Tugas Ridwan Sidik Baru
Tugas Ridwan Sidik Baru
Dosen Pengampu :
Aat Agustini, SKM., M.KM
Disusun Oleh:
Ridwan Sidik
NIM. 23142012028
Segala puji bagi Allah SWT selalu kita panjatkan, atas izinnya kami dapat menyelesaikan
makalah PKN mengenai persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dari masa ke masa.
Penyusunan makalah ini bermaksud untuk memenuhi salah satu tugas PKN yang diberikan
oleh Bapak Yoga. Makalah ini ditulis berdasarkan informasi dari media massa, buku, dan hal
lain yang berhubungan dengan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dari masa ke masa..
Kami juga menyadari bahwa penulisan ini tidak akan selesai tanpa ada dukungan dari pihak
lain. Untuk itu sudah seharusnya kami mengucapkan rasa terimakasih yang sangat besar
kepada semua pihak yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah
SWT memberikan balasan yang setimpal atas segala jasa dan bantuan yang telah diberikan
kepada kami. Kami juga menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, dengan kritik
dan saran yang membangun, demi kesempurnaan penulisan makalah ini.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa majemuk, ditandai dengan banyaknya etnis, suku,
agama, budaya, kebiasaan, di dalamnya. Di sisi lain, masyarakat Indonesia dikenal sebagai
masyarakat multikultural, masyarakat yang anggotanya memiliki latar belakang budaya
(cultural background) beragam. Kemajemukan dan multikulturalitas mengisyaratkan adanya
perbedaan. Bila dikelola secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas menghasilkan
energi hebat. Sebaliknya, bila tidak dikelola secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas
bisa menimbulkan bencana dahsyat.
Perbedaan yang terdapat di Indonesia ini merupakan sebuah warisan yang diberikan kepada
kita semua sebagai warga negara Indonesia. Perbedaan yang meliputi banyak hal ini bukan
menjadi masalah bagi kita untuk tetap menghargai, bertoleransi, dan menjaga kesatuan serta
persatuan bangsa kita. Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sudah menjadi kewajiban
kita sebagai warga negara untuk menjaga, melindungi, dan mempertahankannya.
Kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia dari masa ke masa mengalami perubahan-
perubahan yang signifikan. Di Indonesia terjadi beberapa masa yang berbeda, yaitu masa
Revolusi, Republik Indonesia Serikat, Liberal, Terpimpin, Orde Baru, dan masa Reformasi.
Tentunya perubahan masa yang sering terjadi dapat berakibat kepada kesatuan dan persatuan
bangsa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian persatuan dan kesatuan bangsa?
2. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Revolusi?
3. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Republik Indonesia
Serikat?
4. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Demokrasi Liberal?
5. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Demokrasi Terpimpin?
6. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Orde Baru?
7. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Reformasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari persatuan dan kesatuan bangsa
2. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Revolusi
3. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Republik
Indonesia Serikat
4. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Demokrasi
Liberal
5. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Demokrasi
Terpimpin
6. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Orde Baru
7. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Reformasi
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh dan tidak terpecah-belah. Arti lebih luasnya
yaitu berkumpulnya macam-macam corak dari berbagai kalangan,ras,budaya, dan adat
istiadat dalam masyarakat yang bersatu dengan serasi.
Persatuan bangsa berarti gabungan suku-suku bangsa yang sudah bersatu. Dalam hal ini,
masing-masing suku bangsa merupakan kelompok masyarakat yang memiliki ciri-ciri
tertentu yang bersatu. Penggabungan dalam persatuan bangsa, masing-masing bangsa tetap
memiliki ciri-ciri dan adat istiadat semula.
Dalam persatuan bangsa, satu suku bangsa menjadi lebih besar dari sekedar satu suku bangsa
yang bersangkutan karena dapat mengatasnamakan bangsa secara keseluruhan. Misalnya
suku Bugis atau suku Batak dapat menyebutkan dirinya bangsa Indonesia, yang memiliki ciri
jauh lebih luas dan komplek dari pada suku Bugis atau Batak itu sendiri.
