Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak sengketa terjadi di Indonesia yang menimbulkan konflik

ringan dan berat. Beberapa konflik tersebut dapat terbentuk dari, (1)

Perebutan tahta, termasuk di dalamnya adalah sumber kehidupan dan

penghidupan, harta warisan, kekayaan, tanah, negara, (2) Perebutan tahta,

termasuk di dalamnya adalah supremasi, pemerintahan, prestice/jabatan, (3)

Perebutan wanita1. Keseluruhan konflik tersebut saat ini sudah ada

hukumnya masing-masing. Dalam hal ini yang juga sering menjadi

pembahasan, hingga terjadinya perpecahan dalam keluarga adalah konflik

mengenai warisan.

Berdasarkan hal tersebut, maka hukum memberikan kebijakan kepada

mereka (yang bermasalah dalam pembagian warisan terutama tanah) berupa

hukum perdata dalam pengadilan. Sistem hukum waris merupakan bagian

yang penting dalam mengatur hubungan dalam hukum keluarga dalam hal

bagaimana menyelesaikan sengketa yang terkait dengan pembagian warisan.

Ini dapat dipahami bahwa kalau tidak diatur dengan baik maka masalah

warisan banyak terjadi pertengkaran bahkan saling membunuh antara para

ahli waris. Setiap terjadi peristiwa kematian seseorang, segera timbul


1
pertanyaan “bagaimana harta peninggalannya (jika ada) harus dibagikan
1
Wisnu Sasongko. Armagedon antara Petaka dan Rahmat, Jakarta: Gema Insani,
2008, hal. 158.
1
kepada yang berhak menerimanya dan kepada siapa saja harta itu

dipindahkan, serta bagaimana caranya? Apakah keluarga lain yang

berhubungan darah juga berhak untuk mendapatkan warisan tersebut, atau

hanya mereka yang tertulis atau terucap dalam perjanjian pembagian waris

dalam keluarga?” Semua ini harus diatur dalam hukum kewarisan.2

Seperti yang tertulis dengan jelas bahwa hukum waris dapat

dipaparkan sebagai seluruh aturan yang menyangkut penggantian kedudukan


3
harta kekayaan yang mencakup himpunan aktiva dan pasiva orang yang

meninggal dunia.2 Hukum waris diatur di dalam Buku II KUHP perdata.

Pasal yang mengatur tentang waris sebanyak 300 pasal, yang dimulai dari

Pasal 830 KUH perdata sampai dengan Pasal 1130 KUH perdata Prinsip ini

ditegaskan dalam ketentuan Pasal 830 Kitab Undang- Undang Hukum

Perdata (Pewarisan hanya terjadi bilamana ada kematian (dari pewaris atau

pemilik sah harta waris).3 Seketika seseorang meninggal dunia, para ahli

waris demi hukum akan menggantikan kedudukan pewaris sebagai pihak

yang berwenang memiliki atau mengurus harta kekayaan yang ditinggalkan.

Mengenai pembagian warisan terdapat tiga unsur di dalamnya yaitu:

(1) Adanya pewaris, (2) Harta warisan, dan (3) Adanya ahli waris.

2
4
Berdasarkan keterangan bahwa harta warisan berupa hak dan kewajiban

yang dapat di nilai dengan uang.

Permasalahan sengketa tanah antar waris tersebut saat ini menjadi

momok karena terpikirkan bahwa warisan tersebut dapat memberikan

kesejahteraan bagi yang menerima warisan. Mengenai berita keretakan rumah

tangga karena warisan di negara kita sering kali terdengar.

Banyak sengketa terjadi di Indonesia yang menimbulkan konflik

ringan dan berat. Beberapa konflik tersebut dapat terbentuk dari, (1)

Perebutan tahta, termasuk di dalamnya adalah sumber kehidupan dan

penghidupan, harta warisan, kekayaan, tanah, negara, (2) Perebutan tahta,

termasuk di dalamnya adalah supremasi, pemerintahan, prestice/jabatan, (3)

Perebutan wanita . Keseluruhan konflik tersebut saat ini sudah ada hukumnya

masing-masing. Dalam hal ini yang juga sering menjadi pembahasan, hingga

terjadinya perpecahan dalam keluarga adalah konflik mengenai warisan.

