Anda di halaman 1dari 8

Teologi Tubuh

Pendidikan dalam CinTa dan SekSual manuSia


beberaPa WaWaSan unTuk kehiduPan keluarga
ajaran TenTang PerkaWinan

1. Panggilan untuk Mencintai


➢ Sebagaimana Tuhan Mengasihi kita
➢ Persatuan di Surga telah diramalkan dalam
Kejadian.
➢ Di dalamnya rencana awal persatuan
dengan Adam dan Hawa.
➢ Sebuah “ajakan” rencana ini terjadi di hati
kami.
➢ Daripada mencari kebaikan orang lain, kita
malah menginginkan kebaikan bagi diri kita
sendiri baik (seringkali mengorbankan
martabat orang lain!)
➢ Tuhan menciptakan kita untuk bersatu
dengan-Nya. Dia memberi kita 'gema
suara' hati akan kasih yang Dia
kehendaki bagi kita semua.

2. Pada awalnya, Referensi Yesus pada "permulaan penciptaan" menyoroti beberapa


hal-hal penting:
❖ Tuhan menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya sebagai laki-laki dan
perempuan (Kejadian 1:27).
❖ Seorang pria meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya dan
mereka menjadi satu daging (Kejadian 2:24)
❖ Yesus menyatakan dalam Matius bahwa keduanya adalah satu, bukan lagi dua tapi
satu daging dan manusia itu tidak bisa memisahkan apa yang dipersatukan
Allah.
❖ Persatuan dan ketidakterpisahan dikedepankan.

3. Hakekat awal Kesatuan


✓ Manusia tidak menemukan pasangan yang cocok bagi dirinya (Kej. 2:20).
✓ Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa tidak ada keraguan bahwa manusia
masuk dalam "tidur lelap" memiliki keinginan untuk menemukan seseorang seperti
dirinya sendiri. Manusia yang lain 'diciptakan kembali' yaitu perempuan – mereka
menjadi satu kesatuan dari dua pribadi
✓ Bahwa wanita adalah penolong yang cocok, meskipun bersifat seksual
✓ Perbedaannya, begitu jelas terlihat sehingga pria itu langsung menerimanya dengan
gembira ketika dia mengatakan "ini tulang dari tulangku dan daging dari
dagingku - dia akan disebut perempuan..."(Kej 2:23)
✓ Kejadian 2:23- kita melihat perbedaan antara 'is dan 'issah untuk pertama kalinya.

4. Hadiah/Anugrah Kesatuan (Kejadian 2:24).


▪ Saling Menghadiahkan “Seorang laki-laki harus meninggalkan ayah dan
ibunya…dan keduanya menjadi satu tubuh (Kej. 2:24).
▪ Mengarah pada persekutuan insani – pria dan wanita diciptakan untuk kesatuan.
▪ Dalam setiap aspek kehidupan melalui pemberian yang total dan timbal balik.
Kesatuan terutama dalam “gambar.”
▪ Kesatuan keduanya menjadi satu daging merupakan suatu ikatan yang terjalin
sebagai sebuah anugerah dari Tuhan.

5. Tuhan memang menciptakan tubuh manusia untuk mengekspresikan diriNya.


Oleh karena itu, Tuhan memberikan pikiran dan kehendak “orang tua pertama”
untuk menguasai tubuh suatu penguasaan tertentu.

6. Mereka mampu mengekspresikan pribadi mereka “di dalam dan melalui tubuh
mereka” karena tubuh mereka, tidak seperti tubuh kita, berada di bawah kekuasaan
pikiran dan kemauan mereka.
➢ Kesadaran, kemanjuran, kebebasan transendensi, dan kebenaran diungkapkan di
dalam dan melalui tubuh mereka. Dengan kata lain, mereka terintegrasi.
➢ Kehendak sebagai orang
tua pertama, tidak harus
berjuang melawan keinginan
daging mereka.
➢ Orang tua pertama kita
tidak membutuhkan kemauan
seperti kita. Ini adalah
pengalaman kesatuan yang awal
dalam diri mereka ada
keselarasan. Tidak ada
pertentangan, seperti yang
terjadi pada diri kita, yaitu
antara pikiran dan kemauan,
maupun dengan tubuh. (Hogan,
Perjanjian Cinta, 48).

