Anda di halaman 1dari 6

IDENTIFIKASI POLA SIDIK JARI SUKU KERINCI

Ainatul nadila1 Widuri2 Syamsurizal3


1,2,3
Depertemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang

Pendahuluan

Indonesia memiliki masyarakat pluralistik yaitu keberagaman manusia


yang terdiri dari suku, agama, ras dan keragaman berbahasa. Terdapat sekitar
500 kelompok etnis yang tinggal di seluruh Indonesia. Etnisitas adalah
sekelompok orang yang terikut dari kepandaian serta penyebutan satuan
budaya. Negara Indonesia terbagi atas beberapa suku bangsa Indonesia yang
dibagi kedalam 3 kelompok, antara lain :(1) etnis; (2) kelompok turunan luar
negeri; serta (3) rakyat yang tersisihkan. Semuanya kelompok etnis mempunyai
tempat tinggal masing-masing.

Suku Kerinci adalah suku yang mendiami wilayah Kabupaten Kelrinci,


Kota Sungai Penuh, Jambi. Suku Kerinci paling banyak berada di Kabupaten
Kerinci yang terletak dekat perbatasan Provinsi Sulmatera Barat. Populasi
suku ini sekitar 300.000 jiwa dengan pola perkampungan yang
mengelompok (Zullyani, 2015: 20). Menurut Kern (1889) dan Sarasin (1982),
pada tahun 4.000 SM telah terjadi perpindahan rumpun Melayu (rumpun
Polinesia) dari Alam Melayu ke pulau-pulau di Lautan Teduh sebelah timur dan
pulau-pulau di Lautan Hindia sebelah barat, maka terjadi pula perpindahan etnis
dari satu tempat ke tempat lain pada Alam Melayu seperti perpindahan Proto
Malaiers (Melayu Tua) ke Alam Kerinci. Keanekaragaman etnis ini bisa
diidentifikasi secara unik oleh aspek dari bagian tubuh yaitu jenis kulit, warna
pada rambut dan sesuai dengan menggunakan ejaan biasa yang sering dipakai
(Purbasari, 2017).

Dalam sejarah menunjukkan bahwa pada akhir abad ke-19 ditemukan


sebuah fakta baru mengenai sidik jari yang tidak dapat diubah dan dapat
dijadikan sebagai alat mengenali seseorang. Banyak yang mengira bahwa Sidik
jari ini biasanya tampak seperti garis-garis yangtidak memiliki arti. Akibatnya
dalam sebuah artikel oleh Hulami al-Amin tentang proses penciptaan manusia
secara umum yang menjelaskan bahwa sidik jari terbentuk dalam proses
pembentukan tulang dan daging yang terbentuk saat janin berusia 17-24 minggu
dengan ukuran janin 15-23 cm serta berat yang mencapai 250-820 gram
(Alfadila, 2022). Pengetahuan tentang Sidik jari Pada manusia adalah suatu
materi yang sangat penting untuk dapat dipelajari. Sidik jari yang ada di dunia ini
tidak ada yang identik bahkan di antara dua saudara kembar sekalipun (Desmira,
2022).

Sidik jari adalah salah satu identitas manusia yang tidak dapat digantikan
atau diubah.Selain itu, dari sidik jari pula seseorang dapat dikenali. Tidak ada
manusia di dunia ini yangmemiliki sidik jari yang sama. Ada ciri-ciri biologis yang
berbeda pada setiap manusia, sepertibentuk dan warna rambut, bentuk hidung,
warna iris mata, dan letak celah mata. Jadi adakemungkinan bahwa setiap
manusia juga memiliki pola sidik jari yang berbeda. Salah satuciri biologis yang
dimiliki oleh manusia adalah sidik jari. Sidik jari pada manusia tidakdipengaruhi
oleh lingkungan luar kecuali lingkungan dalam kandungan. Faktor
genetikmemegang peranan yang sangat berperan penting dalam pembentukan
sidik jari, karena sidikjari dipengaruhi oleh unsur poligen.

