Anda di halaman 1dari 13

Profil Indikator Program Keselamatan Pasien di Puskesmas

tebas
a. Sasaran 1 : Ketepatan Identifikasi Pasien
Judul Indikator Tidak terjadi kesalahan identifikasi pasien dengan menggunakan 2
(dua) identitas.
1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 Tahun 2019 tentang
Dasar Pemikiran
Puskesmas

2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang


Keselamatan Pasien

3. Identifikai pasien bermanfaat agar pasien mendapatkan


standar pelayanan dan pengobatan yang benar dan tepat
sesuai kebutuhan medis.

4. Identifikasi pasien dapat menghindari terjadinya kesalahan


media atau kejadian yang tidak diharapkan yang dapat
mengenai diri pasien.

Dimensi Mutu Keselamatan dan keamanan pasien (Safe)

Tujuan Tergambarnya upaya puskesmas dalam menjaga keselamatan


pasien, khususnya dalam proses pemberian layanan kesehatan
berupa ketepatan dalam melakukan identifkasi pasien.
Definisi Prosedur identifikasi pasien adalah kegiatan menanyakan 2 (dua)
Operasional identitas yaitu nama, umur atau tanggal lahir sebagai acuan dalam
mencocokkan identitas pasien sebelum tindakan dilakukan seperti
sebelum memberikan obat, sebelum mengambil sampel
laboratorium, sebelum melakukan prosedur tindakan keperawatan
kemudian mencocokkan dengan status rekam medik.
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah pemberian layanan kesehatan yang dilakukan prosedur
(pembilang) identifikasi pasien dengan tepat dan benar selama 1 bulan.

Denominator Jumlah keseluruhan pasien di ruang (poli) puskesmas.


(penyebut)
Target 100 %
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi :
Seluruh pasien yang mendapatkan pelayanan kesehatan di tiap
ruang / poli perawatan.
Kriteria Ekslusi : Tidak ada

Formula jumlah pasien yang dilakukan identifikasi dengan benar


x 100 %
jumlah pasien keseluruhan

Desain Concurrent (Survei harian)


Pengumpulan
Data
Sumber Data Hasil observasi / pengamatan
Instrumen Form penilaian ketepatan identifikasi pasien
Pengambilan Data
Besar Sampel Total sampling.
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Pelaporan Bulanan
Data
Periode Analisis Triwulanan
Data
Penyajian Data Tabel
 Control chart Run chart
Penanggung Penanggung jawab Keselamatan Pasien
Jawab

b. Sasaran 2 : Peningkatan Komunikasi Efektif


Judul Indikator Kepatuhan melaksanakan SBAR dan TBK dalam pelaporan kasus
melalui telpon di ugd dan rawat telpon
1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 Tahun 2019 tentang
Dasar Pemikiran
Puskesmas

2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang


Keselamatan Pasien

3. Komunikasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan sangat


penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang
profesional serta sebagai indikator keselamatan pasien dalam
pelayanan kesehatan. Informasi yang tidak akurat
mengakibatkan kesalahan bahkan kegagalan dalam sistem
pelayanan.

4. Komunikasi SBAR direkomendasikan sebagai sarana untuk


menghindari komunikasi yang tidak jelas antar profesional
perawatan kesehatan demi meningkatkan keselamatan
pasien.

Dimensi Mutu Keselamatan, Efektif


Tujuan 1. Mengukur kepatuhan petugas Puskesmas dalam upaya
meningkatkan komunikasi yang efektif antar petugag melalui
metode SBAR dan TBK.
2. Meningkatkan komunikasi efektif melalui metode SBAR dan
TBK saat melakukan komunikais verbal/lisan melalui telpon,
dimana komunikasi langsung tidak dapat dilakukan.
1. Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang
Definisi
disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan
Operasional
keadaan pasien. Komponen SBAR meliputi S (situation), B
(background), A (Assesment) dan R (Recommendation).

2. Penerapan metode komunikasi SBAR harus diikuti dengan


teknik TBK agar tidak terjadi kesalahan informasi.

3. TBK adalah teknik komunikasi lisan menggunakan telpon


dengan menulis, membaca ulang dan melakukan konfirmasi
pesan yang diterima olehn pemberi pesan.

T : menuliskan pesan yang disampaikan oleh pemberi pesan


pada lembar konsultasi atau pada rekam medis.