7. Konsep "anugerah" -
dibuat untuk persekutuan
Johanes Paulus ll:
• kita diciptakan untuk "menjadi hadiah/anugerah."
• Kunci seksualitas: Pemberian diri secara total dalam hubungan timbal balik
• Tidak ada sifat yang egois
• Satu-satunya jawaban yang tepat bagi manusia adalah Cinta.

8. Asal dari Ketelanjangan


❖ Pemberian Diri (Being-Gift). “Manusia diciptakan sebagai pribadi yang pertama kali
menerima karunia Tuhan.
❖ cinta yang mesti disyukuri dan kemudian membalas atau memperhitungkan cinta
itu dengan sikap memberikan diri kepada orang lain" (TBE 96).
❖ Dalam pengalaman awal, laki-laki menerima perempuan apa adanya sekehendak
Tuhan,dan sebaliknya. Memiliki
bukan untuk kepentingan
sendiri: tetapi sebagai
Pemberian diri secara timbal
balik dan secara total dalam
cinta demi Tuhan sendiri.
❖ Tidak adanya rasa malu di
antara mereka,
menggarisbawahi kedamaian
dan ketenangan dari "keinginan
batin." Ketenangan
menunjukkan keselarasan batin
dengan rencana Tuhan.

9. Dominasi Hubungan
Dominasi dalam Hubungan
Interpersonal:
• Nafsu menyebabkan distorsi.
• Kesederhanaan dan kemurnian pengalaman awal menghilang -nafsu menggantikan
pemberian diri yang tulus
• Tubuh, yang merupakan "substansi dasar" persekutuan orang, sekarang menjadi
hambatan dalam pribadi hubungan pria dan wanita.
8. “Firman-Nya kepada perempuan itu: namun engkau akan tunduk kepada suamimu
dan ia akan berkuasa atasmu.” (Kejadian 3:16b).
✓ Ini bukan untuk dipahami sebagai ketidaksetaraan kepribadian. Kata-kata ini
menunjukkan pada suatu pelanggaran, kerugian mendasar komunitas awal-
persekutuan manusia perdana yang maksudnya bahwa secara timbal balik
bahwa manusia agar membahagiakan satu sama lain, dan mereka keduanya
dibuat bahagia olehNya melalui berkat kesuburan dan prokreasi.
✓ “Mereka bukan lagi dipanggil hanya untuk bersatu dan dan menuju kesatuan,
tetapi juga dipanggil menghadapi keterancaman akan ketidakpuasan
persatuan dan kesatuan itu.
✓ Ada pergumulan dipanggil dari kekekalan untuk hidup dalam persekutuan"
(TB 121). Namun laki-laki dan perempuan terpecah bahkan saling bertentangan.
✓ Mereka menginginkan persatuan, namun mereka tidak dapat memuaskan kerinduan
mereka.
✓ Mereka tidak bisa lagi memberi sepenuhnya satu sama lain.
✓ Keinginan daging mengarahkan keinginannya pada pemuasan daging, sering kali
harus mengorbankan keutuhan persekutuan mereka.

9. Dominasi dalam Hubungan


Masalah Dominasi
Sepanjang sejarah:
➢ perempuanlah yang
menanggung beban
terbesar dari beban
sehubungan dengan
dosa seksual.
➢ Ditekan untuk
memenuhi tuntutan
laki-laki (ukuran
tubuh /membentuk;
gaya berpakaian;
sikap dll...).
➢ Seringkali dia sendiri yang menanggung - dan membayar semuanya secara
sendirian.
➢ Sering ditinggalkan saat hamil
➢ Seringkali diharuskan untuk membuat dirinya terkena potensi bahaya untuk
memungkinkan pria "memerintah": kontrasepsi
➢ Dia menanggung akibat aborsi
➢ Banyak mengalami masalah fisik dan psikologis.

10. Masalah Dominasi


o Bagaimana mentalitas kontrasepsi lebih lanjut medominasi atas perempuan?
o Siapa yang paling menderita akibat keretakan keluarga?

11. Manusia yang Ditebus


Efesus 5:21-35 mengacu pada hubungan antara Kristus dan MempelaiNya, yaitu
Gereja.
✓ Ini adalah model hubungan antara suami dan istri
✓ Menjadi rendah hati satu sama lain karena rasa hormat pada Kristus.
✓ Istri harus tunduk pada suami dalam hal yang mulia.
✓ Suami mengasihi isterinya seperti Kristus mengasihinya Gereja dan menyerahkan
dirinya untuknya.
✓ Suami hendaknya mengasihi isterinya seperti mengasihi tubuhnya sendiri.

