Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS KEPRIBADIAN B.J.

HABIBIE TERHADAP KONSEP KEPRIBADIAN


SIGMUND FREUD & CARL ROGERS

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah psikologi kepribadian

Dosen Pengampu: Tias Febtiana Sari M. Psi, Psikolog

Oleh:

Anita Widya Rahma – 1221040014

Aufa Rofiana – 1221040017

Bilqis Nurul Aliyah – 1221040021

Bunga Fathin Sakinah – 1221040022

Dea Lesya – 1221040025

Dinda Nabila Burmelli – 1221040031

Fahilda inayatika - 1221040036

Fathur Hidayat – 1221040037

Fauzi Naufal Annaafi – 1221040040

Fidya Ramadhina - 1221040041

PROGRAM STUDI TASAWUF DAN PSIKOTERAPI

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG
2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, karunia dan ridha-Nya penulis

dapat menyelesaikan makalah yang berjudul, “ANALISIS KEPRIBADIAN BJ. HABIBIE

TERHADAP KONSEP KEPRIBADIAN SIGMUND FREUD & CARL ROGERS” yang

dapat diselesaikan tepat pada waktunya untuk memenuhi tugas ujian tengah semester pada

mata kuliah psikologi kepribadian.

Terima kasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing Kami dalam

menyusun makalah ini. Dalam penyusunan proposal ini, banyak kesulitan dan hambatan yang

penulis hadapi. Namun, banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan yang tak

terhingga nilainya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna

sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga penulis dapat

memperbaiki makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang mempergunakannya terutama untuk proses

kemajuan pendidikan selanjutnya.

Bandung, 09 November 2023


DAFTAR ISI
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
HIKMAH YANG DAPAT DI PETIK DARI FILM B.J HABIBIE...............................................18
SKENARIO FILM DOKUMENTASI PENDEKATAN SIGMUND FREUD & CARL ROGERS
.............................................................................................................................................................18
BAB III...............................................................................................................................................21
KESIMPULAN..................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................23
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada saat ini, film tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga menjadi media
yang menginspirasi dan mencerminkan berbagai aspek kehidupan. Salah satu film yang
menciptakan dampak besar dalam sejarah perfilman Indonesia adalah "Habibie & Ainun."
Film ini tidak hanya menyajikan kisah cinta yang mengharukan, tetapi juga memberikan
gambaran mendalam tentang kehidupan dan perjuangan B.J. Habibie, seorang tokoh penting
dalam sejarah Indonesia.

Latar belakang hidup B.J. Habibie, sebagaimana diangkat dalam film ini,
menggambarkan perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan, perjuangan, dan
pencapaian. Dalam konteks ini, analisis terhadap kepribadian B.J. Habibie menjadi sebuah
aspek menarik yang dapat dijelajahi lebih dalam. Dengan menghubungkan konsep
kepribadian dari pandangan Sigmund Freud dan Carl Rogers, kita dapat memahami lebih
lanjut bagaimana pengalaman hidup, keputusan, dan hubungan interpersonal Habibie
mencerminkan aspek-aspek psikologis tertentu.

Freud, seorang tokoh psikoanalisis terkenal, mengemukakan bahwa kepribadian


terbentuk oleh interaksi kompleks antara tiga struktur mental: id, ego, dan superego. Dalam
konteks kepribadian B.J. Habibie, kita dapat merenungkan bagaimana pengalaman masa
kecilnya, nilai-nilai keluarga, dan peristiwa signifikan membentuk struktur mentalnya.
Apakah ada pengaruh dari masa kecil atau konflik internal yang tercermin dalam keputusan-
keputusannya selama kariernya?

Sementara itu, pendekatan humanistik oleh Carl Rogers menekankan pada konsep
aktualisasi diri dan pentingnya hubungan positif dengan orang lain. Dalam analisis
kepribadian B.J. Habibie, kita dapat mengeksplorasi bagaimana nilai-nilai humanistik seperti
penerimaan diri dan orang lain, kejujuran, dan empati tercermin dalam interaksi dan
keputusan-keputusannya.

Dengan menyelidiki aspek-aspek ini, kita dapat mendapatkan wawasan yang lebih
dalam tentang motivasi dan faktor psikologis yang membentuk kepribadian Habibie. Selain
itu, analisis ini juga dapat memberikan pemahaman lebih baik tentang bagaimana
pengalaman hidupnya tercermin dalam dinamika hubungan dengan Ainun dan pengaruhnya
terhadap kebijakan politik serta kontribusinya pada pembangunan Indonesia.

Melalui penulisan makalah, penelitian ini bertujuan untuk mengurai hubungan antara
aspek-aspek kehidupan pribadi B.J. Habibie dengan konsep-konsep psikologis dari Freud dan
Rogers. Dengan demikian, kita dapat lebih memahami peran kepribadian dalam pembentukan
sejarah Indonesia dan dampaknya pada perubahan sosial dan politik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, makalah ini mengidentifikasi
permasalahan yang akan dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana hakikat manusia dalam pandangan kepribadian Sigmund freud dan


carl rogers?
2. Bagaimana fitrah dan citra diri dalam perspektif Sigmund dan carl rogers?
3. Bagaimana perkembangan pribadi dalam perspektif psikologi kepribadian
Sigmund freud dan carl rogers?
4. Bagaimana dinamika kepribadian Habibie dalam perspektif kepribadian Sigmund
freud dan carl rogers?
C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan secara rinci pandangan Sigmund Freud dan Carl Rogers terhadap
hakikat manusia.
2. Menjelaskan secara rinci pandangan Sigmund Freud dan Carl Rogers terhadap
fitrah dan citra diri.
3. Menganalisis kepribadian B.J. Habibie dengan mengaplikasikan konsep-konsep
dari kedua perspektif psikologi kepribadian.
4. Menganalisis dinamika kepribadian BJ. Habibie dalam perspektif kepribadian
Sigmund Freud dan Carl Rogers.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Hakikat manusia dalam pandangan kepribadian
o Pandangan kepribadian Sigmund Freud

Teori kepribadian yang dikemukakan oleh Sigmund Freud terkenal dengan istilah
psikoanalisis. Dalam teori ini, struktur kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek, yaitu:
id, ego, dan superego.

