REVIEW JURNAL
PSIKOPATOLOGI DAN INTERVENSI
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
KELOMPOK 10_ ANOREKSIA NERVOSA
Fakultas Psikologi
UNIVERSITAS SEMARANG
2023
Nama : Kurniawan Dwi Zulianto
NIM : F.111.21.0015
Mata Kuliah : PSIKOPATOLOGI DAN INTERVENSI
Dosen Pengampu : Dr. MULYA VIRGONITA IW, S. Psi., M. Si., psikolog
Tugas : REVIEW JURNAL
1.
Pengaruh Body Shaming Terhadap Kecenderungan Anorexia
Judul Jurnal
Nervosa Pada Remaja Perempuan di Surabaya.
Nama Jurnal Personifikasi: Jurnal Ilmu Psikologi
Tahun Jurnal, Volume, November 2020, Vol. 11, No. 2, Hal. 125-223
Nomor, Halaman, DOI DOI: 10.21107/personifikasi.v11i2.9105
Nama Penulis Tri Indah Sari dan Rezkiyah Rosyidah
Kemajuan teknologi pada saat ini memberikan kemudahan
dalam mengakses berbagai informasi dari beragam media,
baik melalui media elektronik seperti televisi, hingga melalui
perangkat canggih seperti smartphone. Hal tersebut
berdampak pada penyebaran informasi-informasi berupa
nilai-nilai yang dengan sangat mudah mempengaruhi sikap
dan perspektif Masyarakat terhadap sesuatu, termasuk
mengenai standar tubuh ideal baik bagi pria maupun wanita.
Iklan cenderung mengarahkan individu utuk membuat
Latar Belakang
standar tubuh ideal seperti yang ditampilkan di iklan.
Beberapa iklan selalu menampilkan wanita maupun pria
dalam bentuk yang diyakini sebagai standar ideal dari seorang
pria ataupun wanita. Wanita selalu digambarkan dengan
seseorang yang memiliki badan langsing, paha, pinggang,
pinggul ramping, dan berkaki Panjang, serta kulit putih mulu,
sedangkan pria digambarkan dengan sesorang yang memiliki
bentuk tubuh yang ramping, berotot, dan sehat. Standar ideal
tersebut kemudian membentuk citra tubuh di masyarakat,
khususnya para remaja (Sakinah, 2018). Santrock (2012)
menyatakan bahwa pada masa pubertas seorang remaja
perempuan merasa kurang puas dengan tubuhnya terkait
dengan meningkatnya jumlah lemak. Sebaliknya, hasil yang
berbeda terlihat pada seorang remaja laki-laki dimana mereka
terlihat lebih puas ketika melewati masa pubertas karena
sehubungan dengan meningkatnya massa otot. Christiani
(2015) berpendapat bahwa citra tubuh merupakan bias gender
sehingga dapat menyebabkan ketimpangan-ketimpangan
dengan adanya citra tubuh ideal yang lebih ditekankan pada
wanita daripada pria. Akibatnya, dengan adanya body image
ini dapat memungkinkan seseorang untuk melakukan
pembandingan keadaan antara dirinya dengan orang lain
sehingga menimbulkan rasa malu terhadap tubuhnya sendiri,
yang biasa disebut dengan istilah body shame (Damanik,
2018). Body shaming adalah penilaian seseorang mengenai
tubuhnya yang menyebabkan timbul perasaan bahwa
tubuhnya memalukan karena penilaian dirinya dan orang lain
terhadap bentuk tubuh ideal yang tidak sesuai dengan
tubuhnya (Damanik, 2018). Remaja perempuan yang belum
memperlihatkan penerimaan terhadap dirinya, meyakini
bahwa memiliki tubuh kurus akan membantunya dapat
beradaptasi dengan lingkungan pergaulan di sekitarnya.
Dengan begitu ia akan berupaya keras untuk melakukan diet
meskipun dengan cara yang terbilang cukup ekstrim dan
dapat membahayakan kesehatannya, bahkan lebih parahnya
akan memunculkan kecenderungan anorexia nervosa
(Ratnawati, dkk., 2012).
Variabel bebasnya adalah body shaming. Sedangkan variabel
Variabel Penelitian
terikatnya adalah kecenderungan anorexia nervosa.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif
Metode Penelitian
dengan jenis penelitian kausal. Populasi dalam penelitian ini
adalah remaja Perempuan di kota Surabaya berusia 12 hingga
12 tahun yang mengalami kecenderungan anorexia nervosa
dengan jumlah populasi yang tidak diketahui secara pasti.
