Anda di halaman 1dari 2

"PENCABUTAN HAL POLITIK BAGI PARA KORUPTOR"

(TIM PRO)
Assalamualaikum warahmatullahi wa Barakatuh, Syalom, Omwastiyastu, Namo budaya, kebajikan
"Politik itu semu,kawan lambat laun hanya akan menjadi lawan,rejeki yang hanya diterima duit
panas,yang cepat datang dan cepat pula pergi" , Mahir pradana.Terimakasih atas waktu yang telah
diberikan, dewan juri yang kamu hormati serta rekan berpikir kamu tim kontra yang saya banggakan,
sebelum memulai mosi perdebatan kali ini, izinkan kamu untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu,
saya Satria Raissa Putra Semendawai sebagai pembicara satu, saya Azka Wildan Alghifari sebagai
pembicara dua, mosi perdebatan kali ini berjudul "pencabutan hak politik bagi narapidana
koruptor".Namun, sebelum menyampaikan poin demi poin argumen kami secara mendalam, izinkan
kamu untuk menjelaskan definisi dan latar belakang pada mosi perdebatan kali ini yang merujuk pada
data dan juga fakta yang ada.

Hak politik adalah salah satu rumpun hak asasi manusia sebagaimana diatur Pasal 25 Kovenan
Internasional tentang Hak-hak Sipil dan Politik. Pencabutan hak politik, khususnya hak untuk dipilih
sebagai pejabat publik, adalah bentuk dari hukuman karena yang bersangkutan tidak amanah dalam
memegang jabatan publik dan agar yang bersangkutan tidak bisa lagi menyalahgunakan
wewenangnya.Dalam Pasal 73 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
disebutkan, pembatasan atau pencabutan hak asasi manusia hanya diperkenankan berdasarkan undang-
undang. Tujuannya, menjamin pengakuan dan penghormatan hak asasi manusia serta kebebasan dasar
orang lain, kesusilaan, ketertiban umum, dan kepentingan bangsa.Pencabutan hak politik diatur dalam
Pasal 35 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, bahwa hak-hak terpidana yang dapat dicabut
dengan putusan hakim di antaranya hak memegang jabatan, hak memasuki angkatan bersenjata, serta
hak memilih dan dipilih dalam pemilihan umum. Dengan demikian, basis hukum bagi hakim dalam
memutuskan pencabutan hak politik telah sah karena ada dasar hukum setara dengan undang-undang,
yaitu KUHP.Tidak ada yang tidak sepakat bahwa pejabat publik yang terbukti melakukan korupsi harus
dihukum seberat-beratnya dan dilarang menduduki jabatan publik. Namun definisi dan ukuran jabatan
publik juga harus jelas dan terukur. Apakah jabatan publik itu diperoleh melalui mekanisme pemilihan
umum, seperti anggota DPR, bupati, gubernur, dan presiden? Ataukah melalui jalur karier, seperti
jabatan struktural di pemerintah, hakim, jaksa, dan polisi? Ataukah juga jabatan yang termasuk sebagai
jabatan yang diperoleh lewat keputusan politik, seperti jabatan menteri dan pimpinan lembaga
negara?.Pasal 25 Kovenan Hak Sipil jelas menyatakan bahwa pencabutan hak politik "hanya" terkait
dengan jabatan politik yang diperoleh melalui pemilihan umum, seperti jabatan sebagai anggota
parlemen, bupati, gubernur, dan presiden. Tapi pencabutan hak politik tidak bisa dilakukan secara
permanen. Harus ada batasan yang jelas seberapa lama hak politik itu dicabut. Ini sesuai dengan
Komentar Umum Nomor 24 yang dirumuskan Komite Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa
bahwa pembatasan hak politik harus jelas dan transparan.Banyak juga ahli hukum berpendapat bahwa
pencabutan hak memlih dan dipilih dalam jabatan publik atau hak politik tidak melanggar hak asasi
manusia, karena perbuatan tersebut termaksud dalam derogable right, sebagaimana di dalam Pasal 28 J
Undang- Undang Dasar 1945 .
Hak politik merupakan bagian dari HAM. HAM setiap perorangan dalam implementasinya memiliki
batasan-batasan tertentu, demi meng hormati HAM perorangan lainnya. Pencabutan hak politik
terhadap terpidana tindak korupsi merupakan hal yang perlu diterapkan secara tegas, sebagai upaya
pemberantasan korupsi secara maksimal, dan sebagai upaya pembatasan terhadap penyalah gunaan
hak tersebut. Perlu adanya revisi khusus terhadap pencabutan hak politik berupa hak memilih agar tidak
dapat diganggu gugat, berasaskan keadilan dan kebebasan dalam berpendapat. Perlu adanya peraturan
perundang-undangan khu-sus yang mengatur secara tegas mengenai pencabutan hak politik bagi
terpidana kasus tertentu, terutama dalam kasus tindak pidana korupsi.Pidana pencabutan hak politik
merupakan sanksi pidana tambahan bagi pelaku tindak pidana korupsi, dan sudah terdapat peraturan
yang mengatur tentang penjatuhan pidana pencabutan hak politik bagi pelaku tindak pidana korupsi,
akan tetapi angka tingkat korupsi di Indonesia masih cukup tinggi.Sejak Januari hingga 16 Desember
2018, Jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) selalu menuntut agar terdakwa yang menduduki
jabatan publik dikenakan hukuman pencabutan hak politik. Hampir seluruh tuntutan itu disetujui oleh
majelis hakim.Pencabutan hak untuk memilih dan dipilih dalam jabatan publik terhadap narapidana
korupsi merupakan langkah progresif yang dilakukan oleh hakim.Langkah tersebut sangat mendukung
pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.Namun, dalam penerapan pencabutan hak
tersebut harus diberikan batasan waktu pencabutan khususnya untuk hak memilih.Pencabutan hak
untuk memilih dan dipilih harus didasarkan pada tingkat kejahatan, dampak yang ditimbulkan bagi
masyarakat, serta posisi jabatan saat melakukan tindak pidana korupsi. Pencabutan hak tertentu harus
ditetapkan oleh putusan hakim dan terdapat batasan waktu pencabutan hak-hak tertentu sesuai yang
telah diatur dalam Pasal 38 KUHP.Tetapi Pasal 38 KUHP tidak mengatur secara khusus terkait batasan
waktu pencabutan hak untuk memilih dan dipilih dalam jabatan publik.Pencabutan hak untuk dipilih
dalam jabatan publik telah sesuai dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia dan dapat dikatakan
termasuk kedalam kategori derogable right atau hak yang dapat dibatasi. Sedangkan pencabutan hak
untuk memilih yang tidak diberikan batasan waktu pencabutan tidak sesuai dengan prinsip hak asasi
manusia.Karena hak untuk memilih merupakan hak fundamental setiap warga negara yang telah dijamin
oleh Undang-Undang Dasar 1945.Selain itu batas waktu pencabutan hak untuk memilih tetap diperlukan
karena untuk menghargai HAM pelaku tindak pidana korupsi tetapi untuk memberikan keadilan bagi
korban atas kejahatan extra ordinary crime maka jangka waktu pencabutan dapat diberikan lebih lama
dilihat dari tingkat kejahatan yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai