Anda di halaman 1dari 2

Ketetapan Allah

Kelompok D :
- Jilian Liekellen (01038220034)
- Jonathan Fanuel Stevanus (01038220031)
- Marcus Marhope Silaban (01038220037)
- Theresia Rohani Mungkur (01038220035)

1. Apakah Allah mengkehendaki adanya kejahatan di dalam dunia berarti Allah


menciptakan kejahatan?

Karena Allah adalah asal mula dari segala sesuatu yang baik dan penuh kasih,
Allah tidak menginginkan adanya kejahatan di dunia ini. Allah memberikan manusia dan
makhluk-makhluk lain kemampuan untuk membedakan dan memilih antara yang baik
dan yang buruk, karena cinta yang hakiki hanya mungkin ada dengan adanya kebebasan.
Akan tetapi, kebebasan juga menimbulkan kemungkinan bahwa manusia dan
makhluk-makhluk lain dapat menyalahgunakan kebebasan mereka dan berbuat jahat, baik
dengan sengaja maupun tanpa sengaja. Kejahatan tidak diciptakan oleh Allah, tetapi
merupakan suatu ketiadaan, kehilangan, atau penyimpangan dari kebaikan yang
sebenarnya. Kejahatan disebabkan oleh dosa, yaitu tindakan yang melawan hukum Allah
yang menunjukkan kehendak-Nya yang baik untuk kita.
Di dalam Alkitab, tertulis pada Kejadian 1:31, Allah menciptakan segala sesuatu
dengan "amat baik" dan pada Kejadian 2:16-17, Allah juga memberi manusia perintah
untuk tidak makan dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, karena jika
mereka melakukannya, mereka akan mati. Tetapi, manusia pertama, Adam dan Hawa
disesatkan oleh ular (lambang iblis) dimana mereka jatuh ke dalam dosa dan kehilangan
keadaan kemuliaan dan kebahagiaan yang mereka miliki sebelumnya. Ketika Adam dan
Hawa berdosa, mereka menurunkan keadaan dosa asal kepada semua anak cucu mereka,
yang membuat mereka terluka dan mudah tergoda untuk berbuat jahat (Rm 5:12-21).
Dosa asal dan dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia menimbulkan berbagai macam
kejahatan dan penderitaan di dunia ini, baik yang bersifat moral maupun fisik. Tetapi
Allah tidak membiarkan manusia terperosok dalam dosa dan kejahatan, melainkan
memberikan janji dan harapan akan keselamatan dan pembaruan melalui
ramalan-ramalan tentang Mesias, yang akan datang untuk menghancurkan ular dan
memberikan kehidupan yang abadi kepada manusia (Kej 3:15; Yoh 3:16).
Dalam artikel pertama "I Believe in God The Father Almighty, Creator of Heaven
and Earth" pada paragraf keempat "The Creator" pada bagian kelima "God Carries Out
His Plan: Divine Providence" nomor 311-314 pada Katekismus Gereja Katolik tertulis
bahwa Allah mengizinkan kejahatan di dunia, tetapi tidak mengkehendakinya. Allah
mengizinkan kejahatan karena Dia menghormati kebebasan ciptaan-Nya, dan karena Dia
dapat mengubah kejahatan menjadi kebaikan dengan kuasa dan kebijaksanaan-Nya yang
tak terbatas. Allah tidak bertanggung jawab atas kejahatan, melainkan hanya atas
kebaikan. Allah juga tidak membiarkan kejahatan terjadi tanpa hikmah, melainkan selalu
mengarahkan segala sesuatu kepada tujuan akhir-Nya, yaitu kemuliaan-Nya dan
kebahagiaan ciptaan-Nya. Allah juga menunjukkan kasih dan belas kasihan-Nya kepada
manusia yang berdosa dan menderita, dengan mengutus Putra-Nya, Yesus Kristus, untuk
menebus dosa-dosa manusia dan memberi mereka harapan akan kebangkitan dan
kehidupan yang baru.

2. Apakah Allah menetapkan bencana bagi manusia, misalnya Covid-19 atau perang di
Gaza, sebagai penghukuman Allah bagi umat manusia yang berdosa?

Allah tidak menggunakan bencana alam, seperti Covid-19 atau perang di Gaza,
sebagai hukuman bagi umat manusia yang berdosa. “Allah adalah kasih”, 1 Yoh 4:8, dan
segala yang dilakukan-Nya didorong oleh kasih. Bencana-bencana alam seringkali
disebabkan oleh faktor-faktor alam atau ulah manusia yang tidak memperhatikan
lingkungan dan membuat kesalahan dalam perencanaan. Allah tidak bertanggung jawab
atas penderitaan yang ditimbulkan oleh bencana, melainkan Setan yang merupakan
pembunuh manusia dan merupakan pihak yang bertanggung jawab atas kejahatan dalam
dunia ini. Allah memiliki kemampuan untuk mengakhiri penderitaan dan menyelamatkan
umat manusia, dan kedatangan Yesus Kristus sebagai Raja di masa depan dijanjikan akan
membawa pembebasan bagi yang menderita. Hal tersebut merupakan pernyataan dari
Maz 72:12. Kemudian kami percaya juga bahwa Tuhan yang maha esa tidak akan
memberikan atau menimpakan suatu masalah seperti bencana alam maupun perang di
gaza tersebut tidak akan lebih berat disebabkan sifat setia Tuhan yang tidak melepaskan
manusia melalui peristiwa pengujian yang melewati batas kekuatan manusia (1 Kor
10:13). Tidak hanya meyakini bahwa Tuhan tidak akan memberikan ujian hidup diluar
kemampuan manusia tetapi kami percaya jika ada umat yang sedang mengalami suatu
pencobaan yang tetap hanya mengandalkan pada kemampuan pribadi itu adalah sia-sia
oleh penyebabnya maka ada gagasan Rasul Paulus yang mengatakan ‘segala masalah
dapat kujalani di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepada ku’ (Filipi 4 : 13). Arti
dari ‘ku’ disini, menyatakan umat yang percaya akan kebenaran dan kemulian
kekuasaan-Nya.

Anda mungkin juga menyukai