Pola sidik jari adalah varietas biologi dengan sifat beda pada grup satu
dari satu grup suku dan grup lainnya, baik itu pada wanita dan pada pria yang
memiliki wajah yang sama. Deskripsi dari sidik jari manusia adalah formasi dari
keunikan serta memiliki perkembangan terkait dengan kode genetik sel otak
serta perkembangannya pada sistem saraf (Nazhifah, 2022).

Pola sidik jari menurut sistem Galton dibedakan menjadi tiga, yaitu arch,
loop, dan whorl. Pada pola arch terdapat garis lengkung sejajar menyerupai
busur dan datang dari satu sisi kemudian naik di bagian tengah, dan menuju ke
sisi yang lain. Pola loop memiliki bentuk garis lengkung seperti kait dengan lebih
dari satu garis dating dari sisi yang lain. Selanjutnya pada pola whorl memiliki
garis dengan formasi membentuk lingkaran.

Metode
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode observasi deskriptif.
Penelitian ini dilakukan dari tanggal 1 september 2023 hingga 20 september
2023 di SMA N 1 Sungai Penuh, kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi. Populasi
dalam penelitian ini yakni 100 Masyarakat yang bersuku kerinci berdomisili
dikota Sungai Penuh dan kab. Kerinci. Sidik jari tangan masyarakat suku kerinci
diambil pada kertas yang sudah disediakan. Sebelum pengambilan sidik jari
tangan masyarakat dibersihkan dengan alcohol terlebih dahulu dan dikeringkan.
Masing-masing ujung jari diletakkan pada bantal stempel yang telah diberikan
tinta kemudian satu pesatu jari yang sudah terkena tinta ditempelkan pada kertas
pengamatan, kemudian dianalisis menggunakan alat bantu berupa lup (kaca
pembesar) yang tujuannya agar dapat melihat pola sidik jari pada masing-
masing sampel.

Hasil dan Pembahasan


A. Hasil

Gambar 1 Dokumentasi Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai prsentase pola sidik jari yang berbeda-
beda yang ditunjuk pada gambar 2 dibawah ini.
Sempel
4%