12. Inovasi atau pembaharuan Injili


o Tunduk satu yang lain sebagai penghormatan terhadap Kristus
o Pemulihan kesetaraan awal dalam pernikahan.

13. Para suami sayangilah Istrimu, sebagaimana Kristus menyayangi Gereja dan
memberi diriNya untuknya.
▪ Penulis memperhitungkan situasi nyata dan situasi perempuan dan memberi
tantangan.
▪ Kepemimpinan suami adalah seperti yang dimiliki Kristus. Sebuah peneguhan
atau affirmasi terhadap martabat wanita.

14. Kasih dengan


Cara seperti Kristus.
Suami sayangilah istrimu:
➢ Sebuah penegasan
mendasar terhadap wanita
sebagai manusia
➢ Inilah cara Kristus
bertindak sebagai mempelai
Gereja.
➢ Dia menginginkan agar dia
berada dalam kemegahan
tanpa cacat dan kerut (Ef.
5:27).

15. Dimensi Simbolik dalam Efesus.


Misteri Agung:
❖ Kasih Tuhan terhadap umatNya mempunyai suatu kualitas pasangan suami istri.
❖ Mempelai Wanita, yaitu Gereja, adalah sebuah sujek yang kolektif
❖ Kristus telah mengasihi Gereja yang dianggap juga sebagai tubuhNya sendiri.
❖ Kristus telah masuk dalam sejarah manusia dan tetap di dalamnya sebagai
Mempelai pria yang menyerahkan diriNya. “Tidak ada kasih yang lebih besar dari
pada kasih seorang yang menyerahkan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya”
(Yoh. 15:13)
16. Panggilan untuk Mencintai
Sebagaimana Tuhan Mengasihi
✓ Persatuan di Surga telah dinyatakan dalam Kejadian.
✓ Di dalamnya rencana awal persatuan antara Adam dan Hawa.
✓ Suatu “ajakan” rencana itu terjadi di hati kita.
✓ Daripada mencari kebaikan orang lain, kita malah menginginkan kebaikan bagi diri
kita sendiri (seringkali mengorbankan martabat orang lain!)
✓ Tuhan menciptakan kita untuk bersatu dengan-Nya. Dia memberi kita “suara atau
bisikan” hati akan kasih yang Dia kehendaki bagi kita semua.
✓ Kristus sepenuhnya menyatakan diriNya sendiri pada manusia (GS, 22).
✓ Tidak, kita tidak akan diselamatkan oleh sebuah Rumus atau formula, tetapi oleh
Seseorang dan jaminan itu Dia berikan kepada kita ketika Yesus berkata: “Aku
besertamu!...
✓ Ya karena itu, ini bukan masalah menciptakan suatu program yang baru . Program
sudah ada: adalah
Rencana ini ditemukan
dalam Injil dan Tradisi yang
telah dijalani, yang sama
seperti sebelumnya.
✓ Yang tertinggi yaitu
berpusat pada Kristus
sendiri, dimana Dia sendiri
yang akan menjadi dikenal,
dicintai, dan ditiru, sehingga
dalam diriNya kita sedapat
mungkin menghayati
kehidupan Tritunggal dan
bersamanya mengubah
sejarah menuju dan sampai
pemenuhannya di dalam
Yerusalem surgawi (NMI,
29).
Sakramen Perkawinan

• Setiap manusia, tentunya


senantiasa mengharapkan
masa depan yang baik. Ada banyak tawaran dan harapan yang dapat digapai demi
masa depan kita. Salah satu dari tawaran dan bentuk kehidupan/panggilan masa depan
itu adalah hidup berkeluarga.