 Id

Id adalah sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang berada di dalam naluri
bawaan. Id dalam menjalankan fungsi dan operasinya, dilandasi oleh maksud
mempertahankan konstansi yang ditujukan untuk menghindari keadaan tidak menyenangkan
dan mencapai keadaan yang menyenangkan1. Id mengandung unsur-unsur bawaan manusia
sejak lahir, termasuk instink-instink. Aspek id pada BJ. Habibie meliputi:
 Beliau selalu sangat bersemangat dalam mencapai keinginannya.
 Beliau sangat berpegang teguh pada pendiriannya.
 Rutinitas yang membosankan bagi Habibie dengan cara Presiden Soeharto dalam
memimpin sebuah rapat kabinet. Walaupun dalam rapat tersebut tidak ada debat dan
diskusi, namun Habibie tetap menerima cara kepemimpinan Pak Harto. Id pada diri
Habibie menginginkan kalau dalam sebuah rapat harus ada debat dan diskusi.
 Habibie mendengar saat Ainun berdiskusi masalah penyakitnya dengan tim dokter
yang menimbulkan konflik batin pada Habibie karena ia mendengarkan keluh kesah
tentang penyakit Ainun. Id yang ada pada Habibie tidak terima atas penyakit yang
diderita Ainun.
 Rasa cinta dan kasih sayang Habibie yang begitu dalam kepada Ainun telah
mempengaruhi id Habibie, sehingga Habibie merasa belum siap kehilangan Ainun.
Habibie membayangkan 50 hari sebelum Ainun meninggal saat ia masih bersama
Ainun di apartemennya sehingga kesedihan Habibie semakin mendalam terhadap
Ainun yang telah meninggal.
 Ego
Freud menjelaskan bahwa ego adalah bagian dari id yang berkembang dalam rangka
menghadapi ancaman dari dunia luar. Ego secara konstan membuat rencana untuk
1
E. Koeswara, 1991, Teori-teori Kepribadian, Bandung: Eresco, hlm. 32-33.
memuaskan id dengan cara yang terkendali. Umpamanya, seorang anak lapar tapi tahu bahwa
Ia harus menunggu dulu datangnya waktu makan barulah ia bisa memperoleh makanan 2.
Aspek ego pada BJ. Habibie meliputi:
 Aspek Ego dari Habibie adalah keras kepala dan selalu bersikeras bahwa apa yang ia
pikirkan adalah yang menurutnya benar. Dengan dorongan Id yang mempengaruhi
Ego maka hal tersebut dilakukan.
 Beliau tetap mempertahankan cita-citanya ingin membuat pesawat untuk Indonesia.
 Kesehatan Ainun yang semakin memburuk sejak sepuluh tahun yang lalu membuat
Habibie merasa khawatir dan sangat tidak menginginkan penyakit tersebut ada pada
Ainun. Ego pada diri Habibie menanyakan kepada Ainun tentang penyakit yang
dideritanya. Habibie menginginkan kejelasan atas penyakit Ainun.

Kekawatiran Habibie terhadap kondisi Ainun sebelum diopersi, dengan rasa


penasaran Habibie mengajukan pertanyaan kepada Professor Dr. Burgess tentang
kemungkinan dan pengalaman dokter dalam mengoperasi pasien. Rasa khawatir yang
mempengaruhi ego untuk menanyakan pengalaman Professor Dr. Burgess dalam
mengoperasi pasien. Karena harapan yang besar pada Habibie menginginkan kalau operasi
Ainun berjalan dengan lancar.
 Super ego
Superego adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang
sifatnya evaluatif. Fungsi dari superego adalah menentukan apakah sesuatu itu benar atau
salah, pantas atau tidak, bermoral atau tidak. Superego dianggap sebagai aspek moral dari
kepribadian. Selalu ada keseimabangan yang dilakukan setiap tindakan dari Id dan Ego.
Aspek superego pada BJ. Habibie meliputi:
 Masukan dari orang tua yang terus diingat oleh Habibie. Nasihat Papi dan keinginan
maminya untuk menjadikan Habibie sebagai mata air, perjodohan Habibie dengan
Ainun, hingga ia menikahi Ainun dan mengejar mimpinya bersama orang yang
dicintainya.
 Kehidupan keluarga Habibie yang sangat pas- pasan, menuntut Habibie untuk bekerja
keras. Dengan dorongan superego yang ada pada Habibie, membuat Habibie tegar dan
semangat untuk menjalani pekerjaanya dalam menafkahi istrinya Ainun.

2
Jeffry S Nevid, dkk, 2003, Psikologi Abnormal, Jakarta: Erlangga, hlm. 40.
 Bentuk dari superego yang ada dalam diri Habibie, bahwa kelakuan yang
dilakuakannya terkadang membuat dirinya kena batunya sendiri dengan dia
menyadari kekeras kepalaannya.
 Habibie mengimbangi id dan ego yang akhirnya hatinya luluh dan berpikir tenang
untuk membuat pesawat yang dibencinya.
o Padangan kepribadian humanistic carl rogers

Carl Rogers sebagai tokoh psikologi humanistik berpendapat bahwa manusia


merupakan makhluk yang memiliki potensi atau motivasi untuk berkembang dan
mengaktualisasikan diri sesuai dengan citra diri dan nilai-nilai yang mereka miliki atau
disebut sebagai organisme yang saling berproses. Carl Rogers memiliki tiga konsepsi pokok 3
dalam teorinya: organism (keseluruhan individu), medan phenomenal (keseluruhan
pengalaman), dan self.