B : membaca kembali pesan yang sudah ditulis oleh pemberi


pesan. Selesai membacakan pesan, penerima pesan
mengingatkan pemberi pesan untuk melakukan konformasi.
Jika instruksi terkait dengan obat LASA, maka lakukan
pengejaan dengan alpabet Indonesia.

K : konformasi instruksi oleh si pemberi pesan dengan jawaban


“Ya atau Oke” bila sesuai dengan istruksi yang diberikan
sebelumnya.

4. Proporsi komunikasi verbal/lisan melalui telpon yang dilakukan


dengan menggunakan metode SBAR dan TBK secara benar,
dengan pengukuran :

a. Pelaporan pelayanan/pemberian informasi lisan melalui telpon


menggunakan SBAR.
b. Pemberian perintah pelayanan secara lisan/ verbal mellaui
telpon dilakukan dengan metode TBK.
c. Pemberi perintah pelayanan melakukan konfirmasi langsung
dengan menggunakan tandatangan dalam waktu 1x24 jam.
d. SBAR diisi dengan lengkap dan benar.
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah pasien yang dilakukan komunikasi SBAR via telpon tepat
(pembilang) dan benar selama 1 bulan.

Denominator Jumlah keseluruhan pasien yang dilakukan komunikasi SBAR


(penyebut) dengan benar dan tepat di rawat inap puskesmas.

Target Pencapaian 100%


Kriteria: Kriteria Inklusi:
Semua pasien yang terindikasi menggunakan komunikasi via
telpon atau tidak langsung

Kriteria Eksklusi:
Pasien yang tidak dilakukan komunikasi via telpon.
Formula jml px yang dilakukan komunikasi SBAR dengan benar
x 100 %
jmlkeseluruhan px yang dilakukan komunikasi SBAR

Desain Concurrent (Survei harian)


Pengumpulan Data
Sumber Data Sumber data sekunder yaitu rekam medis pasien.
Instrumen Form SBAR
Pengambilan Data
Besar Sampel Total Sampling
Frekuensi Harian
Pengumpulan Data
Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chartRun chart
Penanggung Penanggung jawab Keselamatan pasien
Jawab

c. Sasaran 3 : Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High Alert)

Judul Indikator Kepatuhan petugas dalam melakukan penandaan obat-obatan yang


perlu diwaspadai (High Alert) dan obat LASA oleh farmasi
1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 Tahun 2019 tentang
Dasar Pemikiran
Puskesmas

2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang


Keselamatan Pasien

3. Obat high alert adalah obat yang harus diwaspadai karena


sering menyebebkan terjadinya kejadian serius ( sentinel
event) dan obat yang berisiko tinggi menyebabkan reaksi obat
yang tidak diinginkan yang dapat membahayakan
keselamatan pasien.

4. Obat-obat high alert ini harus dikelola dengan penanganan


khusus baik dari segi penyimpanan dan pelayanannya kepada
pasien. Sehingga dapat mengurangi kejadian yang tidak
diinginkan dan tercipta peningkatan kualitas mutu dan
keselamatan pasien.

Dimensi Mutu Keselamatan


Tujuan Tergambarnya upaya puskesmas dalam menjaga keselamatan
pasien dengan cara melakukan penandaan obat yang diwaspadai
dan obat-obat LASA.
Definisi Obat yang perlu diwaspadai (high alert) adalah sejumlah obat-
Operasional obatan yang memiliki resiko tinggi menyebabkan bahaya yang
besar pada pasien jika tidak digunakan secara tepat.
Sedangkan LASA (Look Alike Sound Alike) yaitu obat yang memiliki
kemasan yang terlihat sama dan terdengar sama dalam
pengucapannya saat terdengar.
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah jenis obat-obat yang perlu diwaspadai dan obat-obatan
(pembilang) LASA yang diberikan penandaan di ruang farmasi

Denominator Jumlah keseluruhan jenis obat-obat yang perlu diwaspadai dan


(penyebut) obat-obatan LASA yang tersedia di ruang farmasi

Target 100%
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Semua obat-obatan yang ada di ruang farmasi yang tergolong obat
High Alert dan LASA.
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula jumlah obat high aler dan LASA yang diberi penandaan
x 100 %
jumlah keseluruhan jenis obat high alert dan LASA

Desain Concurrent (Survei harian)


Pengumpulan
Data
Sumber Data Observasi
Instrumen Formulir observasi
Pengambilan Data
Besar Sampel Total Sampling
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Pelaporan Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chartRun chart
Penanggung Penanggung Jawab Keselamatan Pasien
Jawab

d. Sasaran 4: Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien Operasi


Judul Indikator Kepatuhan petugas terhadap SOP tindakan.
1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 Tahun 2019 tentang
Dasar Pemikiran
Puskesmas

2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang


Keselamatan Pasien

3. Keberhasilan pelayanan kesehatan bergantung pada kualitas


mutu pelayanan dan keselamatan pasien yang diberikan oleh
pemberi layanan.