• Panggilan hidup berkeluarga merupakan salah satu bentuk keikutsertaan manusia


dalam karya Allah. Allah memanggil manusia untuk ikut serta dalam karya
pewartaanNya untuk mewartakan kerajaan Allah dan ikut serta dalam
pemeliharaan alam ciptaan-Nya. Setiap manusia yang hidup di dunia ini dipanggil
oleh Allah untuk ikut serta dalam karya tersebut.
• Panggilan hidup berkeluarga sering kita sebut dengan perkawinan. Perkawinan adalah
persekutuan hidup antara seorang pria dan seorang wanita atas dasar ikatan cinta
kasih yang total dengan persetujuan bebas dari keduanya. Namun demikian dalam
masyarakat kita ada beberapa pandangan tentang perkawinan, misalnya:
1) Ada orang yang memandang bahwa perkawinan sebagai kontrak atau perjanjian.
2) Ada juga pandangan yang hanya menekankan perkawinan dari segi tujuannya hanya
untuk mendapatkan anak atau keturunan, sehingga jika sulit mendapatkan keturunan
maka perkawinan dapat diceraikan.
3) Ada juga yang menghubungkan perkawinan sebagai usaha untuk memperoleh
status, harta warisan, kekuasaan, dan sebagainya. Pandangan-pandangan tentang
perkawinan tersebut akan menentukan penghayatan hidup perkawinan itu
sendiri.

• Dalam Gereja Katolik dasar perkawinan adalah cinta di antara dua orang (laki-laki dan
perempuan) yang mengikat janji dalam sebuah perkawinan.

• Gereja Katolik memandang dan memahami bahwa hidup berkeluarga itu sungguh
suci dan bernilai luhur, karena keluarga merupakan:

• “Persekutuan hidup dan


kasih suami istri yang mesra,
yang diadakan oleh Sang
Pencipta, dan dikukuhkan
dengan hukum-hukumnya,
dan dibangun oleh janji
pernikahan atau persetujuan
pribadi yang tak dapat ditarik
kembali. Hal ini terungkap
dalam dokumen Gereja yaitu
dalam Gaudium et Spes artikel
48; “Demikianlah karena
tindakan manusia yakni saling
menyerahkan diri dan saling
menerima antara suami istri,
timbullah suatu lembaga yang
mendapat keteguhannya juga bagi masyarakat berdasarkan ketetapan Ilahi”.

• Dalam iman Kristiani, perkawinan dipandang sebagai Sakramen. Perkawinan tidak


hanya menyangkut hubungan antara pria dan wanita, tetapi adanya keterlibatan Tuhan
di dalamnya. Oleh karena itu, perkawinan dalam Gereja Katolik memiliki nilai yang
luhur.

• Dengan demikian berarti pula bahwa panggilan hidup berkeluarga juga memiliki nilai
yang luhur, sebab dari perkawinan itu sendiri yang juga luhur. Perkawinan dalam
Gereja Katolik disebut sebagai Sakramen karena melambangkan hubungan
antara Kristus dan Gereja-Nya (lihat Efesus 5: 22-33). Mereka akan hidup sebagai
suatu persekutuan seperti halnya hidup Gereja sebagai persekutuan.

• Mereka adalah Gereja mini. Sebagai persekutuan, mereka bukan lagi dua tetapi satu
daging (lihat Kejadian 2: 24). Dengan hidup sebagai persekutuan yang didasarkan
kasih itulah, maka perkawinan memperlihatkan dan melambangkan kasih Allah
kepada manusia dan kasih Yesus kepada Gereja-Nya.

• Perkawinan Katolik hakikatnya monogam dan tak terceraikan. “Ciri-ciri hakiki


perkawinan ialah kesatuan dan sifat tak dapat diputuskan, yang dalam perkawinan
Kristiani memperoleh kekukuhan khusus atas dasar sakramen. (KHK Kan. 1056).

• Dalam perkawinan
Kristiani tidak dikenal
adanya perceraian. Apa
yang telah dipersatukan
Allah, telah dipersatukan
Allah, tidak boleh
diceraikan manusia (lihat
Markus 10: 9). Selain tidak
terceraikan, perkawinan
Kristiani bersifat monogam.
Cinta antara seorang suami
dan seorang istri bersifat
total atau tak terbagikan.
Seorang suami harus mengasihi istrinya seperti tubuhnya sendiri (lihat Efesus 5: 28).
Demikian juga, istri terhadap suaminya.

• Adapun tujuan perkawinan Katolik adalah kebahagiaan suami-istri sebagai


pasangan, keturunan atau kelahiran anak, pendidikan anak, dan kesejahteraan
masyarakat. Oleh karena, tiadanya anak/keturunan bukan menjadi alasan untuk
terjadinya perceraian.

DIsiapkan oleh P. Lasbert Sinaga CiCM

Anda mungkin juga menyukai