Seperti yang terjadi pada kasus sengketa tanah yang terjadi di

Cirebon,Jawa Barat dalam satu keluarga yang melibatkan pengadilan negeri

sebagai penengah. Perihal yang terjadi pada keluarga di Cirebon, Jawa Barat

menjadi permasalahan karena pihak ahli waris yang terdiri dari 8 (delapan)

orang, salah satunya tidak terima bila mana tanah warisan seluruhnya dan

4 2
M.J.A Van Mourik. Studi Kasus Hukum Waris, Bandung: Eresco, 1993, hal 1.
3
Serge Kreutz. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Civil Code) Buku Kedua-Benda.
International Journal, 2011.

3
tanpa hak telah dikuasai dan dinikmati oleh Para Tergugat yang nota bene

sama-sama ahli waris,

Permasalahan di atas menuntut pihak Pengadilan Negeri Jakarta Barat

sebagai penengah untuk menyelesaikan perkara perebutan warisan tersebut

berdasarkan hukum perdata, yaitu ditinjau dari bagaimana sistem hasil

pembagian waris yang benar. Karena permasalahan di atas maka peneliti

tertarik untuk mencoba melakukan studi mengenai penyelesaian sengketa

pembagian warisan antar ahli waris dari perspektif hukum perdata di

Pengadilan Negeri Jakarta Barat.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengadakan penelitian

dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kedudukan dan hak masing-

masing ahli waris dalam pembagian warisan, untuk mendeskripsikan

pertimbangan hakim dalam menentukan pembuktian perkara warisan antar

ahli waris, dan untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam menentukan

putusan atas perkara pembagian warisan antar ahli waris.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis

normatif yaitu suatu penelitian hukum yang mempergunakan sumber hukum

sekunder, dilakukan dengan menekankan dan berpegang teguh pada segi-segi

yuridis. Jenis penelitian yang digunakan dengan pendekatan deskriptif yaitu

untuk memberikan data yang seteliti mungkin manusia, keadaan atau gejala

lainnya.4 Jenis dan sumber data meliputi, data sekunder mempunyai ruang

lingkup yang meliputi surat-surat pribadi, buku-buku sampai pada dokumen


4
resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selanjutnya, untuk data primer yaitu

hasil wawancara. Metode pengumpulan data melalui studi pustaka dan

wawancara, data-data yang diperoleh penulis dari studi lapangan yang berupa

hasil wawancara dengan responden atau naasumber yang bersangkutan, untuk

itu kemudian dilakukan pengumpulan dan penyusunan data secara sistematis

serta menguraikannya dengan kalimat yang teratur dengan ditarik sebuah

kesimpulan.

B. Rumusan Masalah

Permasalahan sengketa tanah antar waris tersebut saat ini menjadi

momok karena terpikirkan bahwa warisan tersebut dapat memberikan

kesejahteraan bagi yang menerima warisan. Mengenai berita keretakan rumah

tangga karena warisan di negara kita sering kali terdengar. Seperti yang

terjadi pada kasus sengketa warisan yang terjadi dalam satu keluarga yang

melibatkan pengadilan negeri Jakarta Barat sebagai penengah. Perihal yang

terjadi pada keluarga ini menjadi permasalahan karena pihak ahli waris yang

diwasiatkan tidak terima bila mana seluruh harta warisan dikuasai secara

tidak terbatas oleh saudara kandungnya.

Permasalahan di atas menuntut pihak Pengadilan Negeri Jakarta Barat

sebagai penengah untuk menyelesaikan perkara perebutan warisan tersebut

berdasarkan hukum perdata, Yaitu:

1. Bagaimana penyelesaian sengketa pembagian warisan antara

saudara kandung yang merupakan ahli waris?