4. Salah satu upaya menjaga keselamatan pasien adalah dengan


menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam setiap
tindakan perawatan.

Dimensi Mutu Keselamatan (Safe)


Tujuan Tergambarnya upaya puskesmas dalam menjaga keselamatan
pasien dan mengetahui tingkat kepatuhan petugas terhadap
pelaksanaan SOP tindakan di tiap ruangan.

Definisi Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah suatu pedoman atau


Operasional acuan dalam melaksanakan suatu tindakan sesuai dengan tata kerja
prosedural.

Jenis Indikator Proses


Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah pasien yang mendapatkan tindakan sesuai SOP dalam 1
(pembilang) bulan.

Denominator Jumlah keseluruhan pasien di ruang (poli) puskesmas.


(penyebut)
Target 100%.
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Semua tindakan pelayanan kesehatan di tiap ruangan.
Kriteria eksklusi : Tidak ada

Formula jumlah pasien yang mendapatkan tindakan sesuai SOP


x 100 %
jumlah pasien keseluruhan

Desain Observasi
Pengumpulan
Data
Sumber Data Daftar tilik penilaian SOP.
Instrumen Data sekunder
Pengambilan
Data
Besar Sampel Populasi
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Pelaporan Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
 Control chart Run chart
Penanggung Penanggung jawab Keselamatan Pasien
Jawab

e. Sasaran 5 : Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan

Judul Indikator Kepatuhan petugas melakukan cuci tangan dalam 5 momen cuci
tangan
1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang
Dasar Pemikiran
Keselamatan Pasien

2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 27 Tahun 2017 tentang


Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.

3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/ Menkes/ 413/


2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)

4. Puskesmas harus memperhatikan kepatuhan seluruh pemberi


pelayanan dalam melakukan cuci tangan sesuai dengan
ketentuan WHO.

Dimensi Mutu Keselamatan


Tujuan Mengukur kepatuhan pemberi layanan kesehatan sebagai dasar
untuk memperbaiki dan meningkatkan kepatuhan agar dapat
menjamin keselamatan pasien dengan cara mengurangi risiko
infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Definisi 1. Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan
Operasional menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan jelas kotor
atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan alkohol (alcohol-
based handrubs) bila tangan tidak tampak kotor.
2. Kebersihan tangan dilakukan dengan 5 indikasi (Five moments)
menurut WHO dan 5 indikasi sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)
3. Kebersihan tangan dilakukan dengan cara 6 langkah menurut
WHO.
4. Penilaian kepatuhan kebersihan tangan adalah penilaian
kepatuhan terhadap petugas yang melakukan kebersihan
tangan sesuai dengan indikasi yang terdiri dari :
a. Sebelum kontak dengan pasien, yaitu sebelum menyentuh
pasien (permukaan tubuh atau pakaian pasien).
b. Sesudah kontak dengan pasien yaitu setelah menyentuh
pasien (permukaan tubuh atau pakaian pasien ).
c. Sebelum melakukan prosedur aseptik contoh:
Pemasangan intra vena kateter (infus), perawatan luka,
pemasangan kateter urin, suctioning, pemberian suntikan
dan lain lain
d. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien seperti
muntah, darah, nanah, urin, feces, produksi drain, dan
setelah melepas sarung tangan
e. Setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien meliputi:
menyentuh tempat tidur pasien, linen yang terpasang di
tempat tidur, alat-alat di sekitar pasien atau peralatan lain
yang digunakan pasien, kertas/lembar untuk menulis yang
ada di sekitar pasien.
f. Melepas sarung tangan steril