Kesatuan merupakan hasil dari persatuan yang telah menjadi utuh. Maka dari itu persatuan
dan kesatuan sangat erat hubungannya.
Kesatuan bangsa Indonesia berarti satu bangsa Indonesia dalam satu jiwa bangsa seperti yang
diputuskan dalam kongres Pemuda pada tahun 1928 dalam keadaan utuh dan tidak boleh
kurang, baik sebagai subyek maupun obyek dalam penyelenggaraan kehidupan nasional.
Sedangkan kesatuan wilayah Indonesia berarti satu wilayah Indonesia dari Sabang sampai
Merauke yang terdiri dari daratan, perairan dan dirgantara diatasnya seperti yang dinyatakan
dalam deklarasi Juanda 1957, dalam keadaan utuh dan tidak boleh kurang atau retak.
d. Kabinet Pertama
Sesuai dengan ketentuan UUD NRI 1945 ditetapkan pada tanggal 2 September 1945 susunan
kabinet pertama sebagai berikut :
1. Menteri Dalam Negeri : R.A.A. Wiranata Kusumah
2. Menteri Luar Negeri : Mr. Achmad Soebardjo
3. Menteri Keuangan : Mr. A.A. Maramis
4. Menteri Kehakiman : Prof.Mr.Dr. Soepomo
5. Menteri Kemakmuran : Ir. Surachman Tjokroadisurjo
6. Menteri Keamanan Rakyat : Soeprijadi
7. Menteri Kesehatan : Dr. Boentaran Martoatmodjo
8. Menteri Pengajaran : Ki Hajar Dewantoro
9. Menteri Penerangan : Mr. Amir Sjarifudin
10. Menteri Sosial : Mr. Iwa Koesoema Soemantri
11. Menteri Pekerjaan Umum : Abikusno Tjokrosujoso
12. Menteri Perhubungan a.i. : Abikusno Tjokrosujoso
13. Menteri Negara : Wachid Hasjim
14. Menteri Negara : Dr.M. Amir
15. Menteri Negara : Mr.R.M. Sartono
16. Menteri Negara : R. Otto Iskandardinata
e. Maklumat Pemerintah
- Maklumat 5 Oktober 1945
Pemerintah mengeluarkan maklumat pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
yang dibentuk dari hasil peningkatan fungsi BKR dengan tujuan mengatasi situasi
Indonesia yang mulai tidak aman karena kedatangan kembali tentara sekutu ke
Indonesia.
- Maklumat 3 November 1945
Mengenai pembentukan partai politik. Memberi kesempatan kepada rakyat seluas-
luasnya untuk mendirikan partai-partai politik.
- Maklumat 14 November 1945
5
- Tanggung jawab pemerintahan ada ditangan para menteri. Presiden tidak lagi
berfungsi sebagai kepala pemerintah, melainkan hanya sebagai kepala negara, jabatan
kepala negara dijabat oleh perdana menteri.
g. Pemberontakan
- Pemberontakan PKI Madiun 1945
Dipimpin oleh Muso dan Amir Syarifuddin. PKI melakukan kekerasan fisik terhadap
pejabat, tokoh, dan warga anti PKI. Akhirnya pemberontakan ini dapat ditumpas oleh
satuan TNI operasi militer yang dipimpin oleh Kolonel Gatot Subroto dan Kolonel
Sungkono. Muso dan Amir Syarifuddin kemudian berhasil ditembak mati.
- Pemberontakan DI/TII Jabar & Jateng
Berawal dari gagasan Kartosuwiryo untuk membentuk Negara Islam Indonesia (NII)
pada 4 Agustus 1949 di Jabar. TNI melakukan operasi militer diberbagai daerah yang
dinilai menjadi pusat gerakan ini.
Jabar : Operasi Pagar Betis dan Operasi Baratayuda. Berhasil ditumpas ketika
Kartosuwiryo ditangkap tanggal 4 Juni 1962 di Majalaya, Jabar.