5
2. Bagaimana kekuatan hukum dari surat wasiat/testamen?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut :

menyelesaikan perkara perebutan warisan tersebut berdasarkan hukum

perdata, Yaitu:

1. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa pembagian warisan

antara saudara kandung yang merupakan ahli waris.

2. Untuk mengetahui kekuatan hukum dari surat wasiat/testamen

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengadakan penelitian guna

untuk mengetahui bagaimana kedudukan dan hak masing-masing ahli waris dalam

pembagian warisan, untuk mendeskripsikan pertimbangan hakim dalam

menentukan pembuktian perkara warisan antar ahli waris, dan untuk mengetahui

pertimbangan hakim dalam menentukan putusan atas perkara pembagian warisan

antar ahli waris.

Hasil penelitian yang dituangkan dalam skripsi diharapkan memiliki

kegunaan yang dapat ditinjau dari segi teoritis dan segi praktis, yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan untuk menambah wawasan dan pengembangan

ilmu pengetahuan khususnya dalam hal ilmu hukum perdata yang


6
berkaitan tentang putusan pembagian waris menurut waris perdata di

Pengadilan Pengadilan Negeri Jakarta Barat.

b. Hasil dari penelitian ini digunakan untuk memenuhi tugas penelitian

hukum, sebagai syarat menyelesaikan studi di Fakultas Hukum

Universitas Mpu Tantular Jakarta

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Masyarakat

Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna, bermanfaat, serta

memberikan informasi bagi masyarakat agar masyarakat mengerti

bagaimana cara pembagian harta waris dalam konteks hukum waris

perdata dan serta mengerti cara penyelesaian sengketa pembagian harta

waris sesuai dengan hukum waris perdata.

b. Bagi Mahasiswa

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber dan bahan

bacaan bagi mahasiswa, untuk meningkatkan pengetahuan serta acuan

terhadap penelitian tentang kajian pembagian harta waris menurut sistem

hukumnya.

E. Kerangka Konseptual

Kerangka berfikir merupakan alur runtut atau sebuah model konseptual

tentang bagaimana teori berhubungan dengan hukum yang didefinisikan

dalam sebuah penelitian. Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2011 : 60)

mengemukakan bahwa “Kerangka berpikir merupakan model konseptual


7
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah

diidentifikasi sebagai hal yang penting jadi dengan demikian maka kerangka

berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman

yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi

bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian

yang akan dilakukan.”Negara Indonesia adalah Negara Hukum, hukum adalah

perangkat asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan antar

manusia dalam masyarakat, dengan demikian hukum positif adalah hukum

yang berlaku di Indonesia saat ini, karena hukum merupakan suatu sistem atau

tatanan asas- asas dan kaidah-kaidah hukum yang tidak lepas dari masalah

keadilan, Mochtar Kusumaatmadja memberikan hukum positif yang lengkap

adalah sistem atau tatanan hukum dan asas-asas berdasarkan keadilan yang

mengatur kehidupan manusia.

Tujuan hukum memberikan peraturan-peraturan (petunjuk atau pedoman)

dalam pergaulan hidup, untuk melindungi individu dalam hubungannya

dengan masyarakat, sehingga dengan demikian dapat diharapkan terwujud

suatu keadaan aman, tertib dan adil. Untuk mencapai tujuan ini, maka

kehidupan individu di tengah pergaulan hidupnya, perlu suatu pendekatan

yang memberi keseimbangan dan keserasian.

Hukum Waris Indonesia masih beraneka warna coraknya, dimana tiap-

tiap golongan penduduk termasuk kepada hukumnya masing-masing misalnya

untuk golongan masyarakat non muslim, mereka tunduk kepada hukum


8
adatnya masing-masing disana-sini dipengaruhi oleh unsur-unsur agama dan

kepercayaan. Begitu juga terhadap golongan Eropa dan yang dipersamakan

dengan mereka, aturan tentang hukum waris ini aspirasinya separuhnya

diserahkan kepada hukum perdata Eropa Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata (KUHPerdata).