Jumlah sampel yang digunakan 349 orang. Instrument yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua skala, yaitu
skala kecenderungan anorexia nervosa dan skala body
shaming.
Penelitian ini analisis data menggunakan uji regresi linier
sederhana dengan bantuan program SPSS 24 for windows
dimana hasilnya menunjukan nilai F = 54,172 dengan taraf
signifikasi sebesar 0,000 , nilai tersebut lebih kecil dai 0,05
sehingga hipotesis diterima, yaitu terdapat pengaruh antara
body shaming terhadap kecenderungan anorexia nervosa
pada remaja Perempuan di kota Surabaya. Hasil perhitungan
koefisien korelasi mendampat nilai 0,367 yang di identifikasi
bahwa variable X dan Y terdapat korelasi dengan kategori
cukup. Nilai koefisien determinasi R Suare sebesar 0,135 atau
Hasil Penelitian
13,5% dimana nilai tersebut merupakan kontribusi yang
disumbangkan variable body shaming terhadap variable
kecenderungan anorexia nervosa. Dengan demikian body
shaming memiliki pengaruh terhadap kecenderungan
anorexia nervosa sebesar 13,5% sedangan 86,5% lainnya di
pengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti.
Dari hasil kategorisasi, remaja yang mempunyai
kecenderungan anorexia nervosa dan mengalani body
shaming lebih didominasi pada remaja akhir yang berushia
19-21 tahun dengan mayoritas sedang.
Dari penelitian maka dapat disimpulkan bosy shaming
memiliki pengaruh 13,5% terhadap kecenderungan anorexia
Kesimpulan nervosa sedangkan 86,5% di pengaruhi faktor lain. Dari hasil
yang dilakukan remaja yang memiliki kecenderungan
anorexia nervosa dan mengalami body shaming lebih di
dominasi pada remaja akhir yang berushia 19-21 tahun
dengan mayoritas kategori sedang.
2.
Mendiagnosis Penyakit Anoreksia Nervosa Pada Anak
Judul Jurnal
Remaja Menggunakan Metode Certainty Factor
Nama Jurnal Jurnal Sistem Informasi TGD
Tahun Jurnal, Volume, Volume 2, Nomor 5, September 2023, Hal 779-790
Nomor, Halaman
1. Riris Marito Pasaribu
Nama Penulis 2. Yohanni Syahra
3. Sri Kusnasari
Latar belakang penelitian ini adalah adanya kebutuhan untuk
memahami hubungan antara body shame dan gangguan
makan. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa
body shame dapat menjadi faktor risiko dalam perkembangan
gangguan makan seperti anoreksia nervosa dan bulimia
nervosa. Namun, masih perlu dilakukan penelitian lebih
Latar Belakang
lanjut untuk mengidentifikasi dan mengukur hubungan ini
secara lebih mendalam. Dengan pemahaman yang lebih baik
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan makan,
diharapkan dapat dikembangkan strategi intervensi yang
lebih efektif dalam pengobatan dan pencegahan gangguan
makan.
Variabel Penelitian Penyakit Anoreksia Nervosa
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
Metode Penelitian adalah metode Faktor Kepastian. Metode Certainty Factor
adalah metode yang mengukur tingkat kepastian dalam
mendiagnosis gejala Anorexia Nervosa. Ini melibatkan
penghitungan nilai MB (Measure of Belief) dan MD
(Measure of Disbelief) untuk menentukan bobot setiap gejala.
Probabilitas masing-masing penyakit juga ditentukan
sebelum memasukkan nilai MB dan MD. Metode ini
membantu dalam menentukan tingkat kepastian dan
probabilitas gejala yang berhubungan dengan Anoreksia
Nervosa.
Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi positif yang
signifikan antara rasa malu tubuh dan gangguan makan.
Peserta yang melaporkan tingkat rasa malu tubuh yang lebih
Hasil Penelitian tinggi lebih mungkin menunjukkan gejala gangguan makan.
Ini menunjukkan bahwa rasa malu tubuh memainkan peran
penting dalam pengembangan dan pemeliharaan gangguan
makan.
Berdasarkan temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan positif yang signifikan antara rasa malu
terhadap tubuh dan gangguan makan. Hal ini menunjukkan
bahwa individu yang mengalami tingkat rasa malu yang lebih
tinggi lebih mungkin mengalami gangguan makan. Temuan
Kesimpulan ini menyoroti pentingnya mengatasi rasa malu terhadap tubuh
dalam pencegahan dan pengobatan gangguan makan.
Penelitian dan intervensi lebih lanjut yang berfokus pada
mengurangi rasa malu terhadap tubuh dan meningkatkan citra
tubuh yang positif mungkin bermanfaat dalam mengatasi dan
mencegah gangguan makan.