 Organism

Sebagai konsepsi pokok utama organism bereaksi sebagai keseluruhan terhadap


medan phenomenal dengan maksud memenuhi kebutuhannya. Adapun motif dasar dari
organism berupa pengaktualisasikan diri, pertahanan diri dan pengembangan diri.

 Medan phenomenal

Keseluruhan pengalaman yang memiliki sifat disadari atau tidak disadari, tergantung
apakah pengalaman yang mendasari medan phenomenal itu dilambangkan atau tidak.

 Self

Memiliki sifat berkembang dari interaksi organism dengan lingkungannya,


memungkinkan berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) ataupun pembelajaran.
Selain itu self juga mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam
bentuk yang tidak wajar.

Hakikat manusia menurut Carl Rogers yang tergambarkan pada biografi BJ. Habibie
adalah kecenderungan aktualisasi dengan mengembangkan minat dan bakat di masa kecil
pada bidang fisika4 yang dilanjutkan pada bidang desain dan kontruksi pesawat terbang.
Kemudian setelah lulus kuliah Habibie bekerja di Messerschmitt-Bölkoww-Blohm atau
disingkat MBB Hamburg (1965-1969) sebagai kepala penelitian dan pengembangan pada
3
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian, hlm. 259-260. Jakarta.
4
Aztrina Elshami, Biografi BJ. Habibie: Bapak Teknologi dan Demokrasi Indonesia.
analisis struktur pesawat terbang. Tidak hanya itu Habibie kemudian menjabat sebagai kepala
divisi metode dan teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB
(1969-1973), hingga dipercaya sebagai Vice President di MBB periode 1973-19785.

Ketika kembali ke Indonesia Habibie mulai fokus melepas jabatan tingginya di


Jerman dan menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi. Melalui jabatan itu Habibie
mengimplementasikan visinya yaitu membawa Indonesia menjadi negara industri
berteknologi tinggi. Setelah menjadi menteri Habibie terpilih sebagai wakil presiden RI ke-7
dan maju menjadi presiden RI ke-3 dan mampu membawa Indonesia dari keadaan ultra-
krisis, melaksanakan transisi dari negara otorian kepada negara demokrasi, sukses
melaksanakan pemilu 1999 dengan multi parti (48 partai) dalam waktu pemerintahan yang
singkat yakni selama 512 hari6.

Hasil dari perjalanan menuntut ilmu tersebut membuat Habibie terus melakukan
perkembangan potensi diri seperti yang diungkapkan oleh Carl Rogers bahwa organisme
merupakan sistem yang terorganisasi, sehingga perubahan pada tiap bagiannya akan
menimbulkan perubahan pada bagian lainnya.7 Kemudian bahwa manusia memiliki potensi
yang menjadikan dirinya diakui, dihargai, oleh masyarakat Indonesia bahkan luar negeri
dengan mendapat gelar Doktor Kehormatan dari berbagai universitas terkemuka dunia 8,
mmenjadi satu-satunya orang Asia yang menduduki jabatan nomor dua di perusahaan
pesawat terbang Jerman, dan dianggap sebagai bapak teknologi Indonesia.

B. Fitrah dan citra diri dalam perspektif kepribadian


o Sigmund freud
Hanna Djumhana Bastaman menyimpulkan bahwa konsep citra dan kepribadian
manusia dalam pandangan psikoanalisis dinilai sebagai makhluk yang berkeinginan (homo
volens) yang terus mengejar kenikmatan-kenikmatan jasmani, buruk, liar, kejam, kelam, non
etis, egois serta pesimis terhadap potensi yang dimiliki 9. Keinginan-keinginan Habibie
diantaranya yaitu:
 Habibie sejak kecil sudah memendam keinginan untuk melanjutkan studinya ke luar
negeri, khususnya di bidang fisika. Ia berusaha meraih cita-citanya itu dengan belajar
5
Ibid
6
Ibid
7
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian, hlm. 263. Jakarta.
8
Ibid
9
Meta Malihatul Maslahat, 2020, CITRA DAN KEPRIBADIAN MANUSIA DALAM PERSPEKTIF
PSIKOLOGI BARAT DAN PSIKOLOGI ISLAM, Syifa al-Qulub: Jurnal Studi Psikoterapi Sufistik, 5(1), hlm.
78.
amat giat. Maka, di tahun 1955, keinginan itu pun terwujud. BJ Habibie lalu melanjutkan
studi teknik penerbangan di Universitas Rheinisch-Westflische Technische Hochschule
Aachen, Jerman.
 Habibie juga memiliki keinginan untuk membuat industri dirgantara Indonesia bisa
bersaing dengan dunia internasional. Ia berhasil membuat pesawat yang ia namai N-250
Gatotkaca pada tahun 1995. Pesawat ini merupakan karya asli Indonesia yang
menggunakan teori-teori yang diciptakan oleh Habibie sendiri, seperti Habibie Factor,
Habibie Theorem, dan Habibie Method.
 Habibie juga memiliki keinginan untuk memajukan demokrasi di Indonesia. Ia menjadi
presiden ketiga Indonesia pada tahun 1998, menggantikan Soeharto yang turun akibat
reformasi. Habibie mengambil langkah-langkah penting untuk membuka ruang politik,
seperti membebaskan tahanan politik, menghapuskan pembatasan pers, dan mengadakan
pemilu yang bebas dan adil.
o Carl rogers

Konsep Diri Carl Rogers menekankan pemahaman diri, penerimaan diri, dan aktualisasi
diri. Dalam film "Habibie & Ainun," Habibie tergambar sebagai sosok yang memiliki
pemahaman mendalam tentang dirinya, menerima kelebihan dan kelemahannya, serta
berusaha untuk mencapai potensi maksimalnya dalam bidang teknologi dan cinta.
Penerimaan diri dan keteguhan dalam meraih tujuan merupakan elemen-elemen kunci yang
mencerminkan pengaruh konsep diri ala Carl Rogers dalam karakter B.J. Habibie.