Hukum Waris merupakan salah satu bagian dari hukum perdata secara

keseluruhan dan merupakan bagian terkecil dari hukum kekeluargaan. Hukum

Waris sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia, sebab

setiap manusia pasti akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan

kematian. Akibat hukum selanjutnya timbul, dengan terjadinya peristiwa

hukum kematian seseorang, diantaranya ialah masalah bagaimana pengurusan

dan kelanjutan hak-hak dan kewajiban-kewajiban seseorang yang meninggal

dunia tersebut. Penyelesaian hak-hak dan kewajiban-kewajiban sebagai akibat

meninggal seseorang, diatur oleh hukum waris.

Akibatnya terjadi perbedaan tentang arti dan makna Hukum Waris itu

sendiri bagi masing-masing golongan penduduk. Artinya belum terdapat suatu

keseragaman tentang pengertian dan makna hukum waris sebagai suatu

standar hukum, pedoman serta pegangan yang berlaku untuk seluruh wilayah

Republik Indonesia. Namun demikian semua pihak terdapat bahwa apabila

berbicara mengenai hukum waris, maka pusat perhatian tidak terlepas dari 3

(tiga) unsur pokok, yakni:

1. Adanya harta peninggalan (kekayaan) pewaris yang disebut warisan;


9
2. Adanya pewaris yaitu orang yang menguasai atau memiliki harta

warisan dan mengalihkan atau meneruskannya, dan;

3. Adanya ahli waris, orang yang menerima pengalihan, penerusan atau

pembagian harta warisan itu.

Secara terminologi, pengertian hukum kewarisan adalah hukum yang

mengatur pembagian warisan, mengetahui bagian-bagian yang diterima dari

harta peninggalan itu untuk setiap yang berhak. Dalam redaksi lain, Hasby

Ash-Shiddieqy mengemukakan, hukum kewarisan adalah hukum yang

mengatur siapa-siapa orang yang mewarisi dan tidak mewarisi, bagian

penerimaan setiap ahli waris dan cara-cara pembagiannya. Berbeda dengan

dua definisi di atas, Wirjono Prodjodikoro menjelaskan, warisan adalah soal

apa dan bagaimana berbagai hak-hak dan kewajiban tentang kekayaan

seseorang pada waktu ia meninggal akan beralih kepada orang yang masih

hidup.

Menurut Ter Haar, hukum waris adalah:

“Aturan-aturan yang mengatur mengenai cara bagaimana dari abad ke

abad penerusan dan peralihan dari harta kekayaan yang berwujud dan tidak

berwujud dari generasi ke generasi.”

Menurut Soepomo, hukum waris adalah:

“hukum adat waris menurut peraturan-peraturan yang mengatur proses

meneruskan serta mengalihkan barang-barang yang tidak berwujud benda

10
(Immaterielle Goederen) dari suatu angkatan manusia (generasi) kepada

turunannya.”

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data-data yang memadai

maka peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

1. Spesifikasi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis

normatif yaitu suatu penelitian hukum yang mempergunakan sumber

hukum sekunder, dilakukan dengan menekankan dan berpegang teguh

pada segi-segi yuridis spesifikasi penelitian dalam skripsi ini adalah

bersifat deskriptif analisis yaitu menggambarkan dan menganalisa

permasalahan di atas berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan

hukum Dalam hal ini dikemukakan beberapa peraturan perundang-

undangan yang berhubung dengan aspek-aspek hukum yang berlaku pada

masa sekarang. Diharapkan dapat diperoleh gambaran secara jelas dan

menyeluruh mengenai penguasaan hak milik pewaris oleh ahli waris .