6
Jateng : pada 23 Agustus 1962 Amir Fatah memproklamasikan berdirinya gerakan
Darul Islam dan bermaksud mendirikan Negara Islam Indonesia. Gerakan ini berhasil
dilumpuhkan pada tahun 1952.
7
yang tewas tercatat 94 orang. Pemberontakan APRA berhasil ditumpahkan TNI. Westerling
pun berhasil kabur ke Singapura.
2. Pemberontakan Andi Aziz
Pada 5 April 1950 di Makassar, terjadi pemberontakan KNIL dibawah pimpinan
Kapten Andi Aziz, mantan perwira tinggi KNIL. Penyebabnya adalah penolakan masuknya
pasukan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) berasal dari TNI Sulawesi
Selatan. Gerakan ini diawali dengan APRIS/KNIL sering melakukan provokasi dan konflik
dengan pasukan APRIS/TNI. 5 Agustus 1950 terjadi pertempuran dan APRIS/KNIL berhasil
dikalahkan oleh APRIS/TNI.
3. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Gerakan ini merupakan gerakan separatis yang menolak integrase dan ingin
membetuk negara yang lepas dari Negara Indonesia Timur (NIT) dan NKRI. Dipimpin oleh
Dr. Soumokil dan memiliki basis di Ambon. RMS menganggap kemerdekaan Indonesia
adalah hadiah dari Jepang. RMS menolak kedatangan APRIS/TNI ke wilayah Maluku yang
bertujuan melucuti senjata bekas KNIL yang masih ada di Maluku. Ambon berhasil dikuasai
APRIS/TNI karena mereka langsung melakukan operasi penumpasan. Ambon dikepung
dengan bantuan angkatan udara dan serangan dari laut. APRIS/TNI juga berhasil merebut
Benteng Nieuwe Victoria.
c. Pemberontakan
Pada masa ini, terjadi sejumlah pemberontakan yang mengancam persatuan dan kesatuan
bangsa.
F. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Orde Baru (12 Maret
1967 – 21 Mei 1998)
Pada Masa Orde Baru, sistem pemerintahan tetap berdasakan UUD NRI Tahun 1945
yaitu sistem presidensial. Selama Orde Baru, telah terbentuk tujuh kabinet, semuanya bersifat
presidensial. Adapun kabinet pada masa Orde Baru dapat dilihat pada tabel berikut.
Akhir masa Pimpinan
No. Nama Kabinet Awal masa kerja Jabatan
kerja Kabinet
1. Pembangunan I 6 Juni 1968 28 Maret 1973 Soekarno Presiden
2. Pembangunan II 28 Maret 1973 29 Maret 1978 Soekarno Presiden
3. Pembangunan III 29 Maret 1978 19 Maret 1983 Soekarno Presiden
4. Pembangunan IV 19 Maret 1983 23 Maret 1988 Soekarno Presiden
5. Pembangunan V 23 Maret 1988 17 Maret 1993 Soekarno Presiden
6. Pembangunan VI 17 Maret 1993 14 Maret 1998 Soekarno Presiden
Pembangunan
7. 14 Maret 1998 21 Mei 1998 Soekarno Presiden
VII
11
G. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Reformasi (21 Mei 1998
– Sekarang)
a. Kebijakan Berkaitan Kebebasan Berpolitik
Setelah Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden, Indonesia memasuki masa
reformasi. Adanya pembaruan politik pada masa reformasi dapat dilihat dari kebijakan yang
berhubungan dengan kebebasan berpolitik, antara lain sebagai berikut.
1) Kemerdekaan pers.
Sebelumnya penerbitan media massa diwajibkan memiliki SIUPP (Surat Izin Usaha
Penerbitan Pers). Pada masa reformasi, pers dibebaskan dari SIUPP.
2) Kemerdekaan membentuk partai politik.
Sebelumnya, partai politik dibatasi hanya tiga, tetapi setelah reformasi, pembentukan
partai politik dibebaskan.
3) Terselenggaranya pemilu yang demokratis
Pemilu pertama Indonesia, tahun 1955 dianggap salah satu pemilu paling demokratis.