C. Perkembangan pribadi dalam perspektif psikologi kepribadian


o Perspektif psikologi kepribadian Sigmund Freud

Sigmund Freud mengemukakan lima


tahap perkembangan kepribadian melalui teori psikoanalisis. Tahap pertama, tahap oral (0-1
tahun), berfokus pada aktivitas menyusui. Tahap anal (1-3 tahun) berkaitan dengan kontrol
dan pemahaman eliminasi tubuh. Tahap falik (3-6 tahun) melibatkan kesadaran gender dan
rasa ingin tahu seksual. Tahap laten (6-12 tahun) menandai periode relatif stabil fokus pada
keterampilan dan hubungan sosial. Tahap genital (remaja) menunjukkan kematangan seksual
dan fokus pada hubungan romantis dewasa. Freud meyakini pengalaman dalam setiap tahap
ini membentuk pola perilaku dan kepribadian dewasa seseorang.

Pada Film Rudy Habibie & Habibie Ainun 2, terdapat analisis pada fase Laten (usia
6-12 tahun) dimana saat usia itu masa nya anak-anak mengembangkan kecakapan sosial dan
intelektual nya. Pada saat usia tersebut BJ. Habibie sudah menyukai bacaan-bacaan dan
informasi tentang pesawat terbang. Dan dijelaskan oleh ayahnya dengan perumpaan balon.
Kemudian ia dan adiknya mengumpulkan teman-temannya untuk sama-sama mencari balon
untuk uji coba. Akhirnya ia bersama teman-temannya pun mencari balon dan salah satu
temannya pun menemukan sesuatu yang serupa dengan balon. BJ. Habibie kecil pun meniup
benda itu dan menunjukkan kepada Ayahnya, ia bertanya kepada ayahnya mengapa balon itu
tidak bisa terbang seperti yang ayahnya bilang. Orang tua nya pun kaget karena yang
disangka balon dan di tiup oleh BJ. Habibie kecil itu adalah Alat Kontrasepsi bekas pakai.

Selanjutnya pada film Habibie & ainun 1, terdapat anilisis pada fase genital yang
dimana pada scene tersebut di ceritakan pernikahan Habibie & ainun, bagi Habibie & ainun
cinta dan komitmen dapat tumbuh seiring perjalanan hidup mereka bersma.

o Perkembangan kepribadian perspektif carl rogers

Carl Rogers tidak membahas mengenai teori pertumbuhan dan perkembangan, serta
tidak pula melakukan riset dalam jangka panjang mengenai hubungan anak dan orang tua.
Namun dirinya meyakini jika ada kekuatan yang tumbuh dalam diri setiap orang yang mana
secara alami akan mendorong proses organisme menjadi lebih kompleks, otonom, ekspansi,
sosial, serta secara keseluruhan semakin mengaktualisasi diri.

Struktur self sendiri terbagi menjadi bagian yang terpisah dari medan fenomena serta
menjadi semakin kompleks. Self ini berkembang utuh dan menyeluruh, menyentuh segala
bagian-bagian yang ada. Berkembangnya self ini juga seiring dengan kebutuhan penerimaan
yang positif serta penyaringan tingkah laku yang didasari atas kesadaran agar tetap konruen.

Contoh sederhananya saja, jika ada gadis kecil dengan konsep diri bahwa dirinya
merupakan gadis yang baik-baik serta dicintai penuh oleh orang tuanya. Suatu saat dirinya
terpesona dengan kereta api dan kemudian mengungkapkan keinginan pada orang tuanya jika
dirinya ingin menjadi seorang insinyur mesin. Namun karena pikiran orang tua gadis tersebut
masih sangat tradisional, merek tidak menginjinkan jika anaknya memilih profesi yang mana
umumnya dikerjakan oleh laki-laki.

Karena kondisi inilah membuat gadis kecil tersebut mengubah konsep yang ada pada
dirinya, dia memutuskan jika dirinya saat ini adalah gadis “tidak baik” dikarenakan tidak
menuruti permintaan orang tua. Dirinya berpikir jika orang tuanya tidak akan menyukainya
ataupun mungkin dirinya akan memutuskan untuk tidak memilih profesi tersebut.

Beberapa pilihan yang ada akan mengubah realitas dari kehidupan anak (seseorang),
dikarenakan dirinya buru ataupun keinginan orang tuanya. Self image seseorang akan muncul
keluar dari tahapan yang dinamakan pengalaman aktualnya.Rogers berpendapat jika gadis
tersebut menyangkal nilai-nilai pada kebenaran yang adadengan membuat pilihan ketiga yaitu
menyerah pada ketertarikan yang dimilikinya.

Dan jika dirinya meneruskan sesuatu tersebut sebagai nilai yang ditolak orang lainnya
maka akan membuat dirinya melawan dirinya sendiri di akhirnya. Dirinya akan merasa jika
seolah-olah tidak mengetahui siapa dirinya sebenarnya dengan jelas serta apa yang
diinginkan olehnya. Hal ini membuat dirinya berkepribadian keras serta menjadi tidak
nyaman.

Jika penolakan tersebut menjadi style serta tidak menyadari adanya ketidaksesuaian di
dalam dirinya maka akan timbul kecemasan serta ancaman yang muncul dikarenakan orang-
orang yang sadar dengan ketidak sesuaian yang ada. Hanya sedikit saja orang-orang yang
menyadari jika perbedaan di antara pengalaman organismik dan konsep diir tidak akan
memunculkan kesadaran yang mana menimbulkan kecemasan.

