Anda di halaman 1dari 4

PARADIGMA KETERBATASAN BERPIKIR

Dwi Putri Anggraini


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Esa Unggul
Jalan Arjuna Nomor 9, Kebon Jeruk, Jakarta Barat - 11510
dwiput01@gmail.com

PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan, tenaga pendidik mempunyai peranan yang
penting dalam proses pembelajaraan terkait perkembangan intelegensi dan
perkembangan moral peserta didik. Hakikat dari ilmu pengetahuan ialah
memusatkan penelitiannya dengan peristiwa di masa lampau yang memiliki
keterkaitan dengan penemuan-penemuan baru yang kompleks disertai dengan
pemberian ide disesuaikan pada perkembangan zaman. Seiring, berjalannya waktu
manusia memberikan sumbangsih terbesar pada kemajuan IPTEK dengan
memiliki watak berpikir secara empiris dan rasionalis. Dinamika perubahan dan
perkembangan ini memiliki potensi dalam munculnya berbagai tantangan,
kelemahan atau bisa dikatakan kekurangan namun tidak sedikit juga memberikan
potensi dan peluang yang baik.
Beberapa dari kalangan masyarakat merasa belum puas dengan kualitas
pendidikan di Indonesia. Para ahli sepakat bahwa pendidikan berkualitas yaitu
kegiatan belajar-mengajar yang memiliki daya tarik serta menantang para peserta
didik sehingga mereka belajar dengan sebaik mungkin melalui proses belajar yang
berkelanjutan. Demi mewujudkan pendidikan berkualitas diperlukan manajemen
yang baik dalam pengelolaan sumber daya pendidikan.
Paradigma berpikir pada konteks pendidikan mempunyai arti bahwasanya
suatu cara pandang kita terhadap berbagai permasalahan pembelajaraan di
lingkungan sekolah. Dalam hal ini seorang guru harus mampu berpikir maju
kedepan untuk mempersiapkan metode atau gaya belajar yang sesuai untuk
mengubah predikat ketertinggalan dalam proses pengajaran. Sehingga mampu
mempersiapkan para generasi unggul bangsa untuk bersaing secara global.
ISI
Paradigma lama dalam dunia pendidikan mengakibatkan seorang guru atau
pendidik hanya menggunakan metode pengajaran secara tradisional yang
berpengaruh terhadap daya serap dan kepribadian peserta didik. Proses
pembelajaraan dengan konsep paradigma lama atas keterbatasan guru dalam
berpikir adalah para peserta didik diminta untuk menghafalkan materi yang
diberikan oleh guru, tidak memiliki kebebasan untuk mengemukakan pendapat
dan menuangkan ide-ide kreativitas serta guru secara aktif memberikan
pemahaman terhadap berbagai konsep maupun prinsip ilmu kepada para peserta
didik.
Sedangkan, pada era modern sekarang ini paradigma baru menjadi salah
satu rujukan proses perkembangan pendidikan di Indonesia. Upaya yang dapat
dilakukan ialah dengan menciptakan atau merekontruksi makna pembelajaraan era
millenial. Kemajuan yang dilakukan oleh pendidik dari pembelajaraan dengan
menggunakan paradigma lama kepada paradigma baru bisa dilihat dalam penaatan
ulang pada mata pelajaran Bahasa Arab di Sekolah Menengah Islam Negeri
Kabuputen Maros.
Dimana proses kegiatan pembelajaraan tersebut menggunakan kurikulum
2013 bukan lagi kurikulum KTSP. Kurikulum yang baru menekankan pada
pedagogik modern dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan tersebut
mencakup kegiatan mengamati, bertanya, melakukan percobaan, menyajikan dan
membuat kesimpulan.
KESIMPULAN
Paradigma keterbatasan berpikir pada profesi guru merupakan sebuah
pandangan klasik yang menganggap bahwasanya seorang pendidik sebagai
sumber utama informasi pembelajaraan dan tanpa disadari menjadikan para
peserta didik pasif. Maka dari itu hadir paradigma baru pada dunia pendidikan
yang berpengaruh terhadap struktur kegiatan belajar-mengajar yang menjadikan
siswa/I aktif dan berani.
DAFTAR PUSTAKA
Efendy, R. (2018). Rekontruksi Makna Belajar Dalam Upaya Merespon Perubahan
Paradigma Pembelajaraan Era Milenial. Jurnal Studi Pendidikan Vol XVI , 1-25 .

Wijaya, M. M. (2019). Paradigma Berpikir Guru Pendidikan Agama Islam Di Era Modern .
Jurnal Pendidikan Agama Islam Universitas Wahid Hasyim, 1-25.

UJI PLAGIATISME

Anda mungkin juga menyukai