45%
51%

Arch Loop whorl

Gambar 2 Hasil Penelitian

B. Pembahasan
Penelitian ini menggunakan 100 orang dari masyarakat yang berdomisili
di kota Sungai Penuh dan kab.Kerinci. dari hasil penelitian menunjukan bahwa
ke-10 jari tangan dari 100 responden, sehingga dapat diperoleh total pola sidik
jari adalah 1000 pola sidik jari. Pola sidik jari yang ditemukan dari 100 responden
tersebut yaitu 3 pola sidik jari yaitu arch, loop, whorl. Dari identifikasi ditemukan
pola sidik jari terbanyak yaitu pola loop dengan presentase 51% dengan total
546 jari tangan, pada pola whorl diperoleh presentase 45% dengan total 448 jari
tangan, sedangkan yang terendah pada pola arch dengan presentase 4% denga
total 38 jari tangan.
Hall berpendapat bahwa pola loop sidik jari utama manusia adalah
ulnaris, namun beberapa gen membantu perkembangan sidik jari yang
menyebabkan banyak keragaman dalam pola. Faktor genetik memiliki peran
yang signifikan dalam menentukan pola sidik jari, namun lebih dalam Faktor
lingkungan juga berdampak pada masa pembentukan. gangguan proses
keratinisasi yang sedang berlangsung, gangguan proliferasi sel epitel dermal,
ketegangan pada kulit, masalah pembuluh darah perifer, kurangnya pengiriman
oksigen, dan tekanan. Variasi pola sidik jari dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan
embrio, terutama jika muncul pada usia kehamilan 19 minggu (Ummi nur et
al.,2023)
Beberapa faktor genetik dapat memengaruhi pola sidik jari pada
manusia. Studi menemukan bahwa pola sidik jari dipengaruhi oleh gen tertentu
pada kromosom 5 (ZFYVE16, ZCCHC9, dan ZBED3). Puncak gen ini terletak
pada kromosom 5, dan puncak gen yang terhubung, FBN1, juga berada di
dekatnya. Hal ini dapat menyebabkan variasi yang berbeda dalam
pengembangan pola sidik jari. (Ummi nur et al.,2023)
Kesimpulan
Dari hasil penelitian terdapat identifikasi pola sidik jari suku kerinci yang
dilakukan yang berdomisili di kota Sungai Penuh dan Kab. Kerinci, Provinsi
jambi. Dapat diketahui bahwa terdapat beberapa jenis pola sidik jari yang dimiliki
oleh 100 masyarakat yang bersuku kerinci yakini dengan presentase 4%
memiliki pola sidik jari arch, 45% dengan pola sidik jari whorl dan 51% dengan
pola sidik jari loop. Hai ini menunjukan bahwa suku kerinci lebih dominan
memiliki pola sidik jari Loop.
Daftar Pustaka
Ainur, A. 2009. Pola Sidik Jari Anak-Anak Sindrom Down di SLB Bakhti Kencana dan
Anak-Anak Normal di SD Budi Mulia Dua. Jumal Kedokteran dan Kesehatan
Indonesia. Yogyakarta. Di akses 3 September 2015
Ainur, A., Hastuti, J., & Nugraha, Z. S. (2009). Pola Sidik Jari Anak-anak Sindrom Down
di SLB Bakhti Kencana dan Anak Normal di SD Budi Mulia Dua Yogyakarta.
JKKI: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia, 2-11.
Akingbade, A. M., Saalu, L. C., Akunna, G. G., Anderson, L. E., & Olusolade, F. S.
(2014). Finger and palmar dermatoglyphic study among the Yorubas in Jos,
Nigeria. Annals of Bioanthropology, 2(2), 49.
Alfadila, A., Arianti, N., & Faizin, F. (2022). Sidik Jari dalam Al-Qur'an (Kajian Tafsir
Ilmi). Ikhtisar: Jurnal Pengetahuan Islam, 2(2), 162-177.
Ali, Y., I. Thaliby, Y. Sonafist, H. Hamid, A. Norewan, Harmalis, E. Putra & Syamsi.
2005. Dalam Rasidin, M. (ed.). 2005. Adat basendi syara' sebagai fondasi
membangun masyarakat madani di Kerinci. GP Press dan STAIN Kerinci Press,
Sungai Penuh: xi + 186 hlm.
Desmira, D. (2022). PEMANFAATAN SENSOR SIDIK UNTUK ABSENSI SISWA SMKN
1 PULO-AMPEL. PROSISKO: Jurnal Pengembangan Riset dan Observasi
Sistem Komputer, 9(2).
Mundijo, T. (2017). Gambaran Pola Sidik Jari dan Sudut Axial triradius Digital (ATD)
pada Anak Sekolah Dasar Negeri 144, Talang Betutu, Palembang, Sumatera
Selatan. Syifa’MEDIKA, 7(2), 99-103.
Nazhifah, F. S., Safuan, S., & Alhabshy, M. A. (2022). Analisa Kepribadian Dengan
Penerapan Sistem Aplikasi Analisa Sidik Jari (Studi Kasus Pada PT Unique
Analisa Sidik Jari). Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(2), 663-672
Purbasari, K., & Sumadji, A. R. (2017). Variasi Pola Sidi Jari Mahasiswa Berbagai Suku
Bangsa di Kota Madiun. Variasi Pola Sidi Jari Mahasiswa Berbagai Suku Bangsa
di Kota Madiun, 4(2), 47-54.
Ramani, P., Abhilash, P. R., Sherlin, H. J., Anuja, N., Premkumar, P., Chandrasekar, T.,
... & Janaki, V. R. (2011). Conventional dermatoglyphics-Revived concept: A
review. International Journal of Pharma and Bio Sciences, 2(3), 446-458
Sufitni. 2007. Pola sidikjari pada kelompok retardasi mental dan kelompok normal.
Majalah Kedokteran Nusantara 40(3): 180-191. Available at
scholar.unand.ac.id.Diakses pada tanggal 4 Agustus 2017.

Anda mungkin juga menyukai