Rogers mendefisinisikan jika kecemasan merupakan keadaan yang tidak nyaman atau
tegang yang tidak diketahui sebabnya. Ketika seseorang semakin sadar ketidak sesuaian
mengenai persepsi dan pengalam di dalam dirinya, maka kecemasan tersebut akan berubah
menjadi sebuah ancaman pada konsep diri yang sesuai. Kecemasan serta ancaman tersebut
yang nantinya menjadi indikasi adanya ketidak sesuaian pada diri sendiri dengan pengalaman
sehingga membuat orang tersebut dalam perasaan yang tidak menyenangkan dan tegang.
Namun pada tingkatan tertentu kecemasan serta ancaman tersebut dibutuhkan agar dapat
mengembangkan diri mendapat jiwa yang sehat10.
10
Savitra, Khanza, Teori Kepribadian Carl Rogers, DosenPsikologi.com, Dosen Psikologi, 4 Agustus 2017.
D. Dinamika kepribadiannya dalam perspektif kepribadian
o Sigmund freud

Sigmund Freud mengemukakan bahwa Dinamika Kepribadian terdiri dari empat


elemen utama: Insting sebagai Energi Psikis, Jenis-Jenis Insting (Insting Hidup dan Insting
Seks, serta Insting Mati), Kecemasan (Kecemasan Realistik, Kecemasan Moral, dan
Kecemasan Neurotik), dan sembilan Mekanisme Pertahanan. Dalam konteks biografi dan
film mengenai BJ. Habibie, dapat dilakukan analisis lebih lanjut:

 Insting sebagai Energi Psikis

Pada satu waktu BJ. Habibie pernah di landa kesulitan ekonomi dan tidak sengaja
bertemu temannya. Temannya menawarkan BJ. Habibie untuk berkumpul dengan temannya
yang lain di caffe, awalnya BJ. Habibie sempat menolak untuk tidak ikut, akan tetapi karena
sangat lapar tidak sengaja perutnya berbunyi dan terdengar oleh temannya. Akhirnya
temannya pun mengerti mengapa habibie menolak ikut, dan temannya beralasan ia habis
ulang tahun dan BJ. Habibie yang belum mendapatkan Traktirannya. Bj. Habibie pun tidak
menolak karna memang ia sudah sangat lapar. (analisis film rudy habibie & habibie ainun 2)

Dan pada film Habibie & ainun 1, Salah satu adegan yang mencerminkan konsep
insting sebagai energi psikis, sebagaimana dijelaskan oleh Sigmund Freud, terjadi saat
pertemuan pertama Habibie dan Ainun di Bandung. Adegan ini dapat diartikan sebagai
ekspresi dari libido, yang merupakan energi instingual dalam id, bagian ketidaksadaran
psikologis. Libido merujuk pada dorongan seksual yang mencari kepuasan sesegera mungkin
berdasarkan prinsip kesenangan. Dalam adegan tersebut, Habibie dan Ainun mengalami
ketertarikan fisik dan emosional yang kuat satu sama lain, meskipun mereka belum saling
mengenal secara mendalam. (analisis film rudy habibie & habibie ainun 1)

 Jenis jenis insting

Insting adalah konsep kunci dalam psikoanalisis Sigmund Freud yang terkait dengan
teori kepribadian. Menurut Freud, terdapat dua jenis insting utama. Pertama, Insting Hidup
(Eros), juga dikenal sebagai naluri kehidupan, terkait dengan kelangsungan hidup,
kesenangan, dan reproduksi. Libido, energi dari naluri kehidupan, memengaruhi perilaku
cinta, kerjasama, dan tindakan prososial dengan fokus pada pelestarian kehidupan. Kedua,
Insting Kematian (Thanatos), yang dijelaskan dalam buku “Beyond the Pleasure Principle”,
menurut Freud, menyatakan bahwa tujuan semua kehidupan adalah kematian. Naluri ini
dapat mengarah pada agresi atau kehancuran, dan terkadang diekspresikan melalui perilaku
agresif atau bahkan dapat berbalik ke dalam menyebabkan melukai diri sendiri atau bunuh
diri. Dengan demikian, insting hidup dan insting kematian membentuk dasar pemahaman
perilaku manusia dalam konteks psikoanalisis.

 Insting hidup & insting seks

Insting hidup adalah kekuatan yang mendorong manusia untuk bertahan hidup,
berkembang, dan menciptakan. Contoh scene yang bisa menunjukkan insting hidup adalah
ketika Habibie berusaha mewujudkan mimpinya untuk membuat pesawat terbang, meskipun
menghadapi banyak tantangan dan rintangan. Scene ini menunjukkan bahwa Habibie
memiliki motivasi yang kuat untuk berkontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta untuk mengharumkan nama Indonesia di dunia internasional.

Insting seks adalah kekuatan yang mendorong manusia untuk mencari kepuasan
seksual dan emosional, serta untuk melanjutkan keturunan. Contoh scene yang bisa
menunjukkan insting seks adalah ketika Habibie dan Ainun menikah dan menjalani
kehidupan rumah tangga yang harmonis. Scene ini menunjukkan bahwa Habibie dan Ainun
memiliki ikatan cinta yang kuat dan saling memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis satu
sama lain.

 Insting mati

Insting mati adalah kekuatan yang mendorong manusia untuk kembali ke keadaan
tidak sadar, tidak bergerak, dan tidak ada konflik. Contoh scene yang bisa menunjukkan
insting mati adalah ketika Ainun meninggal karena penyakit kanker yang dideritanya. Scene
ini menunjukkan bahwa Ainun telah melepaskan segala bentuk keinginan, harapan, dan
kecemasan yang ada dalam dirinya, dan kembali ke keadaan ketenangan dan ketiadaan.