DOI: https://doi.org/10.53513/jursi.v2i5.6022
Nama : Yudhistira Dimas anggoro
NIM : F.111.21.0009
Mata Kuliah : PSIKOPATOLOGI DAN INTERVENSI
Dosen Pengampu : Dr. MULYA VIRGONITA IW, S. Psi., M. Si., psikolog
Tugas : REVIEW JURNAL
3.
HUBUNGAN ANTARA TEMAN SEBAYA DAN
Judul Jurnal KECEDERUNGAN ANOREKSIA NERVOSA PADA
REMAJA SURABAYA.
Nama Jurnal Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal
Tahun Jurnal, Volume, Volume 13, Nomor 1, Januari Tahun 2023, Hal 41-52
Nomor, Halaman
Nama Penulis Kholifatul Mardiah
Remaja pasti mengalami perubahan dalam pertumbuhan dan
perkembangan, tetapi remaja juga berisiko mengalami
masalah kesehatan seperti gangguan makan. Anoreksia
nervosa adalah salah satu diagnosa gangguan makan dengan
risiko kematian yang lebih tinggi daripada bulimia nervosa.
Remaja dengan kecenderungan bergantung pada teman
Latar Belakang sebaya mungkin mengalami perubahan perilaku; tekanan dari
teman sebaya dapat menyebabkan perilaku makan
menyimpang. Tujuan dari penelitian selanjutnya adalah untuk
mengidentifikasi hubungan antara teman sebaya dan
kecenderungan anoreksia nervosa pada remaja Surabaya.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan
obsevasional deskriptif dengan metode cross-sectional.
Variabel bebasnya adalah hubungan antara teman sebaya.
Variabel Penelitian Sedangkan variabel terikatnya adalah kecenderungan
anoreksia nervosa pada remaja..
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
Metode Penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif
observasional. Populasi penelitian adalah remaja atau siswa
SMA X di Surabaya yang berjumlah 1116 siswa. Besar
sampelnya adalah 286 siswa. Pengumpulan data dilakukan
melalui kuesioner online menggunakan Google Forms.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah Social
Cultural Attitudes Towards Appearance Questionnaire-4.
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari hingga
Maret 2022. Karena adanya pandemi COVID-19, kontak
langsung dengan responden tidak memungkinkan sehingga
pendataan dilakukan secara online. Data yang terkumpul
dianalisis menggunakan metode statistik seperti korelasi
Spearman untuk mengetahui hubungan tekanan teman sebaya
dengan kecenderungan anoreksia nervosa pada remaja
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara tekanan teman sebaya dengan
kecenderungan anoreksia nervosa pada remaja. Penelitian
menemukan bahwa remaja yang mengalami tekanan teman
sebaya yang negatif memiliki kecenderungan lebih tinggi
mengalami anoreksia nervosa dibandingkan dengan remaja
yang mengalami tekanan teman sebaya yang positif. Analisis
korelasi menggunakan korelasi Spearman menunjukkan
Hasil Penelitian adanya korelasi positif sedang antara tekanan teman sebaya
dengan kecenderungan anoreksia nervosa pada remaja. Hal
ini menunjukkan bahwa tekanan teman sebaya berperan
dalam mempengaruhi perkembangan anoreksia nervosa pada
remaja. Penting bagi orang tua, pendidik, dan profesional
kesehatan untuk menyadari dampak tekanan teman sebaya
terhadap kesehatan mental remaja dan memberikan dukungan
serta intervensi untuk mencegah berkembangnya gangguan
makan.
Berdasarkan temuan penelitian dapat disimpulkan bahwa
Kesimpulan terdapat hubungan yang signifikan antara tekanan teman
sebaya dengan kecenderungan anoreksia nervosa pada
remaja. Mayoritas responden tidak mengalami tekanan teman
sebaya yang negatif dan memiliki kecenderungan rendah
mengalami anoreksia nervosa. Namun masih terdapat
sebagian remaja yang mengalami tekanan teman sebaya yang
negatif dan memiliki kecenderungan tinggi mengalami
anoreksia nervosa. Hal ini menyoroti pentingnya mengatasi
tekanan teman sebaya dan meningkatkan citra tubuh yang
positif serta perilaku sehat di kalangan remaja untuk
mencegah berkembangnya gangguan makan.
4.
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PERILAKU
Judul Jurnal
ANOREXIA NERVOSA PADA MAHASISWI
Nama Jurnal JUANG: Jurnal Wahana Konseling
Tahun Jurnal, Volume, Maret 2023, Vol. 6 No. 1, hal 13-22.