2. Metode Pendekatan

Jenis penelitian yang digunakan dengan pendekatan deskriptif yaitu

untuk memberikan data yang seteliti mungkin manusia, keadaan atau

gejala lainnya. Jenis dan sumber data meliputi, data sekunder mempunyai

11
ruang lingkup yang meliputi surat-surat pribadi, buku-buku sampai pada

dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

3. Tahap Penelitian

a. Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan ini untuk mencari konsepsi, teori-teori,

pendapat-pendapat ataupun penemuan yang berhubungan erat dengan

pokok permasalahan. Kepustakaan tersebut berupa Data primer yaitu hasil

wawancara. Metode pengumpulan data melalui studi pustaka dan

wawancara, data-data yang diperoleh penulis dari studi lapangan yang

berupa hasil wawancara dengan responden atau narasumber yang

bersangkutan, untuk itu kemudian dilakukan pengumpulan dan

penyusunan data secara sistematis serta menguraikannya dengan kalimat

yang teratur dengan ditarik sebuah kesimpulan.

b. Penelitian Lapangan

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendukung data sekunder yang

telah dilakukan kepada pihak-pihak yang berkompeten terhadap masalah

yang diteliti. Penulis mengumpulkan, meneliti dan menyeleksi data

primer yang diperoleh dari lapangan untuk menunjang dengan dialog dan

Tanya jawab dengan pihak-pihak yang dapat memberikan informasi yang

di butuhkan dalam penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah :


12
Studi kepustakaan yaitu melakukan penelitian terhadap dokumen-

dokumen yang erat kaitannya dengan akibat hukum terhadap pewaris

yang dilakukan ahli waris guna mendapatkan landasan teoritis dan

memperoleh informasi dalam bentuk ketentuan formal dan data melalui

teori yang ada.

Wawancara yaitu mengadakan Tanya jawab untuk memperoleh data

primer secara langsung dengan instansi yang terkait.

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan Tentang Latar Belakang

Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan

Penelitian, Kerangka Konseptual, Metode Penelitian dan

Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisi Pertama, Tinjauan tentang Pembagian

Warisan yang meliputi: Pengertian Hukum Waris, Unsur-Unsur

Hukum Waris, Pihak-pihak Hukum Waris, Obyek yang

diwariskan, Kedudukan dan Hak-hak ahli waris dalam pembagian

warisan. Kedua, Tinjauan Tentang Proses Pemeriksaan di

Pengadilan Negeri, meliputi Penyusunan surat gugatan, Pengajuan

surat gugatan, Pemanggilan para pihak, Pemeriksaan perkara,

antara lain Perdamaian, Jawab menjawab antara penggugat dan


13
tergugat, yang berisi Pembacaan Surat Gugatan, Jawaban

Tergugat, Replik, Duplik, sedangkan Pembuktian, berisi

Pengertian pembuktian, Beban pembuktian, Alat bukti, Penilaian

pembuktian dan Kesimpulan Pembuktian, sedangkan Putusan

berisi Pengertian putusan, Macam-macam putusan, dan

Pertimbangan Hakim.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang pokok permasalahan yang akan

dibahas mengenai penyelesaian Sengketa Pembagian Warisan

Antara Saudara Kandung Karena Adanya Testamen dan berisi

bagaimana kedudukan ahli waris dalam pembagian warisan dalam

sengketa ini dan bagaimana hak dari masing-masing ahli waris

dalam dalam pembagian warisan?, bagaimana pertimbangan

hakim dalam menentukan pembuktian perkara warisan antar ahli

waris?, dan bagaimana pertimbangan hakim dalam menentukan

putusan atas perkara pembagian warisan antar ahli waris yang

terbukti?

BAB IV ANALIS PUTUSAN SENGKETA PEMBAGIAN WARISAN

ANTARA SAUDARA KANDUNG KRENA ADANYA

TESTAMEN PUTUSAN NO:539/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Bar,

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran.


14

Anda mungkin juga menyukai