Pada kenyataannya, hanyalah demokratis semu. Pada tahun 1999 inilah terselenggara
pemilu yang benar demokratis.
4) Otonomi daerah.
Pada tahun 1999, keluar UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Peraturan
ini memperluas kekuasaan pemerintahan pada pemerintah daerah (pemda)
b. Amandemen UUD NRI Tahun 1945
Menurut Zoelva, perubahan UUD NRI Tahun 1945 mengenai penyelenggaraan negara
dilakukan untuk mempertegas kekuasaan dan wewenang tiap lembaga negara, mempertegas
batas-batas kekuasaan setiap lembaga negara dan menempatkannya berdasarkan fungsi-
fungsi penyelenggaraan negara bagi setiap lembaga negara. Sistem yang hendak dibangun
adalah system check and balances, yaitu pembatasan kekuasaan setiap lembaga negara oleh
undang-undang dasar, tidak ada yang tertinggi dan tidak ada yang rendah, semuanya sama
diatur berdasarkan fungsi masing-masing.
Melalui amandemen UUD NRI Tahun 1945, sejumlah kewenangan presiden dikurangi
dan dibatasi oleh UUD. Tujuannya adalah agar kekuasaan presiden tidak disalahgunakan.
Pengurangan dan pembatasan tersebut tampak antara lain pada pasal-pasal berikut.
1) Penghapusan kekuasaan presiden untuk membentuk undang-undang (Pasal 5 ayat 1
UUD NRI Tahun 1945)
2) Pembatasan kekuasaan presiden untuk mengangkat duta dan menerima duta negara
sahabat harus melalui pertimbangan DPR (Pasal 13 UUD NRI Tahun 1945)
12
3) Pembatasan kewenangan presiden untuk memberikan grasi dan rehabilitasi harus
melalui pertimbangan MA serta pemberian amnesti dan abolisi harus dengan
pertimbangan DPR (Pasal 14 UUD NRI Tahun 1945)
4) Pembatasan kewenangan pembentukan dan pembubaran departemen pemerintah
harus melalui pertimbangan atau persetujuan DPR (Pasal 17 UUD NRI Tahun 1945)
c. Pergantian Presiden RI dan Kabinet Masa Reformasi
Pada masa reformasi, Indonesia mengalami lima kali pergantian Presiden. Berikut tabel
kabinet pada masa reformasi beserta pimpinan kabinet/presidennya.
Akhir masa Pimpinan
Nama Kabinet Awal masa kerja Jabatan
kerja Kabinet
Reformasi
21 Mei 1998 20 Oktober 1999 B.J. Habibie Presiden
Pembangunan
Abdurahman
Persatuan Nasional 26 Oktober 1999 9 Agustus 2001 Presiden
Wahid
Megawati
Gotong Royong 9 Agustus 2001 20 Oktober 2004 Presiden
Soekarnoputri
Susilo Bambang
Indonesia Bersatu 21 Oktober 2004 20 Oktober 2009 Presiden
Yudhoyono
Susilo Bambang
Indonesia Bersatu II 22 Oktober 2009 20 Oktober 2014 Presiden
Yudhoyono
Kerja 27 Oktober 2014 - Joko Widodo Presiden
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia dari masa ke masa memiliki banyak perbedaan. Dari kondisi suku, ras, dan
agama serta masa kepemimpinan memiliki ciri khas tersendiri yang dapat membentuk
Indonesia yang satu. Meskipun banyak perbedaan, Indonesia tetap dapat mempertahankan
persatuan dan kesatuannya, dapat memberantas masalah yang akan mempecahbelahkan
persatuan dan kesatuan di Indonesia, sehingga persatuan dan kesatuan Indonesia masih tetap
terjaga hingga saat ini.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk saran bias berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.
14
Daftar Pustaka
https://yayasanmasyarakatbaik.wordpress.com/2018/01/25/pengertian-persatuan-dan-
kesatuan-bangsa/ diakses pada 21 Februari 2019 Pukul 19.40 WIB.
Kardiman, Yuyus.2018.Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/MA kelas
XII.Jakarta:Erlangga.
15