 Kecemasan
 Kecemasan realistik

Pada masa kanak-kanak nya BJ. Habibie beserta keluarga di landa kecemasan dan
mengharuskannya berpindah-pindah mencari tempat yang aman untuk berlindung dari kaum
penjajah. (analisis pada film rudy habibie & habibie ainun 2)

 Kecemasan moral
Pada satu scene ketika Habibie dan Ainun berada di Jerman dan mendapat telepon
dari ibu Habibie yang meminta mereka untuk pulang ke Indonesia. Adegan ini dapat
dikategorikan sebagai kecemasan moral, yaitu kecemasan yang muncul karena adanya
konflik antara ego dan superego, yaitu antara keinginan pribadi dan tuntutan sosial atau
moral.

 Kecemasan neurotic

Dalam adegan remaja Habibie dan Ainun, Freud menggambarkan kecemasan


neurotik, muncul dari konflik antara ego dan id, yang memperlihatkan ketegangan antara
kenyataan dan keinginan. Habibie merasa cemas untuk menyatakan perasaannya kepada
Ainun karena takut ditolak atau dianggap sombong. Ainun juga merasa cemas, ingin
mendapatkan perhatian dari Habibie, tetapi khawatir dianggap murahan atau tidak sopan.
Kecemasan ini menciptakan suasana gugup dan malu di antara keduanya.

 Mekanisme pertahan
 Deniel (menyangkal)

Pada satu waktu ibunda dari BJ. Habibie sedang di landa kesulitan ekonomi dan
belum sempat mengirimkan uang saku untuk BJ. Habibie di Jerman. Setelah ia menghubungi
Ibunda nya, ia pun pergi ke sebuah tempat dalam keadaan kelaparan (ia mengecangkan sabuk
jasnya untuk menahan rasa lapar) dan tidak sengaja bertemu dengan temannya. Temannya
bertanya sedang apa BJ. Habibie, ia menjawab sedang menikmati pemandangan dan
kemudian temannya menawarkan ia berkumpul bersama teman-temannya di caffe tetapi ia
menolak dengan alasan ingin pulang saja. (analisis pada film rudy habibie & habibie ainun 2)

 Sublimation (Dorongan Negatif yang diubah menjadi perilaku yang dapat diterima oleh
masyarakat)
Saat Sampai di caffe, ia bertemu dengan anak-anak Laskar pelajar yang tidak suka
dengan kehadiran BJ. Habibie apalagi karena BJ. Habibie Kuliah di Jerman di Biayai oleh
Ibunda nya, bukan Pemerintah. Anak-anak Laskar pelajar yang tidak suka dengan BJ.
Habibie pun mengetes seberapa cerdas BJ. Habibie dengan menuyuruh BJ. Habibie memesan
makanan dan minuman pesanan nya dengan detail tanpa di catat. Dengan perjanjian jika ada
yang salah atau kurang BJ. Habibie lah yang membayar semua pesanan dan jika BJ. Habibie
benar, Anak-anak Laskar Pelajar yang tidak suka dengannya lah yang mentraktir BJ. Habibie
selama 3 hari. BJ. Habibie sebenarnya marah akan tetapi ia lebih memilih menunjukkan
kecerdasannya itu, ia pun berusaha mengingat pesanan” itu dan akhirnya berhasil memesan
pesanan dengan detail tanpa kurang satu pun. Satu caffe pun mengapresiasi BJ. Habibie.
(analisis pada film rudy habibie & habibie ainun 2)

o Carl rogers

Menurut Rogers, organisme memiliki sebuah kekuatan yang menjadi pendorong


tunggal yang mendorong aktualisi diri serta menjadi satu tujuan tunggal dalam hidup untuk
menjadi individu yang teraktualisasikan. Pengalaman menjadi sebuah penilaian apakah dapat
memberikan kepuasan atau tidak, pada awalnya secara fisik namun berkembang menjadi
sebuah kepuasan emosional dan sosial. Sehingga konsep self tersebut akan mencakup
gambaran mengenai siapa dirinya sebenarnya, siapa seharusnya dirinya tersebut, serta siapa
dirinya kemungkinan. Kesadaran dalam memiliki konsep diri ini kemudian akan
mengembangkan penerimaan positif.

Sebagaimana ahli humanistik pada umumnya, Rogers merumuskan dasar teori


dinamika kepribadian ini pada konsep aktualisasi diri. Aktualisasi diri merupakan daya yang
mendorong potensi individu serta pengembangan diri, yang mana sifatnya adalah bawaan dan
menjadi ciri dari seluruh manusia. Aktualisasi diri disini lah yang mendorong manusia hingga
ke tahap pengembangan yang optimal serta menghasilkan ciri unik manusia misalnya saja
seperti inovasi, kreatifitas, dan lainnya.

Untuk dapat bergerak ke arah yang mana akan mendapatkan tujuannya, manusia harus
mampu membedakan antara perilaku progresif dan perilaku regresif. Perilaku progresif
merupakan perilaku yang mana mengarah pada aktualisasi diri sedangkan perilaku regresif
merupakan perilaku yang menghalangi tercapainya sebuah aktualisasi diri.11

1. Penerimaan Positif (Positive Regard). Orang merasa puas menerima regard positif,
kemudian juga merasa puas dapat memberi regard positif kepada orang lain.
2. Konsistensi dan Salingsuai Self (Self Consistensy and Congruence). Organisme berfungsi
untuk memelihara konsistensi (keajegan = keadaan tanpa konflik ) dari persepsi diri, dan
kongruen (salingsuai) antara persepsi self dengan pengalaman.
3. Aktualisasi Diri (Self Actualization). Freud memandang organisme sebagai sistem energi,
dan mengembangkan teori bagaimana energi psikik ditimbulkan, ditransfer dan disimpan.
Rogers memandang organisme terus menerus bergerak maju. Tujuan tingkahlaku bukan
untuk mereduksi tegangan enerji tetapi mencapai aktualisasi diri yaitu kecenderungan

11
Savitra, Khanza, Teori Kepribadian Carl Rogers, DosenPsikologi.com, Dosen Psikologi, 4 Agustus 2017.
dasar organisme untuk aktualisasi: yakni kebutuhan pemeliharaan (maintenance) dan
peningkatan diri (enhancement)12.