g. Melepas APD
h. Setelah kontak dengan permukaan benda mati dan objek
termasuk peralatan medis
i. Setelah melepaskan sarung tangan steril.
j. Sebelum menangani obat-obatan atau menyiapkan
makanan.
5. Pemberi pelayanan kesehatan yang dinilai adalah semua
tenaga medis dan tenaga kesehatan yang bertugas di ruang
pelayanan/perawatan pasien serta tenaga penunjang yang
bekerja sebagai cleaning service, pemulasaran jenazah, sopir
ambulan, dan tenaga penunjang yang kontak erat dengan
pasien / spesimen.
6. Observer adalah orang yang paham dan memiliki kompetensi
untuk melakukan penilaian kepatuhan kebersihan tangan
dengan metode dan tool yang telah ditentukan.
7. Pengamatan dilakukan selama maksimal 15 menit dalam satu
periode pengamatan
8. Peluang adalah indikasi kebersihan tangan dalam 15 menit
periode pengamatan.
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah peluang kebersihan tangan yang dilakukan sesuai indikasi
(pembilang)
Denominator Jumlah peluang kebersihan tangan yang seharusnya dilakukan
(penyebut) dalam satu periode pengamatan/observasi.
Target ≥ 85%
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi :
Seluruh tenaga medis dan tenaga kesehatan yang bertugas di
ruang pelayanan/ perawatan pasien serta tenaga penunjang yang
bekerja sebagai cleaning service, pemulasaran jenazah, sopir
ambulan, dan tenaga penunjang yang kontak erat dengan
pasien/spesimen yang akan di observasi

Kriteria Ekslusi :
Tidak ada
Formula Jumlah peluang kebersihan tangan yang dilakukan sesuai indikasi
x 100%
Jumlah peluang kebersihan tangan yang seharusnya dilakukan
dalam
satu periode pengamatan/observasi

Desain Concurrent (Survei harian)


Pengumpulan
Data
Sumber Data Hasil observasi
Instrumen Formulir Kepatuhan Kebersihan Tangan
Pengambilan
Data
Besar Sampel Sampel dihitung sesuai dengan kaidah statistik
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Pelaporan Data
Periode Analisis Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
 Control chart Run chart
Penanggung Penanggung jawab mutu
Jawab

f. Sasaran 6 : Pengurangan Resiko Pasien Jatuh


Judul Indikator Kepatuhan dalam skrining pengkajian resiko jatuh pada pasien
rawat inap

Dasar Pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 Tahun 2019 tentang


Puskesmas
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien
3. Pasien jatuh yang terjadi selama perawatan di puskesmas
dapat menyebabkan serius bahkan berpotensi mengancam
kehidupan bagi banyak pasien. Upaya untuk mengurangi
kejadian pasien jatuh adalah dengan mengembangkan pola
pengkajian pasien resiko jatuh selama perawatan di
puskesmas.
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Tergambarnya pelayanan kesehatan Puskesmas yang aman bagi
pasien dengan menjamin peningkatan keselamatan berupa
pengurangan resiko jatuh pasien di puskesmas.
1. Pasien resiko jatuh adalah pasien yang berisiko untuk jatuh
Definisi
yang umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor
Operasional
fisiologis yang dapat berakibat cedera.

2. Pengkajian resiko jatuh dilakukan pada pasien di UGD dan


rawat inap.

3. Form pengkajian resiko jatuh menggunakan skala Humpty-


Dumpty untuk anak, skala Morse untuk dewasa (18-55 th) dan
skala Modified Stratify-Sydney Scoring untuk pasein lansia (>56
th).

4. Jumlah pasien jatuh adalah jumlah pasien jatuh selama dirawat


atau mendapatkan pelayanan kesehatan baik akibat jatuh dari
tempat tidur, kamar mandi dsb yang berakibat kecacatan atau
kematian.

5. Yang melakukan pengkajian resiko jatuh adalah perawat jaga di


puskesmas.

Jenis Indikator Proses


Satuan Persentase
Pengukuran

Numerator Jumlah pasien rawat inap yang dilakukan pengkajian resiko jatuh
(pembilang) dalam sebulan

Denominator Jumlah keseluruhan pasien di rawat inap dalam 1 bulan


(penyebut)
Target 100 %
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Semua pasien di UGD dan rawat inap Puskesmas.
Kriteria Eksklusi:
Pengunjung, staf/ karyawan, perawat jaga.
Formula

Desain Survei Harian


Pengumpulan
Data
Sumber Data Rekam medis
Instrumen Menggunakan form pengkajian resiko jatuh.
Pengambilan Data
Besar Sampel
Frekuensi Triwulanan, semesteran, Tahunan
Pengumpulan
Data
Periode Pelaporan Triwulanan, semesteran, Tahunan
Data
Periode Analisis Triwulanan, semesteran, Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
 Control chart Run chart
Penanggung Penanggung Jawab Keselamatan Pasien
Jawab

Anda mungkin juga menyukai