbolehkan untuk mendaftar sebagai bakal
calon legislative.

Hal ini juga di perkuat bagi seorang mantan narapidana khususnya pada mosi perdebatan kali ini terkait
kasus korupsi diperbolehkan mencalonkan diri sebagai calon anggota legislative berdasarkan putusan
MA Nomor 30 P/HUM/2018.

MA dalam mempertimbangkan hak memilih maupun dipilih sebagai anggota legilslatif adalah hak politik
yang merupakan hak dasar yang dijamin dalam ketentuan pasal 28 UUD 1945 serta ketentuan Pasal 43
ayat (1) UU HAM. Sehingga seorang warga negara dalam hal ini tidak merasa dirugikan terhadap hak
konstitusionalnya.

Pengakuan dipilih dan memilih juga diakui oleh internasional dalam ketentuan Pasal 25 ICCPR mengenai
hak memilih dan dipilih, pasal tersebut menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk
berpartisipasi dalam urusan public dan hak yang sama untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan umum
yang adil dan periodik.

Adopsi ketentuan pasal 25 ICCPR dilatarbelakangi dari hasil kesadaran global tentang pentingnya hak
politik dan partisipasi public dalam proses pengambilan keputusan. Pada saat itu, banyak negara-negara
telah mengalami perubahan politik dan mendemokratisasi setelah perang dunia II. Para pemimpin dunia
mengakui bahwa hak memilih dan dipilih adalah salah satu elemen penting dari demokrasi dan
penentuan Nasib sendiri.

Pasal 25 ICCPR menggarisbawahi pentingnya perlindungan hak politik individu dan partisipasi dalam
proses politik sebagai bagian dari hak asasi manusia. Ketentuan ini memberikan landasan hukum
internasional bagi negara-negara untuk memastikan bahwa warga negara mereka memiliki akses yang
sama dan terjamin dalam pemilihan umum dan proses politik lainnya.

Sejak berlakunya ICCPR, banyak negara anggota telah mengambil langkah-langkah untuk memastikan
perlindungan dan pelaksanaan hak memilih dan dipilih sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian
tersebut. Hal ini telah meningkatkan kesadaran akan pentingnya hak politik dan partisipasi publik dalam
masyarakat yang demokratis dan berdasarkan hak asasi manusia.

Dalam ketentuan pasal 240 ayat 1 huruf g UU No 7 tahun 2017 tidak terdapat norma atau aturan
larangan mencalonkan diri bagi mantan terpidana korupsi. Dalam ketentuan PKPU nomor 10 tahun 2023
tidak terdapat norma atau aturan larangan mencalonkan diri bagi mantan terpidana korupsi.

Ronald Dworkin: merupakan seorang filsuf hukum yang menekankan pentingnya hak politik sebagai
bagian dari prinsip keadilan. Menurutnya, hak memilih dan dipilih adalah hak dasar yang harus dihormati
oleh negara-negara demokratis. Dworkin berpendapat bahwa setiap individu harus memiliki kesempatan
yang sama untuk berpartisipasi dalam proses politik dan bahwa pembatasan hak ini haruslah didasarkan
pada alasan yang kuat dan sah.

Kesimpulan : Maka dari perdebatan mosi kita kali ini kami tim pro menekankan pada hak konstitusi
terhadap HAM bagi warga negara Indonesia yang merupakan mantan terpidana koruptor untuk dapat
mencaleg pada pemilu di Indonesia, mengingat bahwa hak memilih dan dipilih sebagai anggota
legislative merupakan hak dasar di bidang politik yang dijamin oleh konstitusi, UU HAM, dan pengakuan
hak politik ini juga diakui dalam pasal 25 kovenan internasional hak-hak sipil dan politik (ICCPR) yang
ditetapkan Majelis PBB.

Kami menawarkan sebuah gagasan untuk dapat menambahkan point dalam ketentuan UU Pemilu No.7
tahun 2017 pada pasal 240 dengan diksi “Bersedia untuk tidak melakukan tindak pidana korupsi
dibuktikan dengan surat yang diatur oleh peraturan lebih lanjut. Apabila ketentuan surat tersebut di
langar maka hak dipilih bersangkutan tidak memiliki integritas untuk dicalonkan kembali” Hal ini dapat
mendorong upaya prefenventif untuk mencegah terjadinya kejahatan tindak pidana korupsi di
lingkungan wakil rakyat yang secara basis data seperti pembicara 2 katakan hampir 20% dilakangan wakil
rakyat.

Terkait jadi atau tidaknya seorang mantan terpidana korupsi tersebut masih berada di tangan rakyat yang
memegang kedaulatan tertinggi untuk memilih dalam kontestasi politik yang berdemokrasi di Indonesia
dengan mempertimbangkan track record seoarang calon legilatif yang mengutarakan dirinya di hadapan
public secara jujur dia adalah seorang mantan narapidana korupsi. Ada adagium hukum yang
menyatakan Gouverner c’est prevoi (menjalankan pemerintahan berarti melihat kedepan dan
menjalankan apa yang harus dilakukan)

Anda mungkin juga menyukai