Bacharuddin Jusuf Habibie, tokoh besar yang biasa kita sebut B. J Habibie atau Rudi
Habibie, beliau adalah presiden Negara Republik Indonesia yang ke-3. B.J. Habibie pergi ke
Jerman untuk melanjutkan pendidikannya disana. Beliau bertemu dengan warga negara
Indonesia yang dikirim oleh Ir. Soekarno sebagai imbalan bahwa mereka telah
memperjuangkan Indonesia sampai Merdeka.

Di Jerman, warga negara Indonesia memiliki organisasi khusus mahasiswa Indonesia


yang belajar disana. PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) organisasi untuk para pelajar
Indonesia yang sedang menggapai cita-cita nya dan melanjutkan pendidikannya di luar
negeri.

Ketika pemilihan ketua organisasi tersebut, Rudi Habibie yang mendapatkan suara
terbanyak diantara yang lain, otomatis beliau menjadi Ketua organisasi tersebut. Rudi
Habibie memiliki banyak cara untuk mengembangkan Indonesia di masa yang akan datang.

Menurut Rogers, organisme memiliki sebuah kekuatan yang menjadi pendorong


tunggal yang mendorong aktualisi diri serta menjadi satu tujuan tunggal dalam hidup untuk
menjadi individu yang teraktualisasikan. Rudi Habibie menggerakan organisasi ini dengan
sangat bersemangat, karena dengan Organisasi ini Rudi Habibie jadi pendorong bagi semua
pelajar negara Indonesia untuk mencapai tujuan yang sama, yakni menjadikan Indonesia
lebih maju dan berkembang dengan cara nya sendiri tanpa mengikuti apa yang telah Ir.
Soekarno lakukan. Tapi, bukan berarti Rudi Habibie tidak menghargai usaha Bung Karno. Ia
memiliki alasan tersendiri, yaitu Bung Karno telah memerdekakan negara Indonesia, setelah
Merdeka apa yang harus rakyat Indonesia lakukan, dan solusinya adalah Rudi Habibie
menggerakan warga negara Indonesia untuk melakukan Seminar Pembangunan yang ia buat
untuk menjadikan Indonesia lebih berkembang. Karena beliau berfikir “untuk apa Merdeka
jika tidak memiliki integritas?”.

Dalam teori humanistik Carl Rogers, Positive Regards ini ada pada dinamika
kepribadian. Setelah Kembali ke Indonesia, orang-orang yang memperjuangkan usaha nya di
luar negri Bersama B. J. Habibie merasa sangat puas dengan apa yang telah dilakukan untuk

12
Dewi, Teori Kepribadian Carl Rogers, Academiedu.com. Academia.edu, 15 Desember 2010.
mencapai tujuan tersebut. Dan beliau pun merasa puas dengan usahanya karena tercapainya
tujuan tersebut.

HIKMAH YANG DAPAT DI PETIK DARI FILM B.J HABIBIE

Dari perjalanan hidup BJ. Habibie kisah yang paling menarik, yaitu:

- Kehidupan Habibie dan Ainun menunjukkan bahwa mereka keduanya memiliki semangat
yang tinggi dan berkomitmen untuk menjalani kehidupan bersama, meskipun menghadapi
berbagai rintangan dan tantangan. Hubungan yang kuat antara Habibie dan Ainun
menciptakan dukungan emosional yang kuat dan kepuasan dalam hidup mereka. Alasannya,
karena kisah cinta Habibie dan Ainun ini sangat menginspirasi banyak orang. Hikmahnya,
perjalanan hidup Habibie dan Ainun terjalin dengan erat dan kuat karena adanya dukungan
antara satu sama lain.

- Habibie tetap mempertahankan cita-citanya ingin membuat pesawat untuk Indonesia.


Alasannya, beliau sangat bersemangat untuk mencapai keinginannya dan gigih pada
pendirian. Hikmahnya, karena pesawat yang beliau buat Indonesia memiliki pesawat terbang.

SKENARIO FILM DOKUMENTASI PENDEKATAN SIGMUND FREUD & CARL


ROGERS

Judul: Habibie & Ainun: Kecintaan dan Perjalanan Jiwa

A. Pendahuluan

1. Pengantar

- Gambaran singkat tentang kehidupan Habibie & Ainun.

- Latar belakang zaman dan konteks sosial-politik pada masa itu.

2. Tujuan Film

- Menganalisis hubungan Habibie & Ainun melalui lensa psikoanalisa dan humanistik.

- Menelusuri perjalanan jiwa keduanya dalam menghadapi tantangan dan kebahagiaan.

B. Habibie: Analisis Psikoanalisa Freud


1. Hubungan dengan Ayah

- Menganalisis pengaruh hubungan dengan ayah terhadap perkembangan Habibie.

- Apakah ada pola-pola perilaku atau konflik yang dapat diidentifikasi?

2. Keputusan Karir

- Mempertimbangkan faktor-faktor psikologis dalam keputusan Habibie untuk berkarir di


dunia teknologi.

C. Ainun: Pendekatan Humanistik Rogers

1. Pertumbuhan Pribadi

- Menelusuri perjalanan pertumbuhan Ainun melalui lensa pendekatan humanistik.

- Bagaimana Ainun mengatasi tantangan dan mengembangkan dirinya?