Nomor, Halaman, DOI DOI : https://doi.org/10.31851/juang.v6i1.11272
Nama Penulis Nia Nurulita dan Galih Fajar Fadillah
Latar belakang tersebut membahas peran dan
perubahan dalam kehidupan manusia, khususnya mahasiswa,
yang mengalami perubahan fisik, biologis, psikologis, dan
sosial. Mahasiswa seringkali mengalami ketidakpuasan
terhadap citra tubuhnya (body image), yang dapat memicu
perilaku makan tidak sehat dan keinginan untuk mencapai
tubuh ideal melalui diet ketat atau penggunaan obat pencahar.
Faktor-faktor psikologis, seperti keinginan mencapai
Latar Belakang
kesempurnaan dan dinamika menghukum diri sendiri, juga
dapat mempengaruhi perilaku anorexia nervosa.
Penelitian ini membatasi pada perilaku anorexia
nervosa pada mahasiswi dan akan meninjau kondisi tersebut
dalam enam dimensi psychological well-being. Diharapkan
penelitian ini akan memberikan pemahaman lebih mendalam
tentang kondisi mahasiswi dengan anorexia nervosa pada
setiap dimensi kesejahteraan psikologis mereka.
Variabel Bebas: Perilaku Anorexia Nervosa pada
Variabel Penelitian
Mahasiswi
Variabel Terikat : Psychological Well Being
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian di
atas adalah metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan
meliputi observasi partisipasi lengkap, wawancara
mendalam, dan dokumentasi. Observasi partisipasi lengkap
dilakukan dengan cara peneliti terlibat langsung dalam
Metode Penelitian kegiatan sehari-hari orang yang diamati. Analisis data
dilakukan menggunakan model analisis data kualitatif Miles
dan Huberman, yang melibatkan reduksi data (pemilihan,
pemilahan, dan penyajian data), penyajian data (menyusun
data dalam bentuk narasi, tabel, atau grafik), dan penarikan
kesimpulan (menyusun interpretasi data dan mengaitkannya
dengan pertanyaan penelitian).
Hasil analisis menunjukkan bahwa mahasiswa
dengan perilaku anorexia nervosa pada dimensi
pertumbuhan pribadi memiliki karateristik memiliki
Hasil Penelitian perasaan untuk berkembang, mulai menyadari diri untuk
lebih terbuka dan mulai memulai diri dengan passion baru.
Sehingga hal tersebut menunjukkan kondisi dimensi
pertumbuhan pribadi yang sedang berkembang.
Mahasiswa dengan perilaku anorexia nervosa sering
mengalami ketidaksejahteraan psikologis karena mereka
menjadi korban body shaming, yang mengakibatkan
kurangnya rasa percaya diri di lingkungannya. Hal ini
menyebabkan mereka sulit memanfaatkan potensi yang
Kesimpulan dimiliki dan kesulitan dalam mengaktualisasikan diri dengan
baik. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa
psychological well-being mahasiswa dengan perilaku
anorexia nervosa dapat dilihat dari beberapa dimensi.
Dimensi psychological well-being yang baik terbentuk pada
hubungan positif dengan orang lain dan tujuan hidup. Namun,
terdapat dimensi psychological well-being yang masih
berkembang, yaitu pada aspek otonomi dan pertumbuhan
pribadi. Sementara itu, dimensi psychological well-being
yang belum terbentuk dengan baik adalah penerimaan diri
dan penguasaan terhadap lingkungan. Oleh karena itu,
dukungan dari lingkungan sangat penting untuk
meningkatkan penerimaan diri pada mahasiswa dengan
perilaku anorexia nervosa.
1.
PERANCANGAN INFOGRAFIS BAHAYA ANOREKSIA
Judul Jurnal
NERVOSA
Tahun Jurnal, Volume November 2020, Vol. 11, No. 2, Hal. 125-223
Lingkungan dan tekanan sosial, seperti budaya yang mengagungkan tubuh kurus,
juga berkontribusi pada perkembangan anoreksia nervosa. Penelitian ini menunjukkan
bahwa pengaruh budaya dan tekanan sosial dapat memicu atau memperburuk gangguan ini.
Anoreksia nervosa dapat mengakibatkan dampak serius pada kesehatan fisik dan mental
individu. Dampak tersebut termasuk gangguan jantung, gangguan metabolisme, kelemahan
otot, gangguan kecemasan, depresi, dan risiko tinggi kematian. Diagnosis dini dan intervensi
segera adalah kunci dalam mengelola anoreksia nervosa.