2. Hubungan Interpersonal

- Fokus pada hubungan Ainun dengan Habibie dan bagaimana faktor-faktor humanistik
berperan dalam keharmonisan hubungan tersebut.

D. Hubungan Habibie & Ainun: Integrasi Pendekatan

1. Dinamika Hubungan

- Menganalisis dinamika hubungan Habibie & Ainun dengan menyelidiki konsep Freud
tentang dinamika psikologis.

2. Empati dan Penerimaan

- Menyoroti elemen-elemen humanistik dalam hubungan mereka seperti empati dan


penerimaan.

E. Tantangan dan Kesetiaan

1. Tantangan Berat

- Menjelajahi tantangan-tantangan besar yang dihadapi bersama dan bagaimana mereka


mengatasinya.

2. Kesetiaan dan Cinta Sejati


- Memahami konsep humanistik tentang cinta sejati dan kesetiaan dalam konteks hubungan
mereka.

F. Kesimpulan

1. Refleksi dan Pembelajaran

- Mengambil hikmah dari kehidupan Habibie & Ainun dengan merangkum pandangan
psikoanalisa dan humanistik.

2. Warisan dan Inspirasi

- Menyoroti warisan dan inspirasi yang dapat diambil dari kehidupan keduanya.

G. Penutup

1. Mengajak Penonton untuk Merenung

- Mendorong penonton untuk merenung tentang konsep-konsep psikoanalisa dan


humanistik dalam konteks kehidupan sehari-hari.

2. Terima Kasih

- Menyampaikan terima kasih atas perhatian penonton dan harapan agar film ini
memberikan wawasan yang mendalam.
BAB III

KESIMPULAN

Aktualisasi diri merupakan daya yang mendorong potensi individu serta


pengembangan diri, yang mana sifatnya adalah bawaan dan menjadi ciri dari seluruh
manusia. Aktualisasi diri disini lah yang mendorong manusia hingga ke tahap pengembangan
yang optimal serta menghasilkan ciri unik manusia misalnya saja seperti inovasi, kreatifitas,
dan lainnya.

Habibie, dalam perspektif Sigmund Freud, menunjukkan karakteristik dari tiga


struktur kepribadian, yaitu id, ego, dan superego. Id-nya tercermin dalam semangat dan
keinginan yang kuat, seperti dalam usahanya mencapai cita-citanya, mempertahankan
pendiriannya, dan mengejar keinginan untuk membuat pesawat. Ego-nya tercermin dalam
keras kepala dan keteguhan untuk mempertahankan cita-citanya, tetap fokus pada visinya,
dan mengatasi kekhawatiran terhadap kesehatan Ainun dengan mencari kejelasan. Superego-
nya tercermin dalam pengaruh nilai-nilai dan nasihat dari orang tua, tuntutan untuk bekerja
keras, dan kesadaran terhadap kekerasan kepribadiannya.

Dalam perspektif Carl Rogers, Habibie menunjukkan kecenderungan aktualisasi diri


dengan mengembangkan minat dan bakatnya di bidang fisika, desain, dan konstruksi
pesawat. Habibie terus mengembangkan potensi diri melalui perjalanan pendidikannya,
pekerjaan di Jerman, hingga kontribusinya sebagai Menteri Riset dan Teknologi serta
Presiden RI. Hal ini mencerminkan kepercayaan Rogers bahwa manusia memiliki potensi
untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri sesuai dengan citra diri dan nilai-nilai yang
dimilikinya.

Dinamika kepribadian Habibie, dalam perspektif Sigmund Freud, terlihat dalam


konflik-konflik yang dihadapinya, seperti kecemasan terkait kondisi Ainun dan perubahan
kepemimpinan di Indonesia. Mekanisme pertahanan seperti denial dan sublimasi juga
muncul, menunjukkan cara Habibie mengatasi tekanan dan konflik psikologisnya.

Dalam perspektif Carl Rogers, dinamika kepribadian Habibie tercermin dalam


usahanya untuk mencapai penerimaan positif (positive regard) melalui kontribusinya dalam
pengembangan teknologi di Indonesia. Penerimaan positif dari masyarakat dan penghargaan
internasional menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan dirinya.

Secara keseluruhan, Habibie menampilkan kompleksitas kepribadian yang mencakup


aspek-aspek dari teori kepribadian Sigmund Freud dan Carl Rogers. Dari Freud, terlihat
bagaimana struktur id, ego, dan superego mempengaruhi tindakan dan keputusan Habibie,
sementara dari Rogers, terlihat kecenderungan aktualisasi diri dan pengembangan potensi
sebagai dorongan utama dalam perjalanan hidupnya. Dinamika kepribadian tersebut
tercermin dalam perjuangan, konflik, dan pencapaian Habibie dalam berbagai aspek
kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA

E. Koeswara, 1991, Teori-teori Kepribadian, Bandung: Eresco, hlm. 32-33.

Jeffry S Nevid, dkk, 2003, Psikologi Abnormal, Jakarta: Erlangga, hlm. 40.

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian, hlm. 259-260. Jakarta.

Aztrina Elshami, Biografi BJ. Habibie: Bapak Teknologi dan Demokrasi Indonesia.

Suryabrata, Sumadi. Psikologi Kepribadian, hlm. 263. Jakarta.

Meta Malihatul Maslahat, 2020, CITRA DAN KEPRIBADIAN MANUSIA DALAM


PERSPEKTIF PSIKOLOGI BARAT DAN PSIKOLOGI ISLAM, Syifa al-Qulub: Jurnal
Studi Psikoterapi Sufistik, 5(1), hlm. 78.

Savitra, Khanza, Teori Kepribadian Carl Rogers, DosenPsikologi.com, Dosen Psikologi, 4


Agustus 2017.

Dewi, Teori Kepribadian Carl Rogers, Academiedu.com. Academia.edu, 15 Desember 2010.

Anda mungkin juga menyukai